Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN

OLEH:
KELOMPOK XIII

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2016
1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Teknologi Fermentasi Pangan Semeseter Ganjil Tahun 2016/2017 di
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Mataram, 16 Desember 2016


Menyetujui,
Co.Assisten Praktikum Sanitasi Industri Pangan, Praktikan,

Asna Azkia Fadlul watiah


NIM. J1A013008 NIM. J1A014031

Baiq Naila Nurul Wahida Indah Nalurita


NIM. J1A013016 NIM. J1A014045

Baiq Raodatun Khadawiah Isti Cahayati


NIM. J1A013017 NIM. J1A014045

Hariyono Saputra Lalu Noval Urbaya


NIM. J1A013047 NIM. J1A014047

Shufia Hazmi Putri Linda Esa Futri


NIM. J1A013120 NIM. J1A014053

Mia Ulpiana
NIM. J1A014065

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Teknologi Fermentasi Pangan

Moegiratul Amaro, S.TP.,M.P.,M.Sc


NIP. 19870506 201504 2 004

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan

rahmat-Nya laporan tetap Teknologi Fermentasi Pangan ini dapat terselesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah

satu syarat mata kuliah Teknologi Fermentasi Pangan di Fakultas Teknologi

Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada

dosen, koordinator praktikum, dan para Co. Assisten yang telah banyak

membantu serta membimbing kami baik dalam praktikum maupun dalam

penyusunan laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih

banyak kekurangannya baik dari segi isi, penampilan maupun teknik

pengetikannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran-saran yang

sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini

selanjutnya.

Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan

ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah

pengetahuan kita.

Mataram, 7 Desember 2016

Penyusun

3
1

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
....................................................................................................................
....................................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN
....................................................................................................................
....................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................
....................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI
....................................................................................................................
....................................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL...
....................................................................................................................
....................................................................................................................
vi
ACARA I WINE
Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

ACARA II MOCAF
Pendahuluan
.................................................................................................
.................................................................................................

1
2

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

ACARA III TEMPE


Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

ACARA IV NATA DE PINNATA


Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

2
3

Kesimpulan

ACARA V DUNKIN DOUGHNUT


Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

ACARA VI TAPE
Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pelaksanaan Praktikum

Hasil Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
4

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan............................................................................


Tabel 1.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan ....................................................
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 6.2 Hasil Pengamatan............................................................................
Tabel 6.3 Hasil Pengamatan............................................................................

4
ACARA I
WINE APEL

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minuman anggur atau Wine pada dasarnya merupakan minuman hasil

fermentasi buah-buahan. Tetapi sebagian besar masyarakat konsume baik di

negara-negara lainnya menetapkan secara ketat difinisi Wine, merupakan

minuman hasil fermentasi sari buah anggur. Seperti halnya buah anggur, semua

jenis buah-buahan akan menghasilkan wine juka difermentasi. Cara yang

digunakan untuk memperoleh untuk memeperoleh minuman beralkohol dari

sabuah sama dengan cara produksi wine dari buah anggur. Produk fermentasi

dengan kadar alkohol 0,5-8,0 persen disebut hard cider atau apple jack.

Sedangkan di Inggris sari buah yang difermentasi disebut cider. Sari buah apel

yang difermentasi dengan kadar alkohol yang lebih besar dari 8,5 persen disebut

apple wine (Ayres et al., 2012).

Apel merupakan buah yang sangat digemari oleh masyarakat di seluruh

dunia termasuk Indonesia. Rata-rata konsumsi buah apel di Indonesia mencapai

1,1 kg perkapita pertahun. Buah apel memiliki kandungan gizi seperti

karbohidrat, protein, lemak, vitamin terutama vitamin C sebesar 5,0-50 gram,

mineral dan serat yang bermanfaat bagi tubuh. Barbagai variasi wine apel

mengandung sejumlah besar senyawa fenolik. Keberadaan senyawa fenolik

dalam wine mempengaruhi warna, aroma, dan rasa (Widyawati, 2012).

Berbagai jenis buah-buahan selain anggur yang dapat digunakan untuk

produksi wine memberikan variasi dalam wine itu sendiri. Pemilihan bahan untuk

produksi wine pentik untuk dilakukan. Karena berpengaruh terhadap mutu dari

1
wine tersebut. Proses pembuatan wine juga harus diperhatikan agar tidak

terkovtaminasi dan menghasilkan wine yang diinginkan. Oleh karena itu, penting

untuk mengetahui proses pembuatan wine apel dan sifat organoleptiknya.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis inokulum

dan volume starter terhadap sifat organoleptik wine apel.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Apel merupakan buah yang sangat digemari oleh masyarakat di seluruh

dunia termasuk Indonesia. Rata-rata konsumsi buah apel di Indonesia mencapai

1,1 kg perkapita pertahun. Buah apel memiliki kandungan gizi seperti

karbohidrat, protein, lemak, vitamin terutama vitamin C sebesar 5,0-50 gram,

mineral dan serat yang bermanfaat bagi tubuh. Barbagai variasi wine apel

mengandung sejumlah besar senyawa fenolik seperti turunan senyawa

hidrosinamat, katekin monomer dan oligomer, lavon dan dihidrokalkon.

Keberadaan senyawa fenolik dalam wine mempengaruhi warna, aroma, dan

rasa. Buah apel yang baik untuk difermentasi men jadi cider adalah apel dengan

kandungan gula, tanin yang tinggi (Widyawati, 2012).

Anggur minuman (wine) merupakan salah satu produk fermentasi yang

berbentuk cairan beralkohol. Kandungan alkohol wine berkisar antara 9018 %.

Kandungan alkohol wine dipengaruhi oleh kandungan gula buah, jenis khamir

dan lama fermentasi. Jenis khamir yang umumnya digunakan adalah

Saccharomyces sereviciae (Yasa, 2016). Produk fermentasi dengan kadar

alkohol 0,5-8,0 persen disebut hard cider atau apple jack. Sedangkan di Inggris

sari buah yang difermentadi disebut cider. Sari buah apel yang difermentasi

dengan kadar alkohol yang lebih besar dari 8,5 persen disebut apple wine (Ayres

et al., 2012).

Komponen utama yang meruapakan syarat terbentuknya wive adalah

gula yang difermentasi khamir menjadi etanol dan CO 2. Gula secara alami di

dalam bahan pangan biasanya tidak cukup tinggi untuk menghasilkan kadar

etanol yang memenuhi syarat mutu wine, sehingga perlu ditambahkan dari luar.

Banyaknya gula yang ditambahkan perlu diketahui sebab konsentrasi gula yang

3
terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian khamir sehingga proses fermentasi

tidak akan berlangsung. Pada proses pembuatan wine, gula yang digunakan

maksimum 30 %. Gula yang umumnya digunakan dalam pembuatan wine adalah

gula pasir (sukrosa) (Gunam, 2009).

Wine diproduksi dengan melibatkan serangkaian proses biokimia yang

kompleks. Proses ini melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa

mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir

yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi

primer. Wine adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah anggur

(must). Wine dibuat dari fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur yang

kemudian akan diubah menjadi alkohol. Selain buah anggur, wine sebenarnya

dapat dibuat dari buah-buahan lain, seperti pisang, salak, apel, dan stoberry. Hal

tersebut bisa dilakukan karena yang dibutuhkan untuk memproduksi minuman

wine adalah bahan yang memiliki kandungan gula maupun bahan yang

menghasilkan gula sebagai bahan dasar fermentasi (Hawusiwa, 2015).

Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot

yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk lonjong bulat

silindris tergantung strainnya. Khamir dapat tumbuh dengan baik pada keadaan

sangat asam (pH 3-4) dalam sari buah dan dapat tahan pada kadar alkohol 10%

atau lebih. Keadaan dalam sari buah segera menjadi anaerobik yang

memungkinkan terjadinya fermentasi alkohol. Suhu fermentasi berkisar 20-25 C

dan berlangsung selama beberapa minggu. Kadar alkohol naik sekitar 10-15%

dan membantu mengeluarkan zat warna dari bahan (Wikipedia, 2011).

4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Oktober 2016 di

Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri

Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau,

talenan, botol steril, selang udara, aluminium foil, kompor, panci, termometer,

blender, wadah plastik, sendok pengaduk, timbangan, kain paris, erlenmeyer,

stopwatch dan pH stik.


b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah

apel, gula, air matang, asam sitrat, ragi roti merek FERMIFAN.

Prosedur Kerja

1. Buah apel dicuci bersih dan dipotong-potong menjadi ukuran yang leih

kecil serta bijinya dihilangkan.


2. Dihancurkan dengan wearing blender dan ditambahkan air (1:1)
3. Doperas dengan kain saring dan cairan buah dipavaskan pada suhu 70
o
C selama 10 menit
4. Diatur pH filtrat dengan asam sitrat dan ditambahkan gula pasir 10 %
5. Dipanaskan pada suhu 70 oC selama 20 menit dan dimasukkan dalam

botol steril
6. Didinginkan dalam suhu kamar, ditambahkan stater dengan
7. Diinkubasi pada suhu kamar selama 4 minggu
8. Diamati sifat organoleptik wine apel yang meliputi warna dan aroma

5
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Hasil Uji Organoleptik Wine Apel


No Panelis Parameter
Warna Aroma
0,5 1,5 2,5 3,5 4,5 0,5 1,5 2,5 3,5 4,5
1 Nada 3 2 2 3 2 2 3 3 4 4
2 Imam 2 3 1 2 2 2 3 3 3 4
3 Windy 4 4 2 2 2 4 4 3 4 4
4 Harmy 4 3 3 2 2 3 3 3 4 4
5 Jumy 4 3 3 2 2 4 4 4 4 4
6 Isti 3 2 2 3 2 4 4 4 4 4
7 Dian 1 2 3 5 4 2 3 2 2 4
8 Elia 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4
9 Dwi S. 3 2 2 3 2 3 4 2 4 4
10 Noval 3 2 2 2 2 3 3 4 3 4
11 Abdul 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4
12 Gita 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4
13 Arifa 4 2 3 2 2 2 4 2 4 4
14 Ade Z. 3 2 2 3 2 3 3 4 4 4
15 Nur S. 4 3 3 2 2 2 3 2 4 4
16 Nur J. 2 5 5 4 4 3 4 4 4 3
17 Nurhidayah 3 3 2 2 2 4 4 4 4 5
18 Mia 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
19 Tia 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
20 Putrid 4 3 3 2 2 4 4 4 3 3
Keterangan :

Warna 1 = sangat tidak suka

2 = tidak suka

3 = agak suka

4 = suka

5 = sangat suka

Aroma 1 = sangat tidak beraroma alkohol

2 = tidak beraroma alkohol

3 = agak beraroma alkohol

6
4 = beraroma alkohol

5 = sangat beraroma alkohol

Tabel 1.2 ANOVA Paremeter Warna


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel signifikansi
keragaman bebas kuadrat tengah
Blok 19 20,59 1,0836 1,8907 0,1272 S
(panelis)
Kovsentras 4 6,44 1,61 2,809 1,0313 S
i ragi
Galat 76 43,56 0,5731
total 99 70,59
Kesimpulan :

- Blok (Panelis) : Fhit > Ftabel, maka Ho diterima. Artinya, terdapat

pengaruh yang berbeda nyata dari perlakuan panelis (blok) terhadap

tingkat kesukaan warna wine apel.


- Perlakuan (konsentrasi ragi) : Fhit > Ftabel, maka Ho diterima. Artinya,

terdapat pengaruh yang signifikan dari perbedaan konsentrasi ragi

terhadap warna wine apel.

