STATUS PSIKIATRI
I. Identitas pasien
Nama : Tn.. C. F
No. Registrasi : 11927
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Dok VII perikanan
Agama : Kristen Protestan
Status pernikahan : Belum menikah
Suku : Serui
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Pekerjaan :-
Ruang Perawatan : IGD
Tgl.MRS : Minggu, 05-02-2017 (jam 09.30 WIT)
Tgl. Pemeriksaan : Senin, 06-02-2017 (jam 13.00 WIT)
Pemberi informasi : Pasien dan kakak pasien
Yang mengantar : Kakak dan Ipar pasien
1
Menurut keluarga, perubahan prilaku ini timbul sejak desember
2016, awalnya pasien sering marah-marah tanpa sebab atau jika saat
pasien meminta uang dan menuduh keponakannya selalu mencuri
ditetangga kemudian uang hasil curiannya dimasukan dalam rumah
sehingga didalam rumah penuh dosa, kemudian pasien juga sempat
memukul keponakannya tetapi keluarga masih mendiamkan tindakan
pasien pada saat ini juga pasien sudah terlihat sering gelisa dan susah
untuk tidur dimalam hari dan terkadang berbicara sendiri. Setelah itu pada
tahun baru 2017 pasien sempat pergi berkunjung ke rumah kakak pasien
dibonggo selama beberapa hari dan disana pasien selalu meminta uang dan
marah serta mengamuk jika tidak diberikan uang, menurut kakak pasien
yang dibonggo selama disana pasien sering terlihat bicara sendiri dan
apabila ditanya pasien mengatakan seperti mendengar suara binatang.
Setelah kembali kejayapura, keadaan pasien makin tidak
terkendali, pasien sering memarahi keponakan serta tetangga sekitar rumah
tanpa alasan yang jelas, pasien sering meminta uang dan jika tidak
diberikan pasien mengamuk dan langsung menghancurkan barang-bareang
yang ada didalam rumah, pasien juga sering mengambil sampah dan
membakarnya di dalam rumah. Selain itu pasien juga selalu berbicara
sendiri ataupun berbicara dengan anjing. Sejak pertengahan januari pasien
juga terlihat gelisa dan tidak dapat tidur dimalam hari sehingga kadang
pasien keluar berjalan dimalam hari, pada tanggal 23 jan 2017 pasien telah
dibawah oleh keluarga ke UGD RSJ Abepura karena perubahan prilaku
yang terjadi tetapi pada saat itu pasien tidak dirawat inap hanya diberikan
obat minum untuk dirumah
Kemudian pada hari minggu pagi (05-02-2017) pasien kembali
mengamuk tanpa alasan yang jelas dan memukul keponakannya sehingga
terjadi percekcokan antara pasien dengan kakak kandung pasien sehingga
membuat pasien langsung mengambil parang dan akan melukai kakaknya,
sehingga keluarga dan tetangga mengikat pasien dan segera membawa
pasien ke RSJ Abepura
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien
Pasien belum pernah dirawat inap di rumah sakit jiwa Abepura.
2
Pada tahun 2012 pasien perna memdapatkan pemukulan di daerah
kepala memakai besi oleh orang yang tidak dikenal.
Riwayat penyalagunaan zat yaitu jenis ganja 2 tahun yang lalu dan
Aibon sejak lama.
Alergi obat tidak ada
D. Riwayat Sosial
Kebiasaan minum alkohol dari SD hingga sekarang.
Merokok (1 bungkus/hari) dari SD hingga sekarang
3
Dalam perkembangan kognitif tidak terlihat adanya gangguan dalam
proses belajar tetapi hanya malas dan lebih suka bergaul dengan
teman-temannya. Tidak ada gangguan dalam perkembangan motorik.
4. Masalah emosi dan fisik
Emosi pasien sering tidak terkontrol saat pasien selesai minum alkohol
dengan teman-temannya. Dalam perkembangan fisik, pasien terlihat
sesuai dengan anak seusianya.
