LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. AH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Alamat : Pekanbaru
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk RS : 25 November 2016
Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2016
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit kuning disangkal
- Riwayat gastriris disangkal
Riwayat Kebiasaan :
- Riwayat minum alkohol pernah saat usia 11 tahun 1 gelas
- Riwayat suka mengkonsumsi kacang-kacangan
- Riwayat transfusi darah disangkal
- Riwayat penggunaan obat-obatan serta jarum suntik narkotika disangkal
- Riwayat merokok disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan gizi : Berat badan kurang
BB : 42 kg
TB : 155 cm
IMT : 42 (1.55)2 = 17.48 kg /m2 (underweight)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHHg
Nadi : 76 x/menit reguler, isi cukup, teraba kuat
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,3 C
Kepala
Mata : Cekung (-)
Konjungtiva : Anemis (-/-),
Sklera : Ikterik (-/-)
2
Pupil : Bulat, isokor 3mm/3mm
Bibir : Kering (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP kesan meningkat
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vocal Fremitus dada kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba 1 jari medial linea midclavcularis sinistra
SIK 5
Perkusi : Batas jantung kiri dan kanan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak sedikit cembung, venektasi (-), spider naevi (-),
distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 7x/menit
Palpasi : Hepar teraba 6 jari di bawah arcus costae dextra dan 4 jari dari
procesus xypoideus, konsistensi padat, permukaan tidak rata,
tepi tumpul, tidak mobile, lien teraba di Schuffner 2. Nyeri
tekan epigastrium dan hipokondrium dekstra (+).
Perkusi : Timpani pada semua regio kecuali pada hipokondrium dekstra,
epigastrium dan hipokondrium sinistra perkusi pekak, shifting
dullnes (-).
3
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, edema (-), jaundice (-), palmar
eritema (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RESUME
An. AH, 16 tahun, datang ke RSUD Petala Bumi Pekanbaru dengan keluhan
demam sejak 7 hari SMRS, demam tidak begitu tinggi dan hilang timbul. Selain
itu pasien sering mengeluhkan muntah, muntah 4 kali/hari, muntah hampir
dialami setiap kali sehabis makan, muntah berwarna kuning berisi sisa makanan.
Perut pasien terasa penuh dan keras, Pasien mengeluhkan nyeri pada perut kanan
atas, kadang-kadang menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan sekali-sekali
dan ringan. Nafsu makan pasien menurun, berat badan berkurang 2 kg dalam 1
bulan terakhir.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan JVP kesan meningkat, perut tampak sedikit
cembung, hepar teraba 6 jari di bawah arcus costae dextra dan 4 jari dari procesus
4
xypoideus, konsistensi padat, permukaan tidak rata, tepi tumpul, tidak mobile, lien
teraba di Schuffner 2, nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium dekstra (+).
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kolesterol total: 626 mg/dl,
HDL: 22 mg/dl, LDL: 530 mg/dl, trigliserida: 372 mg/dl, SGOT: 145 U/L, SGPT:
73 U/L.
DIAGNOSIS KERJA:
- Obs Febris hari ke 7 e.c susp Hepatitis
- Dislipidemia
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi:
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, dilakukan berangsur-angsur namun sering.
Farmakologi:
1. IVFD Dextrose 5% : NaCl = 2:1, 20 tpm
2. Inj Ranitidine 50mg/8jam
3. Drip neurobat 1 amp/24 jam
4. Inj novalgin ampul 2ml (250mg/ml) k/p
5. Magalat syr 3x1C
6. Paracetamol tab 500mg 3x1
7. Biocurliv kapl 3x1
8. Hepa Q caps 3x1
9. Rosufer tab 10 mg 1x1
10. Fenofibrat caps 100 mg 1x1
5
FOLLOW UP
26 November 2016
S : Nyeri perut kanan atas, muntah masih ada sekali-sekali, demam sudah
turun.
O : Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 100/70 mmHg, HR : 84 x/menit, RR : 20 x/mnt, T : 36,4C
JVP kesan meningkat, perut tampak sedikit cembung, hepar teraba 6 jari di
bawah arcus costae dextra dan 4 jari dari procesus xypoideus, konsistensi
padat, permukaan tidak rata, tepi tumpul, tidak mobile, lien teraba di
Schuffner 2, nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium dekstra (+).
