Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

J DENGAN POST OP PRO OPEN


PROSTATEKTOMI SUPRAPUBIK TRANSVESIKA
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MUNTILAN
Untuk Memenuhi Tugas Stase Kebutuhan Dasar Manusia
Pembimbing Klinis : Susilowati. S.kep.Ns

Disusun oleh: Kelompok 8

1. Elly Trisnawati (16160035)


2. Badriati chn. N (161600 )
3. Yoga aditya (16160030)
4. Herman Yosef. T ( 161600 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman

1
KATA PENGANTAR.................................................................................4
DAFTAR ISI.......................................................................................... ?
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 5
B. Tujuan Penelitian................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi................................................................................... 7
B. Etiologi................................................................................... 7
C. Manifestasi Klinis.................................................................. 8
D. Patofisiologi......................................................................... 10
E. Pathway....................................................................................11
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................12
G. Komplikasi...............................................................................13
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan...............................12
I. Basic Promoting Physiology of Healt......................................13
J. Pengkajian Keperawatan..........................................................17
K. Diagnosa Keperawatan............................................................17
L. Rencana Keperawatan..............................................................18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...............................................................................21
B. Analisa Data............................................................................32
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan.............................................34
D. Rencana Keperawatan.............................................................35
E. Implementasi Keperawatan.....................................................47
F. Evaluasi...................................................................................47

BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................58
B. Saran.......................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 62

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmatNya lah kami dapat menyelesaiakan tugas kelompok yang berjudul

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dengan Post Op Pro Open Prostatektomi

Suprapubik Transvesika di Ruang Flamboyan RSUD Muntilan sesuai dengan apa

yang kami semua harapkan. Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam

pemahaman masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH (Post Op Pro

Open Prostatektomi Suprapubik Transvesika) serta melakuakan apa yang menjadi

tugas seorang perawat masa depan.

3
Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan kesulitan. Namun berkat

bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang diberikan.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam

pengetikan maupun bahasa, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, September 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
BPH adalah peningkatan jumblah sel stroma dan sel epitel dari
kelenjar prostat ( Rahma dan Munira, 2011). Benign prostatic hyperplasia
(BPH) atau pembesaran prostat jinak (pjj) merupakan kelainan kedua
tersering yang dijumpai di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran
kemih.
Menurut Abbas (2005) dalam Hamawi (2010) insidensi BPH
meningkat seiring bertambahnya usia pada usia 40-an, dan setelah

4
meningkatnya usia yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun
persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun. Penyakit BPH
secara umum melibatkan 20% pria pada usia 40an dan meningkat secara
dramatik pada pria berusia 60an dan 90% pada usia 70 tahun. Pada tahun
2003 ditemukan lebih kurang 220.900 kasus baru BPH. Perubahan volume
prostat terjadi secara bervariasi berdasarkan tingkatan umur, dimana
volume prostat meningkat menjadi 25 cc pada pria usia 30 tahun dan pada
usia 70 tahun menjadi sekitar 35-45cc (Rahma dan munira 2011).
Juwono (2011) mengatakan BPH adalah suatu kondisi berhubungan
erat dengan penuaan, meskipun tidak mengancam nyawa, manifestasi
klinis sebagai kumpulan gejala saluran kemih bawah mengurangi kualitas
hidup pasien. Gejala saluran kemih bawah terjadi pada 30% pria berusia
65 tahun.

2. TujuanUmum dan Khusus


A. Tujuan Umum
Kelompok mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup aspek bio, psiko, sosio dan spiritual
pada klien penyakit BPH (post op pro open prostatektomi suprapubik
transvesika) dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
B. Tujuan Khusus
1) Kelompok dapat mengetahui konsep dasar penyakit BPH
2) Kelompok dapat mengetahui etiologi peyakit BPH
3) Kelmpok dapatmengetahui perjalanan penyakit BPH
4) Kelompok dapat mengetahui cara pemeriksaan diagnostik penyakit
BPH
5) Kelompokdapat mengetahui tindakan keperawatan atau
penetalaksanaanya penyakit BPH

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Beniqna prostat hipertropi adalah hiperplasia kelenjar peri urethral yang
merusak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah
(Mansjoer, Suprohaita, Wardhani & Setiowulan, 2000, hal 329).
BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lanjut
usia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria
diatas usia 60 tahun (Smeltzer, 2001, hal 671).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai
derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes,
Morehouse & Geissler, 2000, hal 671). Kelenjar prostat bila mengalami
pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).

6
Prostatektomi adalah pembedahan mengangkat prostata (Ramali, Pamoentjak,
2000, hal 284).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Post
operasi Benigna Prostat Hipertrofi adalah suatu keadan di mana individu
sudah menjalani tindakan pembedahan pengangkatan kelenjar psostat
2. Etiologi
Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan
hormon androgen (Mansjoer, 2000, hal 329).
Ada beberapa hipotesis yang menyebutkan bahwa hiperplasia prostat
erat kaitannya dengan peningkatan kadar Dehidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat adalah:
a. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan
estrogen pada usia lanjut
b. Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat
c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang
mati
d. Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar
prostat menjadi berlebihan (Poernomo, 2000, hal 74-75).
3. Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
a. Keluhan pada
saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari
Tract Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi) terbangun untuk
miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).

7
Gejala obstruktif meliputi: pancaran lemak, rasa tidak lampias
sehabis miksi, kalau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengejan (straining) anyang-anyangen (intermittency) dan waktu miksi
yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena overflow.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih
sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang
secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
b. Gejala pada
saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih
bagian atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang
selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia,
peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati
perifer.
c. Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia
inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 78; Mansjoer, 2000,
hal 330).
Menurut Long (2005, hal. 339-340), pada pasien post operasi
BPH, mempunyai tanda dan gejala:
1) Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin

8
2) Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3) Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
4) warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post
operasi menjadi lebih tua.

4. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang
kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini
dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya
sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat
(Mansjoer, 2000 hal 329; Poernomo, 2000 hal 74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat
mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya

9
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329; Poernomo, 2000 hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua
muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter
atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).

PATHWAY
Perubahan usia
Ketidakseimbangan
hormonal
Kadar testosterone Kadar testosterone

menurun meningkat
DHT kompleks Hiperplasia sel stoma
RNA dlm inti sel pada jar. prostat

Proliferasi sel prostat

BPH
Obtruksi saluran kemih yg bermuara di
VU
Tekanan intravesikel

Kompensasi otot
destrusor
Penebalan dinding VU Dekompensasi otot destrusor

Kotraksi otot VU
Retensio urine Retensio urine

Prostatektomi

Luka pembedahan Imobilisasi

10
Kelemahan Motilitas usus
Jaringan fisik menurun
Terputusnya saraf Perdarahan Aktivitas
terputus
perifer terbatas
Port dentry
Konstipasi
Nyeri Hambatan
Resiko infeksi mobilitas fisik
Tidak Bekuan
terkontrol darah
Kekurangan
Sumbatan
volume
aliran urine
cairan
Gangguan
eliminasi urin

Sumber: (Mansjoer A, 2008)


(Poernomo, 2008)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Elektrolit, kadar ureum
dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan
fungsi metabolik. Pemeriksaan prostate specific Antigen (PSA) dilakukan
sebagai dasar penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini
keganasan.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sistoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan
ini adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat
disfungsi buli-buli dan volume residu urine. Dari foto polos dapat dilihat
adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal dan buli-buli. Dari
pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
hidronefrosis dan hidroureter.
c. Pemeriksaan Uroflowmetri dan Colok Dubur
1) Uroflowmetri

11
Untuk mengetahui derajat obstruksi, yaitu dengan mengukur
pancaran urine pada waktu miksi. Kecepatan aliran urine dipengaruhi
oleh kekuatan kontraksi detrusor, tekanan intra buli-buli, dan tahanan
uretra.
2) Colok Dubur
Pada perabaan colok dubur, harus diperhatikan konsistensi
prostat (biasanya kenyal), adakah asimetri, adakah nodul pada prostat,
apakah batas atas teraba (Mansjoer, 2000, hal 332).

