Anda di halaman 1dari 9

1 Introduction

Identifikasi hazard dan tindakan pengendalian yang sesuai memberikan


pondasi untuk program safety dan pada dasarnya menentukan ruang lingkup, konten
dan kompleksitas dari kesuskesan Occupatioanl Health and Safety Management
(OHSMS). Jika tahap ini dilakukan dengan buruk, maka kemampuan OHSMS untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan akan terbatas dan mungkin hanya hanya akan
menjadi paper system. Salah satu masalah pada proses manajemen risiko adalah
sering kali hanya versi yang sederhana dari keseluruhan proses yang terlibat tanpa
mempertimbangkan seluruh seluruh konteks bahaya di tempat kerja. Bahaya
psikososial umumnya diabaikan,seperti bagaimana cara pekerjaan terstruktur dan
terorganisir.
Analisis lengkap dapat dihasilkan setelah melakukan pertimbangan potensi
bahaya yang terkait dengan setiap elemen kunci yang anantinya akan bergabung
menjadi sebuah organisasi pada tempat pertama yang terdiri dari :
1 The people to whom a duty of care is owed
2 Tempat kerja yang igunanakan orang untuk menghasilakan barang
3 manajemen yang digunakan untuk mengatur dan mengarahkan transformasi
sumber daya ke output organisasi.
Ketiga komponen ada dalam lingkungan eksternal yang juga berdampak pada sifat
organisasi, tetapi kadang-kadang di luar kendali. Bahaya di tempat kerja dapat muncul
dari dalam, atau dariperubahan, salah satu dari tiga unsur ini; pada antarmuka antara
elemen-elemen ini; atau pada batas dengan lingkungan eksternal (lihat Gambar. 1).
Pengakuan ketiga area bidang sebagai faktor individu muncul sebagai tema
yang berulang dalam literatur, belum ada kecenderungan umum untuk fokus pada satu
bidang tertentu daripada mempertimbangkan total bahaya. Sejumlah penulis,
bagaimanapun, telah mendorong pertimbangan tiga bidang utama tersebut tanpa harus
membawa konsep ini bersama-sama sebagai kerangka kerja (framework), yang telah
memberikan kesempatan untuk ini. Pemeriksaan sistematis ketiga bidang tersebut
memungkinkan hazard profile organisasi dapat ditentukan. Perlu dicatat bahwa
tidak semua bahaya ini akan muncul dalam setiap organisasi,sehingga berikut akan
diberikan contoh untuk menngambarkan bagaian framework dapat diaplikasikan.
Istilah hazard profile digunakan untuk memnunjukan campuran tertentu dari
karakteristik dalam lingkungan kerja yang diberikan yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan atau kerugian untuk mereka yang bertanggung jawab.

