Anda di halaman 1dari 54

KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA An.

DI PUSKESMAS PANDANARAN KOTA SEMARANG

Laporan Kesehatan Masyarakat


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Pandanaran
Periode Kepaniteraan 27 Desember 25 Februari 2017

Oleh :
Syarifa
30101206817

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA An.I


DI PUSKESMAS PANDANARAN KOTA SEMARANG

Laporan Kesehatan Masyarakat


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Pandanaran
Periode Kepaniteraan 27 Desember 25 Februari 2017
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Oleh :
Syarifa
30101206817

Semarang, Februari 2017


Disahkan Oleh:

Mengetahui,

Pembimbing PKM Pandanaran Pembimbing Kepaniteraan IKM

dr. Retno Wulansari dr. Muhammad Ulil Fuad

Kepala PKM Pandanaran Kepala Bagian IKM

dr. Antonia S. dr. H. Tjatur Sembodo, MS


(PH)

PRAKATA

2
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

laporan kasus kejadian demam tifoid pada An. I di puskesmas Pandanaran kota

Semarang.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka


menjalankan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini
memuat data hasil kunjungan pasien dengan demam thyphoid di puskesmas
Ngaliyan.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Antonia S, Kepala Puskesmas Pandanaran yang telah memberikan
bimbingan dan pelatihan
2. dr. Retno Wulansari selaku pembimbing di Puskesmas Pandanaran yang telah
memberikan bimbingan dan pelatihan.
3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Pandanaran atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus demam tifoid di
wilayah kerja puskesmas Pandanaran Semarang berdasarkan pendekatan segitiga
epidemiologi di puskesmas Pandanaran ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

PRAKATA.................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................. 3

1.3 Tujuan penelitian .................................................................. 3

1.3.1 Tujuan umum ........................................................... 3

1.3.2 Tujuan khusus .......................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 4

1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa.......................................... 4

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat.......................................... 4

BAB II ANALISA SITUASI.................................................................. 29

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan................................................. 29

2.2 Hasil pengamatan.................................................................. 29

4
2.2.1 Identitas pasien................................................ 29

2.2.2 Keluhan Pasien................................................ 30

2.2.3 Anamnesis....................................................... 30

2.2.4 Pemeriksaan Fisik........................................... 31

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................. 32

2.2.6 Diagnosa (saat dirawat)................................... 33

2.2.7 Terapi.............................................................. 34

2.2.8 Data Keluarga................................................. 34

2.2.9 Data Lingkungan ............................................ 35

2.2.10 Data Penghuni Rumah.................................... 40

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................... 41

3.1 Analisa Penyebab Masalah .................................................. 41

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah............................................. 45

3.3 Plan of Action (POA)............................................................ 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 47

4.1 Kesimpulan............................................................................ 47

4.2 Saran...................................................................................... 47

4.2.1 Untuk pasien.................................................................. 47

5
4.2.2 Untuk Puskesmas........................................................... 48

4.2.3 Untuk Unissula.............................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN .............................................................................................. 50

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia,

terutama negara tropis dan berkembang termasuk Indonesia. Salah satu infeksi

sistemik akut yang endemis di Indonesia adalah demam tifoid. 96% infeksi ini

disebabkan oleh Salmonella typhi dan sisanya oleh Salmonella paratyphi

(IDAI, 2009). Penyakit ini termasuk penyakit menular dan dapat menyerang

banyak orang yang tercantum dalam Undang-undang nomer 6 tahun 1962

tentang wabah. Menurut data Hasil Riset Dasar Kesehatan (RISKESDAS)

tahun 2007, demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk Indonesia

untuk semua umur. Insidensi demam tifoid bervariasi di tiap daerah. Hal ini

erat hubungannya dengan penyediaan air bersih serta sanitasi lingkungan yang

kurang memenuhi syarat. Salmonella typhi masuk melalui salura cerna.

Sebagian kuman dapat dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi dapat

lolos dan berkembang biak di usus. Jika tidak segera diobati dengan tepat

dapat terjadi komplikasi intestinal dan ekstra-intestinal (IPD, 2009).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 memperlihatkan

bahwa gambaran 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit,

prevalensi kasus demam tifoid pada pasien laki-laki sebesar 47,97% dan

pasien perempuan 52,03 % . Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit

dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%. Prevalensi Tifoid di Jawa

1
Tengah tahun 2011 adalah 0,10% lebih tinggi dibandingkan dengan angka

tahun 2009 sebesar 0,08%. Prevalensi tertinggi tahun 2010 adalah di Kab.

Kebumen sebesar 0,30%. Sedang tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami

penurunan bila dibandingkan prevalensi tahun 2009 sebesar 0,12%. Kasus

tertinggi tifoid adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 3.993 kasus (18,91%)

dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Tifoid di kabupaten atau kota lain

di Jawa Tengah. (Dinkes Jateng 2011).

