Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan menurut umur pada
bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar
Tahun 2014

Jenis Jumlah Berat_Badan Total P


Susu (n) dan Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
Persentasi (< -3SD) (-3SD s/d (-2SD s/d (>2SD)
(%) -2SD) 2SD)
ASI N 0 0 20 0 20
% 0.0% 0.0% 47.6% 0.0% 47.6%
Bukan N 3 1 14 4 22 0.030
ASI % 7.1% 2.4% 33.3% 9.5% 52.4%
Total N 3 1 34 4 42
% 100.0
7.1% 2.4% 81.0% 9.5%
%
Berdasarkan tabel di atas, terdapat perbedaan berat badan antara bayi yang diberi ASI ekskusif
dan bayi yang di beri bukan ASI. Pada bayi yang diberi ASI eksklusif cenderung memiliki berat
badan yang normal (- 2SD s/d 2 SD) yakni terdapat 20 (47.6%) dari 20 bayi yang diberi ASI
ekslusif, hal ini menunjukkan bahwa semua anak yang diberikan ASI ekslusif memiliki gizi yang
baik. Sedangkan pada bayi yang diberi makanan selain ASI cenderung memiliki berat badan
yang bervariasi dimana bayi yang memiliki berat badan yang sangat kurang (< -3 SD) yakni
terdapat 3 (7.1%) dari 22 bayi yang diberi makanan selain ASI, bayi yang memiliki berat badan
yang kurang (-3 SD s/d -2 SD) yakni terdapat 1 (2.4%) dari 22 bayi yang diberi makanan selain
ASI, dan bayi yang memiliki berat badan normal (-2SD s/d 2SD) yakni terdapat 14 (33.3%) dari
22 bayi yang makanan selain ASI, dan bayi yang memiliki berat badan yang lebih (>2 SD) yakni
terdapat 4 (9.5%) dari 22 bayi yang diberi makanan selain ASI.Berdasarkan uji Chi Square dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi p-value sebesar 0.030. oleh karena p-value (0,030) < (0,05),
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan
menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya
Makassar Tahun 2014
Tabel 4.2 Pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan menurut umur pada
bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar
Tahun 2014

Jenis susu Jumlah (n) Panjang_Badan P


dan
Persentasi Sangat Pendek Normal Tinggi
(%) (<-3SD) (-2SD s/d 2SD) (>2SD) Total
ASI N 0 2 18 20
% 0.0% 4.8% 42.9% 47.6%
Bukan ASI N 1 13 8 22 0.002
% 2.4% 31.0% 19.0% 52.4%
Total N 1 15 26 42
% 2.4% 35.7% 61.9% 100.0%

Berdasarkan table di atas, terdapat perbedaan panjang badan antara bayi yang diberi ASI ekskusif
dan bayi yang diberi bukan ASI. Pada bayi yang beri ASI eksklusif cenderung memiliki panjang
badan yang tinggi (>2SD) yakni terdapat 18 (42,9%) dari 20 bayi yang diberi ASI eksklusif.
Sedangkan bayi dengan panjang badan yang normal (-2DS s/d 2SD) yakni terdapat 2 (4.8%) dari
20 bayi yang diberi ASI eksklusif, dan bayi dengan panjang badan yang sangat pendek (<-3SD)
yakni terdapat 0 (0.0%) dari 20 bayi yang diberi ASI eksklusif. Pada bayi yang diberi makanan
selain ASI cenderung memiliki panjang badan yang normal (-2SD s/d 2SD) yakni terdapat 13
(31.0%) dari 22 bayi yang diberi makanan selain ASI. Sedangkan bayi dengan panjang badan
yang tinggi (>2SD) yakni terdapat 8 (19.0%) dari 22 bayi yang diberi makanan selain ASI, dan
bayi dengan panjang badan yang sangat pendek (<3SD) yakni terdapat 1 (2.4%) dari 22 bayi
yang diberi makanan selain ASI. Berdasarkan uji Chi Square dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi p-value sebesar 0.002. oleh karena p-value (0,002) < (0,05), disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap panjang badan menurut umur pada bayi
umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014
Tabel 4.3 pengaruh pemberian susu formula terhadap berat badan menurut umur pada
bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar
Tahun 2014

Jenis Susu Jumlah Berat_Badan Total P


(n) dan Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
Persentasi (< -3SD) (-3SD s/d (-2SD s/d (>2SD)
(%) -2SD) 2SD)
Susu N 3 1 14 4 22
Formula % 7.1% 2.4% 33.3% 9.5% 52.4%
Bukan Susu N 0 0 20 0 20 0.030
Formula % 0.0% 0.0% 47.6% 0.0% 47.6%
Total N 3 1 34 4 42
% 7.1% 2.4% 81.0% 9.5% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas, terdapat perbedaan berat badan antara bayi yang diberi susu formula
dan bayi yang diberi makanan selain susu formula. Pada bayi yang diberi susu formula
cenderung memiliki berat badan bervariasi dimana sebagian besar bayi memiliki berat badan
yang normal (-2SD s/d 2SD) yakni terdapat 14 (33.3%) dari 22 bayi yang diberi susu formula,
Sedangkan bayi yang memiliki berat badan yang sangat kurang (< -3 SD) yakni terdapat 3
(7.1%) dari 22 bayi yang diberi susu formula, bayi yang memiliki berat badan yang kurang (-3
SD s/d -2 SD) yakni terdapat 1 (2.4%) dari 22 bayi yang diberi susu formula, dan bayi yang
memiliki berat badan normal bayi yang memiliki berat badan yang lebih (>2 SD) yakni terdapat
4 (9.5%) dari 22 bayi yang diberi susu formula. Sedangkan ada bayi yang diberi makanan selain
susu formula cenderung memiliki berat badan yang normal (- 2SD s/d 2 SD) yakni terdapat 20
(47.6%) dari 20 bayi yang diberi makanan selain susu formula, hal ini menunjukkan bahwa
semua anak yang diberikan makanan selain susu formula memiliki gizi yang baik. Sedangkan
Berdasarkan uji Chi Square dapat diketahui bahwa nilai signifikansi p-value sebesar 0.030. oleh
karena p-value (0,030) < (0,05), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian
susu formula terhadap berat badan menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas
Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014
Jenis susu Jumlah (n) Panjang_Badan Total P
dan
Persentasi Sangat Pendek Normal Tinggi
(%) (<-3SD) (-2SD s/d 2SD) (>2SD)
Susu N
1 13 8 22
Formula
% 2.4% 31.0% 19.0% 52.4%
Bukan Susu N 0.002
0 2 18 20
Formula
% 0.0% 4.8% 42.9% 47.6%
Total N 1 15 26 42
% 2.4% 35.7% 61.9% 100.0%
Tabel 4.4 pengaruh pemberian susu formula terhadap panjang badan menurut umur pada
bayi umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar
Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, terdapat perbedaan panjang badan antara bayi yang diberi susu
formula dan bayi yang diberi makanan selain susu formula. Pada bayi yang diberi susu formula
cenderung memiliki panjang badan yang normal (-2SD s/d 2SD) yakni terdapat 13 (31.0%) dari
22 bayi yang diberi susu formula. Sedangkan bayi dengan panjang badan yang tinggi (>2SD)
yakni terdapat 8 (19.0%) dari 22 bayi yang diberi susu formula, dan bayi dengan panjang badan
yang sangat pendek (<3SD) yakni terdapat 1 (2.4%) dari 22 bayi yang diberi susu
formula.Sedangkan pada bayi yang diberi makanan selain susu formula cenderung memiliki
panjang badan yang tinggi (>2SD) yakni terdapat 18 (42,9%) dari 20 bayi yang diberi makanan
selain susu formula. Sedangkan bayi dengan panjang badan yang normal (-2DS s/d 2SD) yakni
terdapat 2 (4.8%) dari 20 bayi yang diberi makanan selain susu formula, dan bayi dengan
panjang badan yang sangat pendek (<-3SD) yakni terdapat 0 (0.0%) dari 20 bayi yang diberi
makanan selain susu formula. Berdasarkan uji Chi Square dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi p-value sebesar 0.002. oleh karena p-value (0,002) < (0,05), disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pemberian susu formula terhadap panjang badan menurut umur pada bayi
umur 0 6 bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014
Tabel 4.5Analisa perbandingan berat badan menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan
dengan pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula di Puskesmas Tamalanrea
Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014

Jenis Susu Jumlah (n) Berat Badan P OR


dan (95%CI)
Persentasi Tidak
(%) Normal Normal Total
ASI Eksklusif N 20 0 20 1.571
% 47.6% 0.0% 47.6% 0.003 (1.146-2.155)
Susu Formula N 14 8 22
% 33.3% 19.0% 52.4%
Total N 34 8 42
% 81.0% 19.0% 100.0%
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa proporsi bayi umur 6 bulan dengan berat badan
normal banyak terdapat pada bayi yang diberikan ASI eksklusif (47.6%) dibandingkan bayi yang
diberi susu formula (33.3%). Nilai OR = 1,571, artinya pemberian ASI eksklusif merupakan
faktor yang berpengaruh untuk mengalami pertumbuhan normal, dimana bayi yang mendapat
ASI eksklusif berpeluang mengalami pertumbuhan normal 1,571 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, serta diperoleh 95% CI (1.146-2.155)
dimana pada 95% CI tidak mengandung nilai odds ratio> 1 sehingga menunjukan adanya
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula dengan berat badan pada
taraf signifikansi 5 %. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p= 0,003 (p<0,05).
Berdasarkan hasil statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perbandingan
berat badan menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan dengan pemberian ASI Eksklusif dan
pemberian susu formula
Tabel 4.6Analisa perbandingan panjang badan menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan
dengan pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula di Puskesmas Tamalanrea
Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014

Jenis Susu Jumlah (n) Panjang Badan P OR (95%CI)


dan
Persentasi
(%) Normal Tinggi Total
ASI Eksklusif N 2 18 20 0.063
% 4.8% 42.9% 47.6% 0.000 (0.012-0.347)
Susu Formula N 14 8 22
% 33.3% 19.0% 52.4%
Total N 16 26 42
% 38.1% 61.9% 100.0%

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi bayi umur 6 bulan dengan panjang badan
normal banyak terdapat pada bayi yang diberikan susu formula (33.3%) dibandingkan bayi yang
diberi susu formula (4.8%). Nilai OR = 0.063, artinya yang mendapat ASI eksklusif berpeluang
mengalami pertumbuhan normal 0,063 kali lebih kecil jika dibandingkan dengan bayi yang
diberi susu formula, serta diperoleh 95% CI (0.012-0.347) dimana pada 95% CI tidak
mengandung nilai odds ratio 1 sehingga menunjukan adanya hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dan pemberian susu formula dengan panjang badan pada taraf signifikansi 5 %. Hasil
uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil statistik
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perbandingan panjang badan menurut
umur pada bayi umur 0 6 bulan dengan pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula
B. Pembahasan
Bagian ini penulis akan memaparkan tentang pembahasan antara hasil penelitian dengan
teori yang sudah ada dan analisis dari peneliti. Di dalam pembahasan ini antara lain hasil
peneliti dan teori dibandingkan untuk mencapai titik temu ataupun kesenjangan dan
kemudian akandibahas

1. Berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif

Tabel 4.1 Gambaran Berat Badan Bayi Umur 0 6 Bulan yang Diberi ASI
Eksklusif atau Bukan ASI di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya
Makassar Tahun 2014, menunjukkan seluruh bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki
status gizi baik yaitu 20 bayi (47,6%),
Berdasarkan uji Chi Square dapat diketahui bahwa nilai signifikansi p-value
sebesar 0.030, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif terhadap berat badan menurut umur pada bayi umur 0 6 bulan di
Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014
Pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi berat badan pada anak dengan
beberapa mekanisme biologis. Bayi yang diberikan ASI dapat mengatur jumlah susu yang
dikonsumsi. Kemampuan mengatur asupan energi berhubungan dengan kemampuan
menghisap dan respons internal dalam menyadari rasa kenyang. ASI mengandung zat
gizi berkualitas tinggi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
bayi ASI, ASI juga mudah dicerna karena mengandung enzim enzim untuk
mencernakan zat zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. Bayi yang diberi ASI
memiliki konsentrasi hormon leptin lebih seimbang daripada bayi yang diberi susu
formula. Leptin berperan dalam mengatur keseimbangan energi melalui pengaturan selera
makan. Jika terdapat energi tersimpan yang berlimpah, dihasilkan leptin dalam jumlah
besar. Leptin bekerja dengan cara mengahmbat jalur anabolisme dan memicu jalur
katabolisme. Hasil akhir dari leptin adalah mengurangi asupan makanan dan
meningkatkan pengeluaran energi. Maka Pada penelitian ini bayi yang diberi ASI
eksklusif cenderung memiliki status gizi yang baik karena disebabkan gizi
yangCukup dan mudah diserap yang diperoleh bayi dalam ASI.(1)
Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Naori Atika
Di Desa Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2014 bahwa ada perbedaan
secara bermakna pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap status gizi bayi
usia 7-12 bulan. Dimana bayi dengan status gizi baik, lebih banyak terjadi pada bayi
yang diberikan ASI eksklusif sejumlah 15 bayi (88,%) dibandingkan bayi yang
diberikan susu formula sejumlah 6 bayi (35,3%).(2)

2. Pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap panjang badan menurut umur pada bayi
umur 6 bulan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan dari 42 subjek
yang diteliti terdapat 47.6% yang diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, dari
47.6% tersebut terdapat 4.8% yang masuk pada kategori dengan panjang
badan yang normal, 42.9% masuk pada kategori dengan panjang badan yang
tinggi dan 0.0% didapatkan pada kategori dengan panjang badan sangat
pendek.
Berdasarkan hasil uji hubungan dengan menggunakan SPSS dengan
uji Chi Square test, didapatkan nilai signifikansi p-value sebesar 0.002 dan oleh
karena nilai p yang didapat lebih kecil dari nilai a ( 0.002 < 0.005 ) dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bayi yang
diberikan ASI ekslusif terhadap peningkatan panjang badan bayi.
Kalsium mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan
rangka, kadar kalsium dalam susu formula lebih besar yaitu 50-140 mg dalam
100 ml susu formula sedangkan kadar kalsium dalam ASI sebesar 35 mg dalam
100 ml ASI. Kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi,tapi tingkat
penyerapannya lebih besar dan inilah yang dibutuhkan bayi karena ginjal bayi
belum dapat mengkonsentrasi urine dengan baik. Maka pada penelitian ini bayi
yang diberi ASI eksklusif cenderung memiliki panjang badan yang tinggi
karena adanya enzim pada ASI yang membantu penyerapan kalsium secara
maksimal.(3)
Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
C.Agostoni mengenai Growth patterns of breast fed and formula fed infants in
the first 12 months of life: an Italian study yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif terhadap panjang badan
(p = 0.45)(4)
Tabel 4.2 menunjukkan. 42,9% bayi yang diberi ASI eksklusif cenderung
memiliki panjang badan dengan interpretasi tinggi, dan 4.8% memiliki panjang badan
normal.
Berdasarkan uji Chi Square dapat diketahui bahwa nilai signifikansi p-
valuesebesar 0.002. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pemberian ASI Eksklusif terhadap panjang badan menurut umur pada bayi umur 0 6
bulan di Puskesmas Tamalanrea Kecamatan Biringkanaya Makassar Tahun 2014
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kalsium yang mempunyai fungsi
untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, kadar kalsium dalam susu formula lebih
besar yaitu 50-140 mg dalam 100 ml susu formula sedangkan kadar kalsium dalam
ASI sebesar 35 mg dalam 100 ml ASI. Kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu
sapi,tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Ini dibutuhkan karena ginjal bayi belum
dapat mengkonsentrasi urine dengan baik.Maka Pada penelitian ini bayi yang diberi
ASI eksklusif cenderung memiliki panjang badan yangtinggi karena disebabkan
kadar kalsium yang mudah untuk di serap yang diperoleh bayi dalam ASI.(3)
Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
C.Agostoni mengenai Growth patterns of breast fed and formula fed infants in the
first 12 months of life: an Italian study yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara pemberian ASI eksklusif terhadap panjang badan (p = 0.45)(4)

Anda mungkin juga menyukai