6. Komplikasi
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Menurut Mansjoer (2000,
hal 333):
a. Observasi (Watchfull Waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan, nasehat
yang diberikan yaitu mengurangi minum setelah makan malam untuk
mengurangi nocturia, menghindari obat-obatan dekongestan,
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol.
b. Terapi medikamentosa
1) Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin,
terazosin, afluzosin.
2) Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).
3) Fitoterapi
Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain: eviprostat.
Substansinya misalnya pygeum africanum, sawpalmetto, serenoa
repelus.
c. Terapi bedah
1) TURP

12
2) TUIP
3) Prostatektomi terbuka
d. Terapi invasif minimal
1) TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)
2) Dilatasi balon trans uretra (TUBD)
3) High Intensity Focus Ultrasound
4) Ablasi jarum trans uretra
5) Stent Prostat
7. Basic Promoting Physiology of health
a. Pengertian
Kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar
klien. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan akan ketentraman, kelegaan, dan
transenden. Kenyamanan sering diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
nyeri. Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan
disebabkan oleh stimulus spesifik seperti mekanik, ternal, kimia atau
elektrik pada ujung-ujung saraf (Asmadi, 2008).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksidan berlangsung <6bulan (NANDA,
2012).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang tanpa akhir dan dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung >6bulan (NANDA, 2012).
b. Fisiologi
Antara stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terhadap
empat proses yaitu transduksi, transmisi, madulasi dan persepsi.
Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehinga

13
menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri. Tranmisi nyeri
menyebabkan implus nyeri dari tempat terinduksi melewati syaraf perifer
sampai ternal ke medulla spinalis keatas. Medulla nyeri melibatkan
aktifitas syaraf melalui jalur-jalur syaraf desendens dari otak , yang dapat
mempengaruhi tranmisi nyeri yang setinggi medulla spinalis. Medula
menyebabkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktivitas direseptor nyeri uferan primer. Persepsi nyeri
adalah pengalaman subjektif yang menimbulkan aktifitas listrik melalui
jalur-jalur syaraf menuju ke otak untuk merespon aktifitas nyeri.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi


1. Usia
a. Pada anak belum dapat mengungkapakan rasa nyeri, sehingga harus
dilakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Pada orang dewasa biasanya mengungkapkan rasa nyeri jika suadah
mengalami patologis atau kerusakan fungsi
c. Pada lansia cenderung memendam nyeri karena mereka menganggap
rasa nyeri adalah rasa yang timbul secara alamiah yang harus dijalani
dan mereka merasa takut kalau mengalami penyakit yang beratakan
meninggal jika diperiksakan
2. Jenis kelamin
Jenis kelaamin laki-laki lebih cenderung untuk mengungkapkan
rasa nyerinya dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan lebih
sering tidak mengungkapkan rasa nyerinya.
3. Kultur atau Budaya
Kebanyakan oarang telah belajar dari budayanya bagaimana
seharusnya mereka merespon terhadap nyeri yang timbul misalna suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa rasa nyeri adalahakibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan dari mereka perbuat
jadi mereka tidak mengeluh
4. Pengalaman
Makna nyeri berhubungan dengan pengalaman masa lalu
seseorang terhadap nyeri yang muncul dimasa lalu jika rasa itu muncul
seseorang sudah dapat mengatasinya.

14
5. Ansietas atau kecemasan.
Cemas dapat meningkatkan terhadap persepsi nyeri karena
keadaan cemasseseorang yang terlalu tinggi dapat pula menyebabkan
nyeri menjadi meningkat
6. Pola koping
Pola koping dari individu yang adaptif akan mempermudah
seseorang dalam mengatasi nyeri yang muncul.
7. Dukungan keluarga dan lingkungan sosial
Individu yang mengalami nyeri sering kali akan bergantung
kepada keluarga dan lingkungan sekitar, apabila klien mendapat
dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat
menimbulkan kenyamanan dan dapat meredam rasa nyeri.
d. Jenis gangguan
1. Nyeri akut
Merupakan pengalam sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarinngan yang actual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International association for the study of pain): awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diperidiksi dan berlangsung <6 bulan (Nanda, 2012-
2014).
2. Nyeri Kronis
Merupakan pengalam sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarinngan yang actual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International association for the study of pain): awitan yang tiba-tiba
atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantispasi atau
diperidiksi dan berlangsung >6 bulan (Nanda, 2012-2014)
3. Nyeri berdasarkan intensitasnya
a. Nyeri berat (7-10)
b. Nyeri sedang (3-6)
c. Nyeri ringan (0-3)
4. Nyeri Bedasarkan Tempatnya
a. Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit dan mukosa

15
b. Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
c. Retested pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ atau struktur dalam tubuh yang di tranmisikan kebagian
tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
d. Sentral pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsang pada sistem
syaraf pusat, spinal cord, batang otak, talmus dan lain-lain.
e. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian nyeri P Q R S T
1. P (provokatif)
Faktor yang dapat menimbulkan rasa nyeri (aktifitas, gerakan,
cemas dan strees)
= klien mengatakan rasa nyeri timbul saat perut digerakan
2. Q (Quality)
Rasa nyeri yang muncul (tumpul, tajam, tertusuk-tusuk, hilang-
timbul,terus-menerus, dalam dan permukaan)
= rasa nyeri yang timul hilang-timbul dan rasanya tertusuk-tusuk
3. R (Region)
Rasa nyeri yang timbul hanya terasa pada satu lokasi atau menjalar
kebagian lain
= rasa nyeri yang terasa hanya pada daerah abdomen
4. S (Skala)
Keganansan atau intensitas nyeri = 7
5. T (Time)
Rasa nyeri yang muncul apakah terus-menurus apakah hilang
timbul = 5-10 menit
f. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
(operasi BPH)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas fisik

g. Rencana Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang pengeahuan
tentang nilai aktivitas fisik
NOC
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam gangguan mobilitas fisik
teratasi dengan kriteria hasil:
a. Pergerakan

16
- Mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang
optimal dari skor 2 ditingkatkan ke skor 4 (sedikit terganggu)
- Melakukan aktifitas secara mandiri dari skor 2 ditingkatkan ke
skor 4 (sedikit terganggu)
- Mengunakan alat bantu secara benar dengan pengawasan dari
skor 2 ditingkatkan ke skor 4 (sedikit terganggu)