Penemuan kasus Tifoid di Puskesmas Pandanaran, pada tahun 2013

dari Januari sampai Desember 2013 sebanyak 41 penderita, tahun 2014 dari

Januari sampai Desember 2014 sebanyak 95 penderita, tahun 2015 dari

Januari sampai Desember 2015 sebanyak 221 penderita, tahun 2016 dari

Januari sampai Oktober 2016 sebanyak 241 penderita., sampai pada tanggal

20 Januari 2017 jumlah penemuan kasus demam tifoid di puskesmas

Pandanaran sebanyak 13 penderita. Oleh karena itu angka kejadian Tifoid di

Pandanaran masih tinggi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai Demam Tifoid, baik itu gejala, cara penularan, cara

pengobatan, dan cara pengendaliannya

Kejadian suatu penyakit hakekatnya adalah sebagai hasil interaksi

antara berbagai faktor seperti faktor host (pejamu), agent, dan environment

(lingkungan) (Budioro, 2007). Berdasarkan pendekatan segitiga epidemiologi,

penyakit terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen

tersebut (Soemirat, 2010). Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian

2
demam tifoid adalah hygiene perorangan yang rendah meliputi kebiasan cuci

tangan, hygiene makanan dan minuman. Sanitasi lingkungan merupakan salah

satu penyebab terjadi kejadian demam tifoid terlihat dari keadaan sanitasi

lingkungan yang belum memadai seperti kepemilikan sarana sanitasi dasar

yang meliputi kepemilikan jamban sehat, kepemilikan tempat sampah, dan

kepemilikan pengelolaan air limbah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk lebih mendalami kejadian demam tifoid pada An.I di Puskesmas

Pandanaran Kota semarang dengan pendekatan segitiga epidemiologi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah : Mengetahui

kejadian demam tifoid pada An.I di Puskesmas Pandanaran Kota

Semarang ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai kejadian demam tifoid

An.I di Puskesmas Pandanaran kota Semarang.

3
1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai perilaku host yang

mempengaruhi terjadinya demam thypoid.

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai agent yang

mempengaruhi terjadinya demam thypoid.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya demam thypoid.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa

1.4.1.1 Memberi informasi ilmiah untuk memperkaya ilmu.

1.4.1.2 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat

1.4.2.1 Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan.

1.4.2.2 Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif

dan preventif.

4
BAB II

ANALISA SITUASI

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan

Pengamatan kasus tifoid dilakukan berdasarkan data kunjungan pasien

terdiagnosis tifoid di Puskesmas Pandanaran pada 7 Januari 2017. Analisa

Trias Epidemiologi terhadap kejadian tifoid diperoleh dari kunjungan rumah

pasien pada 14 Januari 2017. Anamnesa dan kunjungan rumah untuk

mengamati kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien.

Intervensi pada tanggal 16 Januari 2017.

5
2.2. Laporan Hasil Pengamatan

2.2.1 Identitas Pasien

Nama : An. I

Tempat, tanggal lahir : Bojonegoro, 5 Mei 2001

Umur : 15 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Randusari Spoen I RT 1 RW 1 No 242

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : BPJS

2.2.2. Anamnesis Holistik

A Aspek 1 Personal

Keluhan Utama : Demam, Mual, Muntah

Harapan : Sembuh dari sakit, dapat kembali mengikuti

kegiatan di Sekolah, dan melakukan aktivitas seperti

sedia kala.

Kekhawatiran : penyakit tidak sembuh serta semakin

bertambah parah.

B Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

6
Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki bernama An.I berusia 15

tahun mengeluh demam sejak 9 hari sebelum kedatangan ke

puskesmas. Demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari

dan deman tinggi dirasakan terutama malam hari ketiga pagi

hari pasien merasa demam berkurang namun pasien merasa

sangat nyeri kepala ketika di pagi hari. Selain demam pasien

juga mengeluh mual, dan sesekali sesaat setelah makan pasien

merasakan ingin muntah, pasien juga mengatakan pernah

muntah sebanyak 4 kali dalam 9 hari sebelum ke puskesmas,

dari pernyataan pasien muntah pasien berisi makanan yang

dimakan pasien dan untuk jumlahnya kira-kira gelas kecil,

pasien juga mengeluh nyeri diseluruh bagian perut, nyeri perut

hilang timbul, pasien mengatakan selama 9 hari tersebut nafsu

makan pasien turun karena merasa lidah pasien pahit dan nyeri

saat menelan. Menurut pernyataan pasien ketika pulang

sekolah sering membeli jajan-jajan kecil yang berjualan sekitar

sekolah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

hanya keluhan batuk dan demam, pasien tidak periksa dan

sembuh dengan obat yang di beli di warung. Pasien An.I

memiliki riwayat Post Operasi Apendiktomi tahun 2016

7
Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak 1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal

dengan kedua orang tuanya dan 2 adiknya. Ayah pasien bekerja

sebagai wiraswasta dengan penghasilan yang tidak menentu

dalam 1 bulan kurang lebih satu juta rupiah dan ibu pasien

bekerja sebagai guru TK swasta dengan penghasilan kurang

lebih satu juta rupiah. Sosial ekonomi kurang.