Tabel 1.3 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Warna


Ranking Konsentrasi rerata Signifikansi
ragi
1 0,5 3.1 a
2 1,5 2,75 a b
3 2,5 2,7 a b
4 3,5 2,7 a b
5 4,5 2,3 b
Kesimpulan :

Konsentrasi ragi menurun menunjukkan tingkat penilaian panelis terhadap warna

semakin disukai.

7
Tabel 1.4 Hasil Uji Lanjut Parameter Warna (Blok)
Ranking Panelis rerata Signifikansi
1 Nur J. 4 a
2 Tia 3,4 a b
3 Mia 3,4 a b
4 Dian 3 b c
5 Nur S. 2,8 b c d
6 Bq. Putri 2,8 b c d
7 Harmy 2,8 b c d
8 Jumy 2,8 b c d
9 Windy 2,8 b c d
10 Elia 2,6 b c d
11 Gita 2,6 b c d
12 Arifa 2,6 b c d
13 Nurhidayah 2,6 c d
14 Isti 2,4 c d
15 Ade Z. 2,4 c d
16 Abdul 2,4 c d
17 Dwi S. 2,4 c d
18 Nada 2,4 c d
19 Noval 2,4 c d
20 Imam 2 d

Tabel 1.5 ANOVA Paremeter Aroma


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel signifikansi
keragama bebas kuadrat tengah
n
Perlakuan 4 9,66 2,415 7,797 0,000 S
Blok 19 13,71 0,7215 2,329 0,005 S
(panelis)
Galat 76 23,34 0,3097
Total 99 46,91
Kesimpulan :

- Blok (Panelis) : Fhit > Ftabel, maka Ho diterima. Artinya, terdapat

pengaruh yang berbeda nyata dari konsentrai ragi (perlakuan) terhadap

tingkat kandungan aroma alkohol yang dihasilkan.


- Perlakuan (konsentrasi ragi) : Fhit > Ftabel, maka Ho diterima. Artinya,

terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perbedaan konsentrasi ragi

terhadap penilaian panelis.

8
Tabel 1.6 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Aroma
ranking Konsentrasi rerata signifikansi
ragi
1 4,5 3.95 a
2 3,5 3,6 a b
3 2,5 3,45 b
4 1,5 3,35 b c
5 0,5 3 c

Tabel 1.7 Hasil Uji Lanjut Parameter Warna (Blok)


ranking Panelis Rerata Signifikansi
1 Nurhidayah 4,2 a
2 Jumy 4 a b
3 Isti 4 a b
4 Mia 3,8 a b c
5 windy 3,8 a b c
6 Nur J. 3,6 a b c d
7 Bq Putri 3,6 a b c d
8 Ade Z. 3,6 a b c d
9 Gita 3,4 a b c d
10 Abdul 3,4 b c d
11 Harmy 3,4 b c d
12 Noval 3,4 b c d
13 Dwi S. 3,4 b c d
14 Elia 3,4 b c d
15 Tia 3,4 b c d
16 Arifa 3,2 c d e
17 Nada 3,2 c d e
18 Nur S. 3 d e
19 Imam 3 d e
20 Dian 2,6 e

9
PEMBAHASAN

Anggur minuman (wine) merupakan salah satu produk fermentasi yang

berbentuk cairan beralkohol. Kandungan alkohol wine berkisar antara 9018 %.

Kandungan alkohol wine dipengaruhi oleh kandungan gula buah, jenis khamir

dan lama fermentasi. Jenis khamir yang umumnya digunakan adalah

Saccharomyces sereviciae (Yasa, 2016). Produk fermentasi dengan kadar

alkohol 0,5-8,0 persen disebut hard cider atau apple jack. Sedankan di Inggris

sari buah yang difermentadi disebut cider. Sari buah apel yang difermentasi

dengan kadar alkohol yang lebih besar dari 8,5 persen disebut apple wine (Ayres

et al. 2012).

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari jenis inokulum dan volume

starter terhadap sifat organoleptik wine apel. Buah yang baik untuk dikonsumsi

menjadi cider yaitu apel dengan kandungan gula dan tanin yang tinggi. Buah apel

memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin terutama

vitamin C sebesar 5,0-50 g, mineral dan serat yang bermanfaat bagi tubuh.

Barbagai variasi wine apel mengandung sejumlah besar senyawa fenolik seperti

turunan senyawa hidrosinamat, katekin monomer dan oligomer, lavon dan

dihidrokalkon. Keberadaan senyawa fenolik dalam wine mempengaruhi warna,

aroma, dan rasa. Buah apel yang baik untuk difermentasi men jadi cider adalah

apel dengan kandungan gula, tanin yang tinggi (Widyawati, 2012).

Inokulum yang digunakan umumnya dari genera khamir yaitu

Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati

tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora

berbentuk lonjong bulat silindris tergantung strainnya. Khamir dapat tumbuh

dengan baik pada keadaan sangat asam (pH 3-4) dalam sari buah dan dapat

10
tahan pada kadar alkohol 10% atau lebih. Keadaan dalam sari buah segera

menjadi anaerobik yang memungkinkan terjadinya fermentasi alkohol. Suhu

fermentasi berkisar 20-25 C dan berlangsung selama beberapa minggu. Kadar

alkohol naik sekitar 10-15% dan membantu mengeluarkan zat warna dari bahan

(Wikipedia, 2011).

Wine diproduksi dengan melibatkan serangkaian proses biokimia yang

kompleks. Proses ini melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa

mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir

yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi

primer. Wine adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah anggur

(must). Wine dibuat dari fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur yang

kemudian akan diubah menjadi alkohol. Selain buah anggur, wine sebenarnya

dapat dibuat dari buah-buahan lain, seperti pisang, salak, apel, dan stoberry. Hal

tersebut bisa dilakukan karena yang dibutuhkan untuk memproduksi minuman

wine adalah bahan yang memiliki kandungan gula maupun bahan yang

menghasilkan gula sebagai bahan dasar fermentasi (Hawusiwa, 2015).

Berdasarkan hasil anova diperoleh hasil pada parameter warna, terdapat

pengaruh yang berbeda nyata dari perlakuan penelis sebagai blok terhadap

tingkat kesukaan warna wine apel. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi ragi

yang berbeda, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian

perlakuan konsentrasi ragi yang berbeda terhadap warna wine apel. Panelis dan

konsentrasi ragi pada peritungan anova menunjukkan Fhit > Ftabel, maka Ho

diterima. Dan berdasarkan uji lanjut bnt menunjukkan bahwa konsentrasi ragi

berpengaruh nyata terhadap warna wine apel. Dimana konsentrasi ragi yang

menempati ranking tertinggi sampai terendah yaitu berturut-turut 0,5 %, 3,5 %,

11
1,5 %, 2,5 %, dan 4,5%. Hal ini menunjukkan warna wine yang paling disukai

oleh panelis yaitu warna wine dengan penambahan konsentrasi ragi sebesar 0,5

%. Dari tabel 1.3 dapat dilihat nilai rata-rata tertinggi yang diperoleh pada

perlakuan pemberian konsentrasi starter (ragi) dengan pevambahan 0,5 %

sebesar 3,1 dengan kriteria agak suka sampai sangat suka, sedangkan nilai rata-

rata terendah dengan pemberian perlakuan konsentrasi ragi 4,5 % sebesar 2,3

dengan kriteria tidak suka sampai sangat suka. Pada konsentrasi ragi 0,5 %

menghasilkan warna kuning jernih tidak keruh. Hal ini dikarenakan pada

konsentrasi ragi ini merupakan wine apel dengan derajat kemurnian yang sangat

tinggi, sehingga pemberian perlakuan konsentrasi ragi 0,5 % tidak akan

menimbulkan kekeruhan pada wine apel. Hal ini sesuai dengan penelitian

Gunam et al. (2009), tentang penilaian panelis terhadap evaluasi sensorik yaitu

warna pada wine salak. Pada tabel 1.4 menunjukkan uji lanjut bnt parameter

warna menunjukkan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4 dan terendah 2 terhadap

pengaruh penilaian panelis pada wine apel.

Parameter aroma, berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan

bahwa pemberian perlakuan (konsentrasi ragi) dan penilaian panelis

berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap aroma wine apel. Hal ini sesuai dengan

penelitian Gunam et al. (2009) tentang penilaian sensoris parameter aroma wine

salak. Nilai rata-rata aroma wine apel dapat dilihat pada tabel 1.6. dari tabel 1.6

tersebut dapat dilihat nilai rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan

konsentrasi 4,5 % sebesar 3,95 dan terendah pada perlakuan konsentrasi ragi

0,5 % sebesar 3 dengan kriteria agak beraroma alkohol sampai sangat beraroma

alkohol. Penilaian panelis terhadap aroma wine apel meningkat dengan

penambahn konsentrasi ragi. Menurut Gunam et al. (2009), bahwa aroma wine

12
salak ditentukan oleh senyawa volatil seperti asam-asam lemak, alkohol, dan

ester, dimana ester ini menjadi komponen utama pembentukan aroma wine dan

flavour. Komponen aroma wine terbagi atas dua yaitu diturunkan dar bahan baku

dan dihasilkan dari proses fermentasi. Kualitas wine apel dari segi warna dan

aroma yang dihasilkan dari tiap konsentrasi ragi berdasarkan penilaian panelis

penambahan konsentrasi ragi tidak disukai oleh panelis dari segi warna

sedangkan dari segi aroma penambahan konsenrasi konsentrai ragi

mengindikasikan aroma alkohol yang tinggi. Wine apel dengan konsentrasi

menurun menghasilkan penampakan (warna) yang lebih menarik dibandingkan

yang lain (meningkatnya konsentrai ragi) karena terbentuk warna yang keruh

akibat aktivitas dari mikroorganisme tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian

Gunam et al. (2009) tentang penilaian panelis terhadap evaluasi sensoris dari

wine salak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas wine apel yaitu aktivitas

starter, konsentrasi ragi, bahan baku, lama pemeraman (fermentasi). Komposisi

rata-rata table wine yaitu total solid 2-3 %, karbohidrat 0,03-0,5 %, asam-asam

0,5-1 %, abu 0,15-0,3 %, tanin asam amino, senyawa aroma dan alkohol.

Kerusakan wine terjadi baik secara non mikrobial maupun mikrobial. Kerusakan-

kerusakan wine termasuk yang disebabkan oleh garamnya, logamnya, enzim

dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses penjernihan wine.

Mikroorganisme penyebab kerusakan wine terutama oleh sel-sel khamir liar,

kapang dan bakteri.

Karakteristik dan mutu wine ditentukan oleh komposisi bahan baku,

proses fermentasi, dan perubahan yang terjadi selama fermentasi. Suhu dan

waktu fermentasi yang sesuai yaitu kebanyakan sel khamir untuk wine akan

13
tumbuh baik pada suhu 27-30 oC. Pemeraman dapat berlangsung selama

beberapa bulan atau beberapa tahun yang akan menyebabkan perubahan fisik

dan flavour wine. Pemeraman akan memberikan aroma atau bouquet yang

merupakan salah satu karakteristik wine. Karakteristik wine yang bagus yaitu

beraroma alkohol, jernih, warna khas anggur dan tidak mengandung asam volatil

yang tinggi. Karena wine dengan kandungan asam-asam volatil yang tinggi

merupakan tanda bahwa telah terjadi kegagalan dalam proses fermentasi.SNI

WINE

14
KESIMPULAN

Bedasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Minuman anggur (wine) merupakan minuman fermentasi buah-buahan

terutama dari sari buah anggur


2. Sari buah apel yang difermentasi dengan kadar alkohol lebih besar dari

8,5 % disebut wine apel.


