Anda di halaman 1dari 5

7. Apa yang dimaksud dengan viabilitas bayi dan apa saja syaratnya?

Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup di luar kandungan
ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya (separate existence).
Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu:
aUmur 28 minggu dalam kandungan.
bPanjang badan 35 cm.
cBerat badan 2500 gram.
dTidak ada cacat bawaan yang berat.
eLingkaran fronto-ocipital 32 cm.1

Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.

8. Bagaimana cara membedakan lahir hidup dan lahir mati?

Bayi dikatakan lahir hidup bila setelah bayi terpisah lengkap/sama sekali
dari ibu, menunjukkan tanda tanda kehidupan seperti: jantung aktif,
pernafasan, pergerakan anggota tubuh, menangis dan sebagainya.

Sedangkan lahir mati ialah keadaan bila setelah bayi terpisah


lengkap/sama sekali dari si ibu, tidak bernafas atau menunjukkan tanda-
tanda kehidupan lain. (Hoediyanto, 2010)

Definisi lain mengatakan: Lahir hidup adalah tiap hasil konsepsi yang
tanpa memandang masa hamil setelah dilahirkan spontan atau tidak,
masih atau tidak lagi berhubungan dengan placenta, dapat bernafas atau
menunjukkan gejala hidup lain, misalnya denyut jantung atau tali pusat,
kontraksi otot otot. Sedangkan lahir mati adalah tiap hasil konsepsi
dengan masa 28 minggu atau lebih, yang sebelumnya lahir spontan atau
tidak, telah meninggal dunia. (Idris, 1997)

Dalam hal ini untuk mengetahui lahir hidup, yang perlu dilakukan dokter
adalah melakukan pemeriksaan terhadap sistem pernafasan, sistem
pencernakan, tunggul (potongan) tali pusat, dan sistem kardiovaskuler.
(Dahlan, 2000)

Pada bayi yang sistem pernafasannya pernah berfungsi akan didapatkan


tanda-tanda sebagai berikut:

- Dada sudah mengembang

- Tulang iga terlihat lebih datar

- Sela iga melebar

- Paru paru memenuhi rongga dada, tepi paru tumpul, warna paru
merah muda, pada perabaan teraba derik paru, tes apung paru positif,
pada pemeriksaan histopatologi paru terlihat alveoli mengembang, dan
diselaputi oleh membran hialin yang terbentuk akibat kontak dengan
oksigen.

dalam saluran pencernakan didapatkan makanan.


Pada bayi yang dilahirkan hidup, seiring dengan berfungsinya sistem
pernafasan bayi maka peredaran darah bayi akan mengalami perubahan
sedemikian hingga foramen ovale perlahan akan menutup dan arteri/vena
umbilicalis serta duktus arteriosus bottali akan mengalami obliterasi dalam
beberapa minggu.

Daftar pustaka :

Dahlan, S. (2000) Ilmu Kedokteran Kehakiman Pedoman Bagi Dokter dan


Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Hoediyanto (2010). Pembunuhan Anak (Infanticide) dalam Buku Ajar Ilmu


Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Sumber:http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-4%20PEMBUNUHAN
%20ANAK.docx

Tanda bayi lahir hidup adalah :

- Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela


iga 4-5

- secara makroskopik paru sudah mengisi rongga dada, berwarna


merah muda tidak merata dengan pleura tegang, gambaran mozaik,
konsistensi seperti spons, teraba derik udara serta uji apung paru positif.

- Secara mikroskopik tampak alveoli mengembang sempurna.

- Pada saluran cerna tampak udara pada foto roentgen atau adanya
makanan di lambung.

Tanda bayi lahir mati adalah

- Adanya maserasi yaitu pembusukan intrauterin yang tejadi 8-10


hari in-utero.

- Vesikel dan bula berisi cairan kemerahan (kematian in-utero 3-4


hari).

- Perlunakan tubuh

- Dada blum mengembang


- Paru ungu kelabu, padat, tidak teraba derik udara, serta uji apung
paru negatif.

Sumber :

Bagian kedokteran forensik FKUI. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: bagian


kedokteran forensik FKUI; 1997

9. Apa saja yang menjadi penyebab kematian bayi dalam kasus infanticide?

Kasus terbanyak menunjukkan kematian orok akibat hambatan mekanik


pada jalan napas, mis. pembekapan,penyumpalan, pencekikan sehingga
menyebabkan mati lemas .

