Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Getaran perkembangan zaman dalam era globalisasi dan


informasi yang semakin pesat melahirkan sistem persaingan ketat
di segala bidang. Seluruh aspek kini telah terinfeksi oleh persaingan
tersebut tak terkecuali dunia perindustrian Indonesia. Hal ini dapat
terlihat pada kemajuan teknologi yang merambat ke Tanah Air
mendapat kemajuan yang sangat pesat dan mengalir dengan cepat
bagai roda yang tidak akan terhenti. Industri adalah penggunaan
teknologi yang merupakan lokomotif utama dalam mendorong
kemajuan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan dalam dunia industri
guna meningkatkan produksi dengan efisiensi tinggi akan menjadi
jawaban mengapa industri disebut sebagai pameran utama dari
produk-produk teknologi yang ada. Seperti yang kita ketahui bahwa
Indonesia adalah negara yang sangat potensial untuk
pengembangan industri karena ditunjang oleh Sumber Daya Alam
(SDA) yang sangat berlimpah. Namun indikasi masalah yang sampai
saat ini terus menguat adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah tidak ditunjang oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan profesional.

Berkaitan dengan pelaksanaan tujuan pembangunan industri,


seyogyanyalah keunggulan komparatif tenaga kerja indonesia harus
didukung oleh keunggulan kompetitif, kartena hanya tenaga kerja
berkualitas yang mampu bersaing dalam mengarungi era
globalisasi ini. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas
tidaklah mudah semudah membalik telapak tangan, disamping
kerja sama antara instansi seperti pemerintah, perguruan tinggi dan
dunia industri juga dibarengi dengan usaha dan doa sehingga
terlahir keterkaitan seluruh unsur pelaku pembangunan.

Telah beribu upaya terlaksanakan dalam rangka pemenuhan


Sumber Daya Manusia yang berkualitas, namun perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi begitu pesat dalam dunia Industri
sehingga terjadilah kesenjangan antara kualifikasi antara tenaga
kerja yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan kebutuhan
lapangan pekerjaan.

Perguruan tinggi sebagai wadah pendidikan formal


diharapkan mampu mencetak Sumber Daya manusia yang terampil,
yang mampu menyerap, mengaplikasikan dan mengembangkan
teknologi yang ada saat ini.

Jurusan Teknik Pertambangan UPRI Makassar adalah salah


satu wadah untuk mempelajari ilmu keteknikan dimana
kurikulumnya diaktualisasikan kepada penguasaan kemampuan
teknis dan kemampuan manajerial.

Sebagai salah satu komponen utama pada perguruan


tinggi, mahasiswa dituntut untuk dapat memacu dan
mengembangkan potensi diri sesuai dengan disiplin ilmu yang
digeluti sebagai persiapan untuk menghadapi dunia baru yaitu
dunia ketenagakerjaan. Tetapi realitas yang terjadi menunjukan
bahwa ilmu yang didapatkan secara teoritis selama bertahun-tahun
seakan tak berguna tanpa didukung pengalaman kerja dibidangnya
sehingga munculah berbagai macam opini yang mendiskreditkan
Perguruan Tinggi seperti produsen Perguruan Intelektual
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PRODUKSI PADA PT. ANTAM Tbk. UBPN SulTra

2.1 Penjelasan Umum

Nikel dengan lambang Ni dan nomor atom 28 adalah Unsur


logam transisi, warna keperakan dan mudah ditempa, Nikel
ditemukan pada tahun 1751. Massa jenisnya 8.908 g/cm, Titik
Leburnya 1455C atau 2651F, Titik Didih 2913C atau 5275F,
Kalor peleburan 17,48 kJ/mol, Kalor penguapan 377.5 kJ/mol.
Karasteristik nikel yaitu tidak membentuk karbida, Berada dalam
ferit, sebagai penguat (efek ketangguhan ferit), Dengan Cr
menghasilkan baja paduan dengan kemampuan kekerasan tinggi,
ketahanan impak dan fatik yang tinggi.

Nikel adalah suatu unsur yang dapat meningkatkan sifat


mekanis keuletan, kemampukerasan dan mengurangi sifat magnit,
tahanan asam. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi,
krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang
keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan
karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan
dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri.