2 Konteks hazard di Tempat Kerja


1 Focusing on the physical workplace
Potensi bahaya berkembang dari hardware yang digunakan atau lingkungan
operasi seperti mekanik, struktural dan kegagalan desain, confined spaces,
dangerous goods and hazardous substances, akses dan jalan keluar, bahaya
elektrikal, fradiasi, bekerja di ketinggian, biohazards, dan kendaraan serta
perlataan seperti forklit. Selain itu hubugan antara the physical workplace dan
orang adalah hazard ergonomic seperti bising, getaran, pencahayaan, unguarded
machinery, desain workstation, permukaan licin, manual handling dan poor
amenities. Bahaya yang muncul dari interaksi the physical workplace dan
manajemen adalah berhubungan dengankeputusan yang buruk mengenai
pengoperasian peralatan atau fasilitas, misalnya kegagalan dalam menguji
protective dan alarm, equipment, kegagalan untuk menjaga peralatan dalam
keadaan baik, menutup orgaisasi, atau jalan pits yang tidak aman untuk menjamin
kelangsungan produksi atau peningkatan tingkat produksi.
Bahaya yang berasal dari interaksi antara lingkungan fisk eksternal dan
lingkungan kerja eksternal berkaitan dengan iklim, seperti panas dan
kelembabaan menyebabkan heat stress, paparan dingin, atau radiasi sinar uv pada
ppekerja outdoor. Kegagalan mekanik juga mungkin akibat dari paparanperalatan
untuk unsur-unsur, seperti dalam kasus brittle failure atau metal fatigue. Selain itu
pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal mungkin termasuk iklim ekonomi
yang mungkin mempengaruhi pilihan peralatan, frekuensi pemeliharaan atau
kemampuan untuk membeli peralatan pelindung yang memadai. Ketatnya
peraturan yang berlaku juga akan berdampak pada standar tempat kerja fisik yang
dibangun dan jenis plant atau peralatanyang akan dipilih. Eeknya mungkin akan
lebih jelas dalam operasi bisnis dibeberapa yurisdiksi dimana terdapat perbedaan
aturan yang berlaku. Ahirnya hazard dapat ebrasal dari perubahan atau modifikasi
pada he physical workplace speerti instalasi peralatn baru,. Badai, bencana alam
atau terorisme juga apat membuat perubahan ke hardaware dan operating
environment, yang akan memicu situasi darurat.
2 Focusing on people
Bahaya dapt berasal dari orang di stiap divisi organisasi, tidak secara individu
namun dari cara di mana orang berhubungan dengan orang lain; atau sebagai
akibat dari interaksi antara orang dan tempat kerja fisik, manajemen dan / atau
lingkungan eksternal. Bahaya timbul dari komponen organisai yang mungkin
tunggal atau kombinais dari faktor psikologis, biologis atau sosial budaya.
Contoh mungkin termasuk:
- diskriminasi atas dasar gender, seksualitas, keyakinan agama, kehamilan,
cacat, atau perawatan keluarga
- bullying, pelecehan seksual atau ras, horseplay, lelucon atau '' initiation rites "
- violence yang dimulai dari tempat kerja misalnya dalam kasus pasien
menyalahgunakan petugas kesehatan
- dalam industri kesehatan mental atau kekerasan dimulai dari masyarakat
terhadap pekerja, misalnya dalam kasus pasien menyalahgunakan petugas
kesehatan dalam industri kesehatan mental atau kekerasan dimulai dari
masyarakat terhadap pekerja, seperti dalam kasus bersenjata
- konflik, ketidakpercayaan dan antagonisme di mana hubungan kerja te;ah
renggang
- impaired judgement yang dihasilkan dari kasus penyalahgunaan zat atau
pekerja mengalami kesedihan
- penyakt menular
- masalah komunikasi, termasuk kasus di mana orang beresiko karena mereka
bekerja dalam isolasi atau di mana hambatan bahasa ada.
interaksi komponen orang dengan the hardware and operating environment dapat
mengahsilkan bahaya yang terkait dengan desain buruk , kesalahan manusia dan
keterbatasan manusia termasuk : working memory overload, code incompatibility,
perception errors, recall errors and the transferral of information from short- term
to long-term memory, tunneling attention dan breakdown of selective attention.
Pada interaksi anatra orang dann manemen dapat meghasilkan hazard juga
seperti stres dan / atau kelelahan yang dihasilkan dari pengaturan kerja shift,
lembur, tugas monoton. Stress juga dapat berasal dar ketidakjelasn peran,
anggung jawab atas tindakan tanpa otoritas yang diperlukan, ketidakpastian karir,
kurangnya kontrol.
Analsisi anatara hubungan manusia dan lingkungan eksternal dapat
emngahsilkan bahaya yang dipengaruhi dari kebiasaan, norma, dan sosial budaya.
ontohnya termasuk penerimaan sosial dari pemakaian alat pelindung diri; harapan
tentang lamanya waktu yang dihabiskan di tempat kerja jauh yang dari keluarga;
atau kesediaan untuk bersikap tegas ketika haknya dilanggar. moral rendah
didukung oleh resistensi terhadap perubahan akan menjadi contoh dari bahaya
yang timbul dari perubahan sektor-orang organisasi. moral rendah dan stres kerja
terkait dengan tingkat high turnover rates dan tingkat absensi.