Data Rumah

Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah Randusari

bersama kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya sejak kecil.

Rumah pasien adalah rumah sewaan. Luas tanah pasien sekitar

50 m2 luas bangunan 50 m2 . Rumah tersebut terdiri atas

ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur.

- Dinding sebagian dari tembok dan sebagian dari

kayu dan tripleks

- Lantai semen,

- atap genteng.

8
- Ventilasi : Setiap ruangan terdapat ventilasi >10%

dari luas lantai

- Pencahayaan : cukup, terdapat jendela di samping

pintu

- Sumber air minum, mandi dan cuci menggunakan

air PDAM

- Untuk memasak keluarga pasien menggunakan gas

LPG.

Di dapur digunakan untuk menjemur pakaian.

Kepadatan ruangan rumah sangat padat. Keadaan lingkungan

rumah saling berdampingan dengan rumah tetangga lainnya.

C Aspek 3 Faktor Risiko Internal

1 Data Individu :

Pasien berusia 15 tahun, saat ini sedang duduk di

bangku SMA. Berat badan pasien 44 kg, dan tinggi badan 149 cm

dimana BMI = 19,81 normal

2 Data Perilaku

Perilaku Makan

9
Pasien makan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan

malam hari. Untuk makan pokok pagi hingga malam pasien

mendapatkan makan dari rumah pasien. Namun terkadang

pasien juga sesekali masih sering membeli jajanan di luar

sekolah saat pulang sekolah.

Perilaku Hygenitas Personal

Pasien terkadang terlupa untuk mencuci tangan

sebelum makan, pasien belum mengetahui kapan-kapan saja

melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan

cara mencuci tangan yang benar. Pasien juga terkadang

masih lupa setelah BAB tidak mencuci tangannya dengan

menggunakan sabun hanya mencuci dengan menggunakan

air.

D ASPEK 4 Faktor Resiko Eksternal

1. Data Lingkungan

Ekonomi

Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah Randusari

Spoen bersama kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya

sejak kecil. Luas tanah pasien sekitar 50 m2 luas bangunan

50 m2 . Rumah tersebut terdiri atas ruang keluarga, 2 kamar

tidur, 1 kamar mandi dan dapur.

10
Pasien sedang duduk di bangku SMA. Pasien

menggunakan Jaminan Kesehatan dengan menggunakan

BPJS.

Sosial Masyarakat

Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangganya.

Tetangga sekitar rumah pasien ada 2 orang yang menderita

tifoid. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien adalah

golongan menengah ke bawah, sedikit sekali yang

merupakan orang berada.

E ASPEK 5 Derajat Fungsional

Derajat Fungsional Skala 2 : Pasien mengalami sedikit

kesulitan

11
2.2.3 Data Penghuni Rumah

Genogram

Keterangan :

: Perempuan hidup

: Laki laki hidup

: Pasien Laki-laki

: Satu rumah
No Nama Usia (tahun) Status Pendidikan

terakhir
1 Tn. S 48 Ayah SMA
2 Ny. F 45 Ibu SMP
3 An. I (PASIEN) 15 Anak SMA
4 An. A 13 Anak SMP
5 An. F 5 Anak TK

12
2.2.4 Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 86x/menit

RR : 18x/menit

Temperature : 37,20 C

Antropometri : BB: 44 kg TB: 149 cm

BMI : BB/TB2 = 44/ (1,49 x 1,49)= 19,81

(Normo)

Status gizi : normal

Status Presens :

Kepala : normocephal

Rambut : hitam keputih-putihan, tidak mudah dicabut

Kulit kepala : massa (-)

Wajah : simetris, massa (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

refleks cahaya (+/+)

Telinga : deformitas (-/-), massa (-/-), sekret (-/-)

13
Hidung : deformitas (-), sekret (-/-)

Mulut : bibir pucat (-), kering(-), sianosis (-)

Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-),

deviasi trakhea (-)

Thorax

Inspeksi : simetris, retraksi ruang sela iga (-), massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-),

gerakan dinding dada simetris, fremitus

vocal simetris

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) seluruh lapang paru, Rhonki

basah (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-),

caput meducae (-), spider nevy (-), distensi

(-)

Auskultasi : bising usus (+) normal, bising pembuluh

darah (-)

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok (-), nyeri ketok CVA

(-/-)

14
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar teraba,

lien/ren tidak teraba, tes undulasi (-), shifting

dullness (-)

Pelvis : deformitas (-), krepitasi (-), massa (-), nyeri

tekan (-)

Musculoskeletal : gerakan bebas (+), deformitas (-), krepitasi

(-), nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin

ASPEK 1 :

Keluhan Utama : Demam, Mual, Muntah

Harapan : Sembuh dari sakit, dapat kembali mengikuti kegiatan di

Sekolah, dan melakukan aktivitas seperti sedia kala.

