Dosen:
Disusun oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan
kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan penulisan makalah komunikasi
kesehatan masyarakat mengenai Pentingya ASI Ekslusif Bagi Ibu dan Bayi.
Shalawat serta salam juga tidak lupa kami panjatkan kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga, dan sahabat-sahabatnya, yang selalu menjadi panutan bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada orang tua, keluarga, dan
teman-teman, karena berkat doa, dukungan, dan bantuannya kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai pemenuhan tugas kuliah Komunikasi Kesehatan
Masyarakat dengan tepat waktu dan maksimal. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH dan Dr. drs. Tri Krianto, MKes selaku
fasilitator mata kuliah Komunikasi Kesehatan Masyarakat
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini sehingga
dalam pembuatan makalah ini tentu terdapat kekurangan-kekurangan ataupun
kesalahan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesuksesan makalah ini serta perbaikan dalam pembuatan makalah untuk tugas
selanjutnya.
Terima Kasih.
Depok, 26 November 2016
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
1. Latar Belakang Masalah..........................................................................3
2. Tujuan Komunikasi................................................................................ 5
3. Sasaran Komunikasi...............................................................................5
4. Pengembangan Pesan............................................................................. 6
A. Definisi ASI Ekslusif..........................................................................6
2
PENTINGNYA ASI EKSLUSIF BAGI BAYI DAN IBU PEKERJA
3
seringkali sulit menyediakan waktu untuk menyusui bayinya, karena durasi kerja
rata-rata mencapai 8 jam. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesempatan
untuk memerah ASI di tempat kerja, tidak tersedianya ruangan menyusui, serta
kurangnya pengetahuan ibu pekerja tentang manajemen laktasi. Kesulitan
memberikan ASI eksklusif setelah menjalani 3 bulan cuti bersalin menyebabkan
banyaknya pemberian susu formula pada bayi.
Dalam era globalisasi ini, jumlah perempuan yang bekerja terus meningkat
terutama di Indonesia. Persentase pekerja wanita di Indonesia meningkat dari
48,6% di tahun 2006 menjadi 49,52% di tahun 2007 dan 51,25 % di tahun 2008.
Berdasarkan survei BPS tahun 2013, terdapat 114 juta jiwa (94%) pekerja; 38% di
antaranya adalah pekerja perempuan (43,3 juta jiwa) dan 25 juta orang berada
pada usia reproduktif (BPS, 2013). Secara fisiologis, kelompok pekerja
perempuan mengalami siklus haid, hamil, dan menyusui yang memerlukan
fasilitas agar pekerjaan tidak terganggu dan kondisi fisik lainnya tidak
mengurangi kinerja. Keadaan ini sering menjadi kendala bagi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, sehingga pemberian ASI eksklusif
sering tidak tercapai.
Hasil penelitian di Semarang tahun 2013 menunjukkan bahwa ibu tidak
bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebesar 19,3%, sedangkan ibu bekerja
sebesar 16,6% memberikan ASI eksklusif. Selain itu, sebuah penelitian pada
pabrik di daerah Bandung menyatakan bahwa wanita pekerja pabrik yang
memberikan ASI eklusif hanya sebesar 8,1%, sangat kecil persentasenya bila
dibandingkan dengan wanita pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu
sebesar 91,9 % (Putri dkk, 2015). Hasil penelitian tersebut juga menyatakan
bahwa wanita pekerja pabrik yang tidak memberikan ASI eksklusif 7,12 kali lebih
berisiko dibanding ibu rumah tangga. Hasil penelitian Rasti Oktora pada tahun
2013 juga menyatakan bahwa pada ibu yang bekerja hanya 22,22% yang
memberikan ASI eksklusif, sedangkan 77,78% tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa ASI
eksklusif lebih banyak diberikan oleh ibu tidak bekerja dibandingkan ibu yang
bekerja.
4
Tingginya jumlah pekerja wanita di Indonesia, angka cakupan pemberian
ASI eksklusif yang belum mencapai target nasional, serta banyaknya jumlah
pekerja wanita yang tidak memberikan ASI eksklusif membuat penulis ingin
melakukan komunikasi kesehatan masyarakat terkait pentingnya pemberian ASI
eksklusif yang ditujukan kepada ibu pekerja di seluruh Indonesia guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
2. Tujuan Komunikasi
1. Memberikan informasi terkait pentingnya ASI eksklusif serta manajemen
laktasi kepada wanita pekerja
2. Mempengaruhi ibu pekerja untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif pada pekerja wanita
meningkat
3. Mempengaruhi pengambil keputusan di tempat kerja tentang pentingnya ASI
eksklusif sehingga dapat menyediakan fasilitas yang mendukung program
pemberian ASI eksklusif
3. Sasaran Komunikasi
A. Pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
Sasaran primer merupakan masyarakat yang dikelompokkan
berdasarkan permasalahan kesehatan atau biasa disebut sebagai kelompok
rentan (berisiko tinggi). Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang
telah disebutkan sebelumnya, sasaran primer komunikasi kesehatan ini
adalah pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan.
B. Keluarga pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
Sasaran sekunder merupakan orang-orang yang dapat
mempengaruhi sasaran primer, baik secara formal maupun informal.
Sesuai dengan sasaran primer, maka sasaran sekunder komunikasi
kesehatan ini adalah keluarga pekerja wanita yang memiliki bayi berusia
kurang dari 6 bulan, antara lain suami dan orangtua.
