PENDAHULUAN
b. Oksidasi Reduksi
Titrasi oksidimetri adalah titrasi yang menggunakan reaksi oksidasi-reduksi
sebagai dasarnya. Reaksi ini melibatkan transfer elektron. Istilah oksidasi mengacu
pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling mengompensasi satu sama lain. (Underwood :1986)
Yang dimaksud dalam golongan ini adalah titrasi dengan Iodin (iodimetri)
dan Thiosulfat (iodometri). Zat-zat yang bersifat pereduksi, dapat langsung ditritasi
dengan iod.
H2SO3 + I2 + H2O H2SO4 + 2KI
Zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam akan membentuk iod
dan KI.
K2Cr2O7 + 6KI + 14HCl 3I2 + Cr2Cl3 + 7H2O + 8KCl
Kemudian iod yang terbentuk tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan
Thiosulfat.
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Kelebihan iod akan menyebabkan larutan menjadi kuning, sehingga
digunakan larutan kanji sebagai penunjuk, dimana kanji dengan iod akan
membentuk warna biru. Dengan demikian maka disarankan penambahan larutan
Thiosulfat dilakukan tetes demi tetes. Sebagaimana persamaan reaksi diatas, bobot
setara (BST) iod dengan Thiosulfat adalah sebagai berikut :
2Na2S2O3 = I2 + 2H+
1 grek I2 = gram mol
1 grek S2O3 = 1 gram mol
1.2.3.1. Reaksi Redoks
+7 +2
MnO + Cl- Mn2+ + Cl2
-1 0
+7 +2
MnO + Cl- Mn2+ + Cl2
-1 0
+7 +2
MnO + Cl- Mn2+ + Cl2
-1X2 0
+7 +2
MnO + Cl- Mn2+ + Cl2
5. Menuliskan jumlah yang terlibat-2 0
+5e- -2
+7 +22+
- 5
Jadi valensi MnO4- adalah MnO + Cl
yang Mndibagi
terlibat + Cldengan
2 koefisiennya = =5
-2 0 1
b. Aturan setengah sel -2e-
Menurut cara ini redoks dipecah menjadi dua buah reaksi. Setengah reaksi
oksidasi dan setengah reduksi. Suatu setengah reaksi menyatakan dari jumlah
reaksi. Tahap-tahap setengah reaksi :
Cr2O72- + 14 H+ + 2S2O32- 2Cr3+ + 7H2O + S4O62-
Tuliskan dua buah setengah reaksi yang belum setara, satu untuk spesies yang
dioksidasi dan hasilnya setara satu untuk spesies yang direduksi dengan hasilnya.
R = Cr2O72- Cr3+
O = S2O32- S4O62-
1. Menyetarakan jumlah atom unsur-unsur diruas kiri dan kanan (kecuali H dan O)
R = Cr2O72- 2Cr3+
O = 2S2O32- S4O62-
2. Menyetarakan atom oksigen dan hidrogen. Untuk larutan asam atom O
disetarakan dengan menambahkan H2O ruas yang kekurangan O dan atom
H disetarakan dengan menambahkan ion H+ pada ruas kekurangan yang
kekurangan atom H. Jika larutan basa, diasamkan terlebih dahulu.
R = Cr2O72- + 14 H+ + 6 2Cr3+ + 7H2O
O = 2S2O32- S4O62- + 2
3. Menyetarakan jumlah muatan listrik dengan menambahkan pada ruas yang
mewakili jumlah muatan yang lebih besar.