Kekhawatiran : penyakit tidak sembuh serta semakin bertambah

parah.

ASPEK 2

Diagnosa Klinis : demam tifoid

Diagnosis Banding : demam berdarah dengue, Malaria

ASPEK 3 :

15
Faktor Resiko Internal:

Daya imunitas menurun

Stress, kelelahan

Kurangnya pengetahuan tentang demam tifoid

Kurangnya pengetahuan tentang gizi yang baik

Kurangnya pengetahuan hygienitas personal

Kurangnya pengetahuan tentang PHBS

Kebiasaan pasien membeli jajan sembarangan

ASPEK 4 :

Faktor Resiko Eksternal:

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang PHBS

Kebiasaan keluarga yang membuang sampah kadang

sembarangan kadang membuang sampah ditempat sampah

yang tidak tertutup.

Disekitar rumah pasien juga terdapat pasien yang telah

terdiagnosis menderita demam tifoid

ASPEK 5 :

16
Derajat Fungsional Skala 2 : Pasien mengalami sedikit

kesulitan.

Hb : 11,2 gr/dl

Ht : 33,72%

Leukosit : 14.100 /mm3

Trombosit : 441.000 /mm3

Test widal : H :1/640 AH: 1/320

2.3 Diagnosis Holistik

2.4 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

I Identifikasi Masalah

Seorang anak laki-laki bernama An.I berusia 15 tahun mengeluh

demam sejak 9 hari sebelum kedatangan ke puskesmas. Demam

dirasakan terus-menerus sepanjang hari dan deman tinggi dirasakan

terutama malam hari ketiga pagi hari pasien merasa demam berkurang

namun pasien merasa sangat nyeri kepala ketika di pagi hari. Demam

tidak disertai kejang. Selain demam pasien juga mengeluh mual, dan

17
sesekali sesaat setelah makan pasien merasakan ingin muntah, pasien

juga mengatakan pernah muntah sebanyak 4 kali dalam 9 hari sebelum ke

puskesmas, dari pernyataan pasien muntah pasien berisi makanan yang

dimakan pasien dan untuk jumlahnya kira-kira sekepal tangan pasien,

pasien juga mengeluh nyeri diseluruh bagian perut, nyeri perut hilang

timbul, pasien mengatakan selama 9 hari tersebut nafsu makan pasien

turun karena merasa lidah pasien pahit dan nyeri saat menelan. Dari

pemeriksaan penunjang ditemukan kadar leukosit sebanyak 14.100 dan

tes widal H:1/640 AH 1/320.

Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan

bahwa usia pasien usia 15 tahun dimana usia tersebut merupakan usia

produktif, imunitas yang menurun, pasien banyak pikiran tentang ujian

sekolah yang membuatnya stress dan juga kelelahan, kurangnya

pengetahuan pasien tentang hygenitas personal dan juga kebiasaan pasien

tidak melakukan cuci tangan sebelum makan, pengetahuan yang kurang

tentang gizi yang baik dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

tifoid dan kebiasaan pasien membeli makanan sembarang. Berdasarkan

identifikasi dari faktor resiko eksternal ditemukan bahwa kurangnya

pengetahuan keluarga tentang gizi yang baik, PHBS dan kebiasaan

membuang sampah kadang sembarangan dan tempat sampah yang tidak

ada tutupnya.

II Intervensi

1 Promotif

18
a Patient Centered

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pemenuhan gizi

yang baik

- Memberikan edukasi tentang apa itu penyakit demam tifoid,

penyebabnya, cara penularannya, gejalanya dan

pencegahannya.

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya

hygenitas personal.

b Family Focused

- Diharapkan keluarga khususnya ibu dapat memberikan

makanan gizi yang baik.

- Memberikan edukasi kepada keluarga pentingnya PHBS

- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang

pengolahan sampah yang tepat dan benar

c Community Oriented

- Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan

rumah pasien dan memberikan edukasi tentang demam tifoid,

PHBS, lingkungan yang sehat

19
2 Preventive

a Patient Centered

- Mengajari pasien cara mencuci tangan dan waktu-waktu

kapan pasien mencuci tangan dengan menggunakan

sabun.

b Family Focused

- Mengajari keluarga bagaimana hygenitas personal

dengan melakukan cuci tangan dan waktu kapan

melakukan cuci tanggan dengan menggunakan sabun.