5. Riwayat psikoseksual
Tidak ada perilaku pasien yang tidak normal dengan masalah seksual.
F. Riwayat sekarang
1. Riwayat pendidikan
Pasien hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 5 SD.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja.
3. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
4. Riwayat agama
Pasien beragama Kristen, tetapi pasien jarang pergi beribadah saat hari
minggu, dan jarang mengikuti kegiatan keagamaan lainnya.
5. Riwayat aktivitas sosial
Pasien berteman dengan siapa saja sehingga keluarga tidak begitu
mengenal semua teman-teman pasien.
6. Riwayat hukum
Pasien perna masuk lembaga pemasyarakatan tahun 2010 8 bln..
7. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara. Ayahnya seorang
nelayan dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
G. Silsilah Keluarga
Keterangan
: wanita
: pria
: pasien
4
ibu dan saudaranya sedikit tertutup. Pasien saat ini tidak bekerja, hanya
bergantung dari orang tua dan saudara-saudara pasien.
I. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Keluarga pasien menganggap pasien mengalami gangguan jiwa yang
diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras
yang telah lama pasien konsumsi.
J. Persepsi/tanggapan pasien tentang dirinya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan sering mengamuk karena keponakan
pasien sering mencuri ditetangga sehingga membuat pasien dan keluarga
malu.
5
Sensibilitas : Baik
Kelainan khusus : Tidak ada
B. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
V. Status Psikiatri
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki dengan tampilan perawakan sesuai usianya.
Tinggi badan 160 cm dan berat badan 60 kg, berkulit hitam, rambut
hitam keriting dicukur pendek. Pasien menggunakan baju kaos dan
celana levis pendek yang telah kotor..
2. Perilaku dan psikomotor
Perilaku pasien tampak hyperaktifitas dan gelisa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan saat wawancara dan tidak mau
melaksanakan apa yang diminta pemeriksa.
3. Sikap pasien terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan pemeriksa tetapi
terkadang sikap pasien marah karena meminta untuk keluar dari
ruangan, saat wawancara mata pasien menatap mata pemeriksa tapi
kadang menatap tempat lain.
B. Emosi
1. Mood
Mood disforik yaitu mood yang tidak menyenangkan=
2. Afek
Afek labil yaitu perubahan irama perasaan yang tiba-tiba, tidak
berhubungan dengan stimuli eksternal
C. Bicara
Volume : keras
Irama : irama tidak jelas
Kelancaran : lancar
Kecepatan : emosional
Gaya bicara : spontan
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi
Didapatkan halusinasi auditorik yaitu pasien mendengar bisikan
suara harimau atau binatang lainnya.
Didapatkan halusinasi visual yaitu melihat keponakan mencuri
dan membawa dosa, serta dapat melihat tuhan.
2. Ilusi tidak ada
E. Proses berpikir
6
1. Bentuk
Kesan Authistik.
2. Isi pikiran
Waham paranoid (pasien merasa bahwa keponakannya selalu
mencuri dan membawa dosa masuk kerumah).
3. Arus berpikir
- Koheren
F. Fungsi kognitif
1. Kesadaran : compos mentis
2. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan
Pasien tidak tamat SD.
3. Daya Konsentrasi dan Kalkulasi
Baik, dalam hal ini pasien mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan pemeriksa (pasien diminta untuk menghitung 100-7 yang
kemudian dikurangi 7 lagi).
4. Orientasi
- Orang : pasien mampu mengenal anggota keluarganya dan
menyebut nama- nama keluarganya dan teman-temannya
dengan benar dan jelas.
- Waktu : pasien mampu membedakan pagi, siang dan malam.
- Tempat : pasien tahu dimana dia berada sekarang.
5. Memori
- Daya ingat jauh : pasien masih ingat dimana ia SD.
- Daya ingat masa lalu yang belum lama : pasien menjawab saat
ditanya kegiatannya beberapa bulan ini sebelum masuk Rumah
Sakit Jiwa.
- Daya ingat yang baru saja : pasien mampu menceritakan kegiatan
apa yang dilakukan sebelum pemeriksaan.