2.3 Fokus pada Isu Manajemen


Kurangnya kepemimpinan, komitmen, atau kompetensi bisa menjadi hazard dalam
manajemen. Kegagalan manajemen untuk melaksanakan hukum dan mendapatkan informasi
mengenai OHS akan berisiko lebih besar untuk pekerja terkena penyakit dan cedera. Hazard
juga berkembang saat menanggapi budaya organisasi yang ada. Antara manajemen dan orang
(pekerja) pun bisa menjadi hazard apabila minimnya konsultasi, minimnya supervisi dan
ketidakstabilan tenaga kerja. Antarmuka antara manajemen dan kerja fisik juga menjadi
sorotan untuk menimbulkan hazard seperti pemilihan praktek kerja atau penataan kegiatan
organisasi. Adanya pengaruh negatif dari lingkungan eksternal pada strategi manajemen
organisasi akan mempengaruhi keseimbangan kekuatan antara manajemen dan pekerja.
Selain itu juga berdampak pada sikap manajemen dan kesiapan untuk menangani
keselamatan dan kesehatan isu-isu terkait di tempat kerja.
3. Teknik untuk berurusan dengan Hazard di Tempat Kerja
Suatu organisasi atau perusahaan harus menentukan profil dari hazard yang ada di organisasi
tersebut. Setelah itu, perusahaan bisa melakukan penilaian mengenai seberapa baik strategi
pencegahan dan pengendalian yang sudah diterapkan. Penilaian tersebut terus dievaluasi
untuk melihat efektivitas dari berbagai pendekatan yang sudah dilakukan. Tiga pendekatan
utama yang dapat menangani hazard di tempat kerja berupa tempat yang aman, orang yang
aman dan sistem yang aman. Pendekatan ini merupakan kunci dari occupational health and
safety management systems (OHS MS) untuk mengelola hazard yang kompleks.
3.1 Stategi safe place
Adanya proses penilaian risiko (risk assessment) dan penerapan dari hirarki pengendalian
serta monitoring dan evaluasi akan mendukung strategi ini. Ketika hazard dapat diprediksi
dan ada banyak informasi yang tersedia mengenai potensi masalah yang ada, strategi ini akan
efektif. Namun kelemahan dari strategi ini adalah membutuhkan dana yang cukup besar.
Selain itu intensitas dan lamanya dari proses manajemen risiko itu sendiri. Dalam tahap
analisis risiko akan terjadi persepsi risiko karena dari indivisu ke individu lain memiliki
variasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko antara lain:
Apa yang diketahui mengenai risiko, termasuk implikasi di masa depan
Tingkat pengendalian yang aktual atas situasi
Kesadaran dari situasi dan pemahaman mengenai pengaruh luar
Kedalaman pengetahuan mengenai tugas
Pengalaman dan frekuensi dari kenerja tugas sebelumnya
Pengetahuan khusus atau spekulasi subjek mengenai konsekuensi potensial
Potensi untuk membayangkan hasil yang jelas, mengerikan atau menakutkan
Kepribadian