Kekerasan pada kepala yang menyebabkan perdarahan rongga


kepala/kerusakan otak

Tusukan pada ubun-ubun (tusukan bidadari)

Sumber :

Ilmu kedokteran kehakiman pedoman bagi dokter dan penegak


hukum. Badan penerbit universitas diponegoro, semarang

Penyebab kematian bayi

Untuk membahas penyebab kematian bayi dalam kasus ini sebaiknya


dimulai dari tanda-tanda yang didapat pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam.

Pada pemeriksaan luar didapatkan wajah sembab, ptechiae


didapatkan pada konjungtiva pelpebra, sianosis pada mukosa bibir,
sianosis juga didapatkan pada dan kuku jari tangan serta kuku jari
kaki. Pada pemeriksaan dalam didapatkan darah pada jantung yang
hitam dan encer, pembuluh darah otak yang prominen. Hal hal yang
didapatkan tersebut adalah tanda-tanda asfiksia.
Jenis alat jerat yang digunakan juga berpengaruh terhadap
kedalaman tekanan pada leher. Pada kasus ini alat jerat yang
digunakan adalah tali pusat. Tali pusat terdiri dari jaringan ikat yang
di dalamnya terdapat pembuluh darah.
Sianosis yang didapatkan pada mukosa bibir dan kuku disebabkan
karena kurangnya kadar oksigen dan meningkatnya karbondioksida
dalam darah.
Warna darah tergantung dari jumlah absolut oksihemoglobin (HbO)
dan hemoglobin yang tereduksi (reduced haemoglobin) pada
eritrosit. Warna merah muda yang normal pada kulit yang
teroksigenasi akan berubah menjadi ungu atau biru ketika terjadi
kekurangan oksigen.
Perdarahan di regio kepala pada kasus ini bisa jadi diperparah oleh
kondisi asfiksia pada bayi. Pada keadaan asfiksia permeabilitas
pembuluh darah meningkat sehingga mudah terjadi perdarahan.
Apalagi disertai dengan adanya bendungan pada vena dileher
sedemikian hingga tekanan pembuluh darah di kepala akan
meningkat. Dalam kondisi ini trauma ringan saja yang terjadi di
kepala akan menyebabkan perdarahan yang hebat.
jurnal kedokteran forensik indonesia, vol. 14 no. 3 Juli-september
2012

10. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam menentukan beberapa lama hidup
di luar kandungan?

11. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada ibu paska melahirkan/suspek
(tersangka) yang menyangkal pernah melahirkan bayi?

12. Cara autopsi pada bayi?

Teknik otopsi pada jenazah bayi lebih rumit dibandingkan pada otopsi jenazah
dewasa, karena medan pandang yang sempit dan kulit bayi yang tipis dan lembut. Selain
itu juga terdapat sedikit mengandung jaringan subkutan. Irisan otopsi bayi disesuaikan
dengan kasus yang ada. Pada bayi yang matur sering kali menggunakan teknik irisan I
sedangkan pada bayi yang prematur dapat digunakan teknik irisan Y terbalik untuk
menghindari umbilicus sehingga saat memeriksa vasa umbilikalis dapat dilakukan
dengan lebih baik.

Petunjuk teknik otopsi, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Di terbitkan oleh
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, Edisi 1, Cetakan I : 2009

13. Tes Konfirmasi ?

TES APUNG PARU Hasil yang baik bila dilakukan sebelum ada pembusukan.
Pada pembusukan yang masih dini, pemeriksaan dilakukan terhadap
jaringan paru yang tidak tampak busuk.

Tes pengapungan dimulai terhadap seluruh alat dalam leher ( yang telah
diikat ) dan alat dalam dada. Terapung atau tidak tes tetap dilakukan
sampai akhir. Berturut turut diuji apung : kedua paru setelah dipisahkan
dari trakhea, tiap lobus paru, dan kemudian potongan kecil tipis jaringan
perifer paru. Akhirnya, bila potongan kecil tipis paru tersebut mengapung,
diletakkan antara dua karton / kertas tebal ditekan dengan menginjaknya
tanpa memutarnya dan dimasukkan kedalam air lagi. Bila terapung
berarti, terdapat udara volume residu atau dikatakan tes apung positif.

Interpretasi :

Positif : pernah bernafas = lahir hidup

Negatif : belum pernah bernafas = lahir mati sudah pernah bernafas =


resorpsi pada asfiksia, apnoe lama pneumonia kongenital segera
tenggelam pada kelahiran pembusukan lanjut.

Sumber :
http://fk.ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/1042/mod_resource/content/1/Mo
dul_Forensik_Infantisida.pdf

Anda mungkin juga menyukai