PENGERTIAN GIZI
Gizi merupakan suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energy. Gizi
adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
B. BALITA
Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11 bulan.
1. Gizi Pada Balita
a. Pengertian Gizi Balita
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita
yang masih dalam masa pertumbuhan. Secara harfiah, balita atau anak bawah lima
tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu
tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena fisiologis bayi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu
(ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau lepas menyusui
sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, fisiologi tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan
batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan
usia prasekolah. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih
dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung
secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan
seimbang.Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang
tua jika ingin tumbuh kembang putra dan putrinya maksimal.
Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan
makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar.
Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.
b Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Cara menghitung
umur yaitu dengan menentukan tanggal, hari, bulan dan tahun pada waktu
anak ditimbang kemudian dikurangi tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu
lahir sehingga didapatkan umur anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari
sebanyak 16 hari sampai 30 hari dibulatkan 1 bulan. Bila kelebihan atau
kekurangan 1 hari sampai 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan.
c Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan disesuaikan dengan umur anak.
KEBUTUHAN ENERGI
UMU ENERGI
(kkal/kgBB)
R
0-1 110-120
1-3 100
4-6 90
7-9 80
10+ 70-60
f Lingkar kepala(LK)
o Dipengaruhi oleh status gizi anak sd umum 36 bulan.
o Pengukuran rutin mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
o Menggunakan pita ukur yang tidak melar.
o Tepat di atas supra orbita melingkar melalui oksiput.
g Lingkar Lengan Atas (LLA)
Bermanfaat bila :
o Tidak ada data BB atau TB.
o BB dan TB tidak dapat diukur dengan tepat misalnya pada pasien
dengan :
- Organomegali
- Edema
- Hidrosefalus
o Anak umur 1 5 thn LLA saja sudah dapat menentukan status gizi.
Pengukuran :
o Lengan kiri, pertengahan akromion dan olekranon.
o Menggunakan non elastic band (WHO/CARE) terbagi atas 3 warna
: hijau, kuning, merah.
Interpretasi :
LLA/U :
o 85-100 % : normal
o 70-85 % : mild-mod malnutrition
o <70% : malnutrisi berat
4) Hanya memberikan ASI (air susu ibu) kepada bayi sampai umur 6 bulan
5) Sejak umur 6 bukan bayi diberikan makanan tambahan yang terdiri dari
makanan dari 3 kelompok makanan, dengan masih terus memberikan ASI
sampai usia 2 tahun
7) Anak-anak dan wanita hamil harus dating ke puskesmas secara rutin untuk
memantau pertumbuhan (dan perkembangan)
Gizi Kurang protein kurang gizi untuk energi Penyebab Kurang gizi akut
disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret
(muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam
periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah
yang cukkup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
Gejala dan akibat Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak
akan kurang dan kurus - mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan
grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang
kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas anak akan tumbuh lebih
lambat daripada yang diharapkan baik dari segi berat badan maupun tinggi badan,
dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan
menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik pertumbuhan
anak - misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan otak
dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang
makan punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang
punya resiko lebih besar terkena infeksi
Pencegahan Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori
dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan
makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau
susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-
anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi
sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret
(muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak bias atau tidak mau
memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu formula untuk
bayi yang dibuat dengan air bersih yang aman susu sapi normal tidaklah cukup.
Sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan Asi tapi juga berikan 3-6 sendok makan
variasu makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak2 yang sedang
sakit sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga
dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui
sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan. Angka
statistic di Indonesia Tahun 2004 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan
berat badan (28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan
akut (a llitle beat confused about it) (sumber Susenas 2004). Pemerintah mempunyai
program makanan tambahan sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi
memiliki berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka
dating ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.