Kegiatan dengan konsekuensi tingkat rendah namun frekuensinya tinggi biasanya cenderung
diremehkan. Begitupun saat penilaian risiko kuantitatif, akan lebih baik ketika menangani
masalah yang dapat diprediksi atau ada bukti substansial yang mendukung untuk mengurangi
ketidakpastian atau rasa meremehkan itu sendiri. Oleh karena itu, strategi safe place berusaha
untuk memastikan lingkungan fisik yang ada bebas dari bahaya dan kekuatan metodologi ini
terletak pada aplikasi praktis untuk menghilangkan hazard dari sumbernya.
3.2 Strategi safe person
Fokus pada:
Pemenuhan pengetahunan seseorang terhadap kemampuan menghindari terciptanya
kejadian berbahaya dan situasi tidak aman yang akan timbul
Komunikasi kesadaran terhadap situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya
Pemulihan kembali seseorang setelah keadaan sakit atau cedera baik secara fisik
maupun psikologis
Berikut beberapa jenis perlakuan yang bisa terasosiasi dengan faktor manusia sebagai bagian
dari strategi safe person:
o Skrining calon pegawai dengan menggunakan kriteria seleksi
o Pelatihan yang membutuhkan analisis kompetensi dan kesiapsiagaan
o Pengembangan peran, jaringan dan pendidikan yang berkelanjutan
o Mengkomunikasipkan kebijakan anti kekerasan dan adil
o Peka terhadap perbedaan seperti budaya, usia, dan gender
o Kesadaran akan kelelahan akibat shift kerja
o Program asisten pegawai
o Program vaksinasi dan promosi kesehatan
o Surveilans kesehatan
o Survei persepsi dan umpan balik
o Penggunaan APD
o Program rehabilitasi
o Penggunaan penilaian kinerja
o Pengaplikasian Behavioural-based Safety (BBS) atau Penerapan Kebiasaan berbasis
K3
Strategi safe person sering digunakan untuk lingkungan pekerjaan khusus yang bersifat tidak
rutin serta membutuhkan proses pembuatan keputusan dalam tindak kerjanya.

3.3 Strategi safe system


Pendekatan safe system menekankan kepada berbagai macam hazard yang timbul dari
kekurangan kepemimpinan dan direksi, namun dapat dicegah dengan upaya berupa
menciptakan kebijakan K3, menetapkan kriteria K3 untuk pemilihan supplier, bahan material,
desain dan peralatan. Pendekatan ini juga menetapkan langkah umpan balik dan cara
komunikasi yang terbuka sehingga dapat membangun pemahaman lebih dalam terhadap tiap
proses kerja dan pengaruhnya terhadap kunci keberhasilan suatu perusahaan. Namun ada
permasalahan yang akan terus berlanjut dengan pengukuran kegagalan K3 melalui statistik
kesakitan dan kecelakaan kerja untuk menilai performa K3 sebagaimana terkait dengan
kebijakan organisasi dan citra perusahaan. Pendekatan safe system membangun K3 melalui
tahapn konsep dan paling efektif ketika terealisasi dengan budaya kerja yang sesuai.
Implikasi pendekatan ini sesuai dengan konsep yang mendasar mulai dari perencanaan,
pemahaman proses, membuat pengaturan sesuai kebutuhan dan evaluasi berlanjut dari hasil
kerja.

4. The Building Blocks of an OHS MS


Dengan menerapkan lingkaran Deming yaitu Plan, Do, Check, Act pada tiga jenis strategi
pendekatan safe (place, person, systems) maka dihasilkan keseimbangan antar elemen
pendekatan yang melibatkan perencanaan masa depan, implementasi elemen yang terlibat
pada pekerjaan-pekerjaan rutin atau kemampuan tertentu yang diharuskan, ketentuan untuk
pencegahan dan pengendalian yang gagal, dan pemeriksaan elemen yang melibatkan
pengukuran dan monitoring yang dapat digunakan untuk umpan balik tujuan demi
meningkatkan proses. Banyak elemen OHS MS tradisional yang fokus pada pencegahan dan
pengukuran bahaya di perusahaan yang sudah cukup besar. Misal kekurangan arah dalam
proses kerja maka diperlukan pembentukan kebijakan, kekurangan kemampuan dan
kompetensi maka diperlukan pelatihan performa kerja, penggunaan informasi yang
referensinya sudah terlalu lama maka diperlukan pembaharuan informasi sesuai dengan
legislasi terbaru. Seringkali OHS MS memisahkankan pengukuran dan pengontrolan hazard
sesuai dengan kelompok pekerjaannya misal ada bagian operasi lalu ada bagian administrasi
sehingga nantinya dapat mengidentifikasi dan mengendalikan semua hazard di tempat kerja
tersebut. Pendekatan ini menyediakan panduan yang cukup rinci terhadap bagaimana
mengatur beberapa hazard organisasi dalam sebuah perusahaan.