R = Cr2O72- + 14 H+ + 6 2Cr3+ + 7H2O
O = 2S2O32- S4O62- + 6
2
4. Menentukan valensi zat yang diinginkan. Misalnya Cr2O 7 mempunyai valensi
2
muatan dibagi dengan koefesien Cr2O 7 = 6/1 = 6
CH2OH-CHOH-CH-COH=COH-C=O + I2
CH 2OH-CHOH-CH=C-C-C=O + 2H+ + 2I-
2
Dari reaksi di atas, diketahui valensi dari asam askorbat yaitu 2 , sehingga
1
asam askorbat yang bobot molekulnya 176 ini, mempunyai Bst 88. Rumus
strukturnya sebagai berikut:
O
HO C HO
O
H
3-okso-L-gulofuranolakton
Warna larutan 0,1 N iodium cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja
sebagai indikator sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung
yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetrakolrida atau kloroform dan
kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi
lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru tua dari kompleks
kanji-iodium dipakai untuk suatu uji yang sangat peka terhadap iodium. Kepekaan
lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar
dengan adanya ion iodida. ( Underwood : 1986 )
Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks berwarna tidak
diketahui. Akan tetapi molekul iodium ditahan pada permukaan -amilosa (sebuah
unsur dari kanji). Unsur kanji yang lain, -amilosa, atau amilopektin, membentuk
kompleks kemerah-merahan dengan iodium, yang tidak mudah dihilangkan
warnanya. Karena itu kanji yang mengandung banyak amilopektin tidak boleh
dipakai. Selain itu, kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji
hendaknya dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan naiknya temperatur
dan oleh beberapa bahan organik, seperti metil etil alkohol. (Eistien : 2006)
6e
valensinya, yaitu = 6
1
BAB II
METODOLOGI
PENGOLAHAN DATA
Bobot 1
Berat Bst.Asam
tablet V.Sampel V.Iod
sampel askorbat
sampel (ml) (ml)
(mg) (C6H8O6)
(mg)
10 3,4
2036 1203 88
10 3,5
3.3. Pembahasan
Pada titrasi pertama larutan Thio berubah menjadi warna kuning, hal ini
disebabkan adanya I2 yang mereduksi Na2S2O3. Reaksinya adalah:
Penambahan indikator kanji menyebabkan larutan berubah menjdi warna cokelat tua,
dimana warna sebelumnya adalah kuning muda. Indikator kanji digunakan sebagai
penunjuk terjadinya akhir titrasi yang ditunjukan pada perubahan warna kuning muda
menjadi hijau, warna ini diakibatkan oleh indikator kanji yang mengikat I 2. Konsentrasi
larutan Thio yang telah distandarisasi adalah 0.0975 N.
Standarisasi yang kedua yaitu standarisasi larutan iod. Pada proses standarisasi
ini berlangsung titrasi iodometri. Larutan standar primer yang digunakan adalah larutan
Thio yang telah distandarisasi. Penunjuk akhir titrasi yang digunakan adalah indikator
kanji. Meskipun larutan iod memiliki warna yang cukup pekat dan dapat berfungsi
sebagai indikator sendiri namun lebih lazim menggunakan indikator ini karena warna
biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Perubahan
warna yang terjadi adalah dari bening menjadi biru. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Kadar vitamin C yang didapat adalah 24,48% sedangkan pada kemasan sampel
Xon-Ce tertera bahwa mengandung 500 mg asam askorbat dengan kadar 24,5%. Hasil
yang diperoleh selisih sedikit karena pada saat penitaran, sangat sulit untuk melihat titik
akhir titrasinya atau dapat pula disebabkan oleh ketidaktelitian pihak pabrik yang
memproduksi Xon-Ce.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi larutan Thio yang telah distandarisasi adalah 0.0975 N.
2. Konsentrasi larutan iod yang telah distandarisasi adalah 0.097 N.
3. Kadar vitamin C yang diperoleh adalah 24,48%.
4.2 Saran
1. Sebaiknya untuk melakukan praktikum ini menggunakan 2 atau 3 sampel
vitamin C agar dapat membandingkannya.
2. Mengikuti prosedur yang telah disetujui oleh pengawas atau pembimbing
praktikum.
3. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi secara teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2001. Penuntun Praktikum Dasar Proses Kimia. Polnes: Samarinda.
PERHITUNGAN
N Thio =
= 0,0975 N
N iod =
= 0,097 N
Penetapan Vitamin C
Kadar Vitamin C =
= x 100%
= 24,48%
= 24,5%
LAMPIRAN 2
Erlenmeyer Buret
Bulp Spatula
Hot Plate dan Stirer Klem dan Statip
Disusun oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Kepala Laboratorium Kimia Dasar
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK KLASIK
LABORATORIUM KIMIA DASAR
PENETAPAN VITAMIN C
Disusun oleh :
Nama : Theresia Wijayanti Marpaung
NIM : 08 614 042
Kelompok :V
Kelas : II-A
PENETAPAN VITAMIN C
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kekuatan serta
kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan akhir ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Alwathan, ST., MSi., selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Samarinda
2. Bapak Syarifuddin Oko, S.Si., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar.
3. Bapak Drs. Harjanto, MSc. selaku dosen pembimbing praktikum.
4. Orang tua penulis yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan penulisan
laporan ini
5. Teman - teman penulis yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis yakin, tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan serta pelajaran di
masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga dari tulisan ini, mampu memberikan manfaat
yang besar.
Penulis