- Mengajari pasien tentang membuang sampah yang

benar dan tempat sampah yang benar yaitu yang

tertutup.

c Community Oriented

3 Kuratif

a Patient Centered

- Kloramfenikol 3 x 500 mg tab. Selama 14 hari

- Paracetamol 3 x 500 mg tab (prn)

- Ondansetron 3 x 4 mg

20
b Family Focused

- Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi

pasien untuk meminum obat tersebut

- Keluarga diharapkan dapat memberikan asupan makanan gizi

seimbang kepada pasien.

c Community Oriented

- Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai gizi

yang baik

- Kader diharapkan dapat memberikan edukasi tentang demam

tifoid.

4 Rehabilitatif

a Patient Centered

- Setiap pagi pasien berolahraga rutin ringan (jalan-jalan) 20

menit

b Family Focused

- Anggota keluarga dapat mengajak pasien untuk berolahraga

bersama

c Community Oriented

21
Tabel 2. 3. Checklist survei PHBS
No Indikator Perilaku ya tidak
1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
KLP Kesling
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada V
tempatnya
9 Lantai rumah kedap air V
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta V
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN V
seminggu sekali

22
Dari hasil di atas didaptkan skor 10 sehingga dapat di

kasifikasikan sebagai keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat

Madya.

Tabel 2. 4 Checklist survei Rumah sehat

KOMPONEN
N
RUMAH YG KRITERIA NILAI
O
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan
kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 V
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
diplester/papan yang tidak kedap air. 2 V
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata
yang diplester) papan kedap air. 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1

23
tanah/plesteran
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah V
panggung). 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 V
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0
b. Ada 1 V
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari
luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas V
lantai 2

7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 V


b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari
luas lantai dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari
luas lantai dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada exhaust fan atau ada
peralatan lain yang sejenis. 2
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan
8 Pencahayaan untuk membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas
untuk membaca dengan normal 1
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat V
dipergunakan untuk membaca dengan
normal. 2
II SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). memenuhi syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat V
kesh. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, V
ngan kotoran). disalurkan ke sungai / kolam 1
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai atau kolam 2
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic 3

24
tank
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
3 Sarana Pembuangan teratur di halaman 0
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari
sumber air (jarak sumber air (jarak dengan
Air Limbah (SPAL) sumber air < 10m). 1
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari V
sumber air (jarak dengan sumber air >
10m). 3
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. 4
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada
Sampah/Tempat Sampah tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 V
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
PERILAKU
III PENGHUNI

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0


dan halaman b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari 2

a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
4 Membuang tinja bayi sembarangan 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 V

a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam


5 Membuang sampah sembarangan 0
b. Kadang-kadang dibuang ke tempat
pada tempat sampah sampah 1 V
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2

25
TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :
: NILAI x BOBOT : 23x31 = 713
Hasil Penilaian (Rumah tidak sehat)
Kriteria :
1) Rumah Sehat = 1068 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

2.5 Bagan Trias Epidemiologi

Environment
kungan rumah yang higiennya kurang dilihat dari tempat sampah disembarangan dan tempat samp
apat tetangga sekitar rumah pasien yang sudah terdiagnosis menderita demam tifoid

Host Agent
penurunan imunitas Stress atau kelelahan Salmonella typhi
Hygenitas personal kurang Tifoid
Pasien sering jajan di warung pinggir jalan
Kurangnya Pengetahuan tentang demam tifoid
Kurangnya pengetahuan tentang PHBS

26
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Penyebab Masalah

3.1.1. Host

3.1.1.1. Umur

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemis

di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan masalah

pada kelompok umur dewasa muda, karena tidak jarang

disertai perdarahan dan perforasi usus yang sering

menyebabkan kematian penderita. Secara umum insiden

tifoid dilaporkan 75% didapatkan pada umur kurang dari

30 tahun (Depkes, 2006: 7).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70-80%

pasien berumur 12-30 tahun, 10-20% berumur 30-40 tahun

dan lebih sedikit pada pasien berumur diatas 40 tahun

(Rasmilah, 2001: 2). Pada kelompok usia 3-19 tahun yaitu

kelompok anak sekolah yang kemungkinkan besar

diakibatkan sering jajan di sekolah atau tempat lain di luar

rumah. Sedangkan kelompok umur 20-30 tahun

merupakan kelompok pekerja dimana kelompok usia

tersebut sering melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga

27
beresiko untuk terinfeksi Salmonella typhi, seperti

mengkonsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi Salmonella typhi (Siska Ishaliani H, 2009)

3.1.1.2. Penurunan Imunitas

Imunitas atau daya tahan tubuh merupakan respon

tubuh terhadap bahan asing. Respon imun yaitu reaksi

yang dikoordinasi oleh sel-sel dan molekul-molekul

terhadap mikroba ataupun agen-agen yang lain. Sehingga

bila dalam kondisi imun yang menurun, pertahanan tubuh

pun akan menurun dan tubuh bisa mudah terserang

penyakit kemudian sakit. Penekanan fungsi sistem imun

akan menyebabkan peningkatan kerentanan seseorang

terhadap terjadinya penyakit-penyakit infeksi. Daya tahan

tubuh kita 80% dibangun di usus, sehingga kesehatan

pencernaan mendukung daya tahan tubuh. Usus adalah

bagian tubuh yang pertama terekspos oleh dunia luar

melalui makan yang dikonsumsi. Usus bukan hanya

berfungsi untuk penyerapan dan pencernaan makanan

tetapi juga merupakan bagian dari sistem imun terbesar

dalam tubuh yang mengatasi antigen dan zat berbahaya

yang masuk.