2.3 Fokus pada Isu Manajemen


Kurangnya kepemimpinan, komitmen, atau kompetensi bisa menjadi hazard dalam
manajemen. Kegagalan manajemen untuk melaksanakan hukum dan mendapatkan informasi
mengenai OHS akan berisiko lebih besar untuk pekerja terkena penyakit dan cedera. Hazard
juga berkembang saat menanggapi budaya organisasi yang ada. Antara manajemen dan orang
(pekerja) pun bisa menjadi hazard apabila minimnya konsultasi, minimnya supervisi dan
ketidakstabilan tenaga kerja. Antarmuka antara manajemen dan kerja fisik juga menjadi
sorotan untuk menimbulkan hazard seperti pemilihan praktek kerja atau penataan kegiatan
organisasi. Adanya pengaruh negatif dari lingkungan eksternal pada strategi manajemen
organisasi akan mempengaruhi keseimbangan kekuatan antara manajemen dan pekerja.
Selain itu juga berdampak pada sikap manajemen dan kesiapan untuk menangani
keselamatan dan kesehatan isu-isu terkait di tempat kerja.
3. Teknik untuk berurusan dengan Hazard di Tempat Kerja
Suatu organisasi atau perusahaan harus menentukan profil dari hazard yang ada di organisasi
tersebut. Setelah itu, perusahaan bisa melakukan penilaian mengenai seberapa baik strategi
pencegahan dan pengendalian yang sudah diterapkan. Penilaian tersebut terus dievaluasi
untuk melihat efektivitas dari berbagai pendekatan yang sudah dilakukan. Tiga pendekatan
utama yang dapat menangani hazard di tempat kerja berupa tempat yang aman, orang yang
aman dan sistem yang aman. Pendekatan ini merupakan kunci dari occupational health and
safety management systems (OHS MS) untuk mengelola hazard yang kompleks.

3.1 Stategi safe place


Adanya proses penilaian risiko (risk assessment) dan penerapan dari hirarki pengendalian
serta monitoring dan evaluasi akan mendukung strategi ini. Ketika hazard dapat diprediksi
dan ada banyak informasi yang tersedia mengenai potensi masalah yang ada, strategi ini akan
efektif. Namun kelemahan dari strategi ini adalah membutuhkan dana yang cukup besar.
Selain itu intensitas dan lamanya dari proses manajemen risiko itu sendiri. Dalam tahap
analisis risiko akan terjadi persepsi risiko karena dari indivisu ke individu lain memiliki
variasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko antara lain:
Apa yang diketahui mengenai risiko, termasuk implikasi di masa depan
Tingkat pengendalian yang aktual atas situasi
Kesadaran dari situasi dan pemahaman mengenai pengaruh luar
Kedalaman pengetahuan mengenai tugas
Pengalaman dan frekuensi dari kenerja tugas sebelumnya
Pengetahuan khusus atau spekulasi subjek mengenai konsekuensi potensial
Potensi untuk membayangkan hasil yang jelas, mengerikan atau menakutkan
Kepribadian
Kegiatan dengan konsekuensi tingkat rendah namun frekuensinya tinggi biasanya cenderung
diremehkan. Begitupun saat penilaian risiko kuantitatif, akan lebih baik ketika menangani
masalah yang dapat diprediksi atau ada bukti substansial yang mendukung untuk mengurangi
ketidakpastian atau rasa meremehkan itu sendiri. Oleh karena itu, strategi safe place berusaha
untuk memastikan lingkungan fisik yang ada bebas dari bahaya dan kekuatan metodologi ini
terletak pada aplikasi praktis untuk menghilangkan hazard dari sumbernya.
3.2 Strategi safe person
Fokus pada:
Pemenuhan pengetahunan seseorang terhadap kemampuan menghindari terciptanya
kejadian berbahaya dan situasi tidak aman yang akan timbul
Komunikasi kesadaran terhadap situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya
Pemulihan kembali seseorang setelah keadaan sakit atau cedera baik secara fisik
maupun psikologis
Berikut beberapa jenis perlakuan yang bisa terasosiasi dengan faktor manusia sebagai bagian
dari strategi safe person:
o Skrining calon pegawai dengan menggunakan kriteria seleksi
o Pelatihan yang membutuhkan analisis kompetensi dan kesiapsiagaan
o Pengembangan peran, jaringan dan pendidikan yang berkelanjutan
o Mengkomunikasikan kebijakan anti kekerasan dan adil
o Peka terhadap perbedaan seperti budaya, usia, dan gender
o Kesadaran akan kelelahan akibat shift kerja
o Program asisten pegawai
o Program vaksinasi dan promosi kesehatan
o Surveilans kesehatan
o Survei persepsi dan umpan balik
o Penggunaan APD
o Program rehabilitasi
o Penggunaan penilaian kinerja
o Pengaplikasian Behavioural-based Safety (BBS) atau Penerapan Kebiasaan berbasis
K3
Strategi safe person sering digunakan untuk lingkungan pekerjaan khusus yang bersifat tidak
rutin serta membutuhkan proses pembuatan keputusan dalam tindak kerjanya.