Biji nikel berdasarkan mineralnya terdiri dari dua jenis yaitu, yaitu :

1. Sulfida
Yang termasuk dalam proses magnetik dan replacement (proses
andogen) jenis ini terdapat di kanada (sudburi), Australia, Afrika
Selatan (bush veld), British, Kolumbia, Rusia (neriklas), Monager dan
lain-lain. Cadangan yang diperkirakan 18 % dari cadangan nikel
dunia.

2. Lateris

Yang terbentuk dari hasil pelapukan (platerisasi) bantuan ulrta biasa


periodit (batu induk).jenis nikel ini terdapat di beberapa negara
yaitu; Phikipina cuba, Indonesia; Kalimantan, Halmahera Tengah
(pulau gebe), Irian jaya dan lain-lain.

Endapan biji nikel yang ditemukan didaerah pomalaa adalah


termasuk endapan biji nikel lateris yang terbentuk darti hasil
pelapukan batuan ultra basa. Tampak pula bahwa batuan ultara
basa pomalaa ini telah melalui banyak proses serpentinisasi yang
cukup kuat.

2.2 Nikel Secara Garis Besarnya

Dewasa ini nikel bersama-sama dengan besi dan aluminium


sebagai logam yang erat sekali hubungannya dengan kehidupan
kita, digunakan dalam berbagai bidang dan merupakan bahan baku
utama bagi banyak industri. Diantara Non-Ferrous Metal, Nickel
digolongkan pada logam berat seperti halnya dengan Cu, Pb, Zn,
dll. Sifatnya pada udara terbuka dan air laut, lebih stabil dari besi,
lebih sulit teroksidasi, dan sifat-sifat mekanisnya juga baik sekali.
Dalam lingkungan alkalis nickel mempunyai sifat tahan korosi.

Tipe dari nikel yang diperdagangkan tergantung dari tujuan


pemakaiannya, terdapat logam nikel berkadar tinggi, Ferronikel
dengan kadar 18-28% Ni dan Matte dengan 75% Ni. Kegunaan dari
Ni antara lain adalah sebagai katoda dalam vakum tube, bagian-
bagian yang tahan korosi dari perlengkapan industri kimia,
catalycator, plating (coating), dan sebagai pelapis mata uang
logam. Ferronikel dengan sulfid terutama digunakan dalam
pembuatan besi baja tahan korosi dan besi baja tahan panas.
2.3 Sifat - Sifat Logam Nikel

Nikel termasuk salah satu unsur kimia yang banyak terdapat


dialam semesta. Walaupun demikian diantara 90 buah unsur kimia
yang membentuk kerak bumi, nikel hanya menempati urutan ke -
24 dan jumlah yang diperkirakan sekitar 0,01%. Disamping itu
sampai saat ini yang menjadi inti dari muka bumi juga terdiri dari
nikel, dimana juga banyak didapati dalam cosmos, solar
atmosphere, dan 5 - 15% dari batu-batuan atau logam meteorit
terdiri dari nikel. Nikel merupakan jenis logam yang berwarna
kelabu perak dan memiliki sifat logam yang kekuatan dan
kekerasannya menyerupai besi. Daya tahan terhadap korosi dan
karat lebih dekat dengan tembaga. Kombinasi dari sifat-sifat yang
lebih baik inilah yang terutama menyebabkan penggunaan nikel
begitu luas, dari bagian-bagian kecil alat elektronika sampai
peralatan alat-alat besar. Sifat yang menguntungkan lebih nyata
dalam bentuk aliase. Oleh karena itu lebih dari 70 % dari logam
nikel digunakan dalam bentuk aliase.

Aliase baja biasanya dibuat dari bahan logam nikel murni, tetapi
dengan berkembangnya teknik pembuatan besi baja pemakaian
nikel dalam bentuk ferronikel yaitu aliase nikel dan besi bentuk
stainless steel (baja tahan karat), dll.

2.4 Kegunaan Logam Nikel

Salah satu pemakaian nikel dalam bentuk logam murni adalah


pelapisan untuk menambah kekerasan, daya tahan terhadap korosi,
ketahanan terhadap kepudaran dan kekaratan terhadap
permukaan. Selain itu digunakan sebagai bahan pelapis mata uang
dan industri kimia.