28
Stres dipandang sebagai kondisi yang timbul ketika

seseorang berhubungan dengan situasi tertentu, dimana

suatu permintaan melebihi batas kemampuan coping

seseorang. Pada orang yang mengalami stres yang

mempunyai konsekuensi kondisi yang patologis akan

mengganggu respon imun. Penekanan fungsi sistem imun

akan menyebabkan peningkatan kerentanan seseorang

terhadap terjadinya penyakit penyakit infeksi.

Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus

kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel

terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di

lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh

sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat

hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan

kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.

Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat

di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah

(mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik)

dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang

biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk

29
ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan

bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda

dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,

malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut (IPD, 2009)

3.1.1.3. Hygenitas personal kurang

3.1.1.3.1. Mencuci tangan sebelum makan

Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum

makan mempunyai risiko yang lebih besar

untuk terkena Demam Tifoid dibandingkan

dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum

makan.

Pencucian tangan dengan sabun dan

diikuti dengan pembilasan akan banyak

menghilangkan mikroba yang terdapat pada

tangan. Tangan yang kotor atau terkontaminasi

dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen

dari tubuh, tinja atau sumber lain kemakanan.

Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai

pembersih, penggosokan dan aliran air akan

menghanyutkan partikel kotoran yang banyak

mengandung mikroba.

30
Penularan bakteri Salmonella typhi salah

satunya melalui jari tangan atau kuku. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan

sebelum makan maka kuman Salmonella typhi

dapat masuk ke tubuh orang sehat melalui

mulut, selanjutnya orang sehat akan menjadi

sakit (Santoso, 2007).

3.1.1.3.2. Mencuci tangan setelah BAB

Cuci tangan pakai sabun merupakan

salah satu cara untuk hidup sehat yang paling

sederhana dan murah tetapi sayang belum

membudaya. Padahal bila dilakukan dengan

baik dapat mencegah berbagai penyakit menular

seperti demam tifoid. Berdasarkan Hasil survei

Health service Program tahun 2006 didapatkan

hanya 12 dari 100 orang Indonesia yang

melakukan cuci tangan pakai sabun setelah

buang air besar. Tidak mengherankan jika

banyak penduduk Indonesia yang masih

menderita penyakit seperti Diare dan Demam

31
Tifoid karena kebiasaan hidup yang tidak

bersih.

3.1.1.4. Kurangnya pengetahuan tentang Demam tifoid

Menurut penelitian Nurfikarivah (2010), bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan dan sikap positif maka perilaku tersebut

akan bersifat langgeng. Berangkat dari konsep tersebut

dapat dijelaskan, bahwa semakin meningkatnya

pengetahuan pasien tentang demam tifoid akan mengarah

pada kemajuan berfikir pada perilaku yang baik sehingga

bisa berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya demam

tifoid dan mengetahui gejala yang ditimbulkan .

3.1.1.5. Kurangnya pengetahuan tentang PHBS

Menurut Srikandi Fardiaz (2001: 155), bahwa sistem

pangan dalam memproduksi, mengolah, mendistribusikan,

menyiapkan, dan mengkonsumsimakanan berkaitan erat

dengan tingkat perkembangan, pendapatan dan

karakteristik sosiokultur masyarakat. Sistem pangan pada

penduduk kota berpenghasilan rendah lebih mengandalkan

pada makanan jajanan siap santap dengan mutu yang

32
rendah dan tidak terjamin keamanannya. Pencemaran

mikroba patogen pada makanan dalam kelompok ini

terutama disebabkan oleh penggunaan air yang tidak

memenuhi syarat, pembuangan sampah tidak pada

tempatnya, higiene dan sanitasi yang tidak baik dalam

penyiapan makanan di rumah atau penyakit menular, dan

penjualan makanan di tempat-tempat yang kotor atau

dipinggir jalan. Penyakit melalui makanan yang sering

menyerang penduduk berpenghasilan rendah pada

umumnya adalah penyakit menular seperti tifus.

Dalam kasus demam tifoid, titik tumpu bergeser

dikarenakan kondisi hygiene dan sanitasi yang buruk

sehingga keseimbangan terganggu. Pergeseran yang

terjadi memudahkan agent (Salmonella typhi) memasuki

tubuh host dan menimbulakan penyakit demam tifoid.

