Kegiatan dengan konsekuensi tingkat rendah namun frekuensinya tinggi biasanya cenderung
diremehkan. Begitupun saat penilaian risiko kuantitatif, akan lebih baik ketika menangani
masalah yang dapat diprediksi atau ada bukti substansial yang mendukung untuk mengurangi
ketidakpastian atau rasa meremehkan itu sendiri. Oleh karena itu, strategi safe place berusaha
untuk memastikan lingkungan fisik yang ada bebas dari bahaya dan kekuatan metodologi ini
terletak pada aplikasi praktis untuk menghilangkan hazard dari sumbernya.
3.2 Strategi safe person
Fokus pada:
Pemenuhan pengetahunan seseorang terhadap kemampuan menghindari terciptanya
kejadian berbahaya dan situasi tidak aman yang akan timbul
Komunikasi kesadaran terhadap situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya
Pemulihan kembali seseorang setelah keadaan sakit atau cedera baik secara fisik
maupun psikologis
Berikut beberapa jenis perlakuan yang bisa terasosiasi dengan faktor manusia sebagai bagian
dari strategi safe person:
o Skrining calon pegawai dengan menggunakan kriteria seleksi
o Pelatihan yang membutuhkan analisis kompetensi dan kesiapsiagaan
o Pengembangan peran, jaringan dan pendidikan yang berkelanjutan
o Mengkomunikasipkan kebijakan anti kekerasan dan adil
o Peka terhadap perbedaan seperti budaya, usia, dan gender
o Kesadaran akan kelelahan akibat shift kerja
o Program asisten pegawai
o Program vaksinasi dan promosi kesehatan
o Surveilans kesehatan
o Survei persepsi dan umpan balik
o Penggunaan APD
o Program rehabilitasi
o Penggunaan penilaian kinerja
o Pengaplikasian Behavioural-based Safety (BBS) atau Penerapan Kebiasaan berbasis
K3
Strategi safe person sering digunakan untuk lingkungan pekerjaan khusus yang bersifat tidak
rutin serta membutuhkan proses pembuatan keputusan dalam tindak kerjanya.
4.1 Penerapan safe place, safe person dan safe systems framework -preliminary pilot
study results
Untuk menggambarkan penerapan dari safe place safe person dan safe system, pilot study
dilakukan menggunakan tools yang berasal dari masing-masing elemen pada Tabel 1.
Risk rangking dilakukan menggunakan faktor risiko potensial dan strategi pencegahan dan
pengendalian yang dikembangkan untuk setiap elemen. Elemen kemudian diperingkat
menurut risiko pada skala satu ampai empat dengan 4 = Tinggi: 3 = Medium-High; 2 =
Sedang; 1 = Rendah. Selain itu penting untuk memberikan feedback positif sehingga elemen
yang ditangani diharapkan berada pada peringkakt risiko nol dengan 0= Well Done. Peringkat
ini digunakan untuk menilai hazard profile di organisasi tanpa strategi prevention dan control
sebelum intervensi dan juga residual risk setelah prevention dan control strategies di
implementasi.
Setelah rangking lengkap, manajemen memilih tiga elemen yang ingin ditingkatkan oleh
organisasi. Terdapat tiga elemen yang berkaitan dengan systematic approach safety yaitu
work organization, incident management, access and egress. Lalu organisasi mengembangkan
tiga pertanyaan yang berkaitan dengan tiga elemen tersebut untuk ditingkatkan. Organisasi
menggunakan guideline untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan sudah efektif . di
dalam pilot study organisasi memilihh untuk melanjutkan monitoring lost time injuries,
medical treatment injuries, first aid injuries dan near misses.
Salah satu penemuan yang sangat berguna pada pilot study yaitu kemampuan menganalisis
untuk menggambarkan pengaruh yang kuat dari kerja organisasi dan masalah dengan alokasi
sumberdaya dan administrasi. Dengan memisahkan 3 area safe place, sape person dan safe
system, study ini bisa menghiglight efek dari shift kerja 12 jam yang memperburuk masalah
manual handling, paparan solvent dan bising.
Kesimpulan
Dengan memanfaatkan systematic approach safety, OHS MS mengoptimalkan keseluruhan
koordinasi pencegahan dan langkah-langkah pengendalian yang terkandung dalam tiga
filosofi tersebut dan hieraracy of control, eliminasi, substitusi, isolasi, administrative control,
dan PPE.
Aplikasi OHS MS conventional sangat penting namun mempunyai gambaran yang tidak
lengkap. Tidak hanya hazard, risk dan konteks organisasi yang harus diidentifikasi tetapi
mereka harus ditangani dengan tepat. Solusi harus terencana dan hasil dapat diukur.
Perubahan harus dikomunikasikan kepada orang-orang yang terkenea dampak perubahan.
Risk assessment hrus dilakukan oleh orang-orang dengan kompetensi khusus yang memiliki
pengetahuan tentang tempat kerja dan dalam melakukan risk assessment itu sendiri. Penting
untuk mengetahui scope dari risk assessment dengan kemampuan internal organisasi. OHS
MS dapat mengatur semua kegiatan ini sehingga dapat berkordinasi dan bertahap
memberikan informasi dalam jadwal yang diperlukan
OHS MS dirancang secara akurat untuk menangkap kebutuhan OHS organisasi dalam
mengendalikan proses yang kritis, dan memungkinkan kebebasan pekerja untuk
melaksanakan pengalaman, pendidikan, penilaian, dan keterampilan yang telah diperoleh.
Tidak hanya dipandang sebagai organisasi pembelajaran tetapi juga sebagai organisasi
berpikir tercermin dari OHS MS yang sepadan dengan risiko organisasi pada tingkat fisik,
pribadi dan managerial. OHS MS dibutuhkan untuk menunjukan pemahaman penuh
mengenai hazard profile dengan aplikasi dan kordinasi strategi pencegahan dan
pengenadalian yang tepat. Kemudian OHS MS digunakan sebagai vaiditas internal yang
memungkinkan audit kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur dan praktek untuk
menjadi berarti