Anda di halaman 1dari 26

OSTEOINTEGRASI

Penyaji: dr. Muhammad Azhary Lazuardy


Pembimbing 1: dr. Rully Hanafi Dahlan, SpBS (K)-Spine., M.Kes
Pembimbing 2: dr. Farid Yudhoyono, SpBS., M.Epid
Pembimbing 3: dr. Sevline Estethia O., SpBS, M.Kes
Referensi : Benzel’s Spine Surgery 3rd Edition
PENDAHULUAN
▪ Kemajuan di bidang pembedahan tulang belakang  penggunaan
bahan biomaterial sintetis
▪ Penggabungan tulang dengan perangkat sintetis  mempengaruhi
efikasi klinis

Penggabungan Tulang & Perangkat Sintetis

Abutting Penetrating Gripping Conforming Osteointegrating

Interbody bone
Nail, staple, Polymethylmeth
graft, interbody Hook, wire Metal & ceramic
screw acrylate
cement
OSTEOINTEGRASI/OSSEOINTEGRASI

▪ Integratus (Latin) + osteon (Yunani): memperbaharui atau membuat


tulang baru
▪ BRANEMARK: hubungan langsung secara struktural dan fungsional
antara tulang host dengan permukaan dari implan
▪ Faktor yang mempengaruhi proses interaksi implan dengan tulang
host:
1. Kondisi dari tulang sekitar implan
2. Permukaan dan prosedur sterilisasi implan
3. Topografi permukaan, rancangan, dan komposisi implan
4. Transmisi beban
▪ Kunci dari osteointegrasi: Aposisi Tulang + Sifat Osteokonduksi
OSTEOKONDUKSI
▪ Osteokonduksi  salah satu tahapan proses pertumbuhan graft tulang
dalam merangsang pembentukan tulang baru

OSTEOGENESIS OSTEOINDUKSI OSTEOKONDUKSI

Kemampuan stimulasi Kemampuan untuk


Tersedianya sel
stem cell multipotent merangsang
osteogenik yang
untuk differensiasi neovaskularisasi &
viable pada graft
menjadi sel osteogenik infiltrasi dari osteogenic
precursor cell