NIC:

a. Pengaturan posisi
- kaji kebutuhan pelayanan kesehatan
- bantu berjalan untuk mempertahankan fungsi tubuh
- bantu pasien dengan pengunaan pegerakan ROM pasif
atau aktif
- ubah posisi klien untuk menambah kenyamanan dan
menurunnkan resiko kerusakan kulit
- ajarkan teknik ambulasi dan perubahan yang aman
- instruksikan pasien untuk posisi tubuh yang benar
- kolaborasi dengan tim kesehatan, seperti ahli terapi fisik,
ahli gizi
- berikan analgesic sebelum memulai aktifitas

2. nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis fisik dan kimia
NOC :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
teratasi dengan kriteria hasil:
a. Kontrol Nyeri
- frekuensi nyeri berkurang dari skor 2 ditingkatkan ke skor 5
(sering)
- eksperesi wajah rileks dari skor 2 ditingkatkan ke skor 5
(sering)
- tanda-tanda vital normal dari skor 2 ditingkatkan ke skor 5
(sering)

NIC:

17
a. Manajemen Nyeri
- Kaji tingkat frekuensi dan reaksi nyeri yang dialami pasien
- Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri
- Atur posisi aman dan nyaman
- Kurangi faktor propitasi nyeri
- Ajarkan teknik non formakologi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian
analgetik
3. Resiko infeksi dengan kerusakan integritas kulit (operasi BPH)
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama2x24 jam klien tidak
mengalami infeksi atau infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
a. Kontrol Resiko
- Tidak ada tanda-tanda infeksi dari skor 3 ditingkatkan ke skor 4
(sering menunjukan)
- TTV dalam rentan normal dari skor 3 ditingkatkan ke skor 4
(sering menunjukan)
-
NIC:
a. Perlindungan Infeksi
- Melakukan pengkajian tanda dan gejala infeksi
- Berikan dorongan untuk makan, minum dan istirahat yang
cukup
- Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik sesuai protap
- Kalaborasi pemberian obat antibiotik Ceftriaxon 1g/ 12 jam
Ranitidin 50 mg/8ja

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
Nama perawat : Tim kelompok 8
Tanggal pengkajian : 6 September 2016
Jam pengkajian : 12.00 WIB
1. Biodata
a. Pasien
Nama : Bp. J
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Karang Talun 5/6 Ngluwar
Tanggal masuk RS : 05-09-2016
Jam MRS : 16:30 WIB
Diagnosa medis : post op pro open prostatektomi
suprapubik transvesika
b. Penanggung jawab
Nama : Bp. Habib M
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status pernikahan : Menikah

19
Alamat : Tayuban, Panjatan
Hubungan dengan klien : Anak klien

2. Keluhan utama
Klien mengeluhkan nyeri pada luka post op H,1
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Tn J usia 72 tahun datang ke RSUD muntilandiantar oleh keluarganya
dengan keluhan tidak bisa buang air kecil sejak 1 minggu SMRS
setelah mengkonsumsi jamu 3 hari berturut-turut.Anak klien
mengatakan klien mengeluh sulit saat ingin buang air kecil. oleh
dokter tn J dinyatakan mengalami benigna prostat hiperplasia. Saat ini
tn j dilakukan tindakan pro open prostatektomi suprapubik transvesika
Setelah dilakukan pengkajian H-0 post op
TTV :
TD : 153/81 mm/Hg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 360C
2) Riwayat penyakit dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : Klien mengatakan saat kanak-kanak klien
tidak memiliki riwayat penyakit yang serius
b. Kecelakaan : Klien mengatakan tidak ada riwayat
kecelakaan
c. Pernah dirawat : Klien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit dan saat ini baru pertama kali di rawat
d. Operasi :klien mengatakan tidak memiliki riwayat
operasi
2) Alergi :klien mengatakan tidak memiliki alergi
3) Imunisasi : klien mengatakanpernah di imunisasi
4) Kebiasaan : Klien memiliki kebiasaan minum teh dan
Keluarga mengatakan bahwa klien dapat menghabiskan 1
bungkus teh tubruk hanya dalam 2 hari.

20
3) Riwayat penyakit keluarga
Klienmengatakandarikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
hipertensi, penyakit stroke

Genogram :

4. Basic promoting physiology of health


1) Aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit
DS :klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja sebagai
petani. Aktivitas yang dilakukan yaitu bercocok tanam.
2) Selama sakit
DS : klien mengatakan setelah post op aktivitas dibantu oleh
keluarga
DO : Klien terlihat terbaring di tempat tidur, ADL di bantu oleh
keluarga.
Aktivitas Rumah Rumah Sakit
Makan/Minum 0 2
Mandi 0 2
Berpakaian/Berdandan 0 2
Mobilitas di Tempat Tidur 0 2
Berpindah 0 2
Berjalan 0 4
Naik Tangga 0 4
Toileting 0 1

21
0: secara mandiri
1: alat bantu
2:sebagian dibantu oleh orang lain
3 sepenuhnya dibantu oleh orang lain
4 tidak mampu

2) Tidur dan istrahat


a. Sebelum sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami kesulitan
untuk tidur. Klien biasanya tidur 6-7 jam pada malam hari
dan klien biasanya tidur siang 2-3 jam.
b. Selama sakit
DS :klien mengatakan selama sakit tidak mengalami kesulitan
untuk tidur
DO :Klien tampak tidur dengan nyenyak
3) Kenyaman dan nyeri
a. Sebelum sakit
DS :
P : Klien mengatakan nyeri saat bergerak, Klien biasanya
berbaring untuk menghilangkan nyeri, nyeri yang dirasakan
klien hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyerinya berada diperut bagian bawah
S : saat dikaji dalam rentang 1-10 klien menunjukan skala
nyeri 5
T : klien mengatakan nyerinya muncul selama 1-2 menit
DO :
- Wajah klien kadang tampak menahan nyeri post op H-0
- Klien tampak dan selalu memegangi perut bagian
bawah
-

4) Nutrisi
a. Sebelum sakit
DS :
- menantu klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3-4x
sehari. Klien tidak pernah memilih-milih jenis makan, semua
makanan disukai klien. Kebutuhan ADL makan dilakukan secara
mandiri. Klien dan keluarga biasanya mengkonsumsi nasi dan

22
sayur tanpa lauk dan kadang-kadang jika tersedia dana klien
mengkonsumsi ikan dan ayam.
b. Selama sakit
DS : klien mengatakan selama sakit klien tidak memiliki gangguan
dalam makan. Jenis makanan yang dimakan klien adalah diit TKTP
dari RSUD Muntilan yaitu semi bubur. Makanan diit dari RS
mampu dihabiskan semua oleh tn J
DO :TB : 155 cm , BB= 45 kg, IMT = 18,75
Nilai BMI ;
<17 : kurus
17-23 : normal
23-27 : kegemukan
>27 : obesitas

5) Cairan dan elektrolit


a. Sebelum sakit
DS :
keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien jarang
mengkonsumsi air putih. Klien lebih sering mengkonsumsi teh
tubruk dan dapat menghabiskan 1 bungkus teh tubruk hanya
dalam 2 hari.
DO :
Mukosa bibir klien klie tampak kering, turgor kulit tidak elastis
klien terpasang infus RL 16 tpm ditangan sebelah kiri.
BC :