Masuknya kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan

Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam tubuh

manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang

terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan

dalam lambung, dan sebagian lagi masuk ke usus halus

dan berkembang biak.

3.1.1.6. Kebiasaan membeli Jajanan Sembarang

33
Kebiasaan makan diluar rumah (jajan) mempunyai

risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit Demam

Tifoid. Penularan terjadi melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi oleh bakteri S. typhi yang berasal dari

tinja penderita/carrier. Demam Tifoid dapat menyerang

semua kelompok umur. Akan tetapi kelompok usia

produktif mempunyai risiko yang lebih besar

dibandingkan dengan usia non produktif. Hal ini terjadi

karena pada usia produktif banyak melakukan aktivitas

yang berisiko untuk tertular penyakit Demam Tifoid.

Insiden pada kelompok anak dan orang tua relatif kecil,

bahkan pada umur diatas 70 tahun sangat jarang (Addin,

2009).

3.1.2. Agent

Agent penyebab penyakit Tifoid adalah Salmonella typhi.

Salmonella typhi yang termasuk dalam kelompok yang sebagian besar

(80%) menyerang pencernaan. Salmonella typhi merupakan jenis

kuman berbentuk batang, Salmonella typhi termasuk basil gram negatif

tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora.

Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan

laboratorium, yaitu : Antigen O, antigen somatik ( tidak menyibar ).

Antigen H, terdapat pada flagela dan bersifat termolabil. Antigen k,

34
selaput yang melindungi tubuh bakteri dan melindungi antigen O.

Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57oC selama beberapa menit.

Jumlah kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105

109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan,

maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.

3.1.3. Environment

1. Air

Faktor lingkungan sangat berperan dengan penularan

penyakit Tifoid. Pasien menggunakan air Pdam dan memenuhi

syarat yaitu air tidak berwarna, air tidak keruh, air tidak berasa, air

tidak berbau (Totok, 2006). Air juga berfungsi sebagai media

penularan penyakit , ada beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh

air. karena bakteri Salmonella typhi sering ditemukan pada sumur

sumur penduduk yang terkontaminasi dengan tinja manusia yang

tidak memenuhi syarat sanitasi dapat menyebabkan terjadinya

suatu pencemaran tanah dan sumber air (Arief, 2009).

2. Limbah

Limbah rumah tangga yang berbahaya adalah limbah dari

kotoran manusia. Pembuangan limbah yang baik disarankan

melalui sarana jamban sehat dan higienis. dikatakan sehat jika tidak

35
mencemari lingkungan, dan dikatakan higienis jika faktor

kebersihan, keamanan, estetika, dan kenyamanan bagi

penggunanya.

Penularan pada pasien sangat dimungkinkan terjadi dari

jarang nya pasien cuci tangan dan dimungkinkan karena tempat

sampah yang tidak ditutup menimbulkan banyaknya lalat

berterbangan dan tikus berkeliaran disekitar sampah , dan dapat

menimbulkan penyakit antara lain penyakit perut, pes, dan demam

tifoid (Suyono, 2010).

Environment
ngan rumah yang higiennya kurang dilihat dari tempat sampah disembarangan dan tempat sampah
at tetangga sekitar rumah pasien yang sudah terdiagnosis menderita demam tifoid

Gambar 3.2. Analisis Segitiga Epidemiologi


Environment
Lingkungan rumah yang higien nya kurang dilihat dari tempat sampah yang tidak tertutup.
Kurangnya pengetahuan tentang PHBS
Pengelolaan makanan yang tidak memenuhi, seperti jarangnya pasien mencuci tangan
Host Agent
penurunan imunitas Stress atau kelelahan Salmonella typhi
Hygenitas personal kurang Tifoid
Pasien sering jajan di warung pinggir jalan
Kurangnya Pengetahuan tentang demam tifoid
Kurangnya pengetahuan tentang PHBS

Host Agent
penurunan imunitas Salmonella typhi
Pasien sering jajan di warung pinggir jalan Tifoid
36
3.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Pemecahan masalah
Pengetahuan yang kurang tentang Edukasi tentang demam tyfoid cara

demam tyfoid, (penyebabnya, cara penularan, dan pencegahan tifoid

pencegahan, dan penanganannya) Leaflet tifoid


Bak sampah yang tidak tertutup. Menyarankan untuk menggunakan bak

sampah dapat menimbulkan sampah tertutup

banyaknya lalat berterbangan dan Edukasi tentang perilaku hygiene,

tikus berkeliaran disekitar sampah dan

37
dapat menimbulkan suatu penyakit

pada manusia antara lain penyakit

perut, pes dan demam tifoid


Perilaku cuci tangan buruk Edukasi mengenai cuci tangan yang

baik

Pemberian poster cara cuci tangan

38
3.3. Plan of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana Indikator

keberhasilan
1 Edukasi pasien dan Meningkatkan Keluarga Rumah 16 Januari Rp. 2000 Dokter Muda Keluarga dan
keluarga tentang pengetahuan dan pasien Edukasi pasien pasien mengetahui
penyakit demam keluarga pasien tentang 2017 FK Unissula dengan jelas
tifoid serta cara perilaku mengenai
mengenai
pencegahannya hygiene penyakit demam
penyakit serta tifoid dan cara
demam tifoid penularan pencegahannya
dan
pencegahan
demam
tifoid

