Berdasarkan Tabel 1. memperlihatkan bahwa pada faktor lama fermentasi hari (F) dengan
penggunaan terpal, untuk semua perlakuan berpengaruh terhadap nilai pH. Perlakuan lama fermentasi
hari ke-nol (0) berbeda nyata dengan lama fermentasi hari ke-delapan (8).Tetapi tidak berbeda nyata
dengan lama fermentasi biji kakao hari ke-dua (2), hari ke-empat (4), dan hari ke-enam (6). Adanya
perbedaan nilai pH pada setiap perlakuan disebabkan oleh penurunan nilai pH selama proses fermentasi
disebabkan oleh adanya aktivitas dari mikroorganisme yang menghasilkan asam-asam organik seperti
asam laktat dan asam asetat yang berpenetrasi kedalam biji dan menyebabkan nilai pH biji menurun. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lukito (2004) menyatakan bahwa selama proses fermentasi berlangsung
akan terjadi penurunan nilai pH sebagai akibat adanya aktivitas dari mikroorganisme fermentasi.
Penggunaan terpal sebagai wadah penutup fermentasi diduga berpengaruh terhadap perubahan
pH selama fermentasi, hal ini disebabkan pengaruh pada peningkatan laju fermentasi. Karakteristik terpal
sebagai lembar plastik High Density Polyethylene (HDPE) dengan tingkat kerapatan yang tinggi,
permeabilitas yang rendah terhadap oksigen, uap air dan air menyebabkan perombakan senyawa-
senyawa gula dan asam oleh mikroba pelaku fermentasi akan berlangsung dengan cepat (Lopez dan
Dimick, 2003 dalam Widianto, 2013) sehingga menyebabkan laju perubahan pH terjadi dengan cepat
Kadar Air (%)
Kadar air merupakan komponen penting dalam pangan karena dapat mempengaruhi kualitas
suatu bahan.Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Kandungan air
dalam biji kakao akan menentukan mutu dan daya simpan biji kakao. Hubungan lama fermentasi dengan
kadar air biji kakao dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.Purata Hasil Pengamatan Pengaruh Lama Fermentasi dengan Penggunaan Terpal Terhadap Kadar Air Biji
Kakao Kering
Lama Fermentasi Purata
(Hari) Kadar Air (%)
0 6,6
2 5,4
4 6,0
6 7,0
8 6,4
BNJ 0,05 1,1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang nyata pada taraf nyata 5%.
Tabel 2. Memperlihatkan bahwa pada faktor lama fermentasi hari (F) dengan penggunaan terpal,
untuk semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air biji kakao
kering pada fermentasi hari ke-nol (0), dua (2), empat (4), enam (6), dan delapan (8).Hal ini diduga
adanya pengaruh penggunaan terpal sebagai wadah fermentasi mempengaruhi kestabilan persentase
kadar air dalam bahan. Karakteristik terpal sebagai lembar plastik High Density Polyethylene (HDPE) yang
memiliki ukuran kepadatan molekul dalam plastik (densitas) yang tinggi dan kerapatan yang tinggi,
sehingga mampu menekan laju udara dan uap air pada bahan. Lembar terpal memiliki permeabilitas
yang rendah sehingga dapat menekan laju keluar masuknya uap air. Hal ini sesuai dengan pendapat
Johansyah, Prihastanti dan Kusdyantini (2014), permeabilitas uap air yang rendah akan meningkatkan
kelembaban dalam kemasan dan menyebabkan penurunan suhu selama kemasan sehingga menekan
proses kehilangan air akibat transpirasi. Kemudian menurut Sedani (2014), semakin tinggi permeabilitas
suatu pengemas maka bahan tersebut akan semakin cepat pula untuk menyerap atau melepaskan uap
air. Selain itu menurut Muchtadi dan Sugiyo (2013), menyatakan kadar air pada permukaan bahan
dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH udara sekitarnya dan apabila kadar air rendah tetapi RH sekitrnya
tinggi maka kadar air bahan dapat meningkat dan begitu pula sebaliknya. Meskipun demikian, hasil
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kadar air biji kakao yang dicapai melalui proses
fermentasi masih dapat diterima. Karena menurut SNI 2323-2008, bahwa standar kadar air pada biji
kakao tidak boleh melebihi 7,5%. Hal ini dikarenakan jika kadar air melebihi standar maka yang turun
bukan hanya hasil rendemen saja melainkan juga dapat beresiko terserang bakteri dan jamur, namun
apabila kadar air kurang dari 5%, maka kulit biji akan mudah pecah atau rapuh (Wahyudi dkk, 2008).