6) Oksigenasi
a. Sebelum sakit
DS :
- Anak klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami
sesak nafas dan nyeri dada. Klien juga tidak mempunyai
riwayat penyakit asma, TB dan batuk darah.
b. Selama sakit
DS :
- Klien mengatakan selama sakit klien tidak mengalami
masalah pernapasan seperti sesak nafas dan nyeri dada
DO :

23
- Klien tidak terpasang alat bantu pernapasan, Pasien tidak
mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak tampak otot
bantu pernafasan, cuping hidung (-), bentuk dada simetris

7) Eliminasi fekal/bowel
a. Sebelum sakit
DS :
- klien mengatakan sebelum sakit klien tidak ada kesulitan
dalam BAB. Frekuensi BAB klien 1x sehari di pagi hari.
Warna kuning, Konsistensi lembek. Klien tidak mengalami
gangguan eliminasi bowel.
b. Selama sakit
DS :
- klien mengatakan selama di rumah sakit tidak pernah BAB
8) Eliminasi urin
a. Sebelum sakit
DS :
- Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami
gangguan pada eliminasi urine,klienbisanya BAK 5-6x (
1.200 cc). BAK klien berwarna kuning jernih tanpa darah
dan tidak nyeri. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit ginjal.
b. Selama sakit
DO :
- Setelah post op hari ke 0 Klien terpasang kateter dengan
urin berwarna merah darah. Tidak mengalami nyeri BAK
- Setelah post op hari ke 0- ke 1 Klien terpasang irigasi
NACL 0,9 %, dan menghabiskan 35.000 ccpada post op
H0-H1.
- Kebutuhan pemenuhan ADL bladeder dengan bantuan alat

9) Sensori, persepsi dan kognitif


a. Sebelum sakit
DS :
- klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami
gangguan penglihatan, penciuman, pendengaran dan
pengecapan.

24
b. Selama sakit
DS :
- anak klien mengatakan klien tidak ada gangguan
pendengaran, persepsi dan kognitif.
DO :
- Klien tampak mendengarkan dan persepsi baik ketika
diajak bicara.

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
Kesadaran : Compos metis
GCS :E4V5 M6
TTV :
TD : 153/81 mm/Hg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 360C
b. Kepala
Tidak terdapat lesi dikepala. konjungtiva anemis, sklera putih, dan
pupil isokor.Hidungkliensimetris,bersih.Bibirklientampaklembab.
c. Leher
Saat di inspeksi leher klien simetris, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tyroid.
d. Thorak
Cor :
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat pada ICS V linea
midklavikulakiri
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikulakiri
Perkusi : Dullnes
Auskultasi : BJ I pada ICS IV linea parasternalis sinistra
BJ II pada ICS II linea parasternalis sinistra
Pulmo : Inspeksi : pengembangan paru kiri dan kanan sama
Palpasi : premitus taktil kanan dan kiri teraba sama

25
Perkusi : sonor
Auskultasi :tidak terdapat suararonkhi dan whezing
e. Abdomen
I : Saat di inspeksi terdapat luka jaitan dibagian atas simfisis,
- R (Redness) : Kemerahan
saat dilakukan pengkajian post op hari ke 1 di daerah sekitar luka
operasi tidak tampak kemerahan pada luka post op
- E (Edema) : tidak terdapat edema disekitar luka
- E (ecchymosis ) : tidak terdapat ekimosis
D (Discharge: tidak ada cairan/pus yang keluar dari jahitan
- A (approximation): pertautan/perlekatan jahitan jaringan kuat
A:peristaltik usus 15x/mnt.
P: tidak traba hematomegali
P: suara tympani pada kuadran kiri atas dan pada kuadran kanan atas
terdengar redup.
f. Genetalia
Klien mengatakan tidak nyaman karena terpasang kateter
g. Ektremitas
Capilary refile : < 2 detik.
4 4
4 4

6. Psiko,sosio,budaya dan spiritual


Perasaan klien setelah mengalami masalah ini :
tn. J mengatakan sedih dan cemas terhadap perubahan kesehatan/penyakit
yang dialami nya saat ini
Cara mengatasi perasaat tersebut : Keluarga dan tn j hanya bisa berdoa
dan pasrah untuk kesembuhan klien
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : klien akan lebih
banyak beristirahat dan meubah pola hidup untuk sering mengkonsumsi
air putih dari pada teh.
Pengetahuan tentang masalah penyakit yang ada:
Klien mengatakan tidak tahu tentang masalah dan penyebab penyakit yang
dialami

Sosial :
Aktivitas atau peran dimasyarakat: klien mengatakan sering berkumpul
dengan masyaratat disekitar rumahnya pada malam jumat untuk
melaksanaka arisan

26
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai:
Klien mengatakan menyukai lingkungan tempat ia tinggal
Pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa
Kebdayaan yang dianut yang merugikan kesehatatannya:
Klien dan keluarga mengatakan tidak ada ebudayaan yang dianut yang
merugikan kesehatannya
Spiritual:
Aktivitas ibadah sehari-hari : klien mengatakan setiap hari melaksanakan
sholat 5 waktu
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan:
Klien biasanya mengikuti pengajian pada malam jumat di masjid
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami: klien mengatakan masalah yang dialami saat ini adalah
cobaan dari yang maha kuasa untuk menguji kesabaran klien dan
keluarga.

7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 06/9/2016
Jenis Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Pemeriksaan Bacaan hasil
Leukosit 18.41 4.2-9.3 ribu/mm3
Eritrosit 5.29 4.5-5.5 juta/uL
Hemoglobin 8.6 13.0-16.0 g/dl
Hematokrit 29.4 40-48 %
Trombosit 378 150-450 ribu/uL
Mpv 5.03 7.2-11.1 fL
RDW 13.6 11.5-14.4 %
MCV 55.5 80-100fL
Nertrofil 85.7 50-70 %
Limfosit 4.5 25-40%
Monosit 8.2 2-8%
Eosinofil 1.3 2-4%
Basofil 0.3 10-1%

8. Terapi Medis
CAIRAN IV:
Infus RL : D5 ; 2 : 1 = 20 tpm

27
Transfusi s.d HB > 10 gr/dl
OBAT PARENTERAL:
Injeksi iv ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj. Iv kalnex 500 mg/8 jam
Inj.iv etorolac 30 mg/8 jam
Inj.iv ranitidin 50 mg/12 jam
OBAT PERORAL

Analisa Data

Nama Klien : Tn J No.Rekam medis : 266459

Umur : 72 tahun Diagnosa medis : Post op pro open


prostatektomi suprapubik
transvesika

Ruang : Flamboyan Alamat : Karang Talun

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Agen cidera Nyeri Akut


P: Klien mengatakan nyeri fisik
saat bergerak, Klien
biasanya berbaring
untuk menghilangkan
nyeri, nyeri yang

28
dirasakan klien hilang
timbul
Q:Klien mengatakan
nyerinya seperti ditusuk-
tusuk
R : klien mengatakan
nyerinya berada diperut
bagian bawah
S : saat dikaji dalam
rentang 1-10 klien
menunjukan skala nyeri
5
T : klien mengatakan
nyerinya muncul selama
1-2 menit

DO:Wajah klien kadanng tampak


meringis menahan nyeri saat
nyeri timbul.

