KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul MIOMA UTERI
1.Dr.Arusta Tarigan.Sp.OG
4.Dr.Herizal,Sp.OG
Besar harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca serta dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk
meningkatkan keilmuannya
Penulis
2
BAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai,
ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins,
1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri
atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas
usia 30 tahun. (Muzakir cit Djuwantono, 2004).
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati
angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri
dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause (Anonim,
2008).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya
20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan
menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat
penekanan massa tumor (Muzakir cit Djuwantono, 2004).
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa
mioma uteri dan anemia berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan laparotomi
histerektomi. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan
ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
3
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal
istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008)
Epidemiologi
Etiopatogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari
selaput otot yang matur (Hanifa, 2008).
4
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol
ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit.
6
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan.
Perubahan Sekunder (Hanifa, 2008)
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-
olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan
dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.
d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh
pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
7
Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai
keluhan utama pada umumnya adalah :
Perdarahan abnormal
Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri
8
pada kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan
pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan
keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.(Muzakir, 2008)
Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
oleh mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007)..
Degenerasi ganas
Anemia
Torsi
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis
infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain
harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap
(DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
10
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
Penanganan
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari
semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi
jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.
11
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas :
A. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan
dari pemeriksaan klinis yang dilakukan (Muzakir cit Alexander, 2004).
B. Penanganan operatif
Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
- Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di
lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi
mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih
ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini
tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang
belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Muzakir cit Chelmow, 2005).
- Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri
ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Muzakir cit
Prawirohardjo, 2001).
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
15
Pekerjaan : Wiraswasta
No. RM :14-76-22
II. ANAMNESIS
Riwayat Alergi :
16
Riwayat Kontrasepsi :
Suntik KB
Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 12 tahun.
Pasien memiliki siklus haid yang teratur.
Tanda Vital
- Tekanan darah : 170/110 mmHg
- Frekuensi nadi : 80 x/menit
- Frekuensi napas : 22 x/menit
- Suhu : 36,8oC
Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile pada
perut bagian bawah, nyeri tekan (-).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit : 8,03 x 103 UL
Eritrosit ; 4,34 x 106 UL
Hb : 12,3 g%
PLT : 208 103 UL
HCT : 39,3 %
KESIMPULAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 40
tahun dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang
berupa USG dan pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
10. Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p:
146-7.