3.3 Strategi safe system


Pendekatan safe system menekankan kepada berbagai macam hazard yang timbul dari
kekurangan kepemimpinan dan direksi, namun dapat dicegah dengan upaya berupa
menciptakan kebijakan K3, menetapkan kriteria K3 untuk pemilihan supplier, bahan material,
desain dan peralatan. Pendekatan ini juga menetapkan langkah umpan balik dan cara
komunikasi yang terbuka sehingga dapat membangun pemahaman lebih dalam terhadap tiap
proses kerja dan pengaruhnya terhadap kunci keberhasilan suatu perusahaan. Namun ada
permasalahan yang akan terus berlanjut dengan pengukuran kegagalan K3 melalui statistik
kesakitan dan kecelakaan kerja untuk menilai performa K3 sebagaimana terkait dengan
kebijakan organisasi dan citra perusahaan. Pendekatan safe system membangun K3 melalui
tahapn konsep dan paling efektif ketika terealisasi dengan budaya kerja yang sesuai.
Implikasi pendekatan ini sesuai dengan konsep yang mendasar mulai dari perencanaan,
pemahaman proses, membuat pengaturan sesuai kebutuhan dan evaluasi berlanjut dari hasil
kerja.

4. The Building Blocks of an OHS MS


Dengan menerapkan lingkaran Deming yaitu Plan, Do, Check, Act pada tiga jenis strategi
pendekatan safe (place, person, systems) maka dihasilkan keseimbangan antar elemen
pendekatan yang melibatkan perencanaan masa depan, implementasi elemen yang terlibat
pada pekerjaan-pekerjaan rutin atau kemampuan tertentu yang diharuskan, ketentuan untuk
pencegahan dan pengendalian yang gagal, dan pemeriksaan elemen yang melibatkan
pengukuran dan monitoring yang dapat digunakan untuk umpan balik tujuan demi
meningkatkan proses. Banyak elemen OHS MS tradisional yang fokus pada pencegahan dan
pengukuran bahaya di perusahaan yang sudah cukup besar. Misal kekurangan arah dalam
proses kerja maka diperlukan pembentukan kebijakan, kekurangan kemampuan dan
kompetensi maka diperlukan pelatihan performa kerja, penggunaan informasi yang
referensinya sudah terlalu lama maka diperlukan pembaharuan informasi sesuai dengan
legislasi terbaru. Seringkali OHS MS memisahkankan pengukuran dan pengontrolan hazard
sesuai dengan kelompok pekerjaannya misal ada bagian operasi lalu ada bagian administrasi
sehingga nantinya dapat mengidentifikasi dan mengendalikan semua hazard di tempat kerja
tersebut. Pendekatan ini menyediakan panduan yang cukup rinci terhadap bagaimana
mengatur beberapa hazard organisasi dalam sebuah perusahaan.