TTV :
TD : 153/81 mm/Hg
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 360C
- Terdapat luka post op
open prostatektomi
suprapubik transvesika di
bagian perut bawah
dengan balutan masih
kering, luka tidak
merembes
2 DS : Perubahan besar Ansietas
( status

29
- Keluarga mengatakan kesehatan)
sedih dan khawatir
dengan kondisi klien saat
ini.
DO:
- Keluarga dan
klientampakgelisah
- Tn J tampak lebih sering
melamun saat diajak
berbicara tentang
kondisinya
3 DS: Kerusakan
- Klien megataan tidak integritas kulit
merasa panas dan gatal-
gatal pada luka post op
-
DO:
- Leukosit : 18.41
ribu/mm3
- Hemoglobin 8.6 g/dl
- Hematokrit 29,4 %
- Netrofil 85.7%
- Limfosit 4.5%

PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar ( status kesehatan)

30
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Tn J No.Rekam medis : 266459

Umur : 72 tahun Diagnosa medis : Post op pro open prostatektomi


suprapubik transvesika

Ruang : Flamboyan Alamat : Karang Talun

NO Dx. Tujuan dan Intervensi Rasional TTD


Keperawatan kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah a. Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahuo Kel
1. Kaji nyeri secara
berhubungan dilakukan faktor yang 8
komprehensif
dengan agen tindakan menyebabkan/pem
2. Bantu keluarga
cidera fisik keperawatan icu terjadinya nyeri
dalam mencari dan
2. Dengan adanya
selama 3x24
menyediakan
dukungan dari
jam pain
dukungan
keluarga klien
control 3. Berikan informasi
akan merasa
meningkat dari mengenai nyeri
nyaman, tidak
level 2 menjadi seperti penyebab
stress dan
level 5 dengan nyeri berapa lama

31
kriteria hasil : nyeri akan terlindungi
3. Ketidaktahuan
- Pasien mampu dirasakan
4. Kendalikan faktor klien terhadap
mengenali
lingkungan yang nyeri yang
kapan nyeri
dapat dirasakan akan
terjadi
mempengaruhi meningkatkan
- Pasien dapat
respon pasien kecemasan klien
menggambarkan
terhadap dan klien akan
faktor penyebab
ketidaknyamanan merasa takut
-melaporkan
5. Ajarkan
terhadap rasa nyeri
nyeri yang
penggunaan teknik
dan akan memicu
terkontrol
relaksasi dengan
terjadinya nyeri
-Menggunakan
tarik nafas dalam ,
yang berat jika
analgesic yang
ditraksi, jika nyeri
informasi telah
direkomendasik
dirasakan
diberikan maka
an 6. Kolaborasi
klien akan
pemberian oabat
mengetahui dan
analgesik ketorolac
tidak merasa
cemas akan apa
yang telah
dirasakan.
4. Lingkungan yang
tidak nyaman ,
bising
menyebabkan
timbulnya rasa
nyeri
5. Nyeri terjadi
karena kerusakan
jaringan dan suplai
o2 pada jaringan
tidak adekuat

32
sehingga oksigen
yag terpenuhi
dalam tubuh dapat
mengurangi rasa
nyeri
6. Mengurangi rasa
nyeri secara
farmakokinetik

3 Resiko infeksi Setelah a. 1. Untuk Kel


berhubungan dilakukan Perlindungan infeksi mengidentifikasi 8
1. Monitor adanya
dengan tindakan infeksi yang terjadi
tanda dan gejala
kerusakan keperawatan dan dapat
infeksi sistemik
integritas kulit 4x24 keparahan memberikan
dan lokal
infeksi tindakan yang
2. Monitor hitung
meningkat dari segera.
mutlak granulosit,
2.Untuk
level 2 menjadi
WBC, dan hasil
mengidentifikasi/
level 4 dengan
differential
memastikan terjadi
kriteria hasil : 3. Berikan perawatan
1. infesi dengan
kulit yang tepat
Kontrol resiko: melihat pemeriksaan
untuk area yang
- Tidak ada tanda-
penunjang
mengalami edema
tanda infeksi
4. Periksa kulit dan hematologi
(REDDA) 3.Mencegah terjadinya
selaput lendir
- TTV dalam
infeksi pada luka
untuk adanya
rentang
dan untuk
kemerahan
normal
membersihkan luka
TD : 153/81 kehangatan
4.Untuk
mm/Hg ekstrim atau
mengidentifikasi
N :
drainase
terjadinya infeksi
88x/mnt 5. Periksa kondisi
5.Luka post op yang

33
RR : setiap sayatan masih basah dan
20x/mnt bedah/luka aktivitas klien yang
6. Tingkatkan asupan
S : 360C sering bergerak akan
nutrisi yang cukup
- TD : 120/80 beresiko pada
7. Ajurkan asupan
- RR:16-24x/mnt
jahitan yang lepas
- S :36.5-37,5oC cairan dengan tepat
6. Tinggi protein akan
- N: 60-100x/mnt 8. Anjurkan istirahat
- Tidak terdapat 9. Ajarkan pasien dan memperepat
cairan diluka keluarga mengenai penyembuhan luka
yang berbau tanda dan gejala jahitan
7. Asupan cairan yang
bususk infeksi dan kapan
- HB dalam adekuat dapat
harus
rentang meminimalkan
melaporkannya
normal (13,0- terjadinya dehidrasi
kepada pemberi
8.Istirahat yang cukup
16,0 g/dl) layanan kesehatan
- Leukosit dalam dapat mempercepat
10. Kolaborasi
rentang penyembuhan luka
pemberian
normal ( 4.2- dan mengurangi
transfusi PRC
9.3 ribu/mm3 nyeri post op akibat
aktivitas
9.Pengetahuan dan
laporan yang cepat
terhadap tanda
infeksi dapat
mempercepat
penanganan
sebelum infeksi
menyebar luas
10. Menaikan HB >10
3 Ansietas Setelah a. 1. Jika Klien Kel
berhubungan dilakukan Pengurangan mendapat 8
dengan tindakan kecemasan penjelasan yang
1. Jelaskan semua
perubahan keperwatan lengkap tentang
prosedur dan
besar (status selama 2x 24 prosedur dan efek

34
kesehatan ) jam tingkat sensai yang akan tindakan yang
kecemasan klien dirasakan yang dilakukandan
meningkat dari mungkin akan memiliki
level 1 menjadi dialami klien pemahaman maka
level 4 dengan selama prosedur kecemasan akan
kriteria hasil : dilakukan berkurang karena
b. 2.
sebelumnya
3. Berikan informasi
Tingkat
keluarga tidak
faktual terkait
Kecemasan
memikirkan hal-
1. Klien dapat diagnosis,
hal yang negatif
istirahat perawatan dan
2. Keluarga terhadap efek
prognosis
dan klien 4. Dorong keluarga tindakan medis.
2. Jika Keluarga
tidak terlihat untuk
memiliki
mondar- mendampingi
pemahaman
mandir klien dengan cara
3. Tidak tentang penyakit
yang tepat
terlihat 5. Berada disisi klien saat ini dan
perasaan untuk penyebabnya
gelisah meningkatkan maka akan
4. Wajah rileks
rasa aman dan meminimalkan
5. Klien
mengurangi terjadinya
mengungkap
ketakutan kejadian yang
kan tidak
sama.
merasa
3. Dukungan
cemas
keluarga sangat
6. Tidak
berpengaruh
terdapat
terhadap
perubahan
psikologis dan
pada pola
tingkat stress
makan
maupun ketakutan
klien akan
penyakitnya

35
4. Klien lebih merasa
aman jika keluarga
selalu berada disisi
klien.

