Anda di halaman 1dari 13

84

85
ABSTRAK

86
Margaretha Rahman, 2015. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Panti Tresna Wherda Provinsi Gorontalo.
Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Dian Saraswati, S.Pd, M. Kes
dan Pembimbing II Ns. Rhein Djunaid, S.Kep, M.Kes.
Terapi tertawa merupakan suatu cara untuk membantu seseorang dalam
menghadapi masalah, misalnya stres, marah, dan jenuh. Kecemasan adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tujuan dari
penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada lansia di panti Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Rumusan
masalah pada penelitian ini adakah pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada lansia di panti tresna werdha Provinsi Gorontalo.

Rancangan penelitian pre eksperimen, menggunakan metode pendekatan One


Group Pretest and Posttest Design. Populasi berjumlah 50 lansia. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Non Probability Sampling dan
teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling,
didapatkan 16 lansia sebagai sampel. Instrument yang digunakan yaitu kuisioner
TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).

Analisa data menggunakan Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kecemasan lansia sebelum dilakukan terapi tertawa
didapatkan sebanyak 16 responden yang mengalami kecemasan dan tingkat
kecemasan lansia setelah di berikan terapi tertawa terdapat 14 responden tingkat
kecemasan berubah menjadi normal dan 2 responden tidak mengalami perubahan,
dengan nilai p value 0,000 (<0,05), terdapat pengaruh yang signifikan terapi
tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti sosial tresna
werdha Provinsi Gorontalo

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan ada pengaruh Terapi Tertawa terhadap


penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Gorontalo. Disarankan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo
untuk menerapkan terapi tertawa Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan
kualitas pelayanan lansia dan program baru untuk mengatasi kecemasan pada
lansia.
Kata Kunci : Lansia, Terapi Tertawa, Tingkat Kecemasan.
Daftar Pustaka : 35 referensi (2004-2014)

87
SUMMARY
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
KECEMASAN PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WHERDA
PROVINSI GORONTALO
Margareta Rahman1, Dian Saraswati2, Rhein R. Djunaid3
Email: rahman@yahoo.co.id
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
2. Dosen Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan keolahragaan UNG
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontal
ABSTRAK
Margaretha Rahman, 2015. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Panti Tresna Wherda Provinsi Gorontalo. Skripsi,
Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Dian Saraswati, S.Pd, M. Kes dan Pembimbing
II Ns. Rhein Djunaid, S.Kep, M.Kes.
Terapi tertawa merupakan suatu cara untuk membantu seseorang dalam menghadapi
masalah, misalnya stres, marah, dan jenuh. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak
jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh
terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti Tresna Werdha
Provinsi Gorontalo. Rumusan masalah pada penelitian ini adakah pengaruh terapi tertawa
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti tresna werdha Provinsi
Gorontalo.
Rancangan penelitian pre eksperimen, menggunakan metode pendekatan One Group
Pretest and Posttest Design. Populasi berjumlah 50 lansia. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara Non Probability Sampling dan teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, didapatkan 16 lansia sebagai
sampel. Instrument yang digunakan yaitu kuisioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety
Scale).
Analisa data menggunakan Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kecemasan lansia sebelum dilakukan terapi tertawa didapatkan
sebanyak 16 responden yang mengalami kecemasan dan tingkat kecemasan lansia setelah
di berikan terapi tertawa terdapat 14 responden tingkat kecemasan berubah menjadi
normal dan 2 responden tidak mengalami perubahan, dengan nilai p value 0,000 (<0,05),
terdapat pengaruh yang signifikan terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada lansia di panti sosial tresna werdha Provinsi Gorontalo
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan ada pengaruh Terapi Tertawa terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Gorontalo. Disarankan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo untuk
menerapkan terapi tertawa Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan kualitas
pelayanan lansia dan program baru untuk mengatasi kecemasan pada lansia.

Kata Kunci : Lansia, Terapi Tertawa, Tingkat Kecemasan.