- Penyimpanan daya ingat segera : pasien dapat mengulangi kalimat
yang diucapkan pemeriksa.
6. Pikiran Abstrak
Pasien mampu membedakan antara bola dan jeruk.
7. Kemampuan Menolong Diri
Pasien mampu melakukan aktivitas (mandi dan makan) sendiri.
G. Tilikan
Tilikan derajat I : Penyangkalan sama sekali.
7
mengamuk sekitar kurang lebih 2 jam yang lalu SMRS. Pasien tiba-tiba
mengamuk, marah-marah, memukul keponakan, merusak perabotan rumah,
serta mengambil parang untuk melukai kakaknya. Hal ini terjadi ketika
pasien memukul keponakanya karena pasien merasa keponakannya mencuri
dirumah tetangga sehingga pasien dan kakaknya terlibat cekcok.
Saat pertama dibawah ke IGD pasien dalam keadaan gelisah, marah-
marah dan kedua tangan terikat dengan tali. Menurut pasien ada suara-suara
binatang yang berbisik di telinga pasien.. Pasien belum pernah dirawat di
RSJ sebelumnya.
Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital : TD : TDE, N : 88x/m, R : 18
x/m, SB : TDE. Pada pemeriksaan status interna tidak didapatkan kelainan,
semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan rangsang meningeal, refleks
sensorik, refleks motorik, refleks fisiologi dan refleks patologi semua dalam
batas normal.
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan mood disforik, afek labil
perilaku kooperatif bicara spontan dengan intensitas yang sedang sampai
keras dengan sikap yang tidak menentu dengan pemeriksa. Kesan adanya
halusinsi auditorik dan visual. Bentuk pikiran autistik dengan isi pikiran
adanya waham paranoid, Arus pikiran flight of idea. Daya konsentrasi dan
kalkulasi pasien baik, pikiran abstrak pasien baik. Tilikan I.
8
Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF 20-11 (saat masuk Rumah Sakit)
GAF 40-31 (dalam perawatan di Rumah Sakit)
X. Prognosis
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at bonam
XI. Pengobatan
Farmakoterapi
a. Farmakoterapi
1. Hari I : Inj. Chlorpromazine 100 mg (i.m)
Haloperidol tab 5mg 3 x 1
Trihexiphenidil tab 2 mg 2 x 1
Lorazepam 0,5 mg (0-2-2)
2. Hari II: Inj. Haloperidol 2 x 1 Amp
Inj . diazepam 2 x 1 Amp
b. Psikoterapi
c. Edukasi pasien
BAB II
PEMBAHASAN
9
sedikitnya satu gejala yang amat jelas atau dua gejala yang kurang jelas dari
gangguan isi pikir, waham, atau halusinasi auditorik. Semua gejala tersebut harus
berlangsung dalam kurun waktu 1 bulan atau lebih dan harus disertai perubahan
yang konsisten dari beberapa aspek perilaku pribadi yang bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tidak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini, diagnosis skizofrenia ditegakkan berdasarkan gejala yang
didapat yaitu tiga gejala yang amat jelas:
1. Halusinasi auditorik: pasien sering mendengar suara binatang dan dapat
berbicara dengan binatang sehingga pasien terkadang terlihat berbicara sendiri
atau berbicara dengan anjing, selain itu juga pasien mengalami halusinasi
visual dimana pasien mengatakan bahwa sering melihat keponakannya
mencuri barang-barang tetangga dan membawa dosa kedalam rumah serta
pasien dapat melihat tuhan.
2. Terdapat waham curiga yang menetap dimana pasien selalu merasa bahwa
keponakannya sering mengambil barang-barang tetangga sehingga membuat
keluarga malu dan membawa dosa masuk kedalam rumah.
3. Terdapat perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah.
Dimana ketiga gejala tersebut berlangsung dalam kurun waktu 1 bulan.