CATATAN PERKEMBANGAN ( Nyeri Akut)

Nama Klien : Tn J No.Rekam medis : 266459

Umur : 72 tahun Diagnosa medis : Post op pro open prostatektomi


suprapubik transvesika

Ruang : Flamboyan Alamat : Karang Talun

Dx Tanggal/ Implementasi Evaluasi TTD


Jam
1 7-09-2016 Manajemen nyeri 12.00 Kel 8
09.10 1. mengkaji nyeri secara S: klien mengatan masih
komprehensif merasa nyeri saat bergerak
Ds:
dengan nyeri seperti
P:Klien mengatakan nyeri
tertusuk-tusuk diperut
saat bergerak, Klien
bagian bawah pada luka
biasanya berbaring
post op H,1dengan skala 4
untuk menghilangkan
hilang timbul selama1-2
nyeri, nyeri yang
menit
dirasakan klien hilang
timbul
O: wajah klien kadang
Q: Klien mengatakan
tampak menahan nyeri
nyerinya seperti
TD: 122/60 mmhg
ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan S: 36oC
R:20x/mnt
nyerinya berada diperut
N: 82x/mnt
bagian bawah
S : saat dikaji dalam A: masalah nyeri akut
rentang 1-10 klien teratasi sebagian
menunjukan skala

36
nyeri 4 P: Lanjutkan Intervensi
T : klien mengatakan - kaji nyeri secara
nyerinya muncul komprehensif
- Ajarkan penggunaan
selama 1-2 menit
Do : tehnik relaksasi
- wajah klien kadang
nafas dalam
tampak meringis - berikan analgesik
menahan nyeri yang (ketorolak) sesuai
timbul program
- TTV
- TD: 122/60 mmhg
- S: 36oC
- R:20x/mnt
- N: 82x/mnt
2. membantu keluarga dalam
mencari dan menyediakan
dukungan
DS:
- keluarga mengatakan
akan selalu
menunggu pasien di
Rumah sakit
Ds :
- tampak setiap hari
Anak klien dan
keluarga klien
menunggu klien di
RS
3. Berikan informasi
mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri berapa
lama nyeri akan dirasakan
Ds:
- klien mengatakan
rasa khawatir sudah
berkurang apabila

37
nyeri timbul.
tidak merasa
4. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
Ds :
Do :
- tampak kamar klien rapi
dan keluarga yang
menunggu menjaga
kenyamanan pasien
5. mengjarkan penggunaan
teknik relaksasi dengan tarik
nafas dalam jika nyeri
dirasakan
Ds :
- klien mengatakn
mengerti dengan tehnik
tarik nafas dalam yang
diajarkan perawat
Do :
- klien dapat mengikuti
instruksi pasien untuk
melakukan tehnik nafas
dalam
6. mengkolaborasi pemberian
obat analgesik ketorolac
Ds:
Do:
- klien diberikan ketorolac
30mg/8jam
2 08-09-2016 1. Mengkaji nyeri secara 12.00
09.00 S: klien mengatakan nyeri
komprehensif

38
Ds: saat bergerak, nyeri
P :Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk tusuk
saat bergerak, Klien
pada bagian perut bawah
biasanya berbaring
pada luka post op H 2
untuk menghilangkan
dengan skala 3 hilang
nyeri, nyeri yang
timbul 1-2 menit
dirasakan klien hilang O: TTV :
TD: 163/75 mmhg
timbul
S: 36,2 oC
Q: Klien mengatakan
N : 90x/mnt
nyerinya seperti R:22x/mnt
Wajah klien tampak
ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan kadang meringis
nyerinya berada diperut menahan nyeri yang
bagian bawah timbul
S : saat dikaji dalam Klien tampak dapat
rentang 1-10 klien memraktekan tehnik
menunjukan skala napas dalam dengan
nyeri 3 pada luka post tepat saat nyeri
op H 2 dirasakan.
T : klien mengatakan A:masalah nyeri akutteratasi
nyerinya muncul sebagian
P:Lanjutkan Intervensi
selama 1-2 menit
- kaji nyeri secara
Do :
- wajah klien kadang komprehensif
- ajarkan tehnik
masih tampak meringis
relaksasi napas
menahan nyeri yang
dalam
muncul
Do:
2. Mengajarkan penggunaan
teknik relaksasi dengan
tarik nafas dalam jika nyeri
dirasakan
Ds:
- tn J mengatakan
menggunakan tarik

39
nafas dalam saat
nyeri muncul,
Do:
- tampak klien
melakukan tehnik
relaksasi dengan tepat
saat diminta
mengulangi kembali
tehnik relaksasi
3. mengkolaborasi pemberian
obat analgesik ketorolac 30
mg/8 jam

3 09-09-2016 1. mengkaji nyeri secara 14.00


10.00 S:klien mengatakan nyeri
komprehensif
Ds: kadang sudah tidak
P :Klien mengatakan
dirasakan saat tn J
nyeri kadang sudah
melakukan pergerakan,
tidak dirasakan saat tn
nyeri seperti tertusuk
J melakukan
tusuk di bagian perut
pergerakan
bawah luka post op H 3
Q: Klien mengatakan
hilang timbul selama 1-2
nyeri seperti ditusuk-
menit
tusuk
O:wajah klien tampak rileks
R : klien mengatakan
TTV
nyerinya berada diperut
TD :190/90 mmHg
bagian bawah pada RR :20x/ menit
Nadi: 71x/ menit
luka post op H 3
Suhu: 36C
S : saat dikaji dalam
A:masalah teratasi
rentang 1-10 klien P:intervensi dihentikan
menunjukan skala
nyeri 2 pada luka post
op H 3
T : klien mengatakan
nyerinya muncul

40
selama 1-2 menit
Do :
- wajah klien tampak rileks
- TTV
- TD :190/90 mmHg
- RR :20x/ menit
- Nadi: 71x/ menit
- Suhu: 36,2C
2. mengjarkan klien tentang
teknik relaksasi
Ds:
- klien mengatakan sudah
menggunakan tehnik
relaksasi saat nyeri
timbul
Do:
- Klien tampak masih
dapat mengingat tehnik
relaksasi dan dapat
memperaktekannya