IMPLAN 
Good Graft Rangka pertumbuhan tulang
OSTEOKONDUKSI
▪ Kaitannya antara sifat osteokonduksi implan dalam osteointegrasi:
“OSTEOKONDUKSI merupakan sifat dari material implan yang mampu
merangsang aposisi tulang pada seluruh permukaannya sehingga
merangsang pertumbuhan tulang baru”
▪ Tidak didefinisikan per material, hanya dalam konteks perbandingan
implan
▪ Contoh:
HA lebih osteokonduksi dibandingkan titanium pada jenis implan yang
sama dalam ukuran, bentuk, tekstur permukaan
OSTEOKONDUKSI
BIOMATERIAL - LOGAM
▪ CONTOH:
Stainless steel, cobal-based alloy, titanium, titanium-based alloy
▪ Hukum WOLF: tulang tumbuh sebagai respon terhadap tekanan yang
diberikan, diresoprsi bila tidak mendapat stimulus mekanis yang cukup
▪ Bahan metal  bersifat stress shielding  mencegah pertumbuhan
tulang
▪ Bahan logam yang elastis (cth: Titanium aloy T16A14V)  masih
memiliki efek stress shielding
▪ Kemampuan osteokonduksi bahan logam  bervariasi
BIOMATERIAL – BAHAN BERTEKSTUR
▪ CONTOH:
Wire, sintered beads
▪ Bahan permukaan bertekstur bisa didapat dari penggoresan
permukaan atau penyemprotan material lain terhadap bahan logam
▪ Bahan logam bertekstur  mempengaruhi penempelan sel dan aposisi
tulang
▪ Martin dkk  mempengaruhi morfologi, proliferasi, dan diferensiasi sel
▪ Thomas & Cook  menghasilkan aposisi tulang yang lebih baik in vivo
dibanding yang halus
▪ Rekomendasi tekstur yang optimal masih KONTROVERSIAL
BIOMATERIAL – BAHAN LAIN
▪ CONTOH: polymethylmethacrylate (PMMA), semen kalsium fosfat,
keramik (hydroxyapatite, bioactive glass), dan polimer (polylactic acid
[PLA], polyglycolic acid [PGA], hidrogel, carbon fiber-reinforced polymer,
dan polyetheretherketone [PEEK])
▪ EFEK BIOAKTIF: sebagian berefek inflamasi yang dominan, sebagian
berefek inflamasi minimal namun mampu merangsang pertumbuhan
tulang baru
▪ PMMA & Carbon  biokompatibilitas sempurna, namun
osteokonduktivitas kurang dibandingkan dengan kalsium fosfat atau
bahan logam lain
▪ CARBON FIBER–REINFORCED POLYMER  tidak ada aposisi tulang,
namun tidak juga menyebabkan osteolisis
BIOMATERIAL – BAHAN LAIN
▪ Hydroxyapatite (HA) 
– Bahan keramik kalsium fosfat dengan sifat osteokonduksi
– Preparasi dalam bentuk butiran, balok, atau lapisan pada implan
– Kemampuan osteokonduksi > bahan lain
– Kelemahan: sangat lambat untuk diresorpsi
▪ Semen Injeksi 
– Kalsium fosfat atau derivat bioglass
– Kalsium fosfat: sangat osteokonduktif, isotermis, sangat lambat
diresorpsi, lemah dalam menerima regangan
– Semen bioglass: karakteristik sebaliknya
BIOMATERIAL – BAHAN LAIN
▪ Bioabsorbable (PLA/PGA)
– Kurang osteokonduktif
– Kulkarni dkk: menggunakannya dalam implan spinal
– Awalnya memberikan stabilisasi berupa stress shielding
– Seiring dengan pertumbuhan tulang baru, beban ditransmisikan ke
tulang yang baru tersebut
– Telah banyak digunakan pada implan plate dan interbody fusion
APLIKASI PEMBEDAHAN
▪ Interbody fusion
▪ Pedicle Screw
▪ Spacer, Scaffold
▪ Artificial Disc
▪ Augmentasi Vertebral
INTERBODY FUSION
▪ Telah digunakan secara luas untuk arthrodesis spinal
▪ Tipe cage dikembangkan dari bahan titanium dan carbon fiber-
reinforced atau bioabsorbable polymer
▪ Berbagai bentuk cage: silinder horisontal, cincin vertikal, atau mesh
(rectangular/ open boxes)  disusun dengan graft tulang atau lainnya
▪ Keberhasilan fusi bergantung dari: luasnya endplate, kekakuan bahan
implan, dll
▪ Aposisi tulang tidak harus SELALU TERJADI pada fusi yang berhasil
dengan baik
PEDICLE SCREWS
▪ Pedicle screw, rod, atau plate yang digunakan sebagai rangkaian dari
dorsal intertransverse bone graft  mempertahankan alignment
tulang belakang dan stabilitas struktural
▪ Berbagai metode dilakukan untuk meningkatkan performa screw:
– Modifikasi ulir, bentuk, dan karakteristik permukaa
– Dilapisi dengan HA  meningkatkan fiksasi tanpa mengurangi risiko
longgarnya screw
– Augmentasi tulang cancellous + semen
SPACER & SCAFFOLD
▪ Balok dan butiran HA sering digunakan sebagai spacer  contoh pada
cervical laminoplasty  osteokonduktif
ARTIFICAL DISCS
▪ Disc interspace prosthesis  digunakan sejak 1950 dengan bahan
titanum dan kalsium fosfat
▪ Penggunaan prosthesis mampu menghasilkan osteointegrasi yang baik
pada follow up jangka pendek, namun menyebabkan osteolisis pada
jangka panjang
AUGMENTASI VERTEBRAL
▪ Augmentasi vertebral telah digunakan secara luas pada tatalaksana
corpus vertebra yang disertai metastasis osteolitik, myeloma, dan
fraktur kompresi osteoporotik
▪ PMMA  bahan paling banyak digunakan
▪ Kelemahan: kurang osteokonduktif  tidak menghasilkan aposisi
tulang (pemeriksaan histologis  terdapat lapisan tipis membran)
▪ Alternatif: ditambahkan semen alternatif yang osteokonduktif 
semen komposite (Corttoss)
KESIMPULAN
▪ Untuk mencapai kondisi osteointegrasi  bahan implan harus dapat
menghasilkan aposisi tulang (memiliki sifat osteokonduksi) dan efektif
secara klinis
▪ Sejumlah implan spinal mampu menghasilkan osteointegrasi dengan
baik tanpa adanya aposisi tulang  menghasilkan luaran klinis yang
baik.
▪ Oleh karena itu, proses osteointegrasi tidak harus disertai dengan
aposisi tulang.
▪ Pemahaman mengenai karakteristik bahan, jenis, dan lingkungan
sekitar implan dan graft tulang sangat diperlukan untuk menghasilkan
proses osteointegrasi yang baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai