PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makanan merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, karena
mengandung berbagai macam nutrisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Contohnya bahan pangan dalam keadaan segar seperti buah, sayur, daging, ikan
da bahan pangan lainnya. Bahan pangan tersebut merupakan pangan yang mudah
mengalami kebusukan dan kerusakan jika tidak diberi penagaan secara tepat.
Salah saty upaya yang dapat dilakukan adalah proses penanganan denga media
kaleng. Proses pemanasan yang biasa digunakan yaitu sterilisasi dengan suhu
tinggi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme baik pembusuk maupun
patogen beserta sporanya.
Makanan kaleng adalah makanan yang diawetkan dengan proses
pemanasan yang tinggi di dalam wadah tertutup berupa kaleng secara hermetis.
Tujuannya unuk mencegah masuknya udara aau gas sehingga menyebabkan
konaminasi oleh mikroorganisme. Makanan yang sudah dikemas dalam kaleng,
dipanaskan pada suhu tertentu sehingga baik bakteri maupun jamur penyebab
kebusukan tidak dapat tumbuh. Proses pengalengan makanan ini dapat
memperpanjang masa simpan suatu produk pangan.
Produk makana kaleng banyak dipasarkan dalam berbagai merk dan jenis
bahan yang berbeda. Kebanyakan bahan pangan yang dikalengkan adalah ikan
dan daging. Ikan dan daging adalah bahan yang mudah mengalami kerusakan
karena kandungan nutrisinya yang tinngi seperti vitamin, karbohidrat, lemak dan
lain-lain juga memiliki kadar air yang tinggi. Dimana kadar air dalam bahan
pangan dapat menjadi media perumbuhan mikroorganisme. Proses sterilisasi
dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu,
praktikum ini penting dilakukan untuk menguji sterilitas beberapa jenis makanan
kaleng.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menguji sterilitas beberapa ikan
kaleng dan daging kaleng.
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan kaleng adalah produk olahan pangan yang sudah diawetkan agar
tahan lama. Makanan yang dikalengkan secara hermetis (penutupannya sangat
rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, mikrobia, atau bahan asing
lainnya) merupakan produk teknologi pengawetan yag sudah lama dikenal.
Makanan yang diawetkan dengan proses serilisasi komersial masih mengandung
mikrobia tetapi tidak dapat tumbuh pada kondisi penyimpanan normal. Proses
sterilisasi ini merupakan upaya penghancuran mikroba patogen beserta sporanya.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 250oC (121oC) dengan menggunakan uap panas
(autoklav) selama 15 menit (Widhialestari, 2012).
Ikan segar merupakan salah satu komiditi yang mudah mengalami
kerusakan (high perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh peroses
biokimiawi maupun disebabkan oleh aktivitas mikrobiologi. Kandungan air hasil
perikanan pada umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga sangat
memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung
pada tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis disebabkan
karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang cukup
tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan
pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk memperjuangkan masa
simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan
dan daya awet produk ikan adalah dengan pengalengan ikan (Wulandari, 2009).
Pengalengan merupakan salah satu cara menyelamatkan bahan makanan,
terutama ikan dan hasil perikanan lainnya dari pembusukan. Dalam pengalengan
ini daya awet ikan yang diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan pengawetan
cara lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan penanganan yang lebih intesif serta
ditunjang denga peralatan yang serba otomatis. Sebab dalam proses pengalengan,
ikan atau hasil perikanan lain dimasukan dalam suatu wadah yang ditutup rapat
agar udara maupun mikroorganisme perusak yang datang dari luar tidak dapat
masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu tertentu dalam jangka waktu
tertentu pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut terbawa pada produk
yang dikalengkan (Murniyati, 2004).
Salah satu proses termal yang umum digunakan dalam pengalengan
makanan adalah sterilisasi. Sterilisasi ini dilakukan secara komersial dengan cara
menggunakan suhu tinggi dalam periode waktu yang cukup lama, sehingga tidak
ada lagi mikroorganisme yang hidup pada suhu penyimpanan normal. Meskipun
makanan kaleng diolah dengan menggunakan proses termal, tidak menutup
kemungkinan bahwa makanan tersebut bisa terkontaminasi oleh mikroba terutama
C.botulinum, karena bakteri ini dapat membentuk toksin botulin pada kondisi
anaerobik didalam kemasan, terutama produk pangan dari kelompok yang
berasam rendah (low acid food ). C. botulinum juga dapat membentuk spora yang
tahan panas. Hal ini diakibatkan karena proses termal yang kurang optimal,
sehingga sel vegetatif dari C. botulinum masih ada dalam bahanan pangan dan
membentuk spora (Yuswita, 2014).
Proses sterilisasi merupakan tahap yang paling penting dan kritis dalam
proses pengalengan yang menentukan sukses tidaknya proses sterilisasi secara
keseluruhan. Proses ini dilakukan setelah kaleng ditutup dan dimasukan kedalam
ketel uap atau retrot. Suhu sterilisasi standar yang digunakan adalah 121,1oC (250
o
F). Suhu proses untuk membuhnuh spora mikroba parogen yang dapat
membentuk toksin dan dapat meracuni manusia umumnya dilakukan pada 110oC -
130oC selama waktu tertentu, tergantung pada kondisi dari produknya. Sedangkan
suhu untuk mereduksi jumah C.botulinum dalam makanan kaleng adalah 121,1oC
selama 3 menit ( Kusnandar, 2006).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Informasi Makanan Kaleng
1. Diamati informasi pada kaleng yaitu merk, produsen, komposisi, kode
produksi, dan tanggal kadaluarsa dicatat
2. Dicatat informasi pada label pengamatan
b. Persiapan Sampel
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ditimbang masin-masing 5 gram bahan
3. Dicarikan dengan 45 ml larutan pengencer
c. Uji Mikroorganisme Anaerobik
1. Diencerkan sempel sampai 10-6 dan diambil 3 pengenceran terakhir
2. Dipipet masing-masing 1 ml dan dimasukan dedalam cawan petri.
3. Dituang media Plate Count Agar (PCA), dilakukan secara duplo untuk
setiap pengenceran.
4. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam
d. Uji Kapang
1. Diencerkan sampel sampai 10-6 dan diambil 3 pengenceran awal
2. Dipipet masing-masing 0,1 ml dan dimasukan ke dalam media Potato
Dextrose Agar (PDA)
3. Diratakan dengan drigalski, dilakukan secara duplo untuk 3 pengencer
awal
4. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam
e. Uji Koliform Media VRBA
1. Diencerkan sampel sampai 10-6 dan diambil 3 pengenceran awal
2. Dipipet masing-masing 0,1 ml dan dimasukan ke dalam media VRBA
3. Diratakan dengan drigalski, dilakukan secara duplo untuk 3 pengencer
awal
4. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Informasi Produk Makanan Kaleng
Klp Merk Produsen Komposisi Kode Tanggal Kenampakan Gambar
produksi kadaluarsa produk/kaleng
1 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 21-08-2019 Kaleng penyok,
International air, pasta tomat dan ring
(14%), gula, bawang berkarat
putih, bawang merah,
pengental, pati
modifikasi.
2 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 21-08-2019 Datar dan
International air, pasta tomat berkarat pada
(14%), gula, bawang ring
putih, bawang merah,
pengental, pati
modifikasi.
3 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 21-08-2019 Korosi, penyok
International air, pasta tomat bagina bawah
(14%), gula, bawang kaleng. dan
putih, bawang merah, tergores.
pengental, pati
modifikasi.
4 KORNET PT. Daging sapi (40%), CBC702 05-05-2019 Normal
DAGING Suryajaya protein kedelai,
SAPI Abadi tepung terigu, minyak
Perkasa nabati, bumbu-
bumbu, garam,
tapioka, gula, MSG,
natrium tiosulfat dan
NaNO3
5 KORNET PT. Daging sapi (40%), CBC702 Desember Kaleng: rata,
DAGING Suryajaya protein kedelai, 2018 berkarat pada
SAPI Abadi tepung terigu, minyak tutupnya
Perkasa nabati, bumbu- Produk:
bumbu, garam, kenampaka
tapioka, gula, MSG, normal
natrium tiosulfat dan
NaNO3
6 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 25-08-2019 Karat pada
International air, pasta tomat bagian ring
(14%), gula, bawang kaleng
putih, bawang merah,
pengental, pati
modifikasi.
7 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 25-08-2019 Karat pada
International air, pasta tomat bagian ring
(14%), gula, bawang kaleng, kaleng
putih, bawang merah, penyok di
pengental, pati bagian samping
modifikasi.
8 SARDINES PT. Indofish Ikan sarden (50%), IFIFI 03 25-08-2019 Normal dan
International air, pasta tomat bagian tutup ada
(14%), gula, bawang karat
putih, bawang merah,
pengental, pati
modifikasi.
9 KORNET PT. Daging sapi (40%), CBC702 Desember Normal
DAGING Suryajaya protein kedelai, 2018
SAPI Abadi tepung terigu, minyak
Perkasa nabati, bumbu-
bumbu, garam,
tapioka, gula, MSG,
natrium tiosulfat dan
NaNO3
10 KORNET PT. Daging sapi (40%), CBC702 05-05-2019 Normal
DAGING Suryajaya protein kedelai,
SAPI Abadi tepung terigu, minyak
Perkasa nabati, bumbu-
bumbu, garam,
tapioka, gula, MSG,
natrium tiosulfat dan
NaNO3
Tabel 4.2 Uji Total Mikroba pada Makanan Kaleng
Klp Sampel PCA
10 -4
10 -5
10-6 Koloni
U1 U2 U1 U2 U1 U2 (CFU/gram)
1 SARDINES 11 14 11 51 23 25 5,1x106
2 SARDINES 240 TBUD TBUD TBUD 128 248 1,88x108
3 SARDINES 3 3 1 0 35 1 3,5x107
4 KORNET DAGING 168 48 25 16 25 23 1,08x106
5 KORNET DAGING 10 30 30 23 32 43 3,75x107
6 SARDINES 90 7 3 1 7 63 9,0x105
7 SARDINES 28 6 2 2 28 4 2,8x105
8 SARDINES 14 7 11 TBUD 20 19 <2,5x105
9 KORNET DAGING 40 59 20 21 5 17 4,95x105
10 KORNET DAGING 7 6 8 5 3 10 <2,5x105
= 2 x 103 CFU/gr
c. SARDINES (kelompok 3)
U1 +U2
Koloni = x 101
2
Wulandari, Dyah Agustini., 2009. Kualitas Mutu Bahan Mentah Dan Produk
Akhir Pada Unit Pengalengan Ikan Sardine di Pt Karya Manunggal Prima
Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelautan. Vol 2 (1): 41-49.