3. Inokulum yang digunakan dalam wine apel adalah Saccharomyces

cerevisiae
4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan (kosentrasi ragi)

perpengaruh nyata terhadap penilaian panelis pada aroma dan warna

wine apel.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas wine yaitu bahan baku,

konsentrasi ragi, aktivitas starter, dan lama pemeraman.

15
ACARA II
TEPUNG MOCAF

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cassava dalam bahasa latin yaitu Manihot utilisima atau dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan nama singkong atau ketela pohon. Singkong biasanya

tumbuh di daerah tropis dan subtropics. Singkong atau cassava ini merupakan

sumber karbohidrat. Singkong atau cassava banyaj diolah menjadi beragai jenis

makanan sebagai pengganti nasi atau sumber karbohidrat lainnya. Salah satu

pengolahan singkong yang banyak dimanfaatkan yaitu tepung singkong. Secara

teknis, cara pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) mirip dengan

pembuatan tepung singkong namun disertai proses fermentasi (Zulhan, 2013).

Mocaf (Modified Cassava Flour) merupakan salah satu hasil modifikasi

sebagai salah satu produk oalahan pangan. Tepung mocaf merupakan salah satu

jenis tepung yang dapat menggantikan tepung terigu atau tepung gandum yang

biasanya banyak dikonsumsi masyarakat. Tepung mocaf diperoleh dari umbi

kayu yang diproses melalui prinsip modifikasi sel umbi kayu secara fermentasi.

Dalam pembuatan tepung mocaf, proses fermentasinya menggunakan bakteri

asam laktat. Senyawa asam dari proses fermentasi akan menghilangkan aroma

dan citarasa yang khas dari ubi kayu.

Tepung mocaf dapat memiliki pemanfaatan yang lebih luas dibandingkan

dengan tepung ubi kayu biasa. Tepung mocaf memiliki keunggulan yaitu warna

tepung lebih putih, viskositas lebih tinggi, daya rehidrasi lebih baik, dan citarasa

ubi kayu dapar ditutupi. Mocaf sangat berpotensi sebagai substitusi terigu

16
krususnya terigu yang berprotein rendah. Akan tetapi, perlu sedikit perubahan

dalam prosesnya agar dihasilkan produk dengan mutu optimal. Oleh karena itu,

perlu dilakukan praktikum ini untuk memahami karakteristik tepung mocaf.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis

inokulum dan lama perendaman terhadap sifat fisik dan kimia tepung mocaf.

17
TINJAUAN PUSTAKA

Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman perdu. Pada umumnya

pemanfaatan tanaman singkong sebagai bahan makanan pengganti beras atau

keripik singkong. Padahal kandungan gizi singkong dapat menghasilkan produk

unggulan yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi.

MOCAF (Modified Cassava Flour) adalah produk dari ubi kayu yang diproses

menggunkan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Karakteristis

mocaf disuga dipengaruhi oleh jenis khamir yang ditambahkan saa fermentasi,

penambahan kultur juga berpengaruh terhadap lama waktu fermentasi ubi kayu

(Amanu, 2014).

Modified Cassava Flour (MOCAF) dalam bahasa Indonesia berarti tepung

singkong yang termodifikasi. Modifikasi tepung singkong ini memanfaatkan peran

Bakteri Asam Laktat (BAL) yang mampu menghasilkan enzim pektinolitik dan

selulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel singkong sedemikian rupa

sehingga terjadi pembebasan ganula pati. Proses selama fermentasi ini

menghasilkan peningkatan viskositas, kemampuan gelasi, daya hidrasi

(berkaitan dengan kelarutan). Hasil hidrolisis pati yang berupa monosakarida

dapat menjadi bahan baku pembentukan asam-asam organik sehingga

menghasilkan cita rasa tertentu yang dapat menutupi cita rasa singkong (Widya,

2011).

Tepung MOCAF merupakan komoditas tepung cassava dengan teknik

fermentasi sehingga produk yang dihasilkan memiliki karakteristik mirip seperti

terigu, yaitu putih, lembut, dan tidak berbau singkong. Dengan karakterisrik yang

mirip dengan terigu, tepung MOCAF dapat menjadi komoditas subtitusi tepung

18
terigu. Indonesia memiliki tingkat permintaan yang tinggi terhadap tepung terigu,

baik oleh industri atau rumah tangga. Sedangkan kapasitas produksi tepung

terigu di Indonesia masih rendah, tingginya permintaan tepung terigu

menyebabkan harga tepung terigu menyebabkan harga tepung terigu yang tinggi

(Dahlia, 2012).

Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar adalah, MOCAF tidak

singkong sedemikian rupa sehingga terjadi pembebasan ganula pati. Proses

selama fermentasi ini menghasilkan peningkatan viskositas, kemampuan gelasi,

daya hidrasi (berkaitan dengan kelarutan). Hasil hidrolisis pati yang berupa

monosakarida dapat menjadi bahan baku pembentukan asam-asam organik

sehingga menghasilkan cita rasa tertentu yang dapat menutupi cita rasa

singkong (Subagio, 2011).

MOCAF memiliki kandungan nutrisi yang berbeda dengan tepung

terigu.Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar adalah, MOCAF tidak

merupakan sumber pati. Sedangkan kadar serat pada MOCAF adalah sekitar

3,4% dan kadar serat pada tepung terigu berkisar 2%2,5%. Kadar serat pada

tepung terigu lebih rendah dibandingkan MOCAF, ini mengakibatkan tepung

terigu memiliki karakteristik lebih lembut dan gelasi yang lebih tinggi

dibandingkan MOCAF. Kadar lemak pada MOCAF adalah 0,4% sedangkan kadar

lemak pada tepung terigu berkisar 1,52%. MOCAF memiliki kadar protein

sekitar 1% (Prasetyoningtyas, 2012).

Prinsip pembuatan MOCAF adalah dengan memodifikasi sel ubikayu

secara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih

baik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi,

daya rehidrasi dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan

19
MOCAF meliputi tahap-tahap penimbangan, pengupasan, pemotongan,

perendaman (fermentasi), pengeringan, penepungan dan pengayakan (Kurniati,

2012).

20
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016 di

Laboratorium Mikobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri

Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakn dalam praktikum ini adalah pisau, timbangan

analitik, baskom, batang pengaduk, Erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur,

ayakan, blender, toples, dan tisu.


b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dala praktikum ini adalah singkong,

ragi merk MURIPAN, dan air.

Prosedur Kerja
1. Dikupas ubi kayu dan dicuci dengan air hangat (suhu 60C)
2. Dirajang ubi kayu dengan ketebalan 1 - 1,5 mm menggunakan

pisau
3. Ditimbang ubi kayu sebanyak 100 gram
4. Ditambahkan inokulum Saccharomyces cereviseae dan

direndam dalam air (fermentasi selama 24, 36, 48, 60, dan 72

jam)
5. Dicuci dan dibilas 2 kali
6. Ditiriskan dan dikeringkan degan sinar matahari
7. Digiling halus dan diayak dengan ayakan 80 mesh
8. Diamati warna dan tekstur tepung MOCAF yang dihasilkan

21
HASIL PENGAMATAN

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Mutu Organoleptik Tepung Mocaf

N Panelis Parameter
o
Warna Tekstur

24 36 48 6 72 E (2) 2 3 48 6 72 E (2)
0 4 6 0

1 Abdul 3 3 2 3 2 1 16 2 2 3 4 2 13 169
3 9

2 Ade zanwar 3 3 2 3 2 1 16 3 1 3 2 2 10 100


3 9

3 Bq diana 3 3 2 3 2 1 16 2 2 2 4 2 13 169
3 9

4 Baiq putri 3 2 3 2 3 11 12 3 3 4 3 2 14 196


1

5 Denda 3 3 2 3 2 1 16 2 2 2 2 2 13 169
0 9

6 Dessy 3 3 2 3 2 11 16 2 2 3 4 2 13 169
9

7 Dian 2 2 2 3 2 11 14 3 2 3 3 2 11 121
4

8 Dwi 3 2 2 3 2 11 12 2 4 2 3 3 17 189
1

9 Elisa 3 2 2 2 3 1 14 4 2 2 2 3 11 121
2 4

10 Fatlul 3 2 2 3 3 11 16 4 3 3 2 3 14 196
9

11 Gita 3 2 2 2 2 1 12 4 2 3 2 3 11 121
2 1

12 Harmi 3 3 2 2 2 11 12 3 2 3 2 2 13 169

22
1

13 Indah 4 2 3 3 2 1 22 4 3 3 4 3 15 229
5 5

14 Imam 3 2 2 3 1 11 12 4 2 2 1 2 11 121
1

15 Isti 3 2 2 2 3 1 16 3 2 2 2 2 13 169
3 9

16 Jumi 2 3 2 4 2 1 10 2 3 3 3 3 16 256
0 0

17 Noval 3 2 2 3 3 1 22 2 3 2 3 2 16 256
4 5

18 Linda 4 3 2 2 3 1 12 4 2 3 4 2 15 225
5 9

19 Mia 3 3 3 2 2 1 19 1 2 3 2 3 11 121
2 6

20 Nada 3 2 3 3 3 1 19 1 3 2 2 2 11 121
3 6

21 Apik 3 2 3 2 3 1 16 3 3 3 2 3 12 144
4 9

22 Windy 2 3 2 3 2 1 12 2 3 2 2 2 11 121
0 1

23 Ifo 3 2 3 2 2 1 16 4 3 3 1 3 12 144
3 9

24 Arifah 3 1 2 2 2 1 81 1 3 3 2 2 10 100
0

25 Nurhaerani 3 3 1 3 1 11 10 1 2 2 1 1 10 100
0

26 Hidayah 3 2 3 2 1 11 14 4 3 2 2 3 11 121
4

27 Nurjumratul 3 2 2 3 1 1 10 3 2 1 1 2 11 121

23
0 0

28 Nur solihat 3 3 3 3 1 11 14 4 3 3 2 1 12 144


4

Jumlah 83 66 63 7 55 8 6 72 6 61
4 0 8 5

Rata-rata 23 23 22 2 20
6 5 5 6 7

Keterangan :

Warna : 1 = Paling putih

2 = Putih

3 = Agak putih

4 = Agak coklat

5 = Coklat

Tekstur : 1 = Paling lembut

2 = Lembut

3 = Agak lembut

4 = Agak kasar

5 = Kasar

Tabel 2.2 ANOVA Parameter Warna

Sumber Db Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Sig


keragaman kuadrat tengah

Blok 21 10.689 0,372 1,255 0,2071 135

24
Perlakuan 4 17.131 4,273 14,079 0,000 5***

Galat 112 34,069 0,804

Total 144 6,889

Kesimpulan :

Blok (panelis) : Tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari

perlakuan panelis blok terhadap tingkt kesukaan

warna tepung mocaf.

Perlakuan (fermentasi) : f hitung >f tabel artinya terdapat pengaruh yang

nyata (signifikan) dan perbedan waktu fermentasi

terhaadap mocaf.

Tabel 2.3 Uji Lanjut Dengan BNT

Ranking Perlakuan Rerata Signifikan

1 24 2,367 A

2 68 2,655 A

3 36 2,810 B

4 41 2,103 Bc

5 42 2,931 C

25
Kesimpulan :

Perbedaan warna mocaf dengan perlakuan 24 jam tidak berbeda nyata

dengan perlakuan 6 jam namun nyata dengan perlakuan 36,48 dan 75

jam.

