Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas nomor: 20 Tahun 2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah melalui usaha peningkatan proses belajar mengajar di semua jenjang pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia perlu dilihat beberapa unsur yang mempengaruhinya, seperti kurikulum, isi pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi, kualitas guru, sarana dan prasarana sekolah dan buku ajar. Saat ini telah diberlakukannya Kurikulum 2013 yang mana model pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan lima langkah pembelajaran, yaitu: mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pasal 1 (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan juga telah menjelaskan bahwa kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karenanya, Pembelajaran yang paling tepat diterapkan adalah pembelajaran melalui eksperimen (Kemendikbud. 2013). Dengan demikian, sebagai penunjang pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum 2013 (khususnya pada pembelajaran IPA), keberadaan perangkat laboratorium menjadi sangat penting. Kegiatan berlaboratorium akan memberi peran yang sangat besar terutama dalam membangun pemahaman konsep, verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep, menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah dan kemampuan afektif siswa), dan menumbuhkan rasa suka terhadap pelajaran IPA (Koretsky, dkk., 2011). Karena hakikat belajar ilmu sains tidak cukup sekedar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan/praktikum dan penelitian ilmiah. Subagyo, Y. Wiyanto dan Marwoto (2008:42) menyatakan Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Tujuan utama praktikum adalah untuk melatih peserta didik bekerja sesuai prosedur ilmiah guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai ilmiah (Depdiknas, 2004). Metode yang paling efektif dalam kegiatan praktikum, adalah kegiatan praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model model pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar, membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan sendiri. Di dalam model ini juga tercakup penemuan makna, organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan. Kegiatan praktikum yang berbasis inkuiri terbimbing adalah pusat dari pembelajaran sains dimana siswa dilibatkan dalam perumusan masalah, pembuatan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan self consept pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, dan mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka (Wahyudi, 2013). Model pembelajaran inkuiri terbimbing( guided inquiry laboratory) menekankan bahwa siswa secara aktif dapat mengkontruksi pengetahuan melalui penyelidikan ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hendryarto (2012) bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry siswa menjadi lebih aktif. Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran berpikir secara bebas (Dahar, 2011). Menurut Wenning (2010), guided inquiry laboratory mempunyai ciri khusus yakni adanya kegiatan pre-lab (dimana siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan untuk membangun suatu konsep) kegiatan pre-labdimaksudkan untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan membantu mereka memahami konsep, tujuan pembelajaran serta proses untuk melakukan penyelidikan. Multiple leading question adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk menuntun siswa menyusun prosedur percobaan yang akan dilakukan. Guru memberikan kelonggaran waktu bagi siswa untuk memformulasikan, memproses dan menjawab berbagai pertanyaan, sehingga siswa dapat menemukan konsep yang diharapkan. Metode inkuri terbimbing (Guided inquiry laboratory) terdiri dari 5 sintaks (tahapan pembelajaran), yaitumengorientasikan siswa terhadap suatu fenomena, mengidentifikasi masalah yangmuncul dari fenomena, merumuskan masalah dari identifikasi, merumuskan hipotesis(Observation), mengorganisasikan siswa untuk merancang percobaan dan melakukan percobaan (manipulation), melakukan pengamatan terhadap hasil percobaan (generalization), mengkomunikasikan hasil pengamatan kepada kelompok lain (verification), dan menyelesaikan soal-soal penerapan dikehidupan sehari-hari (application) yang terdapat dalam LKS. Kelebihan inkuri terbimbing (guided inquiry laboratory) mampu melatih siswa secara independen untuk merancang, mengembangkan dan melaksanakan eksperimen serta mengumpulkan data hasil eksperimen (Wenning, 2005). Menurut Toharudin (2011) aspek yang perlu dimasukkan dalam menyusun modul sains adalah: 1) Modul sains harus memiliki dasar, prinsip yang mewarnai atau melandasinya, sehingga siswa dapat mengembangkan beberapa keterampilan, diantaranya adalah keterampilan proses, kemampuan berinquiry yang disesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan siswa,kemampuan berpikir; 2) Memiliki tujuan yang jelas, yaitu membantu siswa untuk membangun kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang didasarkan pada kompetensi inti, kompetensi dasar dan penjabaran indikator; 3) Memperhatikan kebenaran dan keakuratan suatu konsep; 4) Modul mengacu pada Kurikulum; 5) Modul yang akan dikembangkan sebaiknya dapat menarik minat siswa; 6) Modul hendaknya dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa, sehingga terdorong untuk mempelajarinya; 7) Modul disertai dengan ilustrasi dan contoh; 8) Penggunaan bahasa yang komunikatif, logis dan sistematis; 9) Materi yang disusun dalam modul sebaiknya memiliki kontekstualitas dan kemutakhiran yang kuat; 10) Modul yang baik tidak harus mebedakan-bedakan individu satu dengan yang lainnya; 11) Memantapkan nilai-nilai yang berlaku. Modul pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Kelebihan inkuri terbimbing (guided inquiry laboratory) mampu melatih siswa secara independen untuk merancang, mengembangkan dan melaksanakan eksperimen serta mengumpulkan data hasil eksperimen (Wenning, 2005). Penelitian tentang pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dan pengembangan berpikir kritis sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Siti menyimpulkan bahwa praktikum berbasis inkuiri terbimbing dalam materi hidrolisis garam dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, dan Hidayat (2007) menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri wheel pada meteri laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.