Sedangkan diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan berdasarkan kriteria yaitu
memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan gejala
halusinasi dan waham harus menonjol dan gangguan afektif, dorongan kehendak
dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini kriteria tersebut sesuai dengan halusinasi auditorik dan visual serta
waham paranoid yang tampak menonjol pada pasien ini.
10
Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil
dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh
jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat.
Pada penggunaan obat stimulant, seperti kokain dan amfetamin,
gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan
erat dengan tingginya dosis dan/ atau penggunaan zat yang
berkepanjangan.
Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan
distorsi persepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan
ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide [LSD], meskalin,
kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan kemungkinan
diagnovbsis intoksikasi akut (F1x.0).
Pada pasien ini didiagnosis banding dengan Gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif
lainnya dengan gangguan psikotik predominan waham karena pada pasien
ditemukan riwayat pemakaian zat psikoaktif jenis ganja dan aibon yang
telah di pakai sejak lama. Alasan yang membuat kami menjadikan
gangguan mental dan prilaku akibat penyalagunaan zat sebagai diagnosis
banding ialah karena dari autoanamnesis yang kami lakukan pasien
mengaku sudah lama tidak mengkonsumsi zat tersebut serta keterbatasan
pemeriksaan di RSJ sehingga tidak dilakukan pemeriksaan urine atau
darah untuk mengetahui adanya penyalahgunaan zat pada rentan waktu
terakhir ini.
11
Perhatian
Penyakit kardiovaskuler, teokromositoma dan kondisi lain dimana
terjadi penurunan tekanan darah secara mendadak, takikardi, epilepsy,
hipertrofi prostat, glaucoma, lansia dan laktasi.
Dosis
- Oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, tetapi tambahan jangka
pendek pada ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan
perilaku kekerasan dan impulsif yang berbahaya, dosis awal 25 mg
3 kali sehari atau 75 mg malam hari yang disesuaikan dengan
responnya. Dosis penunjang biasanya 75-300 mg/hari (akan tetapi
sampai dosis 1g/hari mungkin diperlukan pada kasus psikosi).
Lansia atau debil sepertiga sampai setengah dosis dewasa. Anak
(Skizofrenia dan autism) 15 tahun 500 mcg/kg bb setiap 4-6 jam
(max 40 mg/hari); 6-12 tahun sepertiga sampai setengah dosis
dewasa (max 75 mg/hari). Cegukan yang sulit diobati: 25-50 mg
3-4 kali sehari.
- Injeksi intramuscular yang dalam (untuk pengobatan gejala akut)
25-50 mg setiap 6-8 jam. Anak : 15 tahun 500 mcg/kgbb tiap 6-8
jam (max 40 mg sehari; 6-12 tahun 500 mcg/kgbb tiap 6-8 jam
(max 75mg/hari).
- Rectal sebagai supositoria 100 mg tiap 6-8 jam.
Efek samping
Icterus, hipotensi postural dan depresi pernafasan, dystonia
akut,gangguan penglihatan dan reaksi ekstrapiramidal.
Kemasan
Tablet 25 mg, 100 mg; tablet salut selaput 25 mg, 100 mg.
Pada pasien diinjeksi satu kali (75 mg) secara i.m, saat pertama
datang ke IGD. Karena pasien masih sangat gelisah.
Haloperidol
Indikasi
Agitasi psikomotor pada kelainan tingkah laku
Dosis
Gejala ringan 0,5-2mg 2-3x/hari. Gejala lebih berat 3-5mg 2-3x/ hari.