Kekurangan zat besi Penyebab Tidak cukup mengkonsumsi makanan tinggi
zat besi, juga perempuan yang terlalu sering hamil dan memliki anak, malaria, cacing
tambang dan menstruasi meningkatkan resiko kekurangan zat besi Gejala dan Akibat
Kekurangan zat besi adalah hal yang umum terjadi di dunia dan berbahaya terutama
untuk perempuan hamil - meningkatkan resiko pendarahan dan kematian saat
melahirkan. Kekurangan zat besi dilaporkan sebagai penyebab utama dari 20%
kematian ibu dan menyumbang hingga 50% factor penyebab kematian ibu.
Kekurangan zat besi juga mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak-
anak, dan membuat orang menjadi malas dan lebih mudah terkena infeksi.
Pencegahan Makan makanan yang mengandung zat besi makanan yang kaya (zat
besi) misalnya daging, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, kacang tanah, tahu
dan tempe. Makanan2 ini juga sangat penting untuk ibu hamil dan anak sejak usia 6
bulan Strategi penting lainnya untuk memerangi kekkurangan zat besi adalah dengan
mencegah dan mengobati malaria- terutama pada saat hamil, pendidikan mengenai
KB, menganjurkan untuk menjaga jarak dan mengurangi kehamilan dan pencegahan
terhadap cacing di usus dan keteraturan pengobatan untuk cacingan Angka statistic di
Indonesia WHO melaporkan bahwa 6.4% perempuan hamil di Indonesoa mengalami
kekurangan zat besi pada tahun 2000. makanan yang kaya akan zat besi biasanya sulit
didapat oleh keluarga yang miski, dan malaria serta cacing juga merupakan masalah
di banyak tempat di Indonesia. Di wilayah yang miskin adalah sesuatu yang biasa jika
sebuah keluarga memilki 10 orang anak walau pun program KB sudah dijalankan.
Pemerintah merekomendasikan agar perempuan hamil dan balita harus mendapatkan
suplemen yang mengandung zat besi harian dari puskesmas.
Kekurangan yodium Penyebab Tidak mengkonsumsi makanan yang kaya akan
yodium dalam jumlah yang cukup Gejala dan Akibat Kekurangan yodium pada
perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran mati dan meningkatkan resiko
keguguran dan bayi lahir dengan berat badan rendah dan pada tingkat kekurangan
yang parah dapat menyebabkan cacat permanent dan bayi lahir dengan tingkat
intelegensi dan kemampuan gerak yang rendah dari biasanya/harusnya. Kekurangan
iodium juga menimbulkan kelelahan dan pembesaran kelenjar tiroid gondok.
Pencegahan Makan makanan yang kaya akan kandungan yodium alami seperti ikan,
makanan laut dan ganggang laut dan tanaman yang tumbuh didaerah dengan tanah
yang mengandung yodium, garam. beryodium dan suplemen yang mengandung
yodium. Angka statistic di Indonesia Kekurangan yodium mereupakan masalah di
wilayah pedalaman di bagian wilayah yang miskin di Indonesia, dimana makanan laut
mahal atau tidak tersedia, dan tanah miskin kandungan iodium karena hujan
melepaskannya. Garam beriodium tersedia tapi banyak orag lebih memilih garam
tidak beriodium karena harganya lebih murah. WHO melaporkan bahwa masih ada
46% rumah tangga di Indonesia yang tidak menggunakan garam beriodium dan 10%
anak sekolah yang menngalami kekurangan iodium. Pemerintah Indonesia
merekomendasikan agar semua wanita usia subur (WUS) di daerah yang kekurangan
iodium harus menerima suplemen iodium setiap 6 bulan dari puskesmas
Kekurangan vitamin A Penyebab Tidak makan makanan yang kaya akan
kandungan vitamin A, hal ini juga dapat diperburuk oleh infeksi, terutama campak.