41
CATATAN PERKEMBANGAN ( Resiko Infeksi)

Nama Klien : Tn J No.Rekam medis : 266459

Umur : 72 tahun Diagnosa medis : Post op pro open prostatektomi


suprapubik transvesika

Ruang : Flamboyan Alamat : Karang Talun

Dx Tanggal Implementasi Evaluasi TTD


Jam
1 7-09-2016 Perlindungan infeksi 7-09-2016 Kel 8
09.10 1. Memonitor adanya tanda 09.25
dan gejala infeksi sistemik
S: klien mengatakan kadang
dan lokal
terasa panas pada luka
- R (Redness)
post op H1
Kemerahan : Saat
O: TD :150/90 mmHg
dilakukan pengkajian RR : 24x/ menit
Nadi : 80x/ menit
post op hari ke 1 di
Suhu : 36,5C
daerah sekitar luka Pemeriksaan penunjang
Leukosit 13,76ribu/mm3
operasi tidak tampak
Hemoglobin 10 g/dl
kemerahan pada luka netrofil 78,2%
Limfosit 9,3%
post op
Monosit 5.1%
- E (Edema) : tidak
Eosinofil 6.9%
terdapat edema Basofil 0.4%
tidak terdapat edema pada
disekitar luka

42
- E (ecchymosis ) : tidak luka , tidak terdapat pus
terdapat ekimosis pada luka post op dan
- D (Discharge) :
perawatan menggunakan
tidak ada cairan/pus
larutan NACL 0,9 % dan
yang keluar dari jahitan
sufratule
- A(approximation) :
pertautan/perlekatan A: masalah resiko infeksi
jahitan jaringan kuat teratasi Sebagian
2. Memonitor hitung mutlak P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor adanya tanda
granulosit, WBC, dan hasil
dan gejala infeksi
differential
Do : sistemik dan lokal
- Leukosit - Memberikan
13,76ribu/mm3 perawatan kulit yang
- Hemoglobin 10 g/dl
tepat untuk area yang
- netrofil 78,2%
- Limfosit 9,3% mengalami edema
- Monosit 5.1% - Mengajarkan pasien
- Eosinofil 6.9% dan keluarga
- Basofil 0.4%
3. Memberikan perawatan mengenai tanda dan
kulit yang tepat untuk area gejala infeksi dan
yang mengalami edema kapan harus
Do: melaporkannya
- tidak terdapat edema
kepada pemberi
pada luka dan
layanan kesehatan
perawatan
menggunakan larutan
NACL 0,9 % dan
sufratule
4. melakukan pemeriksaan
kulit dan selaput lenddir
untuk adanya kemerahan
kehangatan ekstrim atau
drainase
Do :

43
- tidak terdapat adanya
tanda kemerahan
dsekitar luka
5. Melakukan pemeriksaan
kondisi setiap sayatan
bedah/luka
Do :
- perlekatan jahitan luka
merekat kuat
6. Meningkatkan asupan
nutrisi yang cukup
Ds :
- keluarga mengatakan
akan memberikan telur
rebus untuk klien
Do :
- tampak telur rebus
tersedia di hidangan
makan klien
7. menganjurkan asupan
cairan dengan tepat
Ds :
- keluarga mengatakan
akan memberikan air
putih yang sering
kepada klien
Do:
- turgor kulit klien
elastis, dan mukosa
bibir lembab
8. menganjurkan istirahat
Ds:
- klien mengatakan akan
istirahat
Do :
- klien tampak dapat
tidur dengan nyenyak

44
9. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan
Ds :
- keluarga mengatakan
saat ini paham
mengenai tanda dan
gejala infeksi
Do:
- keluarga mengangguk
saat diberi penjelasan
tentang penyakit klien
2 08-09-2016 1. Memonitor adanya tanda 08-9-2016/ 09.20 wib
09.00
dan gejala infeksi sistemik S: klien mengatakan masih
dan lokal kadang merasa masih sedikit
Ds:
terasa panas pada luka post
- klien mengatakan
op H 2
masih kadang merasa
O: R (Redness) Kemerahan:
masih sedikit terasa
Saat dilakukan pengkajian
panas pada luka post op
post op hari ke 2 di daerah
H2
- R (Redness) Kemerahan : sekitar luka operasi tidak
Saat dilakukan pengkajian tampak kemerahan pada luka
post op hari ke 2 di daerah post op
sekitar luka operasi tidak E (Edema) : tidak terdapat
tampak kemerahan pada edema disekitar luka
luka post op E (ecchymosis ) : tidak
- E (Edema) : tidak terdapat
terdapat ekimosis
edema disekitar luka
D (Discharge) : tidak
- E (ecchymosis ) : tidak
ada cairan/pus yang keluar
terdapat ekimosis

45
- D (Discharge) : dari jahitan
tidak ada cairan/pus yang A(approximation) :
keluar dari jahitan pertautan/perlekatan jahitan
- A(approximation) :
jaringan kuat
pertautan/perlekatan
TTV :
jahitan jaringan kuat TD : 163/75 mmhg
Do: N : 90 x/mnt
- luka tidak merembes , S : 36,2 oC
R : 19x/mnt
tidak terdapat tanda
A: masalah resiko infeksi
kemerahan ,tidak
teratasi sebagian
terdapat edema P:Lanjutkan Intervensi
- Monitor adanya tanda
disekitar luka
2. Memberikan perawatan dan gejala infeksi
kulit yang tepat untuk sistemik dan lokal
- memberikan
area yang mengalami
perawatan kulit yang
edema
Do: luka diberikan tepat untuk area yang
perawatan NACL 09 % mengalami edema
dan sufratule
3. Mengajarkan pasien
dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan
kesehatan
Ds : klien mengatakan
belum ada tanda-tanda
infeksi pada luka post
op seperti yang
dijelaskan tim medis

3 09-09-2016 1. Memonitor adanya tanda 09.00


08.30
dan gejala infeksi sistemik S: klien mengatakan sudah

46
dan lokal tidak merasa panas pada
Ds:
bagian jahitan luka dan tidak
- klien mengatakan sudah
terasa gatal
tidak merasa panas
O; R (Redness) Kemerahan :
pada bagian jahitan
Saat dilakukan pengkajian
luka dan tidak terasa
post op hari ke 3 di daerah
gatal
2. memberikan perawatan sekitar luka operasi tidak
kulit yang tepat untuk area tampak kemerahan pada luka
yang mengalami edema post op
Do:
E (Edema) : tidak terdapat
- luka tidak merembes ,
edema disekitar luka
tidak terdapat tanda
E (ecchymosis ) : tidak
kemerahan ,tidak
terdapat ekimosis
terdapat edema
D (Discharge) : tidak
disekitar luka
luka diberikan perawatan ada cairan/pus yang keluar
NACL 09 % dan sufratule dari jahitan
A(approximation) :
pertautan/perlekatan jahitan
jaringan kuat

O:klien tampak gelisah


dengan peningkatan
TTV
TD :190/90 mmHg
RR :20x/ menit
Nadi: 71x/ menit
Suhu: 36C
A:masalah resiko infeksi
teratasi
P: intervensi dihentikan

