Anda di halaman 1dari 8

Korelasi Ekspresi Vitamin D Reseptor Terhadap

Derajat Carcinoma Payudara Invasif Duktal di Rumah Sakit

dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Tahun 2024

CITRA ABADI ANSHAR

C075222006

PROGRAM STUDI ILMU PATOLOGI ANATOMI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (SP-1)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara adalah salah satu kanker terbanyak di

dunia dimana dapat ditemukan lebih dari 1.300.000 kasus setiap

tahun dengan angka kematian mencapai 450.000 (Koboldt DC.,

2014). Di USA, kanker payudara adalah kanker terbanyak kedua

setelah kanker kulit pada wanita dengan insidens 1 diantara 3

kejadian kanker. Keganasan ini juga merupakan penyebab

kematian terbanyak kedua pada wanita setelah kanker paru-paru.

Menurut data American Cancer Society pada tahun 2013 terdapat

296.980 kasus kanker payudara baru dengan angka kematian

39.620. 232.340 kasus adalah kanker payudara invasif sedangkan

64.640 kasus adalah kanker payudara in situ. Sekitar 79% kasus

baru dan 88% kematian akibat kanker payudara ditemukan pada

wanita usia lebih 50 tahun (Siegel et al., 2013). Di Indonesia,

berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker, Yayasan Kanker

Indonesia tahun 2020 tercatat 4610 kasus kanker payudara dan

menempati urutan pertama dari sepuluh tumor primer tersering.

Data di Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar pada tahun 2020 dari 7411 kasus, terdapat

808 kasus tumor payudara, 268 kasus merupakan karsinoma

payudara invasif duktal (data primer).


Meskipun insidens kanker payudara tinggi, tetapi angka

kematian telah mengalami perbaikan. Tahun 1975-1990 terjadi

peningkatan angka kematian 0,4% pertahun, tetapi sejak tahun

1990-2020 terdapat penurunan angka kematian sebanyak 34%

(DeSantis et al., 2013). Penurunan angka kematian disebabkan

oleh dua faktor penting, yaitu banyaknya perbaikan dan kemajuan

dalam terapi serta deteksi dini yang lebih komperhensif.

Kemajuan dalam bidang biologi molekuler saat ini

menyebabkan penelitian penentuan terapi yang lebih spesifik dan

langsung terhadap sel sasaran (target therapy) menjadi sangat

berkembang. Demikian pula dengan terapi preventif, serta faktor

prediksi prognosis yang semakin banyak diteliti. Tentu saja hal ini

dalam upaya mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik serta

peningkatan angka harapan hidup bagi penderita.

Target terapi kanker payudara yang umum digunakan saat

ini yaitu ER, PR dan HER-2/neu selain sebagai dasar pemberian

kemoterapi, juga digunakan sebagai faktor prediksi terhadap

pemberian terapi dan sebagai petanda prognosis (Sotiriou and

Pusztai, 2013). Namun saat ini, tidak sedikit ditemukan penderita

karsinoma payudara terutama tipe invasif duktal dengan ekspresi

ER, PR, HER-2/neu yang negatif. Oleh sebab itu, penelitian untuk

menemukan target terapi baru terus dikembangkan dengan

pertimbangan bahwa banyak jalur lain yang ikut berperan dalam

proses karsinogenesis kanker payudara.


Salah satu penelitian sejak 20 tahun terakhir adalah tentang

potensi Vitamin D dalam menghambat proliferasi berbagai tipe sel

maligna seperti pada karsinoma payudara, karsinoma kolon,

karsinoma pada kulit dan CNS, serta karsinoma pada organ lain

(Guyton et al., 2013). Meskipun mekanisme molekuler yang

mendasari belum sepenuhnya diketahui secara jelas, tetapi

kemampuan metabolit aktif 1,25(OH)2D3 dalam melindungi sel- sel

dari transformasi maligna telah banyak diteliti.

Vitamin D adalah zat larut lemak yang termasuk dalam

hormon secosteroid yang secara fisiologis berperan dalam regulasi

kalsium dan transportasi fosfat pada metabolisme tulang atau

dikenal juga dengan “calcemic effect”. Selain itu juga terdapat “non-

calcemic effect”, dimana penurunan kadar vitamin D berhubungan

dengan onset dan progresi berbagai macam penyakit seperti

autoimmune disease, penyakit infeksi saluran pernapasan, diabetes

melitus, hipertensi dan kardiovaskuler, penyakit-penyakit

neuromuskular, dan pada keganasan (Holick and Chen, 2014).

Paparan vitamin D yang lebih tinggi di perkirakan dapat mencegah

berbagai jenis kanker, kemungkinan melalui efek genomik yang

dimodulasi oleh VDR (Vitamin D Reseptor), dan efek non genomik:

melalui fungsi metabolisme autokrin/parakrin dari ligand VDR.