Pemakaian dalam bentuk aliase terutama aliase dengan besi


terdapat dalam industri alat angkut, permesinan baja, konstruksi
baja, alat pembangkit tenaga listrik, alat pertanian, alat
pertambangan, bagian dari mesin berkecepatan tinggi dan bagian
yang bersuhu tinggi. Dan terutama dengan makin bertambahnya
pemakaian stainless steel, disamping juga untuk kebutuhan nikel
sebagai paduan elemen pada mesin-mesin lainnya.

2.5 Penampang Umum Endapan Biji Nikel didaerah SulTra

Penampang umum endapan bijih nikel di daerah sultra


sebagai berikut :

1. Lapisan Pertama, terdiri dari tanah hasil pelapukan dengan


bongkah-bongkah bijih laterit keras, memiliki warna coklat
kemerahan, tebal lapisan antara 0 2 meter.

2. Lapisan kedua, merupakan tanah yang sudah sangat lapuk,


berwarna kuning coklat, mengndung nikel dan besi dalam
perbandingan tidak tentu. Tebal lapisan antara 2 4 meter. Lapisan
kedua ini adalah zona limonit.

3. Lapisan ketiga, menrupakan tanah yang sudah sangat lapuk,


berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan dengan banyak urat
urat garnerit krisoprat, memiliki kadar nickel relatif tinggi antara 2
4 %. Lapisan ini adalah zona saprolit.

4. Lapisan keempat, yang terdiri dari batuan peridotit serpentit


yang agak lapuk dengan sedikit urat urat garnerit dari krisoprast.
Batuan ini merupakan bijih keras nikel yang tidak tentu.

5. Lapisan bawah merupan batuan induk dari peridotit serpentinit


yang belum lapuk dengan kandungan Fe 5 % dan Ni + Co 3 %

2.6 Penambagan Bijih Nikel (Nickel Ore)

Kegiatan penambangan dilaksanakan untuk memenuhi


kebutuhan ekspor biji nikel dan sebagai umpan pabrik ferronikel.
Adapun tahapan kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :

1. Eksplorasi

Dalam usaha mencari cadangan bijih nikel (nikel ore) di


lakukan penyelidikan baik secara umum (geologi permukaan),
eksplorasi pendahuluan, eksplorasi detail, sampai keperhitungan
cadangan untuk mengetahui seberapa jauh kandungan nikel yang
ada pada daerah tersebut. Upaya tersebut dilakukan dengan
pengambilan contoh (sample) dengan menggunakan alat bor.

2. Pengupasan tanah tertutup ( oven burden )

Sebelum dilakukan penambangan, daerah tambang


dibersihkan dari pohon pohon dan semak semak, setelah itu
dilakukan stripping (pengupasan) lapisan tanah tertutup, sampai
pada kedalaman tertentu. Pelaksanaan tersebut diatas semuanya
dikerjakan menggunakan alat dorong (bulldozer).

3. Penambangan

Kegiatan selanjutnya adalah penambangan yang termasuk


dalam klasifikasi tambang tambang terbuka (Open cut mining)
dengan menggunakan alat alat produksi sebagai berikut :

a. Bulldozer sebagai alat dorong

b. Dozer Shovel sebagai alat gali dan muat

c. Dump Truck sebagai alat angkut

4. Pengangkutan

Selanjutnya dilakukan kegiatan pengangkutan dari daerah


penambangan ke tempat penyimpanan ore baik untuk kegiatan
untuk umpan pabrik maupun untuk yang langsung di ekspor,
dengan menggunakan alat transportasi yaitu dump truck yang
berkapasitas 15 30 ton.

5. Penumpukan

Bijih Nikel baik untuk umpan pabrik maupun untuk ekspor,


sebelum di tumpuk di stock yard yang berupa batuan besar atau
boulder ( > 20 cm ) terlebih dahulu disaring pada saringan tetap.

6. Pencampuran
Pencampuran (blending) pada stock yard antara bijih dari
berbagai kadar, untuk memperoleh bijih berkualitas ekspor. Dari
stock yard bijih nikel dibagi dalam dua bagian, sebagian diangkut ke
kapal ekspor dengan menggunakan suatu alat belt conveyor dan
tongkang untuk diekspor dan sebagian lagi di masukkan ke pabrik
untuk di olah atau sebagai umpan pabrik.

