Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao diproduksi oleh lebih dari 50 negara yang berada di kawasan tropis
yang secara geografis dapat dibagi dalam tiga wilayah yaitu Afrika, Asia Oceania
dan Amerika Latin. Produsen utama kakao dunia adalah Pantai Gading. Produsen
utama lainnya adalah Indonesia, Ghana, Negeria dan Brazil dengan produksi
pada tahun 2002. Perkembangan harga yang meningkat setiap tahun merupakan
peluang bagi produsen kakao seperti Indonesia maupun negara lain untuk
semakin giat mengembangkan usaha bidang agribisnis kakao. Meningkatnya
harga seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi dunia terhadap produk-
produk berbahan dasar kakao yakni cokelat.
Tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560,
tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado
ke Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena
adanya serangan hama. Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah
tahun 1928. Di Ambon pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan
telah menghasilkan 11,6 ton tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut.
Penanaman di Jawa mulai dilakukan tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan
kopi milik Belanda, karena tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat
serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian
kakao jenis baru didatangkan dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu
pohon. Biji-biji dari tanaman tersebut ditanam kembali dan menghasilkan
tanaman yang sehat dengan buah dan biji yang besar. Tanaman tersebutlah yang
menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan di Indonesia dan akhirnya di Jawa Timur
dan Sumatera. Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya
produktivitas yang secara umum rataratanya 900 kg/ha (Karmawati et al. 2010).
Faktor penyebabnya antara lain adalah penyakit busuk buah.
Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora
adalah salah satu penyakit penting pada tanaman kakao. Busuk buah merupakan
penyakit paling penting karena menyebabkan kerugian berkisar antara 10 dan
30% di seluruh dunia. Sampai saat ini jamur patogen penyebab penyakit busuk
buah kakao tersebut masih merupakan masalah krusial yang belum bisa
dituntaskan. Oleh karena itu, tindakan preventif sangat dianjurkan agar
perkembangan penyakit tidak meluas. Salah satu tindakan preventif adalah
dengan menggunakan fungisida. Fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian
penyakit buah kakao antara lain yang berbahan aktif tembaga. Selain fungisida
kimia juga telah dihasilkan biofungisida yaitu jamur antagonis Bacillus subtilis
dan Trichoderma spp yang dapat menekan intensitas serangan penyakit busuk
buah kakao (Pratama et al. 2013).

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Mengetahui kemampuan Bacillus subtilis dan Trichoderma spp dapat
menekan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao oleh Phytophthora
palmivora.
b. Menentukan daya hambat bakteri Bacillus subtilis dan jamur Trichoderma
spp pada pertumbuhan Phytophthora palmivora.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
cara menghambat terjadinya busuk buah pada kakao sehingga dapat
memaksimalkan produktivitas buah kakao di kalangan petani.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao (Theobroma cacao L.)
Tanaman Kakao yang memiliki nama ilmiah Theobroma cacao L. ini
merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku sterculiaceae
yang diusahakan secara komersil. Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas.
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
Tanaman Kakao yang ditanam diperkebunan pada umumnya adalah kakao
jenis forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cooca atau kakao
mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada
perkbunan-perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah jenis
mulia.
a. Akar
Sistim perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah
tempat tanaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya
dalam terutama pada lereng lereng gunung, akar tunggang tumbuh panjang
dan akar-akar lateral menembus sangat jauh ke dalam tanah. Sebaliknya
pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak
begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan tanah.Ukuran
akar tanaman kakao untuk panjang lurus ke bawah kira-kira 15 meter dan
akar untuk kesamping 8 meter. Akar tunggang ini berbentuk kerucut
panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak dan bercabang
cabang lagi. Warna akarnya adalah kecoklatan. Perkembangan pada sebagian
besar akar lateral tanaman kakao berada pada dekat permukaan tanah.
Gambar 1. Akar Tanaman Kakao
b. Batang
Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi
tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 3 meter dan pada umur 12
tahun dapat mencapai 4,5 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam ,
dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia.
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas
vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas
ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau
fan).

Gambar 2. Batang Tanaman Kakao

c. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat
dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm
sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5
cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada
tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian
(articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat
daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya
sinar matahari.
Gambar 3. Daun Tanaman Kakao
Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi
daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun
dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm
dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap.
d. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan
berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh
bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa
disebut dengan bantalan bunga (cushioll).

Gambar 4. Bunga Tanaman Kakao


Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga
disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10
tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari
5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang
bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang
kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas
untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun
mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal
berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis
merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna
putih.
e. Buah dan Biji

Gambar 5. Buah dan Biji Tanaman Kakao


Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 2 cm, Warna buah kakao
sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah
yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak
akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (oranye).
f. Kulit

Gambar 6. Kulit buah Tanaman Kakao


Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya
berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit
buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe
forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis,
tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu
ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan faktor-
faktor lingkungan selama perkembangan buah.

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang


mempunyai struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik. PH
tanah yang ideal berkisar antara 6 7. Tanaman kakao menghendaki permukaan
air tanah yang dalam.
1. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 600 meter
diatas permukaan laut.
2. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar antara
1.500 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata sepanjang
tahun.
3. Suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 27? C
dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar.
4. Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 70%.

2.2 Bakteri Bacillus subtilis

2.3 Jamur Trichoderma spp.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3 Populasi Sample
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Instrumen Penelitian
3.6 Teknis Analisis Data
DAFTAR ISI
Karmawati, E. et al., 2010. Budidaya & Pascapanen Kakao. , p.94.
Pratama, S.W., Asyiah, I.N. & Ervina, V., 2013. Penghambatan Pertumbuhan Jamur
Patogen Kakao Phytophthora palmivora oleh Pseudomonas fluorescence dan
Bacillus subtilis. PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, 29(2), pp.120
127.
Anonim.2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kakao Theobroma cacao L.

http://karyatulisilmiah.com/format-dan-konsep-dasar-menyusun-proposal-penelitian/

Anda mungkin juga menyukai