Perlakuan mocaf degan perlakuan 60 jam berbeda nyata dengan

perlakuan 24 jam.

Perbedaan warna mocaf dengan perlakuan 36 jam tidak berbeda nyata

dengan 48 jam namun berbeda nyata dengan 72,24,dan 60 jam.

Perbedaan warna mocaf dengan perlakuan 48 jam tidak berbeda nyata

dengan 78 jam namun berbeda nyata dengan 24,69 jam.

Tabel 2.2 ANOVA Parameter Tekstur

Sumber db Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Sig


keragama kuadrat tengah
n

Blok 28 23,752 0,848 1,780 0,0183 5*

Perlakuan 4 8,648 2,162 4,536 0,020 5**

Galat 112 53,352 2,476

Total 144 85762

Kesimpulan :

26
Blok (panelis) : F hit > F tabel terdapat percobaan nyata dari perlakuan

panelis terhadap tingkat kesukaan tekstur mocaf.

Waktu fermentasi : F hit > F tabel artinya dapat perbedaan yang nyata dari

perbedaan

lama fermentasi terhadap tekstur tepung mocaf.

Tabel 2.5 Uji Lanjut BNT

Ranking Perlakuan Rerata Signifikan

1 24 2,963 a

2 48 2,655 ab

3 36 2,552 b

4 60 2,310 b

5 72 2,310 b

27
Kesimpulan :

Perlakuan fermentasi 24 jam memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap tekstur mocaf dan berbeda nyata dengan perlakuan 48 jam

serta terbentuknya dengan perlakuan 36,60 dan 72 jam.\

Perlakuan lama fermentasi 48 jam berbeda nyata dengan 56, 60 dan 72

jam.

Perlakuan lama fermentasi 36,60 jam 78 jam memberi pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap tekstur tepung mocaf.

28
PEMBAHASAN

Modified Cassava Flour (MOCAF) merupakan produk turunan dari tepung

singkong yang menggunakan prinsip modifikasi sel singkong secara fermentasi.

Secara teknis, cara pengolahan MOCAF sangat sederhana, mirip dengan

pengolahan tepung singkong biasa, namun disertai dengan proses fermentasi.

Singkong dibuang kulitnya, dikerok lendirnya, dan dicuci bersih, kemudian

dilakukan pengecilan ukuran singkong dilanjutkan dengan tahap fermentasi

selama 12-72 jam. Setelah fermentasi, singkong dikeringkan kemudian

ditepungkan sehingga dihasilkan produk. Prinsip dasar pembuatan MOCAF

adalah dengan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dengan

Bakteri Asam Laktat (BAL). Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa

MOCAF memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tepung terigu sehingga

MOCAF dapat menjadi bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan produk

pangan yang berbahan baku tepung terigu (Devega, 2010).

Praktikum pembuatan tepung MOCAF ini dilakukan dengan 5 perlakuan

yaitu perendaman selama 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam.

Parameter yang dilihat adalah warna dan tekstur dengan jumlah panelis

sebanyak 34 orang. Skala rangking yang digunakan pada warna adalah skala 1

paling putih, skala 2 putih, skala 3 agak putih, skala 4 agak coklat dan skala 5

coklat. Dari hasil pengaatan organoleptik tepung mocaf dapat disimpulkan pada

tabel ANOVA parameter warna blok ( panelis ) tidak terdapat pengaruh yang

berbeda nyata dari perlakuan panelis terhadap tingkat kesukaan warna tepung

mocaf. Pada perlakuan f hitung > f tabel, artinya terdapat pengaruh yang nyata

(signifikan) dari perbedaan waktu fermentasi terhadap mocaf. Pada uji lanjut BNT

29
terdapat perbedaan warna mocaf dengan perlakuan 24 jm tidak berbeda nayata

dengan perlakuan 6 jam namun nyata dengan perlakuan 36, 48 dan 72 jam.

Perlakuan mocaf dengan 60 jam berbeda nyata dengan perlakuan 24 jam. Pada

tabel anova tekstur dapat disimpulan Block panelis f hitung > f tabel artinya

terdapat percobaan yang nyata ari perlakuan panelis terhadap tingkat kesukaan

tekstur mocaf. Pada waktu fermentasi f hitung > f tabel artinya dapat perbedaan

yang nyata dari perbedaan lama fermentasi terhadap tekstur tepung mocaf. Pada

uji lanjut BNJ tekstur perlakuan fermentasi 24 jam memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap tekstur mocaf dan berbeda nyata dengan perlakuan 48 jam

serta terbentuknya perlakuan 36, 60 dan 72 jam.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa

pada perlakuan lama perendaman selama 72 jam memberikan hasil yang paling

efektif terhadap perendaman untuk menghasilkan tepung MOCAF yang baik.

Dengan tekstur yang lembut dan warna sangat putih bila dibandingan dengan 4

perlakuan lainnya. Fermentasi memberikan hasil yang bervariasi terhadap

derajat putih dan tekstur MOCAF. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni

penambahan starter dan lama perendaman yang mempengaruhi kadar air, kadar

pati, tekstur dan warna pada tepung MOCAF.

Inokulum adalah kultur mikroba yang dimasukkan (diinokulasi) ke dalam

medium fermentasi. Inokulum (yang dalam hal ini merupakan starter atau ragi)

sendiri merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi mengandung

mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan ini dapat

berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrient. Mikroorganisme yang

digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi, yaitu

Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces,

30
Hansenula, Lactobacillus, Acetobacter, dan sebagainya. Inokulum ditambahkan

ke dalam medium fermentasi biasanya berkisar antara 3%-10% dari volume

medium.

Hasil pengamatan yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Hidayat (2009), semakin tinggi penambahan starter maka rendemen

yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena semakin banyak starter yang

ditambahkan maka pembentukan enzim oleh starter yaitu bakteri Acetobacter

xylinum akan semakin banyak, menyebabkan rendemen dari tepung MOCAF

yang dihasilkan semakin tinggi. Bakteri Acetobacter xylinum selama

pertumbuhannya dapat menghasilkan enzim pektinolitik dan enzim selulolitik

yang dapat menghancurkan dinding sel dari singkong, sehingga dengan

hancurnya dinding sel tersebut menyebabkan komponen penimbul warna

menjadi hilang dan membuat produk hasil fernentasi menjadi lebih putih. Sama

halnya dengan pengaruh perendaman terhadap tingkat warna keputihan dari

tepung MOCAF. Menurut Amanu (2014), meningkatnya derajat putih MOCAF

disebabkan karena selama proses perendaman (fermentasi) terjadi penghilangan

komponen penimbul warna dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat

ketika pengeringan, dampaknya warna MOCAF yang dihasilkan lebih putih.

Lama perendaman yang mempengaruhi tekstur tepung MOCAF. Menurut Amanu

(2014), semakin lama fermentasi maka tekstur yang dihasilkan semakin baik. Hal

ini disebabkan karena semakin lama fermentasi maka produksi enzim pektinolitik

dan enzim selulolitik semakin banyak, dengan semakin banyaknya kedua enzim

tersebut maka pemecahan pati dan selulosa menjadi granula-granula halus akan

semakin tinggi, menyebabkan tekstur dari MOCAF semakin lembut.

31
Tepung MOCAF dapat terbentuk karena adanya proses fermentasi

selama perendaman. Selama proses fermentasi sel-sel dari singkong akan

dihancurkan oleh enzim pektinolitik dan selulolitik dari mikroba Acetobacter

xylinum. Dinding sel singkong yang dihancurkan tadi akan membentuk liberasi

granula pati yang selanjutnya granula pati tersebut akan mengalami hidrolisis

yang menghasilkan monosakarida sebagai bahan baku untuk menghasilkan

asam-asam organik (Subagio, 2011).

Penggunaan tepung MOCAF dalam pembuatan produk memiliki

keunggulan dari segi karakteristik, fisik, organoleptik dan ekonomis. Karakteristik

dari tepung MOCAF yaitu tingkat viskositas tepung yang tinggi sehingga tepung

tersebut bisa lengket lebih baik ketika diadon bersama air dibandingkan

viskositas tepung terigu yang rendah. Karena kandungan pati tepung MOCAF

lebih tinggi dibandingkan tepung lainnya. Meningkatnya viskositas disebabkan

proses liberasi granula pati yang merubah karakteristik tepung (Hidayat, 2009).

MOCAF dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang

sangat luas. Hasil uji coba penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa MOCAF

dapat digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, seperti kue

brownish, kue kukus dan sponge cake dapat dibuat dengan berbahan baku

MOCAF sebagai campuran tepungnya hingga 80%. MOCAF juga dapat menjadi

bahan baku beragam kue kering seperti cookies, nastar, dan kastengel (Widya,

2011).

32
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Modified Cassava Flour (MOCAF) merupakan produk turunan dari tepung

singkong yang menggunakan prinsip modifikasi sel singkong secara

fermentasi.
2. Prinsip dasar pembuatan MOCAF adalah dengan prinsip memodifikasi sel

ubi kayu secara fermentasi dengan Bakteri Asam Laktat (BAL).


3. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa MOCAF memiliki

karakteristik yang hampir sama dengan tepung terigu sehingga MOCAF

dapat menjadi bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan produk

pangan yang berbahan baku tepung terigu.


4. Perlakuan perendaman selam 72 jam memberikan hasil yang paling

efektif terhadap perendaman untuk menghasilkan tepung MOCAF yang

baik, dengan tekstur yang lembut dan warna sangat putih.


5. Faktor yang mempengaruhi pembuatan tepung MOCAF adalah

penambahan starter dan lama perendaman yang mempengaruhi kadar

air, kadar pati, tekstur dan warna pada tepung MOCAF.

33
ACARA IV
NATA DE PINNATA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aren (Arenga piata Merr.) merupakan salah satu jenis pohon dari

keluarga palma yang cukup dikenal dikawasan tropis karena manfaatnya yang

beragam. Mulai dari akar, batang, pelepah, daun, buah, ijuk, sampai dengan

pucuk pohon dapat dimanfaatkan. Tandah bunga dapat menghasilkan nira atau

bahan baku pembuatan gula maupun minuman minuman segar. Di Indonesia

tanaman aren tersebar diseluruh wilayah nusantara, khususnya wilayah-wilayah

perbukitan. Walaupun memiliki banyak manfaat, yang sering dimanfaatkan petani

adalah niranya (Hartati, 2010). Pemanfaatan air nira salah satunya yakni dalam

pembuatan nata.

Nata de pinnata adalah selulosa sintesis yang terbentuk dari proses

fermentasi. Bakteri yang berperan dalam pembentukan nata adalah Acetobacter

xylinum, bakteri ini dapat mengubah glukosa dalam air nira menjadi selulosa

secara ekstraseluler sehingga terbentuk pelikel tebal. Acetobacter xylinum

sangat penting dalam pembuatan nata karena kemampuannya memecah

komponen gula dan membentuk polisakarida. Selulosa yang dihasilkan bersama-

sama dengan polisakarida berlencir akan membentuk jalinan.