2.7 Proses produksi Ferro Nikel

Pengolahan bijih nikel pada PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN


Sulawesi Tenggara menggunakan metode Ellkeem dengan jenis
proses produksi continous dimana prosesnya terdiri dari beberapa
tahap yakni :

a. Tahap Praolahan (Ore Prepaation)

b. Tahap Peleburan (Smelting)

c. Tahap Pemurnian (Refining)

d. Tahap Pencetakan dan Pengepakan (Casting)

2.7.1 Tahap Praolahan

Tahap Praolahan yang dilakukan bertujuan untuk


mempersiapkan bijih sebelum memasuki proses peleburan. Hal ini
dilakukan agar bijih yang masuk ke peleburan memenuhi berbagai
persyaratan yang telah ditentukan, antara lain menyangkut ukuran,
kadar bijih, Moisture Content (MC) atau air lembab, LOI (Lost Of
Ignation) atau air kristal, dan lain-lain.

Bahan baku yang terdiri dari bijih nikel, anthrasit, dan batu
kapur sebelum diumpankan ke rotary kiln terlebih dahulu
mengalami proses ore blending, ore handling pada rotary dryer dan
tahap kalsinasi pada rotary kiln.
a. Ore Blending

Penanganan bijih mencakup proses penerimaan bijih,


pencampuran bijih dan penampungan bijih. Setelah proses
penambangan wet ore (bijih basah) yang diperoleh dibawa ke
Departemen Bahan Baku. Pada proses ore blending ini, ukuran bijih
basah masih beragam dengan MC, sekitar 28 30%. Setelah
dianalisa, kemudian ditentukan presentase pencampuran bijih yang
digunakan sebagai umpan.

b. Ore Handling

Proses ore handling meliputi: ore receiving, ore drying, ore


sizing dan ore mixing.

Ore Receiving

Bijih nikel basah (wet ore) dimasukkan ke SOM (Shake Out


Machine), akan terpisah secara manual lewat saringan yang
berukuran 20 x 25cm. Bijih yang berukuran < 15 20 cm akan
ditampung dalam loading hopper yang selanjutnya
ditransportasikan oleh belt conveyor ke rotary dryer. Sedangkan
bijih yang berukuran > 20 cm tidak dipergunakan.

Ore Drying

Proses pengeringan bijih dilakukan di rotary dryer. Rotary


dryer memiliki dimensi panjang 30 m dan diameter 3,20 m dengan
putaran 1,5 rpm. Rotary dryer ini digerakkan oleh motor penggerak.
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air lembab (MC)
dalam bijih sekitar 30 40 % menjadi 21 %. Penentuan MC
menjadi 21 23 % dikarenakan karena pada kondisi tersebut yang
paling baik untuk mereduksi nickel losses, mengurangi polusi yang
akan dihasilkan, dan untuk keawetan mesin. Proses pengeringan
dalam rotary dryer berlangsung sekitar 30 menit. Bahan bakar yang
digunakan untuk rotary dryer adalah batu bara sebagai bahan
bakar utama dan minyak sebagai bahan bakar penunjang.
Pemilihan batu bara dikarenakan biayanya murah dan mudah
didapatkan. Pengeringan bijih diakibatkan oleh terjadinya kontak
langsung antara udara panas dari Burner dengan bijih dalam suatu
tanur yang berputar.

Pemanasan dalam rotary dryer berlangsung secara parallel


flow artinya aliran udara panas dari burner searah dengan arah
aliran masuk material. Temperatur udara panas yang masuk pada
rotary dryer sekitar 400oC 800oC dan disesuaikan dengan kadar
air yang terkandung dalam ore. Pengeringan dalam rotary dryer
akan menghasilkan gas, disamping material kering, gas buang yang
mangandung debu dan abu akan masuk ke dalam multicyclone
untuk dikumpulkan, sementara gas yang ringan akan tertarik oleh
exhaust fan untuk kemudian dibuang ke atmosfir melalui stack.

Ore Sizing

Debu yang terkumpul dari multicyclone akan ditarik ke double


flap dumpper, jatuh ke dust belt conveyor dan kemudian menuju ke
belt conveyor yang berisi bijih hasil pengeringan yang akan menuju
ke vibrating screen, untuk selanjutnya mengalami proses
penyaringan dengan ukuran harus < 30 mm sementara ukuran >
30 mm akan masuk kedalam Impeller Breaker untuk proses
crushing. Penentuan ukuran tersebut dikarenakan pada ukuran
tersebut maka kadar LOI yang terdapat pada material lebih mudah
tereduksi.