Leaflet tifoid
2 Penggunaan bak Meningkatkan Keluarga Rumah 16 Januari Rp Dokter muda Keluarga dan
sampah tertutup pengetahuan dan pasien Edukasi pasien 2017 35.500 FK Unissula pasien mengetahui
pasien tentang pasien dengan jelas
tentang
pengolahan mengenai PHBS
PHBS
sampah terutama
Memberikan membuang
bak sampah sampah pada
tertutup tempatnya

39
3 Merubah perilaku Menurunkan Pasien Edukasi cuci Rumah 16 Januari Rp Dokter muda Keluarga dan
hygene perorang angka kejadian dan tangan pasien 2017 18.000 FK Unissula pasien paham
yang buruk, demam tifoid keluarga Poster cara mengenai cara
kebiasaan pasien dan disekitar pasien cuci tangan mencuci tangan
keluarga yang jarang lingkungan Pemberian yang baik dan
cuci tangan sebelum pasien hand wash benar.
dan sesudah makan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa, dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian yang mempengaruhi penyakit Tifoid adalah sebagai berikut:

1. Host

- Imunitas mengalami penurunan, faktor Stress atau kelelahan

- Hygenitas personal kurang

- Pasien sering jajan di warung pinggir jalan

- Kurangnya Pengetahuan tentang demam tifoid

40
- Kurangnya pengetahuan tentang PHBS

2. Agent

Salmonella typhi adalah agen utama penyebab terjadinya penyakit tifoid.

3. Environtment

a.Bak sampah yang tidak tertutup dapat menimbulkan lalat yang berterbangan.

b. Pasien dan keluarga jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

c.Keadaan rumah yang kurang bersih

41
4.2 Saran

4.2.1 Untuk Pasien

1. Meninggalkan kebiasaan buruk tidak cuci tangan sebelum dan sesudah makan

2. Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan sehat

3. Menjaga daya tahan tubuh dengan makan yang bergizi, olahraga dan istirahat cukup

4. Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke pelayanan kesehatan terdekat

4.2.2. Untuk Puskesmas

1. Memberikan penyuluhan sederhana mengenai penyakit tifoid kepada keluarga pasien dan masyarakat sekitar sehingga

masyarakat dapat mengetahui tentang Tifoid mulai dari definisi, penyebab, cara penularan, dan pengobatan yang benar untuk

penderita tifoid, penyuluhan lebih ditekankan kepada PHBS masyarakat

2. Melakukan peningkatan kerjasama lintas sektoral dengan kelurahan guna menanggulangi angka kejadian Demam Tifoid

42
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dengan kelurahan guna tercapainya lingkungan yang bersih dan sehat dalam masyarakat

4.2.3. Untuk Unissula

Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas-puskesmas untuk bersama-sama meningkatkan kesehatan masyarakat.

43
DAFTAR PUSTAKA

Addin A. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit. PT Puri Delco. Bandung. 2009


Arief Rakhman, dkk., 2009. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid Pada Orang Dewasa. Berita Kedokteran
Masyarakat Volume 25 No.4
Aru W, Sudoyo, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V, Jakarta, Interna Publishing

Budioro, 2007. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 67.

Dinkes Jateng, 2011, Profil Kesehatan Jawa Tengah, Semarang: Depkes Jateng
Heru Laksono, 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak yang Dirawat di RS Kota Bengkulu Tahun
2009. Tesis Program Pasca Sarjana FK- Universitas gajah Mada. Yogyakarta.2009.
Ida Untari. 2010. Bawang Putih sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan Surakarta: Muhammadiyah Surakarta. Ilmu Keperawatan Vol: 7,
No 1, Februari.
IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Jakarta. IDAI

Kartasasmita, Cissy B. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis.

44
PMK. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta, 130-144

Purnawijayanti, Hiasinta. A. 2006. Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Slamet, J. S. 2011. Kesehatan lingkungan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Santoso, Faktor-faktor risiko kejadian demam tifoid di Kabupaten Purworejo, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007.

Soemirat, Juli, 2010, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada


Sutrisno,Totok. 2006. Teknologi penyediaan air bersih. Jakarta. Rieneka Cipta
Suyono, dan Budiman. 2010. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta. EGC
WHO. 2006 Penyakit bawaan makanan, EGC: Jakarta

45
LAMPIRAN

46
47
INTERVENSI

48

Anda mungkin juga menyukai