Secara khusus, telah dibuktikan kemampuan untuk mengatur

proliferasi dan differensiasi (Deeb et al., 2015), apoptosis (Dusso et

al., 2015), angiogenesis (Mantell et al., 2017) serta invasi dan

metastasis (Leyssens et al., 2013).


Gen VDR pada manusia terletak pada kromosom 12q13,

mengandung lebih dari 470 single-nucleotida polymorphism (SNPs)

(Huang et al., 2014), dimana hubungan antara vitamin D dan

payudara dapat diamati baik pada payudara normal maupun pada

neoplasma payudara. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara rendahnya level vitamin D dengan

tingginya insidens kanker payudara (Yin et al., 2015, Gandini et al.,

2014, Crew et al., 2015). Adanya efek anti- proliferasi, pro-

apoptosis, anti invasi dan antiangiogenesis yang dimiliki vitamin D,

menjadikan vitamin D dapat menjadi salah satu petanda prognosis

dan pilihan terapi tambahan yang potensial dan perlu terus diteliti

lebih mendalam. Apalagi sebagian besar vitamin D bersumber di

dalam tubuh manusia dan hanya dengan bantuan sinar matahari

dapat dikonversi menjadi bentuk yang aktif dan dapat

dimanfaatkan. Tetapi tentu saja, vitamin D dalam dosis yang

berlebihan juga akan memberi efek yang tidak menguntungkan.

Meskipun vitamin D tersedia dalam jumlah yang memadai

bahkan berlebih, efeknya akan menurun bahkan menjadi kurang

bermakna terutama untuk tujuan terapeutik pada suatu keganasan

bila reseptor pada jaringan (VDR) rendah atau tidak terekspresi.

Ekspresi dan atau fungsi protein VDR dipengaruhi oleh

polymorphisme gen VDR, yang sampai saat ini masih tetap

diperdebatkan peranannya dalam perkembangan keganasan

payudara (Huang et al., 2014). Dari 470 terdapat enam SNPs yang
banyak diteliti yaitu Fok 1, Bsm1, Taq1, Apa1, Cdx2, dan Poly A

(Huang et al., 2014).

Dalam suatu penelitian, ekspresi Vitamin D Reseptor (VDR)

dipertahankan pada mayoritas kanker payudara baik pada hewan

maupun pada manusia (Zinser and Welsh, 2014). Suatu studi pada

136 pasien kanker payudara primer, ditemukan bahwa pasien

dengan ekspresi VDR negatif secara signifikan mengalami

kekambuhan lebih cepat dibandingkan pasien dengan VDR positif.

Selain itu kasus karsinoma payudara invasif duktal menunjukkan

VDR positif pada 56,2% (172 dari 306 kasus yang diteliti) (Lopes et

al., 2015). Hal ini menunjukkan bahwa Vitamin D Reseptor (VDR)

dapat dijadikan salah satu petanda progresi serta dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu target terapi tambahan yang

baru, apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sinar

matahari (UVB) yang sangat melimpah, sehingga menjadi menarik

untuk mengembangkan potensi sinar matahari berkaitan dengan

vitamin D sebagai salah satu penanda pada karsinogenesis

payudara yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut untuk

kepentingan preventif, terapeutik dan prognostik terapi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas

dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat perbedaan ekspresi Vitamin D Reseptor (VDR)

pada karsinoma payudara derajat baik, sedang dan buruk?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menilai perbedaan ekspresi Vitamin D Reseptor (VDR) pada

karsinoma payudara berdasarkan derajat histopatologi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menentukan diagnosis karsinoma payudara dan derajat

histopatologinya berdasarkan pewarnaan H.E.

2. Menentukan ekspresi VDR pada karsinoma payudara

derajat baik.

3. Menentukan ekspresi VDR pada karsinoma payudara

derajat sedang.

4. Menentukan ekspresi VDR pada karsinoma payudara

invasif derajat buruk.

5. Membandingkan ekspresi VDR pada karsinoma

payudara derajat baik, derajat sedang dan derajat buruk.

Hipotesis Terdapat perbedaan ekspresi Vitamin D Reseptor

(VDR) antara berbagai derajat histopatologi yaitu: - ekspresi VDR

pada karsinoma payudara derajat baik lebih tinggi dibandingkan

derajat sedang, dan derajat buruk.

5.1 Manfaat Penelitian

5.1.1 Manfaat Untuk Pengembangan Ilmu

1. Memberikan informasi ilmiah tentang VDR sebagai

salah satu penanda progresi serta prognosis penderita

karsinoma payudara

2. Dapat digunakan sebagai salah satu pilihan terapi


tambahan dikombinasikan dengan regimen terapi

lainnya, untuk hasil pengobatan yang lebih baik.

3. Data penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

penelitian lebih lanjut terutama dalam bidang

patomekanisme dan patobiologik karsinoma payudara.

5.1.2 Manfaat Secara Aplikatif

1. Sebagai faktor prediktif dan faktor prognostik tambahan

untuk karsinoma payudara.

2. Sebagai pilihan target terapi tambahan untuk

karsinoma payudara.

Anda mungkin juga menyukai