FRAKTUR
1. FRAKTUR
A. DEFINISI FRAKTUR
Defenisi Fraktur merupakan sebuah istilah medis yang berarti terjadinya patah
tulang yang ditandai dengan kondisi dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang
terputus.
a. Penyebab Terjadinya Fraktur
1. Akibat Trauma dan benturan yang keras pada bagian tubuh tertentu
2. Akibat tekanan yang terus menerus dan berlangsung lama
3. Adanya keadaan tidak normal pada tulang atau penyakit tertentu
4. Usia juga ikut mempengaruhi.
B. Anatomi dan biomekanika pada anggota gerak atas dan bawah
1. Bidang gerak dan Axis gerak
Terdiri dari 2 macam gerakan :
Kinematika
Mempelajari gerakan baik mengenai perpindahannya,kecepatan dan
percepatan,tanpa memperhatikan penyebabnya.
Kinetika
Berhubungan dengan kerja gaya-gaya benda dan akibat kerja gaya-gaya
tersebut.
Posisi Anatomis ( Anatomical Reference Position )
Adalah posisi tegak dengan kaki sedikit lebar,kedua tangan rileks
disamping badan,telapak tangan menghadap depan.
Pusat gravitasi : letaknya bervariasi tergantung posisi tubuh,beban
tambahan dan gerak tubuh.
Bidang gerak
Pada posisi anatomi ketiga bidang gerak bertemu di satu titik disebut center of
gravity ( COG ).Ketiga bidang gerak tersebut yaitu :
Sagital Plane ( antero posterior plane )
Membagi tubuh secara vertical kanan dan kiri.
Contoh: fleksi,ekstensi,
Frontal Plane
Contoh: abduksi,adduksi
Transverse Plane
Contoh: pronation dan supination lengan bawah.
Axis gerak
Ketika segmen tubuh manusia bergerak maka segmen tersebut berputar
melalui sumbu rotasi. Axis dibagi menjadi :
Transverse axis ( frontal axis ) : tegak lurus dengan bidang sagital.
Antero posterior axi : rotasi bidang frontal yang terjadi melalui sumbu
sagital.
Longitudinal axis : sumbu tempat terjadinya rotasi pada bidang tranversal.
Bentuk gerak
Gerak linier ( translasi ) : merupakan gerak sepanjang sebuah garis.
Gerak angular ( angular motion ) : merupakan rotasi pada garis imajiner
pusat ( axis ).
Gerak kombinasi ( general motion ): kombinasi gerak translasi dan rotasi.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang
seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan
ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada
atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau
tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
D. Tanda-Tanda Umum Dari Fraktur
Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya
fungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal,
merah/perubahan warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai
juga dengan deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta
krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui
keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi). Pseudoartrosis dan gerakan abnormal.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis adalah pemeriksaan X-foto, yang harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu
anterior-posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada
tidaknya patah tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga
berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang. 3, 5
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x
pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila
berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai
fraktur sampai terbukti lain.
E. Jenis-jenis Fraktur atau Patah tulang
Secara garis besar fraktur dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu sebagai berikut:
1. Fraktur Tertutup / Close fraktur
Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar permukaan kulit tidak lah rusak/masih utuh, sehingga bagian tulang yang
patah tidak berhubungang dengan bagian luar.
2. Fraktur Terbuka / Open Fraktur
Fraktur terbuka adalah suatu kondisi patah tulang yang disertai dengan luka pada
daerah tulang yang patah, atau adanya kerusakan pada permukaan kulit sekitar,
sehingga bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar, biasanya juga
ikut terjadinya pendarahan yang banyak, tulang yang patah juga ikut terlihat
menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
membuat tulang terihat menonjol kelua. Pada fraktur jenis ini memerlukan
pertolongan lebih cepat karena adanya resiko terjadinya infeksi dan faktor
penyulit lainnya.
3. Fraktur Kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi dua keadaan contohnya pada bagian exstermitas terjadi
patah tulang dan pada sendinya juga terjadi dislokasi.
F. Proses Penyembuhan Fraktur
Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut
1. Stadium Pembentukan Hematom :
Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh
darah yang robek
Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)
Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam
2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur
Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast
Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang
Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang
Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi
3. Stadium Pembentukan Kallus :
Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)
Kallus memberikan rigiditas pada fraktur
Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi
4. Stadium Konsolidasi :
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu
Secara bertahap menjadi tulang mature
Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan
5. Stadium Remodeling :
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda
penebalan tulang.
Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup:
usia, lokasi dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan
pada fragmen fraktur, pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai
(seperti diabetes mellitus), derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan
pada lokasi fraktur.