Nata de pinnata memiliki rasa yang enak dan mengandung serat

sehingga banyak diminati. Pembuatan Nata de pinnata pun tidak sulit dan biaya

yang diperlukan tidak banyak. Walaupun nilai gizi Nata de pinnata rendah dan

kandungan airnya mencapai 98%, Nata de pinnata mengandung serat (dietary

fiber) yang diperlukan tubuh khususnya dalam proses pencernaan. Dalam

34
pembuatan nata de pinnata banyak hal yang dapat mempengaruhi pembentukan

gel salah satunya kadar gua dan volume starter. Oleh karena itu, berdasarkan

uraian di atas perlu dilakukan praktikum pembuatan nata de pinnata untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan volume starter yang ditambahkan

terhadap mutu nata de pinnata.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh

konsentrasi gula dan volume starter yang ditambahkan terhadap mutu nata de

pinnata.

35
TINJAUAN PUASTAKA

Pohon aren atau enau (Arenga piata Merr.) merupakan pohon yang

menghasilkan bahan-bahan industri. Hampir semua bagian fisik pohon aren

seperti akar,batang dan daun maupun produksi tanaman ini (buah muda, nira

dan pati) dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis. Peanekaragaman

menafaatan aren akan meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itujuga dapat

menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Pemanfaatan air nira aren dapat

berupa nata de pinnata (Kus, 2011).

Nira dimanfaatkan sebagi minuman segar ( freshment beverage) dan

bahan baku pembuatan gula, serta produk fermentasi seperti tuak/saguer, cuka

dan alkohol. Dalam keadaan segar, rasanya manis dan berbau khas nira. Nira

juga merupakan media yang subur untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti

bakteri Acetobacter acetic dan sel ragi dari suku Sacchoromyces sehingga

secara alami nira akan mudah terfermentasi menjadi alkohol dan asam asetat.

Selain itu melalui proses fermentasi nira. Nata adalah makanan yang dikonsumsi

sebagai penyegar atau pencuci mulut (Lempang, 2013).

Cairan nira biasanya disadap dari bunga jantan walaupun bunga betina

juga dapat disadap niranya, namun jumlah dan mutu hasil sedapannya lebih

memuaskan bunga jantan disbanding bunga betina. Nira pada umumnya

mengandung gula yang sangat tinggi yaitu 7,5% sampai 15%. Gula utama

penyusun nira adalah sukrosa sekitar 13-17%. Nira juga mengandung glukosa

dan fruktosa tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Nira yang baik bercirikan

masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna dan derajat keasamannya (pH)

sekitar 6,0-7,0 (Nugroho, 2012).

36
Keberhasilan dalam pembuatan nata dipengaruhi oleh viabilitas

(kemampuan hidup) bakteri, kandungan nutrisi yang cukup terutama gua sebagai

sumber karbon untuk bahan baku pembentukan nata sangat diperlukan.

Demiakian pula sumber nitrogen dan mineral, walaupun tidak digunakan

langsung dalam pembuatan nata. Namun sumber tersebut sangat diperlukan

untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum (Bambang, 2007).

Nata adalah bahan yang menyerupai gel agar-agar yang terapung pada

medium yang mengandung gula. Nata merupakan asam hasil bentukan

mikroorganisme Acetobacter xylinum. Nata pada dasarnya merupakan selulosa.

Apabila dilihat di bawah mikroskop akan tampak sebagai suatu masa fibril tidak

beraturan yang menyerupai benang atau kapas. Umur biakan starter

padapembuatan nata sangat mempengaruhi rendemen dan ketebalan nata yang

diperoleh karena biakan ini berkaitan dengan aktivitas bakteri pembentuk nata

( Sutarminingsih, 2004).

Umur biakan starter pada pembuatan nata sangat mempengaruhi

rendemen dan ketebalan nata yang diperoleh karena umur biakan berkaitan

dengan aktivitas bakteri pembentuk nata. Mengingat bahwa nata aren

merupakan feliket dari bakteri Acetobacter xylinum, maka rendemen nata yang

terbentuk dari proses pembuatan tergantung pada aktivitas bakteri pada media

inkubasi. Seperti halnya bakteri lain, aktivitas bekteri Acetobacter xylinum

dipengaruhi oleh kondisi inkubasi yakni umur bakteri. Acetobacter xylinum

digunakan sebagai pembentuk nata karena kemampuannya mengubah gula

menjadi selulosa. Selulosa yang terbentuk dalam media tersebut berupa benang-

benang bersama-sama dengan polisakarida membentuk jalinan yang terus

menerus menebal menjadi lapisan (Suryani, 2005).

37
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu,29 Oktober 2016 di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas piala,

nampan, gelas ukur, timbangan analitik, aluminium foil, kertas label,

Erlenmeyer, gelas besar, kertas saring, ponci,kompor dan tisu.


b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah nira

aren segar, asam asetat, magnesium sulfat, gula pasir dan starter.

Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Disaring nira aren segar
3. Ditambahkan urea, gula pasir dan asam asetat
4. Dipanaskan pada suhu 100C selama 10 menit
5. Dituangkan dalam gelas besar dan steril
6. Ditutup dengan kertas
7. Didinginkan pada suhu ruang
8. Diinokulasi dengan starter
9. Diinkubasi di tempat gelap pada suhu kamar selama 2 minggu
10. Diamati tekstur dan warna dari nata de pinata yang terbentuk.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Nata De Pinnata
No Panelis Parameter
Warna Tekstur
6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
1 Nada 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3
2 Imam 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3
3 Windy 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
4 Harmi 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4
5 Isti 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
6 Dian 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4
7 Noval 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4
8 Abdul 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3
9 Elia 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4

38
10 Dwi S. 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
11 Gita 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
12 Nifo 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4
13 Dende 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4
14 Linda 4 3 3 2 4 3 3 4 4 2
15 Arifa 4 3 2 2 4 3 4 4 4 2
16 Indah 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3
17 Nurhidaya 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3
h
18 Mia 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4
19 Tia 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4
20 Bq. Putri 4 3 4 3 4 4 3 3 4 2

Keterangan:

Warna 1 = Sangat Kuning

2 = Kuning

3 = Agak Putih

4 = Putih

5 = Sangat Putih

Tekstur 1= Sangat Tidak Kenyal

2 = Tidak Kenyal

3 = Agak Kenyal

4 = Kenyal

5 = Sangat Kenyal

Tabel 4.2 ANOVA Parameter Warna


Sumber db JK KT F hitung F Signifikansi
keragaman tabel
Blok (Panelis) 19 10,64 2,66 9,6450 0,000 S
0
Perlakuan 4 4,59 0,241 0,8759 0,612 NS
6 2
Galat 76 10,96 0,2738
total 99 36,19

Kesimpulan:

39
Blok ( Panelis) = F hitung > F tabel, H0 diterima artinya terdapat

pengaruh
yang berbeda nyata dari perlakuan panelis (blok) terhadap

tingkat kesukaan warna nata de pinnata.


Perlakuan = F hitung < F tabel, H 0 ditolak artinya tidak terdapat

pengaruh
yang berbeda nyata dari perbedaan jumlah starter terhadap

warna nata de pinnata.

Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Warna (Perlakuan)


Rankin Perlakuan Rerat Signifikansi
g a
1 6 4 A
2 7 3,3 B
3 10 3,3 Bc
4 8 3,15 C
5 9 3,1 C

Keseimpulan:

Pada penambahan starter 6 ml tidak signifikan dengan perlakuan

penambahan 7, 8 dan 9 ml.


Untuk perlakuan 7 dan 10 menghasilkan perbedaan yang nyata

Tabel 4.4 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Warna ( Blok)


Ranking Panelis Rerata Signifikansi
1 Dwi S. 3,8 a
2 Indah 3,6 ab
3 Bq. Putri 3,6 ab
4 Noval 3,6 ab
5 Nada 3,6 ab
6 Abdul 3,6 ab
7 Harmi 3,6 ab
8 Windy 3,6 ab
9 Nurhidayah 3,4 ab
10 Mia 3,4 ab
11 Dian 3,4 ab
12 Imam 3,4 ab
13 Elia 3,4 ab
14 Gita 3,4 ab
15 Nifo 3,2 ab
16 Isti 3,2 ab
17 Linda 3,2 ab

40
18 Denda 3,2 ab
19 Arifa 3 b
20 Tia 3 b

Tabel 4.5 ANOVA Parameter Tekstur


Sumber db JK KT F hitung F Signifikansi
keragaman tabel
Perlakuan 4 4,46 1,115 4,336 0,003 S
3
Blok (Panelis) 19 8,96 0,471 1,834 0,036 S
5 5
Galat 76 19,54 0,2571
Total 99 32,96

Kesimpulan:

Perlakuan = F hitung > F tabel, H 0 diterima artinya terdapat

pengaruh
yang berbeda nyata dari perbedaan konsentrasi starter

terhadap tingkat tekstur nata de pinnata.


Blok ( Panelis) = F hitung > F tabel, H0 diterima artinya terdapat

pengaruh
yang berbeda nyata dari perlakuan panelis (blok) terhadap

tingkat kesukaan tekstur nata de pinnata.

Tabel 4.6 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Testur (Perlakuan)


Rankin Perlakuan Rerat Signifikansi
g a
1 6 3,8 A
2 8 3,65 A
3 9 3,6 Ab
4 7 3,3 Bc
5 10 3,25 C

Keseimpulan:

Terdapat pengaruh berbeda nyata antara perlakuan 6, 8 dan 9


Terdapat pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan 7 dan 10 serta

9 dan 7
Tidak terdapat pengaruh berbeda nyata antara perlakuan 6 dan 10

serta 8 dan 10
Tabel 4.7 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Testur ( Blok)
Ranking Panelis Rerata Signifikansi

41
1 Nifo 3,8 a
2 Tia 3,6 ab
3 Windy 3,6 ab
4 Isti 3,6 ab
5 Mia 3,6 ab
6 Abdul 3,6 ab
7 Elia 3,6 ab
8 Dwi S. 3,6 ab
9 Gita 3,4 ab
10 Nurhidayah 3,4 ab
11 Arifa 3,4 ab
12 Denda 3,4 ab
13 Dian 3,4 ab
14 Linda 3,4 ab
15 Noval 3,2 ab
16 Indah 3,2 ab
17 Nada 3,2 ab
18 Harmi 3,2 ab
19 Imam 3 b
20 Bq. Putri 3 b

42
PEMBAHASAN
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang dalam bahasa inggris berarti

cream sedangkan pinnta merupakan kata yang diambil dari nama jenis pohon

aren (Arenga Pinnata). Nata merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci

mulut yang dapat digolongkan pada serat pangan (dietary fiber) yang cukup

berarti untuk kelangsungan fisiologi secara normal. Nata merupakan selulosa

sintetik, terbentuk dari proses fermentasi yang bersifat anabolik pada media cair

untuk menghasilkan senyawa kompleks selulosa dari pembentukan senyawa

sederhana ( Rahardjo, 2009). Sedangakan menurut Suterminingsih (2004), nata

merupakan bahan menyerupai gel (agar-agar) yang terapung di dalam media

yang mengadung gula.


Nata de pinnata merupakan produk hasil fermentasi cairan nira aren

(Arenga Pinnata L.) yang berbentuk gel kenyal. Kandungan nutrisi nata de

pinnata yang diolah dari nira aren tidak jauhberbeda dengan nutrisi nata yang

lainnya yang diolah dari air kelapa atau air nira kelapa. Nata de pinnata

mengandung kadar air sebesar 97,42%, serat kasar 0,82%, dan protein 0,15%.

Sementara kandungan vitamin C, lemak, kalsium dan fasfor sangat rendah.