Gejala dan Akibat Kekurangan vitamin A merupakan penyebab utama kebutaan dan
masalah2 mata xeropthalmia dan juga mengurangi ketahanan terhadap infeksi
lainnya Pencegahan Makan makanan yang mengandung vitamin A - misalnya daun2
hijau, tomat, wortel, mangga, ikan, hati, telur, jeruk, papaya, labu, kentang dan red
palm oil Angka statistic di Indonesia Promosi kesehatan Pemerintah menyatakan
bahwa kapsul vitamin A harus diterima oleh seorang perempuan pada 40 hari setelah
melahirkan dan setiap 6 bulan untuk setiap anak antara 6 bulan sampai 5 tahun, dan
program ini berhasil dan tahun 1999 WHO melaporkan bahwa 64% balita telah
menerima kapsul vit A dan di tahun 1995 hanya 0.3% anak yang menderita
kekurangan vit A.
C. REMAJA
1. Definisi Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun hingga 21 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi yang dramatis, perubahan
bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan perubahan suara.
Growth Spurt :
Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama
melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi
oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih
dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi
lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa
dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya,
seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan dia mendapatkan kebutuhan
zat gizi yang lebih dari biasanya.
1) Karbohidrat
2) Protein
3) Lemak
Beberapa penelitian Beare & Myer (1990, dikutip dari Fatimah, 2006)
telah menyimpulkan bahwa masukan lemak secara berlebihan dapat
menyebabkan suatu timbunan kolesterol abnormal di dalam darah. Keadaan
ini dapat menimbulkan penumpukan lemak pada lapisan dinding pembuluh
darah dan menyebabkan atherosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37% dari asupan energi total
remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja sering mengkonsumsi
lemak yang berlebih. Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi.
Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan
memanfaatkan aneka buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga
dengan memilih produk makanan yang rendah lemak (Soetjiningsih, 2004).
4) Vitamin
5) Mineral
a. Zat besi
Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap defisiensi
besi dan dapat mengenai semua kelompok status sosial ekonomi, terutama
yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penyebabnya sebagian besar oleh
karena ketidakcukupan asimilasi zat besi yang berasal dari diet, dilusi zat
besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya pertumbuhan dan
kehilangan zat besi. Prevalensi defisiensi zat besi pada remaja putri umur
11-14 tahun sekitar 2,8%, sedangkan pada umur 15-19 tahun defisiensi zat
besi pada remaja putri ditemukan sekitar 7,2% (Soetjiningsih, 2004).
b. Kalsium
Remaja membutuhkan kalsium lebih tinggi dibandingkan ketika
masih anak-anak atau saat dewasa, yang diperlukan untuk pertumbuhan
skeletal. Kebutuhan kalsium paralel dengan pertumbuhan skeletal dan
meningkat dari 800 mg/hari menjadi 1200 mg/hari pada kedua jenis
kelamin pada umur 11-19 tahun. Kebutuhan kalsium sangat tergantung
pada jenis kelamin, umur fisiologis dan ukuran tubuh (Soetjiningsih,
2004). Pada remaja putri asupan kalsium lebih rendah dari kebutuhan
sehari yang dianjurkan. Sekitar lebih dari 50% remaja putri dilaporkan
mengkonsumsi diet dengan kalsium kurang dari 70% kebutuhan kalsium
sehari (Soetjiningsih, 2004).
6) Air
Almatsier (2001) mengemukakan bahwa air atau cairan tubuh merupakan
bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari
bagian tubuh tanpa lemak. Kandungan air tubuh relatif berbeda antar manusia,
bergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak.
3. Pengukuran Status Gizi pada Remaja
4. Penyakit atau Kelainan Gizi pada Remaja
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan
pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya
seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola
makan salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi
anemia pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan
prevalensi sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki
usia 12-15 tahun, sedangkan laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995
menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki
dan perempuan usia 10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya
hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah
mendapat suplementasi zat besi.
b) Gizi kurang dan perawakan pendek
c) Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin
lama obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan
morbiditas. Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti
berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa.
Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan
tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya
pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya
masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan,
maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran
khas pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan
diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah
komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli
akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak
menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain
ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama
sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang
mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet
yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan
makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi
kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas.
Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila
terjadi kehamilan. Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan
seperti anoreksia nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi
dengan body image yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan
self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi
serta pencegahan obesitas.