4.1 Penerapan safe place, safe person dan safe systems framework -preliminary pilot
study results
Untuk menggambarkan penerapan dari safe place safe person dan safe system, pilot study
dilakukan menggunakan tools yang berasal dari masing-masing elemen pada Tabel 1.
Risk rangking dilakukan menggunakan faktor risiko potensial dan strategi pencegahan dan
pengendalian yang dikembangkan untuk setiap elemen. Elemen kemudian diperingkat
menurut risiko pada skala satu ampai empat dengan 4 = Tinggi: 3 = Medium-High; 2 =
Sedang; 1 = Rendah. Selain itu penting untuk memberikan feedback positif sehingga elemen
yang ditangani diharapkan berada pada peringkakt risiko nol dengan 0= Well Done. Peringkat
ini digunakan untuk menilai hazard profile di organisasi tanpa strategi prevention dan control
sebelum intervensi dan juga residual risk setelah prevention dan control strategies di
implementasi.
Setelah rangking lengkap, manajemen memilih tiga elemen yang ingin ditingkatkan oleh
organisasi. Terdapat tiga elemen yang berkaitan dengan systematic approach safety yaitu
work organization, incident management, access and egress. Lalu organisasi mengembangkan
tiga pertanyaan yang berkaitan dengan tiga elemen tersebut untuk ditingkatkan. Organisasi
menggunakan guideline untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan sudah efektif . di
dalam pilot study organisasi memilihh untuk melanjutkan monitoring lost time injuries,
medical treatment injuries, first aid injuries dan near misses.
Salah satu penemuan yang sangat berguna pada pilot study yaitu kemampuan menganalisis
untuk menggambarkan pengaruh yang kuat dari kerja organisasi dan masalah dengan alokasi
sumberdaya dan administrasi. Dengan memisahkan 3 area safe place, sape person dan safe
system, study ini bisa menghiglight efek dari shift kerja 12 jam yang memperburuk masalah
manual handling, paparan solvent dan bising.
Kesimpulan
Dengan memanfaatkan systematic approach safety, OHS MS mengoptimalkan keseluruhan
koordinasi pencegahan dan langkah-langkah pengendalian yang terkandung dalam tiga
filosofi tersebut dan hieraracy of control, eliminasi, substitusi, isolasi, administrative control,
dan PPE.
Aplikasi OHS MS conventional sangat penting namun mempunyai gambaran yang tidak
lengkap. Tidak hanya hazard, risk dan konteks organisasi yang harus diidentifikasi tetapi
mereka harus ditangani dengan tepat. Solusi harus terencana dan hasil dapat diukur.
Perubahan harus dikomunikasikan kepada orang-orang yang terkenea dampak perubahan.
Risk assessment hrus dilakukan oleh orang-orang dengan kompetensi khusus yang memiliki
pengetahuan tentang tempat kerja dan dalam melakukan risk assessment itu sendiri. Penting
untuk mengetahui scope dari risk assessment dengan kemampuan internal organisasi. OHS
MS dapat mengatur semua kegiatan ini sehingga dapat berkordinasi dan bertahap
memberikan informasi dalam jadwal yang diperlukan
OHS MS dirancang secara akurat untuk menangkap kebutuhan OHS organisasi dalam
mengendalikan proses yang kritis, dan memungkinkan kebebasan pekerja untuk
melaksanakan pengalaman, pendidikan, penilaian, dan keterampilan yang telah diperoleh.
Tidak hanya dipandang sebagai organisasi pembelajaran tetapi juga sebagai organisasi
berpikir tercermin dari OHS MS yang sepadan dengan risiko organisasi pada tingkat fisik,
pribadi dan managerial. OHS MS dibutuhkan untuk menunjukan pemahaman penuh
mengenai hazard profile dengan aplikasi dan kordinasi strategi pencegahan dan
pengenadalian yang tepat. Kemudian OHS MS digunakan sebagai vaiditas internal yang
memungkinkan audit kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur dan praktek untuk
menjadi berarti

Anda mungkin juga menyukai