47
CATATAN PERKEMBANGAN ( Ansietas)

Nama Klien : Tn J No.Rekam medis : 266459

Umur : 72 tahun Diagnosa medis : Post op pro open prostatektomi


suprapubik transvesika

Ruang : Flamboyan Alamat : Karang Talun

Dx Tanggal Implementasi Evaluasi TTD


Jam
1 7-09-2016 1. Jelaskan semua prosedur 12.00 Kel 8
11.20
dan sensai yang akan
dirasakan yang mungkin S: keluarga dan klien
akan dialami klien selama mengatakan khawatir akan
prosedur dilakukan sakit yang dialami nya dan
Ds :
takut jika masalah kesehatan
- keluarga dan klien
yang sama terulang.
mengatakan khawatir
O: tampak keluarga klien
akan sakit yang dialami
secara bergantian
nya dan takut jika
menunggu klien

48
masalah kesehatan TD :150/90 mmHg
RR : 24x/ menit
yang sama terulang.
Nadi : 80x/ menit
Do:
Suhu : 36,5C
- ekpresi wajah klien
A: Masalah ansietas teratasi
dan keluarga tampak
sebagian
gelisah saat mendapat P: Lanjutkan Intervensi
- Jelaskan semua
keterangan/penjelasan
prosedur dan sensai
dari tim medis tentang
yang akan dirasakan
efek tindakan yang
yang mungkin akan
dilakukan
2. Berikan informasi faktual dialami klien selama
terkait diagnosis, prosedur dilakukan
- Berikan informasi
perawatan dan prognosis
Ds : faktual terkait
- klien dan keluarga
diagnosis, perawatan
mengatakan masih
dan prognosis
sedikit bingung - Dorong keluarga
terhadap diagnosis untuk mendampingi
klien klien dengan cara
Do :
yang tepat
- tampak keluarga selalu
menanyakan hal yang
sama berulag ulang
tentang diagnosa klien
3. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat
Ds:
- keluarga mengatakan
akan selalu menemani
klien selama dirumah
sakit
Do :
- tampak keluarga klien
secara bergantian

49
menunggu klien
4. Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
dan mengurangi ketakutan
Ds :
- klien mengatakan lebih
merasa aman jika
keluarga mendampingi
Do :
- klien takut berada di
RS sendirian
2 08-09-2016 1. Jelaskan semua prosedur
09.00
dan sensai yang akan S: keluarga dan klien
dirasakan yang mungkin mengatakan sudah mulai
akan dialami klien selama tidak terlalu khawatir akan
prosedur dilakukan sakit yang dialami tn J dan
Ds :
efek prosedur yang dilakukan
- keluarga dan klien
tim medis
mengatakan sudah
mulai tidak terlalu
khawatir akan sakit
O:
yang dialami tn J dan
TTV
efek prosedur yang TD : 163/75 mmhg
N : 90 x/mnt
dilakukan tim medis
S : 36,2 oC
Do:
R : 19x/mnt
- ekpresi wajah klien
A:Masalah keperatawatan
dan keluarga lebih
ansietas teratasi
tenang saat diberi kan P: Intervensi dihentikan
keterangan /penjelasan
dari tim medis tentang
efek tindakan yang
dilakukan.
2. Berikan informasi faktual
terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis

50
Ds :
- klien dan keluarga
mengatakan sudah
mengerti tentang
penyakit klien,
penyebab sakit klien
dan perubahan yang
terjadi.
3. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat
Ds:
Do :
- tampak keluarga klien
secara bergantian
menunggu klien

51
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bagian ini membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn. Jdengan
gangguan sistem perkemihan dengan diagnosa medis BPH (Post op pro open
prostatektomi suprapubik transvesika) dan juga membahas ruang lingkup proses
keperawatan yang melipui pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang
telah direncanakan
A. Pengkajian Keperawatan
Proses pengkajian yang dilakukan pada Tn.J dengan diagnosa BPH
(Post op pro open prostatektomi suprapubik transvesika) dengan melakukan
wawancara, observasi dan pemeriksaan langsung kepada klien. Selain itu
perawat juga mendapatkan keterangan data dari keluarga, diskusi dengan
perawat serta data-data yang ada dalam rekam medis pasien
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
untuk mengetahui masalah yang diahadapi oleh pasien yang kemudian
diperoleh data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar ( status kesehatan)
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data
terkumpuldan dilakukan pengkajian, dikelompokan, dianalisa dan ditentukan
diagnosa prioritas. Setelah masalah sudah ditentukan maka tujuan asuhan
keperawatan dapat dirumuskan. Tujuan dan hasil yang diinginkan ini
merupakan langkah yang dapat diukur mengarah pada tujuan-tujuan saat
pulang yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil perkiraan yang baik harus
apesifik (specific), realistik (relistic), dapat diukur (measurable), menunjukkan
kerangka waktu pencapaian yang pasti (time),dan mempertimbangkan
keinginan dan sumber pasien (achievable).
D. Implementasi / Pelaksanaan

52
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana tindakan yang diberikan pada Tn J dengan
menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh
berdasarkan ilmu lainya yang terkait. Seluruh tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksanakan dengan baik.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai. Serta
menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan
standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Pada tahap evalusi ini yang dilakukan perawat pada Tn J adalah melihat
apakah tujuan talah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
Dari diagnosa yang ditegakkan, tujuan berhasil sesuai dengan tujuan dan
kriteria yang di rencanakan. Intervensinya dipertahankan dan dilanjutkan
untuk mendukung penyembuhan.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu adalah
kerja sama yang baik antara klien dengan perawat dan klien juga mau
menggikuti semua anjuran dari tim medis lainnya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan atau hambatan yang perawat
dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber
refrensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia,
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruang tidak lengkap sehinga
sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai
sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang
memadai dan keberadaan perawat di ruang tempat klien di rawat terbatas.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit Benigna prostat hipertropi adalah hiperplasia kelenjar peri


urethral yang merusak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi
simpai bedah (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani & Setiowulan, 2000, hal
329).Post operasi Benigna Prostat Hipertrofi adalah suatu keadan di mana
individu sudah menjalani tindakan pembedahan pengangkatan kelenjar
psostat.Ada beberapa hipotesis yang menyebutkan hiperplasia prostat erat
kaitan adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan
estrogen pada usia lanjut, peranan dari growth faktor sebagai pemicu

54
pertumbuhan stroma kelenjar prostat, meningkatnya lama hidup sel-sel
prostat karena berkurangnya sel yang mati, teori sel steam menerangkan
bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga menyebabkan
produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
(Poernomo, 2000, hal 74-75).

B. Saran
Dari pengkajian yang didapatkan pada Tn. J sebagai seorang
perawat kita harus mampu mengatasi masalah Tn. J hadapi. Selalu
memberikan motivasi kepada Tn. J agar kecemasan yang Bp. JS hadapi
tidak menggangu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,ME.1999.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk prencanaan


dan pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:Salemba Medika.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Keliat A.B dkk (2015) Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Ed. 10: Jakarta: EGC 2015.
Bulechek G. M., Butcher H.K., Joanne M. D., Cheryl M. W (2015) Nursing
Interventions Clessification. ELSEVIER
Moorhead S., Johnson M., Maas M. L., Elizabeth Swanson (2015) Nursing
Outcomes Classification. ELSEVIER

55
Suddarth dan Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

BANGAN 3
Nama :Bp. P No. Rek :491918
Umur :82 tahun Dx. Medis :Post OP BPH
R. Rawat :Anggrek Alamat :Tayuban

56

Anda mungkin juga menyukai