Secara fisik nata de pinnata tidak jauh berbeda dengan nata de coco atau produk

lainnya.
Starter yang digunakan dalam pembuatan atau pembentukan nata adalah

bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mampu mengubah gula (glukosa) dalam

air nira menjadi selulosa secara esktraseluler sehingga terbentuk flikel tebal.

Acetobacter xylinum dapat memecah komponen gula dan membentuk

polisakarida. Selulosa yang dihasilkan bersama-sama dengan polisakarida

berlendir membentuk suatu jalinan yang lama kelamaan akan membentuk suatu

masa yang kokoh dan tebal. Lapisan selulosa ini terbentuk selapis demi selapis

pada permukaan sari buah sehingga akhirnya menebal.

43
Hasil pengamatan dengan uji organoleptik pada parameter warna

menunjukkan panelis memberikan penilain yang berbeda pada warna nata de

pinnta yang dihasilkan. Hasil analisis ragam varian ANOVA menunjukkan F

hitung < F tabel, H0 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata

dari perbedaan jumlah starter terhadap warna nata de pinnata. Hasil uji lanjut

BNT menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara perlakuan starter 6 ml

dengan perlakuan jumlah starter 7, 8, 9 dan 10 ml terhadap warna nata de

pinnata. Dari hasil uji lanjut ini dapat pula disimpulkan bahwa perlakuan

penambhan starter 6 ml merupakan perlakuan terbaik untuk menghasilkan warna

nata de pinnata yang baik dan disukai.

Hasil ANOVA parameter tekstur menunjukkan F hitung > F tabel, H 0

diterima artinya terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perbedaan

konsentrasi starter terhadap tingkat tekstur nata de pinnata yang dihasilkan. Hasil

uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan penambahan starter 6 ml

merupakan perlakuan terbaik untuk menghasilkan tekstur nata de pinnata yang

baik dan disukai. Terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan

penambahan starter 6 ml, 8 ml dan 9 ml. Menurut Suryani (2005), umur biakan

starter dan volume starter sangat mempengaruhi rendemen dan ketebalan nata

yang diperoleh karena umur dan volume biakan berkaitan dengan aktivitas

pembentukan nata.

Fungsi komponen-komponen yang ditambahkan dalam proses

pembuatan nata de pinnata diantaranya gula yang merupakan sumber energy

mikroba yang dapat menghasilkan asam asetat bersama terbentuknya selulosa.

Nitrogen merupakan salah satu unsur yang dapat merangsang pertumbuhan dan

aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam hal ini adalah ammonium sulfat.

44
Manfaat starter adalah yaitu berperan dalam pembentukan nata karena bakteri

ini yang mengubah gula menjadi selulosa. Dimana selulosa yang terbentuk

dalam media tersebut berupa benang-benang dengan polisakarida membentuk

jalinan terus menerus dan menebal membentuk lapisan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum

diantaranya adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, tingkat keasaman,

media, temperatur dan oksigen. Senyawa karbon yang dibutuhkan berasal dari

monosakarida dan disakarida. Sedangkan sumber nitrogen dapat diperoleh dari

bahan organic seperti ZA dan urea. Bakteri Acetobacter xylinum tumbuh optimal

pada pH 4,3 dan pada suhu 28C sampai 31C. Faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembuatan nata de pinnta adalah jumlah gula yang

terdapat dalam air nira, jumlah gula yang ditambahkan, volume starter, pH, lama

fermentasi dan suhu.

45
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Nata de pinnata merupakan produk hasil fermentasi cairan nira aren

(Arenga Pinnata L.) yang berbentuk gel kenyal.


2. Starter yang digunakan dalam pembuatan atau pembentukan nata adalah

bakteri Acetobacter xylinum.


3. F hitung < F tabel, H0 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang

berbeda nyata dari perbedaan jumlah starter terhadap warna nata de

pinnata.
4. Perlakuan penambhan starter 6 ml merupakan perlakuan terbaik untuk

menghasilkan warna dan tekstur nata de pinnata yang baik dan disukai.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan nata de pinnta

adalah jumlah gula yang terdapat dalam air nira, jumlah gula yang

ditambahkan, volume starter, pH, lama fermentasi dan suhu.

46
ACARA V
DUNKIN DOUGHNUT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat pada dasarnya membutuhkan karbohidrat dan zat gizi lainnya

untuk memenuhi kecukupan energi. Debagian besar zat gizi karbohidrat

diperoleh dari serealia dan umbi-umbian. Umbia-umbian tersebut dapat diolah

menjadi bahan dasar dalam pengolahanpangan. Makanan atau camilan yang

mengandung karbohidrat antara lain yaitu donat. Donat merupakan makanan

camilan yang dapat terbuat dari tepung terigu dan campuran bahan lainnya.

Doughnut atau yang populer disebut dengan donat merupakan camilan

yang cukup familiar di masyarakat. Meski kue ini bukan asli dari Indonesia tetapi

kue ini banyak disukai. Rasa adonan kue ini gurih dan empuk yang disertai

dengan topping beraneka ragam seperti cokelat beras atau gula halus, lelehan

cokelat hingga abon manis. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat

roti adalah tepung terigu (Aryani, 2011).

Organisme yang berperan utama dalam produksi roti adalah khamir roti. Jenis

dari khamir roti yang biasa digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.

Penambahan ragi tersebut akan mempengaruhi tekstur, struktur dan rasa roti.

Ragi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keempukan donat (Anonim,

2012). Oleh karena itu, pentingnya praktikum ini untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi ragi fermipan terhadap daya kembang dan mutu doughnut.

47
Tujuan Praktikum

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh

konsentrasi ragi fermifan terhadap daya kembang dan mutu doughnut.

48
TINJAUAN PUSTAKA

Donat merupakan sejenis kue kecil yang memiliki bentuk khas yaitu

memiliki lubang ditengahnya seperti bentuk cincin. Doughnut atau sering disebut

dengan Donat termasuk makanan camilan siap saji, terbuat dari bahan baku

terigu. Pengembangan adonan dapat berupa bahan kimiawi seperti garam-

garam karbonat atau melalui proses fermentasi. Pengembangan doughnut

melalui fermentasi dilakukan dengan penambahan kultur starter Saccharomyces

cereviciae atau campuran dengan spesies khamir lainnya (tamba, 2014).

Pembuatan donat merupakan salah satu proses pengolahan dengan

memanfaatkan mikroba yaitu jenis hamir Saccharomyces cereviceae yang sering

dikenal dengan ragi roti. Khamir ini digunakan sebagai bahan pengembang pada

pembuatan donat atau jenis rerotian lainnya karena dapat menghasilkan enzim

dapat merombak gula menjadi alkohol dan gas CO2. Adanya gas CO2 yang

terbentuk selama proses fermentasi mengakibatkan adonan dapat mengembang.

Hal ini juga bisa terjadi karena tepung yang diadoni sifatnya elastis sehingga

dapat mengurung gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi (Anah,

2013).

Donat merupakan camilan yang favorit terutama dikalangan anak muda.

Meski bukan asli kue lokal, kue yang mempunyai lubang di tengah ini cukup

familiar di masyarakat. Rasa adonan kue ini gurih dan empuk disertai dengan

topping yang beraneka ragam mulai dari cokelat, gula halus hingga abon. Faktor

keempukan donat adalah pada peragian. Tekstur donat yang keras disebabkan

oleh peragian yang tidak sempurna. Adonan donat yang mengembang sempurna

ditandai dengan donat berukuran dua kali lipat dari ukuran semula (Iwandono,

2008).

49
Pembuatan donat perlu diperhatikan volume pengembangan dari adonan

yaitu kemampuan menghasilkan gas CO2 dan kemampuan untuk menahan gas

selama fermentasi. Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan.

Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida

selama fermentasi. Gas ini kemudian akan terperangkap dalam jaringan gluten

yang dapat menyebabkan roti bisa mengembang. Ragi merupakan sumber

protein sehingga dinamakan sebagai protein sel tunggal. Ragi yang biasanya

digunakan dalam pembuatan donat adalah Saccharomyces cereviceae (Latif,

2014)

Selain mengandung karbohidrat, kentang mengandung banyak protein,

garam alkali, vitamin A dan vitamin B. Kandungan alkali menjadikan kentang

sebagai salah satu makanan basa yang paling kuat. Karena itu kentang sebagai

sangat berguna untuk menjaga cadangan alkali dalam tubuh. Umbi yang satu ini

merupakan penawar racun alami terhadap asam yang berlebihan atau asidosis.

Kentang sangat penting untuk membantu pertumbuhan bakteri dalam saluran

pencernaan (Any, 2008).

50
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 November 2016 di

Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri

Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah baskom plastik, garisan

plastik, timbangan, sendok, gelas, penggorengan, kertas wrap dan kompor.

b. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah tepung terigu, kentang,

telur 1 butir, mentega, susu bubuk, gula halus, garam, minyak goreng dan ragi

fermifan.

Prosedur Kerja

1. Disiapkan tepung terigu

2. Diayak dan dicampur dengan susu bubuk, gula halus, garam dan telur.

3. Disiapkan kentang, kemudian dikukus dan dihancurkan.

4. Ditambah dengan mentega.

5. Diuleni campuran tepung terigu dengan kentang, kemudian ditambahkan

regi permifan dengan berat 1 g, 2 g, 3 g, 4 g dan 5 g, kemudian diperam

pada suhu kamar selama 15 menit.

6. Diuleni kembali dan diroll deng ketebalan 2 cm.

7. Dicetak.

51
8. Dibiarkan mengembang selama 15 menit.

9. Digoreng sampai matang.

52
HASIL PENGAMATAN

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Dunkin Doughnut


No Nama Parameter
Warna Tekstur
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Nada 2 2 2 2 1 5 3 3 3 2
2 Afik 2 2 2 2 1 2 4 3 4 4
3 Bq. Putri 3 3 1 2 1 1 2 2 2 3
4 Mia 2 3 1 2 1 2 3 2 5 4
5 Hidayah 3 3 1 2 1 2 4 2 2 3
6 Tia 3 2 1 1 2 2 4 3 4 4
7 Harmi 3 4 1 2 2 2 4 3 4 3
8 Elia 3 4 1 1 2 2 4 3 4 4
9 Linda 3 4 1 1 2 2 4 3 4 4
10 Anggun 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3
11 Danik 3 2 2 2 1 5 3 3 3 1
12 Denda 3 3 1 1 2 2 4 3 2 1
13 Gita 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2
14 Nifo 3 3 1 2 2 3 4 2 3 3
15 Arifa 3 3 1 2 3 2 4 3 4 2
16 Isti 3 3 1 1 2 3 4 4 4 3
17 Windi 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
18 Dian 4 3 1 2 2 3 4 4 3 3
19 Dwi. S 3 4 1 1 2 2 4 3 4 4
20 Bq. Diana 2 2 1 2 1 1 3 1 2 2

Keterangan:

Warna : Tekstur :

1. Sangat coklat 1. Sangat tidak lembut

2. Coklat 2. Tidak lembut

3. Agak kuning 3. Agak lembut

4. Kuning 4. Lembut

5. Sangat kuning 5. Sangat lembut

53
Tabel 5.2 Tabel Anova Parameter Warna
SK DB JK KT F hitung F tabel signifikansi

Blok 19 23,71 1,24 3,21 0,0002 S***

Perlakua 4 42,86 10,71 27,36 0,000 S***


n

galat 76 20,54 0,38

total 99 96,11

Kesimpulan:

-blok (panelis) : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh

yang nyata dari perlakuan panelis (blok) terhadap tingkat

warna donat

-perlakuan : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh

yang berbeda nyata dari perbedaan konsentrasi ragi yang

digunakan terhadap warna donat

Tabel 5.3 Hasil Uji Lanjut BNT Parameter Warna


Ranking Perlakuan Rerata Signifikansi
1 2% 3,05 a
2 1% 2, 85 a
3 4% 1,8 b
4 5% 1,75 bc
5 3% 1,4 c
BNT (0,05) = 0,392

Kesimpulan :

- konsentrasi 2% ragi memiliki rerata 3,05 yang merupakan rerata tertinggi dan

menghasilkan tingkat warna donat yang tidak berbeda nyata (non signifikan)

dengan konsentrasi ragi 1% memiliki tingkat warna agak kuning

54
- konsengtrasi ragi 4% memiliki rerata 1,8 dan menghasilkan tingkat warna pada

donat yang tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan konsentrasi 5% rerata

untuk konsentrasi 5% yaitu 1,75 warna yang dihasilkan yaitu coklat

- Konsentrasi ragi3% merupakan nilai rerata terendah yaiti 1,4 dan menghasilkan

warna pada donat yaitu sangat coklat

Tabel 5.4 Tabel Anova Parameter Tekstur


SK DB JK KT F hitung F tabel signifikansi

Blok 19 30,19 1,58 2,29 0,0058 S***

Perlakua 4 15,34 3,83 5,53 0,0006 S***


n

galat 76 52,66 0,692

total 99 98,19

Kesimpulan :

-blok (panelis) : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh

yang nyata dari perlakuan panelis (blok) terhadap tingkat

tekstur donat

-perlakuan : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh

yang berbeda nyata dari perbedaan konsentrasi ragi yang

digunakan terhadap tekstur donat

Tabel 5.5 hasil uji lanjut BNT parameter warna


Ranking Perlakuan Rerata Signifikansi
1 1% 3,7 a
2 3% 3, 3 ab
3 5% 3,05 bc
4 4% 2,85 bc
5 2% 2,55 c
BNT (0,05) = 0,392

Kesimpulan :

55
- konsentrasi 1% ragi memiliki rerata 3,05 yang merupakan rerata tertinggi yaitu

3,7 dan menghasilkan tingkat tekstur donat yang tidak berbeda nyata (non

signifikan) dengan konsentrasi ragi 3%.

- konsengtrasi ragi 5% memiliki rerata 3,05 dan menghasilkan tingkat tekstur

pada donat yang tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan konsentrasi 4 %

rerata untuk konsentrasi 4% yaitu 2,85 tekstur yang dihasilkan yaitu agak

lembut

-Konsentrasi ragi 2% merupakan nilai rerata yaitu 2,55 dan menghasilkan tingkat

tekstur pada donat yaitu agak lembut.

Parameter Tinggi

Klp perlakuan Sebelum Sesudah Sesudah Sebelum Sesudah Sesudah


fermentasi fermentasi baking fermentasi fermentasi baking

11 1% 3,5 4 3,8 3,05 3,1 3,5

12 2% 3,8 4,5 5,5 2,9 3,2 4,2

13 3% 4 5 4,6 3 3 3,5

14 4% 4 4 5,3 3 3 3,8

15 5% 4 5,5 5 3 2 3,6

56
PEMBAHASAN

Donat merupakan salah satu kue yang mempunyai ciri khas yang tidak

dimiliki kue lain. Donat merupakan kue yaitu berbentuk lingkaran yang memiliki

lubang di tengah-tengahnya. Donat tergolong kelompok produk bakery yang

bahan dasarnya adalah tepung terigu. Berdasarkan kadar proteinnya terigu

dibedakan atas terigu tipe kuat (hard wheat), tipe sedang (medium wheat) dan

tipe lemah (soft wheat).

Donat biasanya terbuat dari tepung terigu kuat karena dapat menyerap air

dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki

elastisitas yang baik untuk menghasilkan donat dengan remah halus, tekstur

lembut, volume besar dan mengandung 12-13% protein. Kandungan protein

pada terigu tipe kuat paling tinggi dibandingkan dengan terigu tipe lainnya. Dalam

pembuatan donat penggunaan tepung terigu tipe kuat lebih disukai karena

kemampuan gluten (jenis protein pada tepung terigu) yang sangat elastis dan

kuat untuk menahan pengembangan adonan akibat terbentuknya gas

karbondioksida (CO2) oleh khamir Saccharomyces cereviseae. Semakin kuat

gluten menahan terbentuknya CO2 maka adonan donat semakin mengembang.

Mengembangnya volume adonan donat mengakibatkan donat yang sudah

digoreng akan menjadi mekar. Hal ini dapat terjadi karena terbentuknya struktur

berongga dalam donat. Adonan yang telah jadi harus ditutup dengan kain saring

yang telah direndam dalam air agar gas CO2 yang dihasilkan oleh

Saccharomyces cerevisiae tidak keluar sehingga adonan dapat mengembang.

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan donat dengan konsentrasi ragi

(fermipan) yang berbeda yaitu 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Proses pembuatan

donat secara garis besar adalah pencampuran (mixing), proses pengadonan

57
(kneading), fermentasi, pencetakan (rounding) dan penggorengan atau

pemanggangan (roasting). Suhu optimum fermentasi adonan adalah 27C.

setelah difermentasi, adonan donat dibentuk dan dimasukkan ke dalam loyang.

Adonan didiamkan (proofing) pada suhu 32-38C selama 15 menit. Ragi roti

tumbuh sangat cepat selama pengadukan adonan, fermentasi dan proofing dan

dihasilkan sedikit etanol dan gas CO 2. Etanol yang dihasilkan akan menguap

selama penggorengan, sedangkan gas CO2 ditahan gluten terigu sehingga roti

mengembang.

Berdasarkan hasil pengamatan untuk parameter warna dengan

perhitungan ANOVA untuk blok (panelis) yaitu F hitung > F tabel, maka Ho

ditolak, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan panelis (blok)

terhadap tingkat warna donat, untuk perlakuan yaitu F hitung > F tabel, maka Ho

ditolak, artinya terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perbedaan

konsentrasi ragi yang digunakan terhadap warna donat. Sedangkan untuk uji

lanjut BNT parameter warna diperoleh konsentrasi 2% ragi memiliki rerata 3,05

yang merupakan rerata tertinggi dan menghasilkan tingkat warna donat yang

tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan konsentrasi ragi 1% memiliki tingkat

warna agak kuning, konsengtrasi ragi 4% memiliki rerata 1,8 dan menghasilkan

tingkat warna pada donat yang tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan

konsentrasi 5% rerata untuk konsentrasi 5% yaitu 1,75 warna yang dihasilkan

yaitu coklat, Konsentrasi ragi3% merupakan nilai rerata terendah yaiti 1,4 dan

menghasilkan warna pada donat yaitu sangat coklat. Parameter tekstur

berdasarkan perhitungan ANOVA untuk blok (panelis) yaitu F hitung > F tabel,

maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan panelis

(blok) terhadap tingkat tekstur donat sedangkan untuk perlakuan yaitu F hitung >

58
F tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari

perbedaan konsentrasi ragi yang digunakan terhadap tekstur donat. Sedangkan

berdasarkan uji lanjut diperoleh konsentrasi 1% ragi memiliki rerata 3,05 yang

merupakan rerata tertinggi yaitu 3,7 dan menghasilkan tingkat tekstur donat yang

tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan konsentrasi ragi 3%. Konsengtrasi

ragi 5% memiliki rerata 3,05 dan menghasilkan tingkat tekstur pada donat yang

tidak berbeda nyata (non signifikan) dengan konsentrasi 4 % rerata untuk

konsentrasi 4% yaitu 2,85 tekstur yang dihasilkan yaitu agak lembut. Konsentrasi

ragi 2% merupakan nilai rerata yaitu 2,55 dan menghasilkan tingkat tekstur pada

donat yaitu agak lembut.

Gula walaupun dalam jumlah yang sedikit perlu ditambahkan dalam

adonan karena gula dapat berperan sebagai sumber karbohidrat untuk

mendukung pertumbuhan ragi roti yang akan menghasilkan gas CO 2 dalam

jumlah yang cukup untuk mengembangkan volume adonan secara maksimal.

Mentega (shortening) ditambahkan dalam adonan untuk memudahkan

pembentukan adonan serta melunakkan tekstur dan mencegah stalling donat.

Penambahan tepung susu dimaksudkan untuk memperbaiki tekstur dan

meningkatkan kadar protein roti. Penambahn garam bertujuan untuk

memperbaiki cita rasa dan juga mendukung pertumbuhan khamir

Saccharomyces cereviseae dalam menghasilkan gas CO2.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin banyak

ragi yang digunakan dalam pembuatan donat maka pertambahan volume akan

semakin besar dan menghasilkan struktur yang semakin lunak disertai struktur

yang makin halus. Hal ini terjadi karena Saccharomyces cerevisiae menghasilkan

lebih banyak gas yang dapat mengembangkan adonan. Donat paling bagus

59
dihasilkan dengan penggunaan ragi 3 % karena pertambahan volumenya lebih

besar daripada penambahan ragi yang lainnya. Tekstur donat yang lembut

dihasilkan melalui peragian yang sempurna. Jika adonan donat belum

mengembang sempurna dan terlalu cepat digoreng akan mengakibatkan tekstur

donat menjadi keras. Adonan donat dikatakan mengembang sempurna jika

berukuran dua kali lipat ukuran semula. Selain itu, empuknya adonan donat bisa

disebakan oleh tambahan tepung kentang.

Pada penggorengan donat diperlukan suhu 150-170C. Jika

penggorengan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka akan

mengakibatkan case hardning, di mana donat yang dihasilkan hanya matang

diluar saja tetapi bagian dalam belum terlalu matang atau warna donat terlalu

cokelat. Pada saat suhu rendah pembentukan gas akan terhambat. Proses

penggorengan donat akan mengakibatkan kerusakan sel-sel khamir. Lamanya

penggorengan akan berpengaruh pada warna donat. Semakin lama waktu

penggorengan maka warnanya akan cokelat. Oleh karena itu, waktu dalam

menggoreng donat harus diperhatikan. Penggorengan dihentikan apabila donat

sudah berwarna kuning kecokelatan.

Selama penyimpanan, donat mudah mengalami kerusakan akibat

tumbuhnya jamur (kapang). Untuk mencegah hal ini terjadi maka dalam

pembuatan donat perlu ditambahkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan

jamur seperti sodium propionat atau kalsium propionat dengan kadar 0.32-0.38%

dari jumlah tepung yang digunakan. Faktor pengembangan adonan dipengaruhi

oleh faktor peragian dan kekalisan adonan. Tekstur donat yang keras disebabkan

oleh peragian yang tidak sempurna. Adonan donat yang sempurna ditandai

dengan donat berukuran dua kali lipat dari ukuran semula.

60
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Konsentrasi ragi fermifan yang paling optimal untuk menghasilkan daya

kembang adonan maksimum dan mutu doughnut yang baik adalah 2 %.

2. Proses pembuatan donat secara garis besar adalah pencampuran

(mixing), proses pengadonan (kneading), fermentasi, pencetakan

(rounding) dan penggorengan atau pemanggangan (roasting).

3. Semakin banyak ragi yang digunakan dalam pembuatan donat maka

pertambahan volume akan semakin besar dan menghasilkan struktur

yang semakin lunak disertai struktur yang makin halus.