G. Apa Saja Yang Mnjadi Komplikasi Fraktur
a. Komplikasi segera
1. Komplikasi lokal dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom,
spasme arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan
organ dalam.
2. Komplikasi sistemik syok hemoragik
b. Komplikasi awal
1. Komplikasi lokal sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit,
gangren, trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada
tulang (infeksi/osteomielitis).
2. Komplikasi sistemik emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus,
delerium tremens.
c. Komplikasi lanjut
1. Komplikasi pada persendian dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi
persisten, penyakit sendi degeneratif pasca trauma.
2. Komplikasi tulang yakni penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed
union dan non union).
a. Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak
anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi,
atau sembuh dengan rotasi.
b. Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi
waktu yang diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari
batas waktu yaitu umumnya 3-5 bulan.6
c. Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah
tulang berhenti sama sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan
terjadi tanpa koreksi pembedahan.
3. Komplikasi pada otot miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut
4. Komplikasi saraf Tardy nerve palsy
H. Prinsip Penanganan Fraktur Secara Konservatif; Mengembalikan Secara
Anatomis / Fungsional Bag Yang Mengalami Fraktur ( Reduksi, Reposisi,
Imobilisasi ).
Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi:
a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat
diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan posisi anatomis normal.
Semua jenis operasi, baik yang sederhana maupun rumit, dapat menyebabkan
komplikasi pasca bedah karena berbagai alasan, terkontrol atau tidak. Walaupun
ada yang hanya bersifat sementara dan tidak berbahaya, namun komplikasi lain
dapat bersifat serius dan membahayakan nyawa. Resiko komplikasi ini perlu
dipertimbangkan sebelum pembedahan, saat pembedahan, dan setelah
pembedahan. Prosedur penanganan komplikasi pasca bedah juga sudah harus
dipersiapkan untuk keamanan pasien.
Terbentuknya abses
Reaksi alergi
Kehilangan darah
Berkurangnya produksi urin dan tubuh tidak mendapatkan pengganti cairan yang
cukup
Pneumonia
Cedera bedah karena kerusakan jaringan yang tak dapat dihindari, misalnya pada
saraf di sekitar area bedah
Infeksi luka atau pecahnya luka (jahitan bedah terlepas)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan
setelah pembedahan adalah keloid, hernia di tempat sayatan bedah, radang sinus
yang susah hilang, dan kambuhnya penyebab bedah (misalnya pada kasus kanker
atau penyebaran kanker).
Fisioterapi pasca bedah akan diberikan pada semua pasien yang menjalani
pembedahan, baik operasi rawat jalan kecil atau operasi besar yang dilakukan di
ruang operasi. Bahkan, proses perawatan ini sudah dilakukan sebelum
pembedahan, yaitu dengan mempersiapkan pasien dan memberikan konseling.
Perawatan sebelum bedah meliputi pemeriksaan kesehatan, identifikasi faktor
resiko, dan memberikan informasi jelas tentang prosedur serta pemulihan jangka
pendek dan panjang. Perawatan sebelum dan sesudah bedah biasanya akan saling
melengkapi.
Saat ini, terdapat protokol untuk mencegah komplikasi pasca bedah. Langkah
pencegahan dasar meliputi pengaturan berat badan dan pola makan, intervensi
untuk resiko kehilangan darah, persiapan teknis yang baik (misalnya jenis sayatan,
teknik, drainase, dan sebagainya), intervensi kebocoran anastomosis, dan
pencegahan dengan antibiotik. Melalui proses ini, pasien dan ahli kesehatan dapat
saling bekerjasama untuk memastikan keberhasilan operasi serta lancarnya proses
pemulihan.
Setelah pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit, perawatan pasca bedah
dapat terus berlanjut. Pasien (atau keluarga pasien) akan diberi riwayat diagnosis,
rangkuman prosedur medis, dan instruksi, misalnya untuk obat atau terapi
tambahan. Informasi untuk konsultasi lanjutan akan dicantumkan di surat pulang
pasien.
D. Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Penanganan Komplikasi Pasca
Bedah
3. Pengertian Gastrektomi
A. Gastrektomi untuk kanker
Prosedur bedah untuk penyakit maag parah juga disebut antrectomy, bentuk terbatas dari
gastrektomi dimana antrum, sebagian dari perut, dihapus. Untuk ulkus duodenum,
antrectomy dapat dikombinasikan dengan prosedur bedah lainnya yang bertujuan untuk
mengurangi sekresi asam lambung, yang berhubungan dengan pembentukan ulkus. operasi
tambahan ini umumnya merupakan vagotomy, operasi pada saraf vagus yang menonaktifkan
bagian penghasil asam lambung.
C. Diagnosis / Persiapan
Setelah operasi gastrektomi, pasien dibawa ke unit pemulihan dan tanda-tanda vital
dipantau ketat oleh
Untuk menghapus sebagian dari perut di gastrektomi, maka keuntungan ahli bedah akses ke
perut melalui sayatan di perut. Ligamen menghubungkan lambung ke limpa dan usus yang
terputus. Untuk menghapus sebagian dari perut di gastrektomi, maka keuntungan ahli bedah
akses ke perut melalui sayatan di perut. Ligamen menghubungkan lambung ke limpa dan
usus yang terputus
staf perawat sampai anestesi mereda. Pasien biasanya merasakan sakit dari sayatan, dan
obat sakit diresepkan untuk memberikan bantuan, biasanya disampaikan secara intravena.
Setelah bangun dari anestesi, pasien memiliki garis intravena, kateter urin, dan tabung
nasogastrik di tempat. Mereka tidak bisa makan atau minum segera setelah operasi. Dalam
beberapa kasus, oksigen disampaikan melalui masker yang cocok di mulut dan hidung.
Tabung nasogastrik melekat hisap intermiten untuk menjaga perut kosong. Jika seluruh perut
telah dihapus, tabung pergi langsung ke usus kecil dan tetap di tempat sampai kembali fungsi
usus, yang dapat mengambil dua sampai tiga hari dan dipantau dengan mendengarkan
dengan stetoskop untuk bising usus. Sebuah gerakan usus juga merupakan tanda
penyembuhan. Ketika bising usus kembali, pasien bisa minum cairan bening. Jika cairan
ditoleransi, tabung nasogastrik dihapus dan diet secara bertahap berubah dari cairan ke
makanan lunak, dan kemudian ke makanan yang lebih padat. pengaturan pola makan
mungkin diperlukan, seperti makanan tertentu sekarang mungkin sulit untuk dicerna. Secara
keseluruhan, operasi gastrektomi biasanya membutuhkan waktu penyembuhan dari beberapa
minggu.
E. Risiko
Bedah untuk ulkus peptikum efektif, tetapi dapat mengakibatkan berbagai komplikasi
pasca operasi. Setelah operasi gastrektomi, sebanyak 30% dari pasien memiliki gejala yang
signifikan. Operasi yang disebut vagotomy sangat selektif sekarang lebih disukai untuk
manajemen maag, dan lebih aman daripada gastrektomi.
Setelah gastrektomi, beberapa kelainan dapat berkembang bahwa produk gejala yang
berkaitan dengan asupan makanan. Mereka terjadi terutama karena perut, yang berfungsi
sebagai reservoir makanan, telah berkurang dalam kapasitasnya dengan operasi. prosedur
bedah lainnya yang sering menyertai gastrektomi untuk penyakit maag juga dapat
berkontribusi untuk gejala nanti. Prosedur ini termasuk vagotomy, yang mengurangi produksi
asam dan memperlambat pengosongan perut; dan pyloroplasty, yang memperbesar
pembukaan antara perut dan usus kecil untuk memfasilitasi pengosongan lambung.
Pasien yang memiliki perut kembung dan nyeri setelah makan, sering diikuti mual dan
muntah, mungkin memiliki apa yang disebut "sindrom lingkaran aferen." Ini diperlakukan
oleh koreksi bedah. Pasien yang memiliki cepat kenyang (perasaan kenyang setelah makan),
ketidaknyamanan perut, dan muntah mungkin memiliki empedu refluks gastritis (juga disebut
empedu muntah), yang juga pembedahan diperbaiki. Banyak pasien juga mengalami
penurunan berat badan.
hipoglikemia reaktif adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar gula darah menjadi
terlalu tinggi setelah makan, merangsang pelepasan insulin, terjadi sekitar dua jam setelah
makan. Diet tinggi protein dan makanan kecil disarankan.
Ulkus kambuh dalam persentase kecil pasien setelah operasi untuk ulkus peptikum,
biasanya dalam beberapa tahun pertama. operasi lebih lanjut biasanya diperlukan.
Vitamin dan suplemen mineral yang diperlukan setelah gastrektomi untuk memperbaiki
kekurangan tertentu, terutama vitamin B 12, besi, dan asam folat. Vitamin D dan kalsium
juga diperlukan untuk mencegah dan mengobati masalah tulang yang sering terjadi. Ini
termasuk pelunakan dan lentur dari tulang, yang dapat menghasilkan nyeri dan osteoporosis,
hilangnya massa tulang. Menurut sebuah penelitian, risiko patah tulang belakang dapat
setinggi 50% setelah gastrektomi.
BAB III
OPERASI PADA BATU EMPEDU
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan 1 Biasanya tak tampak gambaran pada
spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
pada kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
GEJALA: GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen
2. Menetap
bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat
3. Mual dan muntah
4. Febris (38,5C) di epigastrium menyebar ke arah skapula
kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)
BAB IV
Kombinasi antara foto polos, CT Scan dan MRI, memungkinkan kita bisa
melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan lunak (ligamen, diskus dan
medula spinalis). Informasi ini sangat penting untuk menetukan klasifikasi
trauma, identifikasi keadaan instabilitas yang berguna untuk memilih
instrumentasi yang tepat untuk stabilisasi tulang.
A. Pengertian
Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah, tetapi sering juga terjadi pada
pemain tennis, badminton, olahraga lempar dan berenang (internal violence/sebab-
sebab yang berasal dari dalam).
Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab yang berasal
dari luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak bola, rugby dan lain-lain.
Cedera dapat berupa:
1. luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri
2. luksasio / subluksasio dari artikulasio akromio klavikularis
3. subdeltoid bursitis
4. strain dari otot-otot atap bahu (rotator cuff)
luksasio = dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser
disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini
disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid
yang dangkal serta adanya longgarnya ligament.
Tanda-tanda Dislokasi sendi bahu yaitu:
Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
Lengkung bahu hilang
Tidak dapat digerak-gerakkan
Lengan atas sedikit abduksi
Lengan bawah sedikit supinasi
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada
anak-anak.
Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
Dislokasi anterior
Dislokasi posterior
Dislokasi inferior atau luksasi erekta
Dislokasi disertai faktur
Congenital
Traumatic
Dislokasi anterior
Dislokasi anterior lebih sering ditemukan
Kaput humerus berada dibawah glenoid, sub korakoid dan sub klavikuler
Terasa sangat nyeri serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur sendi bahu
menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan.
Pengobatan
Dengan pembiusan umum
Metode hipocrates
Metode kocher
Tanpa pembiusan
Teknik menggantungkan lengan
Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi memerlukan tindakan operasi
seperti operasi menurut Putti-Platt, Bristow dan Bankart
Komplikasi
Kerusakan nervus aksilaris
Kerusakan pembuluh darah
Tidak dapat tereposisi
Sendi menjadi kaku
Dislokasi rekuren
Dislokasi posterior
Lebih jarang ditemukan
Trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna
Terasa nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi. Tanda khas berupa
light bulbkarena adanya rotasi interna humerus.
Dislokasi Congenital
Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe
kliniknyadibagi :
Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi :
Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi kronik
Dislokasi berulang, terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid.
Fraktur Disloksi
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi
lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduks.
B. Penyebab Dislokasi
1. Dari segi Etiologi, Dislokasi disebabkan oleh:
a. Cedera olah raga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada
sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
c. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
b. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang
2. Dari segi Patofisiologi,
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan
,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah
;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]
C. Penanganan Dislokasi
Pertolongan pertama :
Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa
dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan
pertolongan pertama yaitu reposisi.
Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode Stimson
metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian
lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke
bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan
pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari
kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam,
kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.
Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang
lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas
sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang eras dan kuat,
sehingga berbunyi klik, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.
Reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksternal, serta
imobilisasi selama 3-6 minggu
2. Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok
sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o, siku pasien ditahan oleh tangan
kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal)
sampai 90o dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal
sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah
seraksasi eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak
terjadi, maka.
Program rehabilitasi
Penanganan dislokasi pada sendi bahu dapat dilakukan dengan melakukan program
rehabilitasi. Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif
Manajemen dan Operatif manajemen.
a. Non operatif Rehabilatation
Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi
sendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari
maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan
komponen penting dalam program rehabilitasi.
Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,dan
Distrak.Immobilisasi tergantung umur
kurang dari 20 tahun 3-4 minggu
20-30 tahun 2-3 minggu
Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.
Lebih dari 40 tahun 3-5 hari
Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedur
rehabilitasi yang telah ditetapkan.
b. Operatif Treatment
Tujuan utama rehabilitasi adalah
Menjaga integritas stabilitasi bedah kore
Memulihkan ROM fungsional secara full
Meningkatkan stabilitas Dynamik
Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga
Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu. Pemerikasaan
tambahan spesifik
Problematik Fisioterapi
a. Nyeri gerak
b. Keterbatasan ROM
c. Kelemahan otot
d. Gangguan ADL
e. Advance Aktivitas/Atlet
Tujuan Fisioterapi
Jangka pendek
a. Mengurangi Nyeri gerak
b. Meningkatkan ROM
c. Meningkatkan kekuatan otot
d. Meningkatkan fungsi ADL
e. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal
Jangka panjang
Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
BAB VI
FRAKTUR PADA CLAVICULA
1. Fraktur klavikula
3. Teknologi Fisioterapi
1) Breathing Exercise
Adanya latihan nafas, diharapkan pertukaran oksigen dalam paru menjadi lebih lancar
sehingga kadar oksigen dalam darah tinggi. Apabila tubuh melakukan suatu kerja maka
kebutuhan suplai oksigen dipastikan akan meningkat pula. Oksigen yang dibutuhkan, dibawa
oleh peredaran darah yang dikendalikan oleh jantung. Dengan kata lain kebutuhan oksigen
tubuh dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar oksigen yang terkandung dalam aliran
darah dan kelancaran aliran darah yang membawanya. Pada pasien paska operasi yang
menggunakan biusan secara general biasanya kedua hal tersebut mengalami gangguan.
Breathing Exercise dilakukan dengan tujuan peningkatan kadar oksigen dalam darah yang
mana bila tubuh membutuhkan maka paru-paru tidak perlu meningkatkan frekuensi
pernafasannya untuk memperbanyak kadar oksigen dalam darah. Apabila hal itu gagal/masih
belum mencukupi maka, jantung harus mengkompensi kebutuhan tersebut dengan
meningkatkan frekuensi pemompaaan (terasa berdebar-debar). Apabila keaadan diatas tidak
mencukupi untuk mensuplai kebutuhan oksigen, maka yang terajadi adalah otak akan
mengalami kekurangan oksigen sehingga terasa pusing. Dengan Breathing Exercise
diharapkan semua kemungkinan timbulnya pusing (adanya Hipotensi Ortostatik) dapat
dikurangi/hilang (Kisner, 1996 ).
2) Relaxed Passive Exercise
Gerakan pasif yang dilakukan oleh kekuatan dari luar atau terapis secara lambat, terus
menerus dan hanya pada batas nyeri. Jika penderita sudah merasa nyeri pada ROM tertentu
maka gerakan harus dihentikan. Efek yang diperoleh dari relaxed passive movement adalah :
memelihara ROM, mencegah kontraktur, memlihara integritas dari jaringan lunak dan
elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah vena, meningkatkan produksi cairan synovial
dan nutrisi kartilago sendi, memelihara pola gerak,fungsional, mengurangi rasa nyeri
( Gardiner, 1981).
3) Free Active Exercise
Latihan gerak aktif merupkan gerakan yang terjadi akibat dari kerja otot otot anggota tubuh
itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan atau tahanan yang berasal dari luar,
kecuali gravitasi. Efek yang dihasilkan dari terapi ini adalah : (1) mendidik system
neuromuskuler, yaitu otototot yang sedang bekerja pada suatu gerakan dapat terangsang
sehingga dapat membuat gerakan menjadi disadari, (2) merangsang daya ingat pasien dengan
cara melihat gerakan yang dilakukan, (3) menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri
pasien untuk berani menggerakkan anggota tubuh yang sakit tersebut, (4) memelihara dan
meningkatakan LGS, (5) meningkatkan kekuatan otot ( Kisner, 1996 ).
4) Latihan Kesimbangan Duduk
Dilakukan sebagai persiapan pasien ke arah fungsionalnya, apabila pasien dapat duduk
diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap orang lain dalam malakukan
aktifitas, terutama perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
3. Tortora GJ, Grabowski SR. Structure and function of skin. [Online]. 2010 [Cited
2010 April 20] Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-
care/education/wound-essentials/structure-and-function-of-the-skin.aspx
4. Wound Care Solutions Telemedicine. Wounds. [Online]. 2010 [citez 2010 april 31];
Availabel from; URL http://www.woundcaresolutions-
telemedicine.co.uk/wounddefinition.php
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis fisioterapi edisi 7. Jakarta :EGC
KapitaSelektaKedokteran, FKUI Jakarta 2000
FisioterapiMedikalBedah , EGC
ifayana, Aditya. 2013. Laporan Pendahuluan Fraktur.
http://adityadifayana.blogspot.com
/2013/01/laporan-pendahuluan-fraktur.html. Diakses 20 Januari 2014.