Ore Mixing

Dari belt conveyor material akan masuk ke shuttle conveyor


dan selanjutnya akan masuk ke dalam 7 buah bin yang masing-
masing berkapasitas 120 ton. 2 bin akan digunakan sebagai tempat
penampungan ore dan selanjutnya akan diumpankan ke rotary kiln
setelah mengalami proses pencampuran dengan sub material
lainnya yaitu batu bara, anthrasit dan limestone. Penggunaan batu
bara dan anthrasit sebagai bahan pereduksi sedangkan batu kapur
berfungsi untuk melindungi dinding ladle yang terdiri dari batu
tahan api (brick) agar tidak cepat aus. 1 bin yang lain digunakan
untuk pencampuran dalam pembuatan pellet. 3 bin lainnya dengan
kapasitas 70 ton untuk menampung limestone, anthrasit, coal dan 1
bin sebagai cadangan. Semua material dari setiap Bin akan
dialirkan masing-masing melalui sebuah belt conveyor yang
dilengkapi timbangan (poidmeter). Dengan menggunakan
poidmeter (constant feed weigher), material yang sudah ditampung
dalam bin yaitu : conditioned ore, anthrasit, limestone dan coal,
ditimbang secara otomatis dan dengan setting yang telah
ditentukan. Campuran bijih kering, batu kapur, anthrasit dan batu
bara akan diumpankan ke dalam rotary kiln dengan menggunakan
belt conveyor.

c. Tahap Kalsinasi

Material yang sudah tercampur seperti ore dryer, antrasit,


limestone dan coal yang telah ditimbang di poidmeter, diangkut
oleh belt conveyor ke rotary kiln untuk mengalami proses kalsinasi.
Rotary kiln dilengkapi dengan barner yang terpasang pada
ujungnya, udara panas yang dihembuskan berlawanan arah dengan
laju material yang masuk. Proses kalsinasi ini bertujuan untuk
mengurangi kadar LOI (Lost of Ignation) 0,01. Kadar LOI yang
tinggi akan mengganggu kestabilan dalam tanur yang dapat
mengakibatkan goncangan yang kuat di dalam tanur. Rotary Kiln
memiliki dimensi panjang 90 m utuk FeNi I dan II, sedangkan FeNi III
110 m, diameter 3 m dan kemiringan 20.

2.7.2 Tahap Peleburan

Proses peleburan adalah proses dimana calcine hasil dari


proses kalsinasi pada rotary kiln diolah dalam tanur listrik untuk
memisahkan crude FeNi dengan slag melalui proses reduksi. Proses
peleburan dilakukan dalam tanur listrik yang berkapasitas 25 MVA
unit 1, 40 MVA unit 2, dan 60 MVA unit 3 yang bagian dalamnya
dilapisi brick. Pada tanur listrik dilengkapi dengan 3 buah elektroda
yang berfungsi sebagai pelebur dari calsain tersebut.

Calcine yang dihasilkan oleh rotary kiln dengan temperatur


450C sebelum diumpankan dalam tanur listrik diangkut dengan
menggunakan sistem container car, kemudian diangkat ke atas
dengan menggunakan over head crane dan ditampung dalam 10
buah top bin yang berkapasitas masing-masing 50 ton, yang
terpasang di lantai bangunan tanur listrik. Dari top bin calcine
diumpankan ke dalam tanur melaui chute yang kakinya terpasang
mengelilingi tanur listrik. Dalam tanur listrik terjadi peleburan
calcine dan menyelesaikan reduksi senyawa yang terdapat di dalam
bijih oleh fixed carbon.

Dari leburan itu terbentuk dua fase yaitu, fase cair yaitu fase
slag dan fase metal / nikel. Slag berperan penting dalam mengatur
komposisi logam cair karena merupakan bahan perantara terjadinya
reaksi kimia. Unsur yang terbentuk dari hasil reduksi di dalam bijih
adalah logam ferronikel. Pemisahan antara logam ferronikel dan
slag di dalam tanur adalah lapisan atas adalah Slag dengan tebal
lapisan mencapai 1-1,5 m, sedangkan lapisan logam ferronikel
berkisar anatara 4080 cm.

Slag dikeluarkan dari tanur listrik setiap 90.000 KWh


sebanyak 90 ton dengan temperatur dengan kira-kira 1550 C dan
dialirkan ke dalam kolam air sehingga tergranilasi menjadi butiran-
butiran yang berukuran 510 cm. Logam (metal) ferronikel
dikeluarkan dalam tanur listrik. Logam ini disebut crude ferronikel
yang masih perlu dimurnikan di departemen pemurnian untuk
mendapatkan ferronikel dengan komposisi sesuai permintaan.

2.7.3 Tahap Pemurnian

Tahap pemurnian bertujuan untuk memurnikan crude FeNi


menjadi metal FeNi (produk) sesuai standar produk. Proses
pemurnian terdiri dari dua proses yaitu:

a. Proses De-Sulphurisasi (De-S)


Proses ini bertujuan untuk menurunkan kadar sulfur yang terdapat
pada crude Fe-Ni hasil peleburan menjadi < 0,03.

Bahan yang digunakan yaitu :

calsium carbide 200 kg/heat

soda ash 10 kg/heat

fluor spar 10 kg/heat

Bahan-bahan tersebut digunakan untuk mengikat sulphur


pada proses de-S. Prosesnya yaitu crude FeNi dicampur dan diaduk
dengan calsium carbide, soda ash, fluor spar dalam satu ladle yang
disebut shaking converter dengan kapasitas 16 ton FeNi. Proses
De-S ini berlangsung sekitar 35 menit. Temperatur metal selama
proses harus berkisar 13500 C. Hasil dari proses ini akan
menghasilkan metal FeNi high carbon dan low carbon.

b. Proses Oksidasi

Proses Oksidasi dilakukan pada produk low carbon untuk


menurunkan kadar silika, fosfor melalui proses peniupan oksigen ke
dalam crude FeNi dengan menggunakan bahan :

Oksigen dan Kapur bakar dan batu kapur berfungsi untuk


mengontrol basicity dan temperatur.

Proses De-Silikonisasi yaitu proses menghilangkan kandungan


silica dalam crude FeNi < 0,05. Jika kadar silica dalam crude FeNi
tinggi maka proses de-silikonisasi berlansung dua kali.

Proses De-Carbonisasi yaitu proses penghilangan kandungan


unsur pengotor seperti 1,5% C, 0,3% Si dan 0,8% Cr di dalam crude
FeNi yang akan dimurnikan untuk mendapatkan kadar yang
diinginkan melalui peniupan oksigen.

P (De-Phosporisasi), yaitu proses penghilangan kadar Fosfor


dalam crude FeNi. Fosfor ini akan mengalami oksidasi yang akan
diikat oleh CaO untuk membentuk slag.
Proses Oksidasi berlangsung 1,5 jam dengan temperatur
crude FeNi 14500 C. Proses ini menghasilkan metal FeNi dan slag
dimana slag tersebut akan dibuang.

2.7.4 Tahap Pencetakan dan Pengepakan

Metal FeNi yang telah mengalami pemurnian selanjutnya


dibawa ke Departemen Casting untuk dicetak menjadi bentuk yang
diinginkan oleh pihak pembeli. Hasil cetakan pada PT. ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN Sultra yaitu berbentuk Shot.

Shot merupakan metal FeNi dalam bentuk butiran, Proses


pencetakannya dimulai dari metal FeNi hasil peleburan dan
dituangkan kedalam sebuah ladle yang mempunyai lubang
kemudian melalui lubang tersebut metal akan mengalir ke
cetakan/mold yang bergerak pada link berbentuk rantai dimana
kecepatan pergerakan mold dikendalikan oleh operator pada control
room. Metal dari hasil pemurnian dimasukkan ke dalam ladle shot
yang kemudian dituang ke dalam kolam granulasi dengan
kecepatan penuangan 800 1200 kg / menit. Bersamaan dengan
itu disemprotkan dengan air bertekanan tinggi dari jet pump
sehingga akan terbentuk granul atau bulatan. Metal yang sudah
berbentuk shot yang ada dalam kolam granulasi ditransfer oleh belt
conveyor ke alat pengering lalu dimasukkan ke dalam pengayak
putar yang selanjutnya ditampung dalam shot car lalu ditimbang
dan dibungkus dalam bag (pembungkus khusus) yang berkapasitas
1000 kg.

Jenis produksi yang dihasilkan PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN


Sulawesi Tenggara yaitu:

a. Produksi High Carbon (HC)

High Carbon Shot


b. Produksi low Carbon (LC)

Low Carbon Shot

Refining & Casting

Desilikonisasi

Electric Furnace

Shaking Converter

Nickle Ore

Shake Out Machine

Rotary Dryer

Impeller Breaker

Riffle Flow Screen

Coal Firing

Dust Collector

Rotary Kiln

Bin Condition Ore

Utility

- PTL

- Circulasi Water & Oxygen Plan

- Water Huko-Huko Intake

Pelletizer

Fe-Ni Shot

Shot Casting

Desulphurisas
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang kami lakukan


selama melaksanakan Kerja Praktek di PT. ANTAM, Tbk. UBPN
Pomalaa, maka kesimpulan yang dapat kami ambil adalah sebagai
berikut :

1. Rotary kiln adalah suatu alat yang digunakan untuk


mengkalsinaso ore, yang juga berfungsi sebagai penghilang kadar
air,

2. Perawatan yang dilakukan pada rotary kiln terdiri


dari,perawatan sebelum operasi,perawatan selama operasi, dan
perwatan setelah operasi.

3. Prinsip kerja rotary kiln adalah Perputaran kiln yang


berlawanan arah dengan arah jarum jam dan dengan posisi kiln
yang miring menyebabkan terjadinya gaya dorong umpan sehingga
material bisa bergerak keluar kearah clinker cooler setelah
mengalami kontak dengan gas panas.

4. Salah satu perawatan yang sering dilakukan adalah


pergantian oil setiap 6 bulan sekali,hal ini dilakukan agar gear-gear
yang berada dalam gear box tetap terjaga,dan tidak mengalami
kerusakan.

5. Untuk mencari berapa kecepatan putar rotary kiln digunakan


persamaan (nm/r) putaran motor dibagi dengan rasio antar motor
dengan gear box, hasil bagi dari Putaran motor dengan rasio adalah
hasil dari kecepatan putaran pinion. Kemudian (np/r) kecepatan
putaran pinion dibagi dengan rasio antara pinion gear dengan girth
gear,hasil bagi antara putaran pinion dengan rasio adalah hasil dari
kecepatan girth gear. Sedangkan kecepatan putaran girth gear
sama dengan kecepatan putaran rotary kiln.

6. Didalam rotary kiln terjadi pembakaran ore,yang disebut


dengan proses kalsinasi.

7. Proses pembakaran ore terjadi diburner. Burner yaitu suatu


alat yang berfungsi sebagai pembakaran.

3.2 Saran

Untuk meningkatkan kinerja di PT. Antam (Persero), Tbk.


UBPN Sulawesi Tenggara agar menjadi korporasi global berbasis
pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia
sesuai dengan kebijakan dan mutu yang diterapkan olehperusahaan
maka saran kami adalah sebagai berikut.

1. Sebaiknya diruang Maintenance Mechanichal diberikan


warless agar peserta praktek dapat melakukan browsing internet
untuk mencari bahan referensi laporan.

2. Sebaiknya setiap peserta kerja praktek diberikan fasilitas alat


ukur bila diperlukan untuk pengambilan data selama melakukan
kerja praktek.

3. Sebaiknya untuk perusahaan dapat menyiapkan


penginapan/mess selama melakukan kerja praktek.

4. Bagi para pembibing kerja praktek diharapkan dapat saling


bekerja sama dengan mahasiswa yang melakukan kerja praktek.
DAFTAR PUSTAKA

http://maintenance-group.blogspot.com/2010/09/preventive-
maintenance_27.html

Referensi Perpustakaan Maintenance Planning Department.

Laporan Kerja Praktek Tahun 2013. PT. ANTAM (Persero) Tbk


UPRI MAKASSAR.

Copyright 2011 PT. Putranata Adi Mandiri sole agent


Prftechnik AG. Condition Monitoring & Vibration Fundamentals.
Germany.

Anda mungkin juga menyukai