4. Jenis tepung yang digunakan dalam pembuatan donat adalah terigu

karena kemampuan gluten yang kuat untuk menahan pengembangan

adonan akibat terbentuknya gas karbondioksida (CO2) oleh khamir

Saccharomyces cereviseae.

5. Semakin kuat gluten menahan terbentuknya CO 2 maka adonan donat

semakin mengembang.

61
ACARA VI
TAPE

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tape merupakan salah satu produk fermentasi yang berbahan dasar

singkong. Pada proses fermentasinya melibatkan mikroorganisme jenis khamir

yaitu Saccharomyces cerevisiae mengeluarkan enzim yang dapat memecah

karbohidrat pada singkong menjadi glukosa yang membuat tape terasa manis

walaupun tidak diberi gula. Kemudian glukosa itu akan dimakan untuk

pertumbuhannya sehingga singkong menjadi lunak. Kamur tersebut akan

merubah glukosa menjadi alkohol (Ela, 2009).

Rasa manis dari tape dipengaruhi oleh kadar gula dari tape. Dalam

proses fermentasi, pati akan diubah menjadi gula oleh kapang jenis

Clamydomucor dan ragi Saccharomyces cerevisiae yang merubah gula menjadi

alkohol. Ragi sangat diperlukan dalam proses pembuatan tape. Selain ubi kayu,

jenis bahan yang mengandung karbohidrat lain juga dapat difermentasi menjadi

tape (Martini, 2011).

Khamir mempunyai kemampuan untuk memecah pangan karbohidrat

menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses ini diketahui sebagai fermentasi

alkohol yaitu proses anaerob. Khamir mempunyai sekumpulan enzim yang

diketahui sebagai zymase yang berperan pada fermentasi senyawa gula, seperti

glukosa menjadi etanol dan karbondioksida (Ela, 2009). Oleh karena itu,

praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ragi tape.

62
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh

konsentrasi ragi terhadap sifat fisik dan organoleptik tape singkong.

63
TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan tape singkong termasuk dalam bioteknologi sederhana. Tape

merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape

dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda

dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu

mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,

pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme (Annisa, 2010).


Pada proses pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cerevisiae)

mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi

glukosa yang membuat tape terasa manis walaupun tidak diberi gula. Kemudian

glukosa itu akan dimakannya untuk pertumbuhannya sehingga singkong menjadi

lunak. Jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol (Ela, 2009).
Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan

oleh jamur Saccharomyces cerevisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam

mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan

karbondioksida. Selain Saccharomyces cerevisiae, dalam pembuatan tape ini

terlibat pula mikroorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan

Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam

mengubah pati menjadi glukosa (Tania, 2011).


Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil

fermentasi adalah etanol, asam laktat dan hidrogen. Akan tetapi beberapa

komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan

aseton. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang

tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk

fermentasi. Pemilihan media pembungkus sangat penting biasanya

menggunakan daun pisang, daun jati, daun waru dan plastik. Untuk mendorong

64
pertumbuhan jamur Saccharomyces cerevisiae dengan baik secara aerasi untuk

mendapatkan cukup udara (Jono, 2010).


Ragi adalah produk yang dibuat dari adonan tepung beras dan berbagai

macam rempah-rempah mengandung berbagai macam jasad renik (tergantung

jenis raginya), ragi digunakan sebagai starter dalam pembuatan roti maupun

berbagai jenis makanan hasil fermentasi tradisional, seperti tape, tempe, oncom,

dan kecap juga untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman

beralkohol lainnya (Martini, 2011).

65
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2015 di

Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri

Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat-alat praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau

stainless steel, timbangan analitik, panci, kompor, baskom plastik, dandang,

dan mika.

b. Bahan-bahan praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini singkong

kukus dan ragi NKL.

Prosedur Kerja

1. Dikupas singkong, kemudian dibersihkan lalu dipotong


2. Ditimbang 300 gr singkong
3. Dikukus 30 menit
4. Didinginkan singkong
5. Ditambahkan ragi
6. Dikemas dalam plastik
7. Disimpan pada suhu kamar selama 3 hari

66
HASIL PENGAMATAN

67
PEMBAHASAN

Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana

terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang kompleks menjadi lebih sederhana.

Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda

dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu

mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,

pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Zat pati yang ada dalam

bahan makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan

bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir (Annisa, 2010).
Bahan baku yang digunakan dalam praktikum ini adalah singkong.

Singkong (Manihot utilissima) merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat.

Singkong adalah umbi atau akar pohon yang panjang dengan daging umbinya

berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan

meskipun di tempatkan pada lemari pendingin, hal ini karena singkong rentan

sekali mengalami kerusakan karena kandungan karbohidratnya yang tinggi.

Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat

terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.


Starter yang paling berperan dalam pembuatan tape singkong ini adalah

khamir (Saccharomyces cereviseae). Khamir merupakan fungi bersel tunggal

sederhana, kebanyakan bersifat saprofitik dan biasanya terdapat dalam tumbuh-

tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Khamir dapat diisolasi dari tanah yang

berasal dari kebun anggur, kebun buah-buahan dan biasanya khamir berada di

dalam cairan yang mengandung gula, seperti cairan buah, madu, sirup, dan

sebagainnya. Bentuk sel khamir biasanya bulat, oval, dan biasanya tidak

mempunyai flagella. Pada umumnya khamir berkembang biak dengan bertunas,

membelah diri dan pembentukan spora.

68
Penggunaan ragi tape dalam pembuatan tape singkong tidak hanya

mengandalkan mikroorganisme Saccharomyces cereviseae saja, tetapi ragi tape

mengandung beberapa jenis mikroorganisme sebagai starter yang saling

bersinergis dalam proses fermentasi tape singkong. Srarter ragi tape merupakan

populasi campuran yang tediri dari spesies-spesies genus Aspergilius,

Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut

hidup bersama-sama secara sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung

menjadi glukosa serta memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah

pati singkong dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan

Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi

alkohol dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat

merombak alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi

tape, antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.

69
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana

terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang kompleks menjadi lebih

sederhana.
2. Singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat dan

dimanfaatkan pada proses fermentasi tape untuk dijadikan gula, asam,

dan alkohol.
Starter ragi tape memiliki populasi campuran dari spesies-spesies genus

Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter

70
DAFTAR PUSTAKA

Amanu, F.N. 2014. Pembuatan Tepung MOCAF Di Madura (Kajian Varietas Dan
Lokasi Penanaman) Terhadap Mutu dan Rendemen. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 2 (3):161-169.

Anah, Surima. 2013. Pemanfaatan Khamir Dalam Proses Pengolahan. Jakarta :


Gramedia Utama.

Annisa, 2010. Pembuatan Tape. http:// scribd.com (Diakses pada tanggal 22


November 2015).

Anonim, 2012. Petunjuk Praktikum Teknologi Fermentasi. Universitas Mataram.


Mataram.

Any. 2008. Kentang Penawar Racun Alami. Harian Jawa Pos (10 Desember
2008).

Aryani, Putri. 2011. Donat Kentang Sehat. Jakarta: Terbitan Brahaya Pedia.

Ayres et al. 2012. Produk fermentasi buah (Anggur, Cider dan Vinegar).
http://produk-fermentasi-buah-anggur-cider-vinegar.pdf/. [diakses pada
tanggal 15 November 2016]

Bambang, A. 2007. Pangan Olahan Hasil Fermentasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Devega, M. 2010.Peranan Modified Cassava Flour(MOCAF) Sebagai Bahan


Substitusi Tepung Terigu Pada ProsesPembuatan Mie Dalam Upaya
Mengurangi Impor Gandum Nasional. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ela, 2009. Proses Pembuatan Tape. http://scribd.com (Diakses pada tanggal 22


November 2015).

Gunam , Ida B. W. Dan Luh Putu W. 2009. Pengaruh Jenis dan Jumlah Gula
pada Karakteristik Wine Salak. AGROTEKNO 15 (1) : 12-19.

Hartati Dan Muhiddin, P. 2010. Pengaruh Umur Biakan Acetobacter Xylinum


Terhadap Rendemen Nata Aren. Jurnal Chemical. Volume 11 (1): 65-70.

Hawusiwa, Eko S., Agustin Krisva W dan Dian Widya N. 2015. Pengaruh
Konsentrasi Pasta Singkong dan Lama Fermentasi pada Proses
Pembuatan Minuman Wine Singkong. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3
(1): 147-155.

Hidayat, B. 2009. Karakteristik Tepung Ubi Kayu Modifikasi. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Iwandono, Kasta. 2008. Peragian Sempurna, Donat Lebih Empuk. Harian Jawa
Pos (10 Desember 2008).

71
Jono, 2010. Media Pembungkus. http://scribd. (Diakses pada tanggal 22
November 2015).

Kurniati, dkk., 2012. Pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) dengan


Proses Fermentasi Menggunakan Lactobacillus plantarum,
Saccharomyces cereviseae, dan Rhizopus oryzae. Jurnal Teknik Pomits,
1(1) : 1-6.

Kus, Srihartini. 2011. Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari. Surakarta: UNS Press.

Latif, Abdul. 2014. Makanan Nabati Dan Pengolahannya. Makassar: Universitas


Hassanuddin.

Lempang, Mody. 2013. Produksi Nata Fruticants Dari Nira Nipah. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Volume 31(2): 110-119.

Martini, 2011. Ragi. http://scribd.com (Diakses pada tanggal 22 November 2015).

Nugroho, Hidayat. 2012. Pengolahan Nira Aren. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Prasetyoningtyas, A. 2012. Pengaruh Subtitusi MOCAF (Modified Cassava Flour)


Terhadap Sifat Organoleptik Roti Kering (Bagelen). PKK FT UNESA.
Surabaya.

Rahardjo. 2009. Fermentasi Pangan. Jakarta: Mutiara Ilmu.

Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung MOCAF, Bisnis Alternatif


Pengganti Terigu. Gramedia. Jakarta.

Santoso, A., 2010. Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan
Konsentrasi Ragi yang Berbeda. Jurnal Magister Teknologi Fermentasi.
ISSN 0215-9511. No. 73 Th. XXII September 2010.

Subagio, A. 2011. Industrialisasi Modified Cassava Flour (MOCAF) sebagai


Bahan Baku Inddustri Pangan untuk Menunjang Diversifikasi Pangan
Pokok Nasional. Universitas Jember. Jember.

Suryani, A., Hambali Dan Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Sutarminingsih, L. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Yogyakarta: Kanisius.

Tamba, Meskayani. 2014. Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning Pada


Tepung Terigu Dan Konsentrasi Ragi Pada Pembuatan Donat. Jurnal
Rekayasa Pangan Dan Pert. Vol 2(2) Tahun 2014
Tania, 2011. Fermentasi Tape. http://scribd.com (Diakses pada tanggal 22
November 2015).

72
Widya, R. 2011. Teknologi Pembuatan Makanan Dengan Menggunakan Tepung
Mocaf Sebagai Subtitusi Tepung Terigu. STPP Medan. Medan.

Widyawati, P. S. Nugerahan I dan Sutaja A.M. 2012. Perbedaan Model Vinifikasi


pada Pembuatan Wine Apel Lokal Terhadap Kemampuan Mevagkap
Radikal Bebas (DPPH). Jurnal Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan
dan Energi.

Wikipedia. 2011.Wine. http://wikipedia.com/. [diakes pada tanggal 15 November


2015]

Yasa, I Wayan S. 2016 Petunjuk Praktikum Teknologi Fermentasi Pangan.


Mataram. UNRAM.

73

Anda mungkin juga menyukai