Lab (26 nov 2016):
HbSAg positif (+)
AFP : 370,76 IU/ml
A : Hepatosplenomegali e.c susp karsinoma hepatoselular + Hepatitis B +
dislipidemia
P : R/ USG
IVFD Dextrose 5% : NaCl = 2:1, 20 tpm
Inj Ranitidine 50mg/8jam
Drip neurobat 1 amp/24 jam
Inj novalgin ampul 2ml (250mg/ml) k/p
Magalat syr 3x1C
Paracetamol tab 500mg 3x1
Biocurliv kapl 3x1
Hepa Q caps 3x1
Rosufer tab 10 mg 1x1
Fenofibrat caps 100 mg 1x1
27 November 2016
S : Nyeri perut kanan atas dan ulu hati
6
O : Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/70 mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 20 x/mnt, T : 36C
JVP kesan meningkat, perut tampak sedikit cembung, hepar teraba 6 jari di
bawah arcus costae dextra dan 4 jari dari procesus xypoideus, konsistensi
padat, permukaan tidak rata, tepi tumpul, tidak mobile, lien teraba di
Schuffner 2, nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium dekstra (+).
Lab urin rutin (27 Nov 2016):
Warna : kuning Nitrit : negatif
Sedimen
pekat
Eritrosit : 1-2/lpb
Berat jenis : 1.020
Leukosit : 3-5/lpb
pH : 6.0
Epitel : positif
Protein : negatif
Bakteri : negatif
Reduksi : negatif
Sel ragi : negatif
Bilirubin : negatif
Silinder : negatif
Urobilinogen : negatif
Kristal : negatif
7
A : Hepatosplenomegali e.c susp karsinoma hepatoselular + Hepatitis B +
dislipidemia
P : IVFD Dextrose 5% : NaCl = 2:1, 20 tpm
Inj Ranitidine 50mg/8jam
Drip neurobat 1 amp/24 jam
Inj novalgin ampul 2ml (250mg/ml) k/p
Magalat syr 3x1C
Paracetamol tab 500mg 3x1
Biocurliv kapl 3x1
Hepa Q caps 3x1
Rosufer tab 10 mg 1x1
Fenofibrat caps 100 mg 1x1
Tramadol caps 50 mg 3x1
Codipront caps 3x1
Norsec caps 20 mg 3x1
Bio ATP tab 2x1
28 November 2016
S : -
O : Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 130/70 mmHg, HR : 84 x/menit, RR : 20 x/mnt, T : 36,8C
JVP kesan meningkat, perut tampak sedikit cembung, hepar teraba 6 jari di
bawah arcus costae dextra dan 4 jari dari procesus xypoideus, konsistensi
padat, permukaan tidak rata, tepi tumpul, tidak mobile, lien teraba di
Schuffner 2, nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium dekstra (+).
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.5 Diagnosis
Umumnya tampak benjolan di perut bagian atas, disertai dengan nyeri terus
menerus yang menembus ke belakang atau ke daerah bahu. Nyeri meningkat jika
penderita bernapas dalam karena rangsangan peritoneum pada permukaan
benjolan. Berat badan cepat menurun, kadang terdapat asites atau perdarahan
saluran cerna bagian atas karena varises esofagus. Keadaan ini biasanya
menunjukkan karsinoma hepatoselular stadium lanjut. Oleh karena karsinoma
hepatoselular sering berhubungan dengan sirosis, dapat dijumpai tanda sirosis,
berupa pembuluh darah kolateral di dinding perut atau spider nevi, splenomegali,
eritema palmaris dan ginekomastia. Pada keadaan lebih lanjut, dapat timbul
ikterus yang menunjukkan perjalanan penyakit yang progresif. Perdarahan
intraperitoneal mendadak dapat terjadi akibat karsinoma hepatoselular yang pecah
spontan.2
Pada pemeriksaan fisik umumnya didapati pembesaran hepar yang
berbenjol, keras, kadang terasa nyeri bila ditekan. Palpasi menunjukkan adanya
gesekan permukaan peritoneum viseral yang kasar akibat rangsang dan infiltrasi
tumor ke permukaan hepar dengan dinding perut. Gesekan ini dapat didengarkan
juga melalui stetoskop. Pada auskultasi diatas benjolan kadang ditemukan suara
bising aliran darah karena hipervaskularisasi tumor. Gejala ini menunjukkan fase
lanjut karsinoma hepatoselular.2
2.5.3 Pencitraan
Pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan pada karsinoma
hepatoselular antara lain:
a. USG
Modalitas pencitraan terbaik untuk skrining karsinoma hepatoselular masih
menjadi perdebatan. Ultrasonografi (USG) menawarkan metode skrining yang
relatif murah dibandingkan magnetic resonance imaging (MRI) atau paparan
radiasi dan zat kontras berpotensi nefrotoksik pada computed tomography (CT).
USG sebagai metode skrining dilaporkan memiliki sensitivitas 70-80% dan
spesifisitas 97% pada populasi sirosis. Temuan pada pemeriksaan USG kemudian
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan lebih lanjut dan berpotensi untuk
dilakukan biopsi.9
Secara umum pada USG sering ditemukan adanya hepar yang membesar,
permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intra hepatik dengan struktur
echo yang berbeda dengan parenkim hati normal. Secara umum, karsinoma
hepatoselular tampak sebagai massa bulat atau oval yang jelas dan batas-batas
halus. Lesi memiliki berbagai ekogenitas, dari hipoekoik hingga hiperekoik,
tergantung pada parenkim sekitarnya dan tingkat infiltrasi lemak. Biasanya
menunjukkan struktur eko yang lebih tinggi disertai nekrosis sentral berupa
gambaran hipoekoik sampai anekoik akibat adanya nekrosis, tepinya irregular.
Sangat sulit menentukan hepatoma pada stadium awal di mana gambaran struktur
echo yang masih isoekoik dengan parenkim hepar normal.
Pada pasien dengan peningkatan AFP dan karakteristik pencitraan yang
konsisten dapat diobati dugaan karsinoma hepatoselular tanpa biopsi. Pasien juga
harus menjalani evaluasi untuk penyakit ekstrahepatik (metastasis terutama paru)
dengan pencitraan cross-sectional, karena akan menghalangi terapi locoregional
kuratif.9
Modalitas pencitraan lain seperti CT-scan, MRI dan angiografi kadang
diperlukan untuk mendeteksi hepatoma, namun karena kelebihannya, USG masih
tetap merupakan alat diagnostik yang paling populer dan bermanfaat. Gambaran
USG karsinoma hepatoselular dapat dilihat seperti gambar 2.7
b. CT Scan
CT scan telah menjadi parameter pemeriksaan rutin penting untuk diagnosis
lokasi dan sifat hepatoma. CT scan dapat membantu memperjelas diagnosis,
menunjukkan lokasi tepat, jumlah dan ukuran tumor dalam hepar, hubungannya
dengan pembuluh darah dan penentuan modalitas terapi.7.9
CT scan triple-fase (termasuk fase arteri, fase vena portal, dan fase
washout akhir) telah ditemukan sangat akurat dalam diagnosis dan karakteristik
karsinoma hepatoselular, tetapi mungkin kehilangan lesi yang lebih kecil sama
seperti pada pemeriksaan ultrasonografi. Pada umumnya CT scan karsinoma
hepatoselular muncul sebagai nodul fokal dengan enhancement awal fase arteri
dengan washout cepat vena portal pada fase kontras dari tiga fase kontras CT
scan.