88
PENDAHULUAN
Berdasarkan data badan pusat statistik RI (2012), prevalensi jumlah
penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%.
Gorontalo merupakan provinsi nomor 14 terbanyak dari 33 provinsi di Indonesia
yaitu 5,98% dari total penduduk di Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2012
jumlah Lansia di Indonesia sebesar 7,28% dan pada tahun 2014 menjadi sebesar
11,34% sedangkan jumlah lansia di Gorontalo pada tahun 2009 sebesar 2379
dengan presentase 4,5%, tahun 2010 sebesar 5840 dengan presentase 5,5%, tahun
2012 sebesar 7820 dengan presentase 6% dan tahun 2014 sebesar 8162 dengan
presentase 7,3% (Dinas Sosial, 2014).
Kalangan keluarga menengah ke atas, ada kecenderungan menitipkan
lansia ke panti jompo karena mereka dianggap hanya merepotkan. Meskipun di
panti lansia mendapat perhatian, tetapi tetap saja yang paling dibutuhkan adalah
kasih sayang keluarga, sebab sebenarnya santunan dan perawatan merupakan
langkah yang paling akhir yang dibutuhkan lansia (Hutapea R, 2005)1.
Menurut Tamher & Noorkasiani (2009), bahwa: Semakin meningkatnya
jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup
komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang
paling banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan
kecemasan. Kecemasan termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling
sering muncul (dalam subandi, 2013)2.
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan disertai, respon perilaku, emosi dan
fisiologis(Videbeck, 2008)3.
Videback (2011), mengemukakan bahwa: prevalensi Kecemasan di negara
berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%(dalam Subandi 2013).
Menurut Bureau (2004), bahwa: Angka kejadian gangguan kecemasan di
Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (dalam Subandi
2013)4.
Penatalaksanaan kecemasan melalui beberapa metode, yaitu terapi somatik,
terapi psikoreligius, dan psikoterapi. Terapi somatik merupakan gejala atau
keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasaan yang berkepanjangan. Terapi psikoreligius untuk meningkatkan
keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan
dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial, Psikoterapi terbagi menjadi 5 yaitu, psikoterapi digunakan tergantung
dari kebutuhan individu, psikoterapi re-edukatif, psikoterapi re-konstruktif,
psikoterapi re-kognitif dan psikoterapi psikodinamik. Secara garis besar
penanggulangan stres dapat juga dilakukan dengan terapi farmakologi dan non-
1
Hutapea, Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : Dian Rakyat, 2005
2
Subandi, Lestari R & Suprianto T, Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Tingkat Ansietas
Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan, Hal 20-24, 2013
3
Videbeck, LS, Buku Ajar Keperwatan Jiwa, Jakarta : ECG. 2008
4
Subandi, Lestari R & Suprianto T, Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Tingkat Ansietas
Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan, Hal 20-24, 2013

89
farmakologi, dimana terapi farmakologi untuk terapi cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transitter (sinyal
pengantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system) dan non-farmakologi,
dimana pada terapi non-farmakologi salah satunya terdapat terapi tertawa.
Terapi tertawa merupakan suatu cara untuk membantu seseorang dalam
menghadapi masalah, misalnya stres, marah, dan jenuh. Tertawa tentu membuat
siapapun yang melakukannya merasa lega, lapang, dan bahagia. Tertawa juga
merupakan bentuk emosi positif yang mudah menular (Baihaqi, 2008)5.
Di Provinsi Gorontalo terdapat dua panti sosial yang memberikan pelayanan
dan penyantunan lanjut usia yaitu Panti Tresna Wherda Ilomata Kota Gorontalo
dan Panti Tersna Wherda Beringin Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan data yang
tercatat, lanjut usia yang tinggal di PSTW Ilomata Kota Gorontalo 35 orang dan di
PSTW Beringin Kabupaten Gorontalo 15 orang.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
hasil observasi dan wawancara lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan
yang jauh dengan sanak keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan
rindu dengan keluarga meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman
sebaya, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang
lain, takut menghadapi kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang
menangis sendiri mengingat masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan
meskipun bukan keluarga mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang
berada di panti tersebut seperti, seringkali melamun, duduk bersama-sama tapi
saling diam dan sibuk dengan pikiran serta perasaan masing-masing.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Pre Eksperimen dengan one group pre-test and
post-test design, yang membandingkan tingkat depresi pada lansia sebelum dan
sesudah di berikan terapi tertawa.
Polpulasi pada penelitian ini adalah lansia yang ada dipanti Tresna Werdha
Provinsi Gorontalo sebanyak 50 lansia.
Dari data tentang populasi diatas akan diseleksi kriteria sampel yang terdiri
dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara Non Probability Sampling dan teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu tekhnik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti
(Setiadi, 2013)6.
TEKHNIK ANALISA DATA
1) Analisa Univariat
Setiap variabel independen dan variabel dependen dianalisis dengan statistika
deskriptif yaitu presentase untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh
terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti
Wherda Provinsi Gorontalo.

5
Baihaqi, T.A, Terapi Tawa Ala Rasulullah. Yogyakarta: Darul Ikhsan,2008
6
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

90
2) Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yaitu
pengaruh tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di panti
tresna wherda Provinsi Gorontalo. Kedua variabel berupa skala ordinal yang
terdiri dari dua kelompok yang dilakukan secara berulang sehingga
menggunakan uji statistic Wilcoxon.
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia `
No Usia Jmlh (n) (%)

1 61 - 65 Thn 6 37,5
2 > 65 Thn 10 62,5
Total 16 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa usia terbanyak yaitu usia > 65 Tahun
dengan jumlah 10 responden (62,5%) dan usia 61 - 65 tahun dengan jumlah 6
responden (37,5%).
2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jmh (n) %
1 Perempuan 14 87,5
2 Laki-laki 2 12,5
Total 16 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 2 responden (12,5%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 14 responden (87,5%)
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat kecemasan Sebelum
Dan Setelah Diberikan Terapi Tertawa Pada lansia di Panti Tresna Werdha
Provinsi Gorontalo

Sebelum Terapi Tertawa Setelah Terapi Tertawa


Tingkat
n % Tingkat Kecemasan n %
Kecemasan
Cemas 16 1000 Cemas 2 12,5
Tidak 0 0 Tidak Cemas 14 87,5
Cemas
Total 16 100 Total 16 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan responden pada
saat pretest yang masuk dalam kategorik cemas 16 (100,0) sedangkan setelah
diberi perlakuan (posttest) mengalami peningkatan yaitu untuk kategorik tidak
cemas 14 responden (87,5) dan untuk kategorik cemas 2 responden (12,5).
Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan pengaruh
terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Panti Tersna
Werdha Provinsi Gorontalo adalah uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
4. Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test

91
Median
N P (Value)
(Maximum-Minimum)
Sebelum diberi 16 - 0,000
Terapi Tertawa

Setelah diberi 16 2.00 (1-2)


Terapi Tertawa

Sumber : Data Primer 2015


Berdasarkan table 4 analisis uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan hasil (p=value) sebesar 0.000, dengan demikian nilai probabilitas
0.000 lebih kecil daripada <0.05 maka dengan ini H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya terdapat pengaruh Terapi Tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo.

PEMBAHASAN
1. Tingkat kecemasan sebelum Terapi Tertawa
Sesuai dengan hasil pretest di dapatkan lansia di panti tresna werdha Provinsi
Gorontalo yang mengalami kecemasan 16 responden (100%). Hal ini di sebabkan
dari jawaban kuisioner responden yaitu responden sering merasa tegang saat
bekerja, merasa khawatir jika memikirkan masalah, sering mengalami mimpi yang
menakutkan pada waktu tidur malam hari, tidak bisa tidur karena
mengkhawatirkan sesuatu, mudah sekali berkeringat tapi tidak panas, mudah
menangis, dan seringkali mencemaskan terhadap sesuatu hal atau seseorang.
Serupa dengan hasil penelitian diatas, adanya permasalahan kecemasan pada
lanjut usia ini berkaitan dengan perubahan alamiah yang terjadi pada lanjut usia
baik dari segi fisik dari fungsi, psikologi serta sosial.
Berdasarkan teori diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
kecemasan tidak dapat terlepas dari kehidupan khususnya lansia, dengan berbagai
permasalahan yang mereka hadapi dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai
tingkat kecemasan. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil kuesioner yang
ditanyakan oleh peneliti kepada lansia bahwa kebanyakan para lansia sering
merasa tegang saat bekerja, merasa khawatir jika memikirkan masalah, sering
mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur malam hari, tidak bisa tidur
karena mengkhawatirkan sesuatu, mudah sekali berkeringat tapi tidak panas,
mudah menangis, dan seringkali mencemaskan terhadap sesuatu hal atau
seseorang.

2. Tingkat Kecemasan Setelah Terapi Tertawa


Sesuai dengan hasil Postest di dapatkan 16 responden di panti tresna werdha
Provinsi Gorontalo yang mengalami kecemasan berubah menjadi normal
sebanyak 14 responden (87,5%). Menurut peneliti hal ini terjadi karena responden
tersebut merasakan perubahan dan merasa senang setelah melakukan Terapi
Tertawa. Hal ini juga dapat dilihat dari jawaban responden, antara lain yang
awalnya sering merasa tegang saat bekerja, merasa khawatir jika memikirkan

92
masalah, ataupun sering kali mencemaskan terhadap suatu hal atau seseorang, dan
tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan sesuatu, setelah diberikan terapi tertawa
yang dapat menyelesaikan masalah dari responden sehingga membuat responden
merasa tenang, dan tidak merasa tegang lagi. Hal ini didukung oleh teori yang
dikemukakan Andol (2009)7, mengatakan bahwa Terapi Tertawa merupakan
metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa dalam rangka membantu
individu menyelesaikan masalah mereka, baik dalam bentuk gangguan fisik
maupun gangguan mental. Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai cara, salah
satunya dengan Terapi Tertawa. Penggunaan Terapi Tertawa akan menghasilkan
perasan nyaman pada individu. Ini disebabkan tawa secara alami menghasilkan
pereda kecemasan dan rasa sakit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden tidak mengalami
perubahan kecemasan sebanyak 2 responden (12,5%). Menurut peneliti, 2
responden yang tidak mengalami perubahan disebabkan oleh stresor yang muncul
dari dalam diri responden yaitu responden tidak mau bersosialisasi dengan yang
lainnya, tidak dapat menyesuaikan diri, dan tidak bersemangat saat diajak tertawa,
menurut peneliti responden yang tidak bersemangat saat melakukan terapi tertawa
dapat mempengaruhi psikologi tubuh untuk mengurangi kecemasan karena
responden yang tidak bersemangat dalam terapi tertawa tidak akan terjadi
peransangan pengeluaran zat kimia positif seperti endorphin, scrotin dan
melatonin dimana ketiga zat tersebut yang dapat berdampak pada psikologis
tubuh untuk mengurangi kecemasan. Dan dilihat dari jawaban kuisioner,
walaupun setelah melakukan terapi tertawa, responden tidak mengalami
perubahan, masih tetap merasa khawatir, cemas, tegang, tidak bisa tidur, dan
mudah menangis sehingga stressor yang muncul dalam diri responden
menyebabkan responden tetap tidak mengalami penurunan kecemasan.
Hanun, (2011) menyebutkan ada empat macam stresor yang dapat membuat
seseorang mengalami stres diantaranya adalah stressor yang muncul dari diri
individu, stresor yang muncul dari hubungan sosial, stressor yang muncul dari
lingkungan dan stresor yang muncul dari pekerjaan individu.
Penelitian ini didukung oleh teori Prasetyo, (2011)8 jika seseorang yang
mengalami stres, cemas dan tidak ada waktu untuk sekedar tertawa serta hanya
berperilaku murung maka akan mengakibatkan pengurangan oksigen dalam darah,
sel-sel darah menjadi lapar dan kosong. Otak yang dialiri darah yang beroksigen
tinggi akan bekerja lebih baik dari pada saat kekurangan oksigen, dan hidup tidak
pernah tertawa merupakam sesuatu yang produktif dan akan mengarah pada hal-
hal yang destruktif seperti stres dan cemas.
Berdasarkan teori diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
apabila penyesuaian dirinya baik maka masalahpun dapat diatasi dan tentunya
masalah kecemasanpun dapat berkurang. Selain itu latihan tertawa pada saat
mengalami kecemasan yang tepat dengan cara berlatih tertawa pada saat
mengalami masalah psikologis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menurunkan tingkat kecemasan.
7
Andol. Terapi Tertawa, 2009.
8
Prasetyo, A. R & Nurtjahjanti Herlina, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat
Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2011.

93
3. Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia
di Panti Tresna Werdha Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh Terapi Tertawa terhadap penurunan
tingkat kecemasan di Panti Tresna Werdha Provinsi Gorontalo di dapatkan bahwa
nilai (p=value) sebesar 0.000 lebih kecil daripada <0.05, Artinya terdapat
pengaruh Terapi Tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo.
Hasil yang didapatkan setelah perlakuan (Posttest) didapatkan hasil bahwa
terjadi perubahan terhadap kecemasan responden dengan data yang diperoleh pada
saat posttest terdapat 16 responden yang termasuk dalam kriteria cemas, kemudian
setelah diberi perlakuan responden yang dalam kriteria berubah menjadi kriteria
normal hanya 14 responden.
Menurut peneliti, adanya pengaruh Terapi Tertawa terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada lansia tersebut, karena Terapi Tertawa dapat mengatasi
permasalahan psikologis lanjut usia terutama kecemasan dengan cara memberikan
stimulus humor dan sengaja berlatih tertawa. Hal ini didukung oleh teori menurut
Waybaum dan Hodgkinson dalam jurnal Ruspawan (2011), bahwa ketika otot
wajah bergerak, maka akan terjadi mekanisme hormonal di otak, selanjutnya otot-
otot wajah berperan sebagai pengikat pada pembuluh darah dan mengatur aliran
darah ke otak. Aliran darah ini mempengaruhi temperature di otak dan perubahan
temperatur di otak ini berhubungan dengan perasaan subyektif yang dialami
seseorang.
Hal tersebut juga serupa dengan penjelasan dokter yang juga President
Director dari Institute for Cognitive Research, dr. H Yul Iskandar, Ph.D, Psikiater
dari Rumah Sakit Khusus Darma Graha, Jakarta dalam Andol (2009), menyatakan
bahwa ketika seseorang tertawa maka tubuhnya akan menghasilkan zat baik
seperti melatonin, endofrin, dan serotonin yang menekan kortisol, adrenalin serta
radikal bebas. Serotonin menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah yang
akhirnya akan meningkatkan peredaran O2 keseluruh tubuh. Serotonin normalnya
menimbulkan dorongan bagi system limbik untuk meningkatkan perasaan
seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu
makan yang baik, dorongan seksual yang baik, dan keseimbangan psikomotor.
Pada saat tertawa, akan terjadi rangsangan efektif pada sebagian besar otot
mulut. Saat mulut terbuka dan tertutup ini, ada suatu dorangan untuk mengisap
udara yang cukup, sehingga dapat menangkap lebih banyak oksigen. Oksigen ini
akan dialirkan ke seluruh tubuh dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah oksigen
yang cukup banyak dalam sistem peredaran darah memberikan dampak pada
pengaruh temperatur di otak yaitu dapat mendinginkan otak. Hal ini
mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter yakni hormone serotonin, endofrin
dan melatonin yang membawa keadaan emosi dan perasaan keseluruh bagian
tubuh (Ruspawan, 2011)9.

9
Ruspawan, I.D.M, dan Nimade.D.W. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar. Jurnal Skala Husada. 1(9) :2011.