Geriatric atau debil 0,5-2mg 2-3x/hari. Kronis atau pasien yang
12
resisten 3-5mg 2-3x/hari. Ampul agitasi dan agresif yang berhubungan
dengan psikosis akut (misalnya mania, hipomania, skizofrenia akut,
konfusional toksik termasuk delirium)
Pemberian obat dapat diberikan bersama atau tanpa makanan, dapat
diberikan bersama makanan untuk mengurangi iritasi pada
gastrointestinal
Kontraindikasi
Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan neurologis dengan gejala
pyramidal atau ekstrapiramidal, koma, depreso SSP, hipersensitif, anak
<3 tahun
Perhatian
Hipertiroidisme, disfungsi hati, penyakit kardiovaskuler, dan anak
Efek samping
Hypertonia otot dan gemetar, tidak bisa beristirahat, gerakan mata
tidak terkoordinasi, hipotensi ortostatik, galaktore, ansietas. Pada usia
lanjut: gejala ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, perubahan
hematologi, ataksia akut berat, dystonia akut, tardive dyskinesia
Sediaan
Lodomer film-coated tablet 2mg, lodomer film-coated tablet 5 mg
Pada pasien diberikan lodomer 5 mg 2x1 tablet dan hari ke
dua di programkan Inj Lodomer 2 x 1 Amp.
Obat Antikolinergik
Cara kerja obat
Antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada
perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi Parkinson, senyawa
ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang
pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik
Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan obat SSP
Kontraindikasi
Glaucoma sudut tertutup, obstruksi duodenal atau pylorik, peptic ulcer,
obstruksi saluran urin, achalasia, myasthenia gravis.
Dosis
13
Parkinson idiopatik: dosis awal 1mg (hari pertama), kemudian
ditingkatkan menjadi 2mg, 2-3x sehari selama 3-5 hari atau sampai
tercapai dosis terapi. Pasca ensepalitis 12-15mg/hari. Parkinson karena
obat (gangguan ekstrapiramidal) dosis harian total 5-15mg/hari, pada
awal terapi dianjurkan 1mg/dosis. Pasien > 65 tahun perlu dosis lebih
kecil.
Perhatian dan peringatan
Penyakit jantung, hati, dan ginjal, hipertensi, glaucoma, pria dewasa
dengan kemungkinan hipertropi prostat
Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi, retensi
urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
Sediaan
tablet 2 mg.
Pada pasien diberikan Trihexyphenidyl 2 mg 2x1 tablet.
Lorazepam
Indikasi
Pengobatan jangka pendek gejala ansietas atau ansietas yang
berhubungan dengan gejala depresi.
Dosis
Dosis lazim: 2-6mg/hari dalam dosis terbagi. Dosis harian bervariasi 1-
10mg. Ansietas awal 2-3mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. Insomnia
yang berhubungan dengan ansietas atau stress sementara 2-4mg dosis
tunggal sebelum tidur. Usia lanjut dan pasien kondisi lemah awal 1-
2mg/hari dalam dosis terbagi. Insomnia karena ansietas atau stress
ringan 1-2mg dosis tunggal, menjelang tidur. Premedikasi 2-4mg
sebelum tidur atau 1-2 jam sebelum op.
Pemberian obat
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma sudut sempit,
insufisiensi pernapasan berat, mistenia gravis, sindrom apnea tidur.
Perhatian
Jangan mengendarai/mengoperasikan mesin, hamil, laktasi, anak <12
thn, insufisiensi pulmoner kronik, gangguan fungsi hati dan ginjal
Efek samping
14
Sedasi diikuti pusing, lemah, lesu, disorientasi, depresi, mual, sakit
kepala dan gangguan tidur, agitasi, gejala dermatologi, penglihatan
kabur, penurunan tekanan darah, amnesia dan gangguan ingatan
sementara.
Sediaan
Merpolam film-coated tablet 0,5 mg, merpolam film-coated tablet 2
mg
Pada pasien diberikan merlopam 0,5 mg 0-2-2.
Psikoterapi
- Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan dan
efek samping pengobatan.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
- Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
- Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap.
- Menambah kegiatan dengan ketrampilan yang dimiliki.
Edukasi Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang gangguan yang
dialami pasien
- Menyarankan kepada keluarga pasein agar meberikan suasana/lingkungan
yang kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien.
- Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi dalam pengobatan
pasien yaitu membawah pasien kontrol secara teratur.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia. 2008. Jakarta : Segung
Seto.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. Sinopsis Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid Satu. 2010.
Jakarta : EGC.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III. 2003. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Puri, B.K., Laking, P.J., Treasaden, I.H. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.2008.
Jakarta : EGC.
16