Sensitivitas CT scan triple-fase 68% dan spesifisitas 93%. Kerugian CT
antara lain biaya yang mahal, paparan radiasi, dan kebutuhan untuk kontras
iodinasi. Gambaran CT scan dapat dilihat pada gambar 3.7
c. MRI
MRI merupakan teknik pemeriksaan nonradiasi, tidak memakai kontras
berisi iodium, dapat secara jelas menunjukkan struktur pembuluh darah dan
saluran empedu dalam hepar, juga cukup baik memperlihatkan struktur internal
jaringan hepar dan hepatoma, sangat membantu dalam menilai efektivtas berbagai
terapi. Dengan zat kontras spesifik hepatosit dapat menemukan hepatoma kecil
kurang dari 1 cm. MRI memberikan metode yang sangat baik untuk menandai
karsinoma hepatoselular tanpa radiasi dan kebutuhan untuk kontras iodinasi. MRI
mempunyai sensitivitas 81% dan spesifisitas 85%. Karsinoma hepatoselular
menunjukkan berbagai bentuk pada MRI tergantung pada arsitektur tumor, kelas,
dan jumlah lemak intratumor dan glikogen. Lesi berkisar antara isointens ke
hiperintens (terang). Gambaran MRI karsinoma hepatoselular dapat dilihat pada
gambar 4.7,9
Gambar 4. MRI
hepar dengan karsinoma hepatoselular.7
d. Biopsi hepar
Biopsi hepar perkutan dapat menjadi modalitas diagnostik jika sampel
diambil dari daerah lokal dengan ultrasound atau CT. Biopsi diindikasikan pada
pasien dengan karsinoma hepatoselular dengan ukuran lebih dari 2 cm dengan
kadar AFP rendah atau merupakan kontraindikasi pengobatan ablatif dan
transplantasi. Tumor ini cenderung akan ke pembuluh darah, sehingga biopsi
perkutan harus dilakukan dengan hati-hati. Pemeriksaan sitologi cairan asites
selalu negatif untuk tumor. Biopsi hepar dapat menggunakan laparoskopi atau
minilaparatomi. Pendekatan ini memiliki keuntungan mengidentifikasi pasien
yang cocok untuk hepatektomi parsial.9,10
2.6 Diagnosis Banding
Massa yang besar di perut kanan atas tidak selalu merupakan tumor primer
hepar, mungkin juga metastasis. Keadaan lain yang serupa tumor hepar antara lain
abses, hematoma dan kista hepar.2
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1. Terapi bedah
a. Reseksi hepar
Pengobatan yang paling berhasil untuk pasien non-sirosis dengan karsinoma
hepatoselular adalah reseksi hepar. Reseksi hepar adalah operasi pilihan untuk
pasien dengan ukuran tumor kurang dari 5 cm. Reseksi hati dapat ditolerir hingga
50% dari total volume hepar. Reseksi hepar adalah pengobatan yang ditetapkan
untuk karsinoma hepatoselular dengan signifikan menurunkan angka kematian.3,12
b. Transplantasi hati
Transplantasi hati orthotopic (OLT) adalah pilihan kuratif terbaik untuk
pasien dengan sirosis dekompensasi. Karsinoma hepatoselular merupakan satu-
satunya kanker padat yang dapat diobati dengan transplantasi. Pedoman
transplantasi hati dalam kriteria Milan yaitu tumor soliter <5 cm dan diameter
hingga <3cm tiga nodul tumor. Keuntungan transplantasi hati yaitu mencakup
eksisi luas margin tumor, membuang metastasis intrahepatik, menyembuhkan
penyakit sirosis yang mendasari dan menentukan stadium patologis yang akurat
serta pemeriksaan histologi dari seluruh bagian hepar.3,6
Terapi non bedah diberikan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria untuk
transplantasi hati atau reseksi. Terapi non bedah yang dapat dilakukan antara lain:
b. Radiasi Transartetial
Transartetial radioembolisasi adalah bentuk kateter langsung radiasi internal
yang memberikan mikrosfer kecil dengan radioisotop langsung ke tumor.
Mikrosfer Yttrium-90 (Y-90) atau Iodine-131-label lipiodol diberikan dalam
prosedur yang sama dengan TACE. Prosedur ini terbukti aman dan efektif pada
pasien sirosis dengan karsinoma hepatoselular. Salah satu keuntungan utama Y-90
daripada TACE adalah pada kasus trombosis neoplastik vein porta, dimana
merupakan kontraindikasi dilakukan TACE.11,12
e. Kemoterapi
f. Sorafenib
2.9 Pencegahan
Vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi dan gejala sisa, dan pengurangan
karsinoma hepatoselular telah terlihat di Taiwan dengan pengenalan vaksinasi
anak. Terapi Interferon mengurangi kejadian gagal hepar, kematian, dan
karsinoma hepatoselular pada pasien yang terinfeksi HBV. Terapi antivirus dengan
lamivudine, adefovir, atau agen lainnya akan mengurangi risiko kanker hepar pada
pasien sirosis yang terinfeksi HBV tidak diketahui. Interferon dapat menurunkan
risiko kanker hepar pada pasien dengan hepatitis C terkait sirosis, tapi bukti
terutama dari studi retrospektif dikacaukan oleh lead-time bias. Percobaan
prospektif memberikan hasil yang bertentangan. Interferon juga dapat mengurangi
risiko HCV terkait kekambuhan karsinoma hepatoselular setelah reseksi atau
ablasi perkutan.4
BAB III
PEMBAHASAN
KARSINOMA HEPATOSELULAR
Disusun oleh:
dr. Dhiya Ul Azka
Pembimbing:
dr. Arjunaidi, SpPD