5
Sasaran tersier merupakan para pembuat keputusan yang
menetapkan kebijakan, memberikan dukungan, serta menyediakan fasilitas
bagi sasaran primer. Dalam komunikasi kesehatan ini, sasaran tersier
adalah pemegang kekuasaan di tempat kerja yang dapat memberikan
fasilitas pendukung pemberian ASI eksklusif, seperti ruangan menyusui.
4. Pengembangan Pesan
A. Definisi ASI Ekslusif
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
( Roesli,2000). Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai
bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat
diteruskan sampai usia 2 tahun (Roesli,2001)
6
lambat, maka selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI
adalah cairanyang mengandung zat kekebalan tubuh.
b. Melindungi bayi dari infeksi. ASI mengandung berbagai antibodi
terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit
yang menyerang manusia.
c. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI memudahkan
bayi mencerna makanan pertamanya. Sementara itu, susu sapi sulit
dicerna karena tidak mengandung enzim ini, padahal sistem
pencernaan bayi belum terbentuk seecara sempurna.
d. Menghindarkan bayi dari alergi. ASI tidak mengandung beta-
lactoglobulinyang dapat menyebabkan alergi pada bayi Bayi yang diberi susu
sapi terlalu dini dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya asma
dan alergi.
7
salah satu yang memperparah seorang ibu pekerja tidak melakukan ASI
eksklusif adalah karena tidak tersedianya ruang ASI di tempat kerja.
Perusahaan harus mendukung program ASI ekslusif di tempat kerja salah
satunya yaitu dengan menyediakan ruang laktasi dengan fasilitas yang
memadai. Dari 142 perusahaan yang termasuk dalam daftar Better Work
Indonesia, hanya 85 perusahaan yang memiliki ruang ASI. Dengan
adanya UU Kesehatan No. 36/2009 pasal 128, UU Ketenagakerjaan No.
13/2009 pasal 83, Peraturan Pemerintah No 33/2012 tentang pemberian
ASI Eksklusif dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2013
tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau
Memerah ASI maka pihak perusahaan wajib menyediakan ruang laktasi,
peraturan internal ibu pekerja, maupun program-program untuk ibu
pekerja menyusui di tempat kerja tersebut.
8
yang menyertainya akan disebarkan melalui media social seperti line,
Facebook, Instagram, Whatsapp, dan Twitter. Pesan yang dibuat dalam
poster maupun tulisan di media massa online harus menggunakan sumber
data yang valid agar tidak terjadi kesalahan menyampaikan informasi
kesehatan kepada penerima informasi yaitu para Ibu pekerja.
6. Waktu Implementasi
A. Waktu Implementasi Komunikasi Lewat Internet
9
B. Waktu Implementasi Pesan Oral Kepada Pihak Perusahaan
7. Rencana Implementasi
Pada saat implementasi via media sosial yang dilakukan pada akun
sendiri dapat dilakukan pada jam pulang kantor atau sekitar pukul 14.00-
18.00 sore. Sementara publikasi melalui media massa online, dapat
dilakukan dengan mengirimkan tulisan dan poster kepada pihak redaksi
yang fokus pada kesehatan ibu dan anak seperti majalah Ayah Bunda,
Nakita, Parenting, maupun redaksi yang lain yang masih berkaitan dengan
ibu dan anak. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari respon pembaca
baik melalui jumah pembaca maupun komentar dari pembaca. Sasaran
implementasi ini adalah ibu menyusui sehingga indikator keberhasilannya
dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas respon pembaca, dengan harapan
dengan membaca publikasi tersebut ibu-ibu menyusui terdorong untuk
memberi ASI Eksklusif bagi anaknya.
10
internal tentang ASI Eksklusif bagi ibu menyusui yang bekerja pada
tempat kerja tersebut.
8. Evaluasi
11
Daftar Pustaka
1. IDAI. (2016). Sukses Menyusui Saat Bekerja. [online] Available at:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/sukses-menyusui-saat-bekerja-2
[Accessed 27 Nov. 2016].
4. Menteri Kesehatan RI. 2006. Menkes No 872 tentang Kriteria dan Fasilitas
dari Tuang Menyusui. http://betterwork.org/indonesia/wp-
content/uploads/20130201_Law-and-Regulation-on-
Breastfeeding_Bahasa2.pdf. [diakses 27 November 2016]
12
Lampiran 1. Publikasi Media Massa Online dan Sosial
Media
Apa itu ASI ekslusif ? ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara
ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula,jeruk,madu,air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur nasi dan bubur tim. WHO merekomendasikan ASI eksklusif
selama enam bulan dan kemudian dilanjutkan ASI dikombinasikan dengan
makanan padat selama 12-24 bulan atau selama ibu dan bayi menginginkanya,
bahkan jika anda hanya menyusui beberapa hari saja sang bayi akan menerima
banyak manfaat.
Air susu ibu (ASI), terutama yang eksklusif, tidak tergantikan oleh susu manapun.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai
kekebalan terhadap berbagai penyakit dan secara emosional akan lebih nyaman
karena kedekatan dengan ibu.
Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi. ASI kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi
dan penyakit lainnya. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral
selenium. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang
diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. Bayi yang diberikan ASI
eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka
dewasa. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
ASI juga bermanfaat bagi Ibu yang menyusui bayinya. Memberikan ASI juga
membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Menyusui (ASI)
membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita
13
menyusui sangat rendah. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan
dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya. ASI tidak akan basi. ASI selalu
diproduksi payudara bila ASI telah kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu jadi ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu
tidak perlu memerah dan membuang ASInya selalu menyusui (Suradi, 2006).
14
Lampiran 2. Leaflet
15
Lampiran 3. Presentasi Oral
16
17
18
19
20