Anda di halaman 1dari 23

PEB (Pre

Eklampsia Berat)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi
sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih
kurang dimengerti.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk
PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke
rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-
komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan
umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari
35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1. Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2. Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3. Penyakit ginjal.
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan
oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan
dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai
informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan
sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara
0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan
eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
dengan Preeklamsi.

1.2 Ruang Lingkup


Dalam laporan pendahuluan asuhan kebidanan ini penulis hanya membahas asuhan
kebidanan pada Ny. W dengan diagnosa Preeklamsia Berat yang dilakukan di ruangan
rawat gabung kebidanan RSUP.DR.M.Djamil Padang dalam 3 hari perawatan.

1.3 Tujuan penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan laporan pendahuluan ini adalah agar penulis dapat
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. W dengan preeklamsi di ruang rawat gabung
Kebidanan RSUP.DR.M.Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan preeklamsia berat
khususnya Ny. W
b. Mampu mengidentifikasi serta menganalisa data pada Ny. W
c. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. W
d. Mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang telah
ditetapkan pada Ny. W
e. Mampu mengevaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan pada Ny. W
f. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam penerapan teori asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada Ny. W

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan Laporan Pendahuluan pada Ny. W dengan Preeklamsia
Berat adalah :
1. Untuk RSUP sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan
asuhan pada klien dengan Preeklamsia Berat
2. Untuk pendidikan sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu
kebidanan
3. Untuk pendidikan sebagai refrensi untuk penulisan makalah kebidanan
4. Untuk pembaca supaya mengetahui dampak Preeklamsia Berat di masyarakat luas dan
mengetahui tentang preeklampsia Berat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 PENGERTIAN
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri,
dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a) Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
b) Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan,
dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
c) Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (Dorland,2000).
d) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer,
2000).
e) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
f) Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-
tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

2.1.2 ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan
sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang
dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-
anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

2.1.3 TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis preeklamsi meliputi:
a. Hipertensi sistolik / diastolik > 140/90 mmHg
b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.
d. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.

2.1.4 PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia
pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak
dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular
yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif
koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi
I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme,
angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya
edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri
dan terjadinya kejang. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah
merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan
terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan
terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan
pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan
menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema. Selain itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas
terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan
proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem
diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia. Pada
plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra
Uterin Growth Retardation .
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat
menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat,
merangsang mual dan timbulnya muntah. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme
anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan
pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi
akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan
seseorang kurang terpajan informasi.

2.1.5 KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
1. Eklapmsia
2. Solusio plasenta
3. Pendarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
6. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

2.1.6 KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih
.Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter
atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis.

2.1.7 MANIFESTASI KLINIK


Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre
eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat
didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia
yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes Diagnostik.
2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
1. Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml)
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l)
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
1. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
2.1.9 PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan
fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b. Janin
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)

2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%
dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4
gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada
suntikan IM.
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang
diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan
IV dalam 3 menit.
• Refleks patella positif kuat.
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
4. MgSO4 dihentikan bila :
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi
jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan
kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada
dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10
mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan
(normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan


medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending
eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada
pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif
hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan,
selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan
harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr
IV.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah dirawat
selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2
minggu).

2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN TEORI


1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Riwayat Persalinan Sekarang
a. Kala I
 Jam dan menit : untuk mengetahui dimulainya dan lamanya kala I, normal
lamanya kala I pada primi 13 jam dan multi 7 jam
 Ketuban pecah atau tidak warna air ketuban jernih atau keruh atau mekonium.
 Adakah penyulit pada ibu dan janin.
b. Kala II
 Jam dan menit : untuk mengetahui lama dari kala II. Normalnya pada
primi 1 jam dan pada multi 30 menit.
 Jenis Persalinan : spontan/buatan/anjuran
 Penolong : dokter/bidan/dukun
 Tempat : tempat bersalin
 Riwayat kelahiran bayi
· Berat bayi waktu lahir
· Kelainan bawaan bayi
· Jenis Kelamin
· Status bayi yang dilahirkan (hidup dan mati)

c. Kala III
 Placenta lahir jam berapa
 Berat/diameter/kelainan/pelepasan placenta
 Perdarahan
 Kontraksi uterus : baik/tidak
 Tinggi fundus uteri
d. Kala IV
 Perdarahan : Jumlah perdarahan yang disebabkan pelepasan uri
 Luka perinium : Derajat/heating/robekan/spontan/episiotomi
 Kontraksi uterus : Baik/tidak
 TFU : biasanya ± 2 jari dibawah pusat
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
a) Muka : apakah dimuka terdapat bengkak/kebiruan/pucat
b) Mata :apakah konjungtiva anemis/tidak, sklera ikterus/tidak, palpebra oedem/
tidak
c) Mulut : apakah ada karies gigi, stomatitis, epulis dan gigi berlubang
d) Mamae :keadaan puting susu, pembengkakan buah dada/tidak, pengeluaran air
susu.
e) Abdomen : ada bekas operasi, striae gravidarum
f) Genetalia : bengkak/tidak, warna kebiruan, adakah varices,luka perinium
g) Ekstremitas
Atas : keadaan tangan, kuku terutama telapak tangan dan kuku pucat/tidak
Bawah : adakah varies atau oedema
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
Tekanan Darah : untuk mengetahui tekanan sistole dan distole
(100/60 – 130/90)
Denyut Nadi : frekuensi nadi/menit (80 – 90 x/menit)
(Dr. Cristina : 95)
Suhu : temperatur (365 - 37 oC)
Respirasi : untuk mengetahui frekuensi nafas
(16 – 24 x/menit)
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. INTERPRESTASI DATA DASAR


DS : diperoleh dari anamnesa
DO : diperoleh dari hasil pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik, diagnosa dan
pemeriksaan penunjang
agnosa : diagnosa yang ditegakan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standart nomenklatur diagnosa kebidanan.
asalah : kumpulan yang tidak sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
ebutuhan : pemberian penjelasan tentang masalah dan cara mengatasinya.
3. INDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Mengindentifikasi diagnosa/masalah potensial yang akan terjadi
berdasarkan/diagnosa misalnya PEB yang sudah di indentifikasi yaitu terjadinya Eklamsia

4. INDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan dan ditandatangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yaitu
pemberian SM dan obsevasi.

5. INTERVENSI
Merencanakan asuhan penyuluhan yang rasional sesuai dengan lanjutan dari
langkah sebelumnya untuk mengatasi PEB.

6. IMPLEMENTASI
Mengarahkan atau melaksanakan asuhan secara efisien dan aman sesuai dengan
intervensi dan kondisi pasien.

7. EVALUASI
Disesuaikan dengan implementasi dan kondisi ibu dalam bentuk narasi
menggunakan SOAP
S : Subjektif (yang dilaporkan pasien)
O : Objektif (yang didapatkan dari hasil pemeriksaan)
A : Assesment (data gabungan DS dan DO untuk diagnosa)
P : Planing (pengembangan rencana selanjutnya/penyuluhan lebih lanjut)

BAB III
Tinjauan Kasus
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN
PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG
RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal Pengkajian : 1 September 2014


Ruangan/RS : KR

PENGKAJIAN POST NATAL CARE

I. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Nama : Ny. W Nama Suami : Tn. Y
Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SUPIR
Alamat : Alang Laweh no 10

B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk pada tanggal / jam : 24 Agustus 2014 pukul: 23.00 WIB
Pasien di data pada tanggal / jam : 1 September 2014 pukul: 12.00 WIB
1. Alasan Masuk : ada tanda persalinan dan rujukan dari kontrol kehamilan
sebelumnya
2. Keluhan Utama : terasa nyeri pada bekas jahitan
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Umur 13 th
b. Siklus : teratur
c. Banyaknya : 2-3 kali ganti duk perhari
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Dismenorrhoe : tidak ada

4. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang Lalu


No Tgl Usia Jns Tpt Komplikasi Penolong Bayi
lahir kehamilan persalinan persalinan Ibu Bayi PB/BB/JK Keadaan
1 2005 Aterm Sc Rs Mioma - Dr 3000/ lk Hidup
uteri
2
2011 aterm Sc Rs - Dr 3600/lk mati
peb
3
2014 aterm sc Sc peb
- Dr Pr mati

5. Kontrasepsi yang pernah di gunakan


a. Jenis : suntik 3 bulan
b. Lama : th 2005-2011
c. Keluhan : tidak ada

6. Riwayat kesehatan ibu


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Jantung : tidak ada Asma : tidak ada
Hipertensi : tidak ada TBC : tidak ada
Ginjal : tidak ada Epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada PMS/IMS : tidak ada
b. Riwayat alergi
Jenis makanan : tidak ada
Jenis obat-obatan : tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : ada
d. Riwayat operasi yang pernah dialami : sc 3 kali
e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : tidak ada

7. Riwayat kesehatan keluarga


a. Riwayat penyakit keturunan
Jantung : tidak ada Asma : tidak ada
Hipertensi : tidak ada Epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada
b. Riwayat keturunan kembar : tidak ada

8. Riwayat psikososial
a. Perkawinan
Status perkawinan : kawin
Perkawinan ke :1
Kawin I tahun : 2004

b. Kehamilan
Direncanakan : ya
Diterima : ya
c. Hubungan dengan keluarga :baik
d. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : baik
e. Pengambilan keputusan pertama : suami

9. Kebiasaan hidup sehari-hari


a. Pola makan dan minum
Makan terakhir ibu
Jenis : nasi 1 porsi + sayur 1 porsi + 1 ptong lauk
Minum terakhir ibu
Jenis : air putih 2 gelas + teh hangat 1 gelas
b. Pola eliminasi
BAK terakhir ibu
Warna : jernih kekuningan
Keluhan : tidak ada
BAB terakhir ibu
Warna : coklat kekuningan
Konsistensi : lunak
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat terakhir
istirahat siang : 3-4 jam
istirahat malam : 8 jam

12. Kegiatan spiritual : tidak ada masalah

C. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : cmc
b. BB sekarang : 50 kg
d. TB : 150 cm
e. LILA : 27 cm

2) Tanda-tanda Vital
a. TD : 150 / 90 mmHg
b. Nadi : 86 x permenit
c. Pernafasan : 23 x permenit
d. Suhu : 36,7oC

3) Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
1) Inspeksi
· Rambut : tidak rontok
· Telinga : tidak ada kelainan
Mata : sklera tidak ikterik dan konjuntiva tidak anemis
· Bibir : tidak anemis
· Gigi : tidak ada caries gigi
2) Palpasi
· Muka : sudah tidak ada edema

b. Leher
1) Inspeksi : tidak ada kelainan
2) Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid
c. Dada
1) Inspeksi
· Mamae : tidak ada tarikan dinding dada
· Aerola :hiperpigmentasi
2) Palpasi
· Benjolan : tidak ada
· Rasa nyeri : tidak ada
d. Abdomen
Inspeksi
· Bekas jahitan operasi : ada
Palpasi
· TFU :2 jari dibawah pusat
· Kandung kemih : tidak teraba
· Konsistensi uterus : keras
· Kontraksi uterus :normal

e. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
1) Inspeksi : tidak edema
Ekstremitas Bawah
1) Inspeksi : tidak ada trombofeblitis
2) Palpasi : tidak ada edema
3) Perkusi
Reflek Patella Kanan :+
Reflek Patella Kiri :+

f. Genitalia
1) Inspeksi
· Pengeluaran lochea : normal
· Perineum : normal
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN
PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG
RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 1 september 2014


Pukul : 10.00 WIB
S O A P

Ibu mengatakan KU ibu sedang Ibu Post SC 1. Menginformasikan pada ibu

nyeri pada bekas Tanda-tanda Vital P3A0H1 a/i tentang hasil pemeriksaan

jahitan a. TD :150 / 90 PEB tanda-tanda vital, ibu sudah

Ibu mengatakan mmHg mengetahui tentang keadaan

ingin pulang b. Nadi : 86 x nya

Ibu mengatakan permenit 2. Melakukan redresing sesuai

sedikit pusing c. Pernafasan : 23 x order dokter, ibu sudah di

Ibu mengatakan permenit redresing

kurang nafsu makan d. Suhu :36,7oC 3. menganjurkan ibu tidur

kontraksi baik telungkup agar luka bekas

Therapy : SC bisa cepat kering, ibu


- Asam mefenamat 3 x 500
mg sudah tidur telungkup
- Dopamet 3 x 500 mg
- Sf 1 x 1
4. memberi ibu dukungan agar
- Cefixam 2 x 1
mau makan, ibu sudah mulai

mau makan
5. menganjurkan ibu agar

makan makanan tinggi

protein seperti telur, ibu

makan telur 6 buah sehari

6. menganjurkan ibu agar lebih

tenang dan tidak banyak

pikiran, ibu mulai membaik.

7. melanjutkan therapy sesuai

order dokter, ibu sudah

minum obat yang diberikan

- Asam mefenamat 500 mg

- Dopamet 500 mg

- Sf

- Cefixam

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN


PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG
RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 2 september 2014


Pukul : 16.00 WIB
S O A P

Ibu mengatakan KU ibu sedang Ibu Post SC 1. Menginformasikan pada ibu

sedikit nyeri pada Tanda-tanda Vital P3A0H1 a/i tentang hasil pemeriksaan

bekas jahitan a. TD :140 / 90 PEB tanda-tanda vital, ibu sudah

Ibu mengatakan mmHg mengetahui keadaan nya.

ingin pulang b. Nadi : 89 x 2. Menganjurkan ibu banyak

Ibu mengatakan permenit istirahat, ibu mulai banyak

sedikit pusing c. Pernafasan : 23 x istirahat

Ibu mengatakan permenit 3. Menganjurkan ibu tidur

masih kurang nafsu d. Suhu :36,4oC telungkup agar luka bekas

makan kontraksi baik SC bisa cepat kering, ibu

Therapy : sering tidur telungkup

- Asam mefenamat 3 x 500 4. Memberi ibu dukungan

mg psikologis pada ibu , ibu

- Dopamet 3 x 500 mg mulai sedikit lebih tenang

- Sf 1 x 1 5. Menganjurkan ibu agar

- Cefixam 2 x 1 makan makanan tinggi

protein seperti telur, ibu

sudah makan telur 6 buah

sehari

6. Menganjurkan ibu agar lebih


tenang dan tidak banyak

pikiran, ibu terlihat lebih

tenang

7. Melanjutkan terapi sesuai

order dokter, ibu sudah

minum obat yang diberikan :

- Asam mefenamat 500 mg

- Dopamet 500 mg

- Cefixam

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN


PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG
RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 3 september 2014


Pukul : 22.00 WIB
S O A P
Ibu mengatakan KU ibu sedang Ibu Post SC 1. Menginformasikan pada ibu

sudah tidak nyeri Tanda-tanda Vital P3A0H1 a/i tentang hasil pemeriksaan

pada bekas jahitan a. TD :130 / 90 PEB tanda-tanda vital, ibu

Ibu mengatakan mmHg mengetahui keadaan nya

ingin pulang b. Nadi : 92 x 2. Menganjurkan ibu tidur

Ibu mengatakan permenit telungkup agar luka bekas

sedikit pusing c. Pernafasan : 24 x SC bisa cepat kering, ibu

Ibu mengatakan permenit sering tidur telungkup

susah tidur d. Suhu :36,5oC 3. Memberi ibu dukungan

kontraksi baik psikologis agar ibu bisa

Therapy : tidur, ibu terlihat mulai bisa

- Asam mefenamat 3 x 500 tidur

mg 4. Menganjurkan ibu agar

- Dopamet 3 x 500 mg makan makanan tinggi

- Sf 1 x 1 protein seperti telur, ibu

- Cefixam 2 x 1 makan telur 6 buah perhari

5. Menganjurkan ibu agar lebih

tenang dan tidak banyak

pikiran, ibu sedikit lebih

tenang
6. Memberitahu ibu bahwa ibu

belum boleh pulang karena

luka jahitan ibu masih ada

yang belum kering, ibu

susah menerima keputusan

dokter.

7. Melanjutkan terapi sesuai

order dokter, ibu sudah

minum obat yang diberikan :

- Asam mefenamat 500 mg

- Dopamet 500 mg

KIE :
1. Personal hygiene
2. Perawatan luka
3. Nutrisi

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor
risiko maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.
Sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah invasi
trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara jaringan
plasenta ibu dan janin, maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau
inflamasi dari kehamilan normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.
Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg. Tujuan
utama pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik menjadi 90-
100 mmHg.

4.2. Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil ,bersalin dan nifas, khususnya pada
penderita Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi merupakan
suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
4. Klien dan keluarga
Terhadap klien dan keluarga diharapkan dapat mengikuti dan bekerjasama dalam proses
keperawatan sehingga terapi dan pengobatan pada klien dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga kesembuhan klien tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI, 2001

Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta,
1998.

http://khuheimi.blogspot.co,/2006/08/preeklampsia dan eklampsi.html


Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. EGC : Jakarta.
Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Bina Pustaka : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai