Susu merupakan salah bahan pangan yang sangat mudah rusak, karena merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Penggumpalan susu, disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah
protein. Pemecahan protein mungkin disertai oleh terbentuknya asam atau tanpa asam.
Pembentukan gas, disebabkan oleh pertumbuhan dua kelompok mikroba, yaitu bakteri
yang membentuk gas H2 (Hidrogen) dan CO2 (karbon dioksida) seperti bakteri koli
dan bakteri pembentuk spora, dan bakteri yang hanya membentuk CO 2 seperti bakteri
asam laktat tertentu dan kamir.
Bakteri pembentuk endospora adalah genera Bacillus dan Clostridium. Spora yang dibentuk
dari spesies yang berbeda bahan dari strain yang berbeda mempunyai sifat ketahanan
terhadap panas dan reagensia tertentu juga berbeda, kesemuanya lebih tahan dibandingkan
dengan sel vegetatifnya.
Pembentukan spora terjadi pada waktu mencapai fase pertumbuhan late logarithmic yaitu
pada saat makanan sel hampir habis atau selnya telah tua. Terbentuknya spora dapat
ditunjukkan dengan penambahan bahan kimia tertentu sehingga dapat terlihat pertambahan
jumlah DNA sel selama sporulasi. Pembentukan spora terjadi pada interval pH tertentu (lebih
sempit dibandingkan dengan untuk pertumbuhan sl), adanya oksigen yang cukup untuk
bakteri aerob dan tidak adanya oksigen untuk bakteri anaerob, interval suhu juga lebih sempit
dibandingkan untuk pertumbuhan, adanya ion logam tertentu seperti Mn++, tidak terdapat zat
penghambat seperti asam lemak, cukup glukosa dan tersedianya nitrogen.
Selama sporulasi protein sel dirubah menjadi protein spora, terbentuknya enzim tertentu,
asam dipikolinat (DPA), glukosamin dan asam muramat.
Perkecambahan spora dapat terjadi pada umumnya bila kondisi sesuai dengan kondisi
pertumbuhan sel vegetatif, tetapi masih memerlukan kondisi tertentu misalnya pada suhu
rendah spora tidak dapat berkecambah. Perkecambahan spora dapat dipercepat dengan
adanya jenis asam amino tertentu yaitu 1 alanin, adenosin, 1 sistein, 1 valin, adanya ion
Mg++ dan Mn++, glukosa, asam dipikolinat dan ion Ca++. Dengan pemanasan yang bersifat
heat shocking / heat activation dapat mengaktifkan enzim-enzim dormat. Suhu optimal dan
waktu pemanasan tersebut tergantung pada sifat bakteri pembentuk spora, untuk bakteri
termofil suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan mesofil. Perkecambahan dapat dihambat
dengan penambahan asam sorbat pada pH asam, dengan penambahan zat yang bersifat kation
divalen, pati, asam oleat dan asam llinoleat.
Dormancy spora dapat diartikan sebagai masa perpanjangan waktu perkecambahan spora
karena kondisinya kurang sesuai, misalnya adanya zat penghambat atau kekurangan nutien
utama seperti asam-asam amino. Beberapa spora dapat berkecambah tetapi tidak dapat
tumbuh karena rusak oleh pemanasan, penyinaran dan adanya agensia tertentu. Perpanjangan
waktu berkecambah spora dari beberapa hari sampai beberapa bulan, sebagai contoh pada
spora Bacillus megaterium mempunyai waktu dormancy selama 3 4 bulan, sedang
Clostridium botulinum dari 15 hari 72 bulan.
1) Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial
tidak berlangsung lama.
2) Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-spora.
Masing-masing sel menerima DNA anakan. Selanjutnya terjadi fagositosis sel praspora
oleh sel induk, sehingga sel praspora menjadi bentukan yang disebut protoplas.
Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang telah
matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolic yang terjadi sampai spora siap untuk
melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya berlangsung sekitar 15 jam.