94
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Tingkat Kecemasan lansia sebelum dilakukan Terapi Tertawa frekuensi
kecemasan sebanyak (100,0%) yang mengalami kecemasan.
2. Tingkat Kecemasan lansia setelah di berikan Terapi Tertawa pada 16
responden didapatkan hasil (87,5%) tingkat kecemasan berubah menjadi
normal dan (12,5%) tidak mengalami perubahan.
3. Terdapat pengaruh Terapi Tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo, dengan nilai
(p=value) 0,000 (<0,05).

a. Saran
1. Manfaat bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat dalam
menangani masalah kecemasan pada lansia dengan menggunakan terapi
tertawa.
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Peneltitan ini diharapkan dapat menambah khasana ilmu pengetahuan dan
dapat dijadikan bahan bacaan keperawatan khususnya keperawatan Lansia
yang berkaitan dengan Kecemasan
3. Manfaat bagi tempat penelitian
Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan kualitas pelayanan lansia dan
program baru untuk mengatasi kecemasan pada lansia.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya mengenai terapi
tertawa dalam mengatasi penurunan tingkat kecemasan pada.

DAFTAR PUSTAKA
Antara news. 2014. Pemprov-gorontalo-beri-pelayanan-sosial-955-lansia. Diakes
Affandi, Imam. 2008. Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada Lansia
Yang Mengalami Penyakit Kronis
Andol. 2009. Terapi Tertawa
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta :Salemba Medika
Aspuah. Siti. 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Astuti, Niken. 2010. Terapi Sehat dengan Tertawa.Yogyakarta: Tugu Publisher
Ayu,Anastasia. 2010. Terapi Tertawa. Yogyakarta: Pustaka Larasati. Dadang
Baihaqi, T.A. 2008. Terapi Tawa Ala Rasulullah. Yogyakarta: Darul Ikhsan.
Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes. 2011. Penelitian Kesehatan
Dharma Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawataan. (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta :TIM
Hanun, Mukhlida, 2011. Konsep dalam mengatasi stress. Jakarta
Hutapea, R. 2005. Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : Dian Rakyat
H. Wahjudi Nugroho, B.Sc., SKM Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Jakarta;
EGC 2008

95
IKAPI. 2009. Ingat Sehat, Jangan Bad Mood. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Kataria, Mandan. 2004. Laugh For No Reason (Terapi Tawa). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Lilik Marifatul Azizah. 2011. Keperawataan Lanjut Usia, Yogyakarta; Graha
Ilmu
Lusian, Dewi. 2009 Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Stres
Psikososial Pada UsiaLanjut di Karang Werdha Ngudi Mukti
Kelurahan Kartoharjo,Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk
Maryam, R.Sitti et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta :
Salemba Medika
Noviati,N.P. 2011. Proceeding Seminar Nasional Psikologi 2011. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Jakarta : Ghalia Indonesia
Sri Artinawati, Skep. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik, Bogor; In Media
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yokyakarta; Medikal Book
Pramita, Yessy Widodo. 2010. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Siswa Kelas 3 Menjelang Ujian Akhir (UAN) di
SMAN 4 Purwakerto.
Prasetyo, A. R & Nurtjahjanti Herlina. 2011. Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api.
Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Riyanto, A 2011 Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Ruspawan, I.D.M, dan Nimade.D.W. 2011 Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya
Denpasar. Jurnal Skala Husada. 1(9) : 6
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Soemantri, B, Lestari, R & Triambadha PV. 2012. Pengaruh Terapi Mengenang
Masa Lalu (Reminiscence Therapy) Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang. Hal 30-32
Suardiman, Siti Partini. 2011, Psikologi Usia Lanjut. Yokyakarta : Gajah Mada
University Press
Sudarma, Momon.2009. Sosiologi Untuk Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika
Subandi, Lestari R & Suprianto T 2013. Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap
Penurunan Tingkat Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan. Hal 20-24
Stanley, Mickey. Patricia Gauntlett Bearre. 2007. Asuhan Keperawataan Pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Buku Ajar
Keperawataan Gerontik. Jakarta : ECG
Stuart, GW. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta
Videbeck, LS, 2008, Buku Ajar Keperwatan Jiwa, Jakarta : ECG

96

Anda mungkin juga menyukai