Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan
berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap
ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
HIV/AIDS di Indonesia
Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV
tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah
provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai
tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49
tahun. Wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu
jiwa. Angka kematian akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian
terdapat anak-anak yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah
110.000 anak.
Penyebaran HIV
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang
dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian
jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
Melalui seks oral.
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada
rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa
yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
ODHA Indonesia
Himpunan Abiasa
Yayasan Spiritia
Yayasan Orbit
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan
AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang
meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara,
Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Program-program
penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui perubahan perilaku dan
melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan pengobatan dan perawatan. Program
PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat dengan saat ini.
Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS.
Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi
Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya
adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi
tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan
pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka,
dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari
kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui
penggunaan obat terlarang.
Berikut adalah data Kementerian Kesehatan Indonesia mengenai kasus HIV/AIDS di Indonesia
hingga Maret 2013[1]:
Pada artikel ini akan dibahas apa itu HIV / AIDS, bagaimana cara menularnya,
juga tentang sejarah AIDS di dunia dan di Indonesia, serta apa itu Sel Punca yang
disinyalir dapat senbuhkan HIV dan tentang Vaksin HIV yang ditemukan.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan
hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi.
Pita Merah terlipat adalah simbol solidaritas orang-orang yang positif terinfeksi virus HIV dan AIDS.
Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Virus ini senang hidup dan berkembang biak pada sel
darah putih manusia.
HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah,
cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina,
air susu ibu dan cairan otak.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau
disebut juga sel CD-4.
Penularan HIV terjadi kalau ada pencampuran cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti:
bersalaman
cium pipi
batuk/bersin
menggunakan telepon umum/kloset umum
tempat duduk
berenang
alat makan/minum
tinggal serumah dengan penderita HIV, dan
gigitan nyamuk.
Oleh karena penyakit yang menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut
penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.
Gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali, karena seringkali mirip penyakit
ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita tampak sehat, yang
kadang disebut sebagai periode jendela.
Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi penurunan berat badan secara cepat (> 10
persen), diare terus-menerus lebih dari satu bulan disertai panas badan yang hilang
timbul atau terus menerus.
Dalam masa sekitar tiga bulan setelah tertular, tubuh penderita belum membentuk
antibodi secara sempurna, sehingga tes darah tidak memperlihatkan orang itu telah
tertular HIV. Masa tiga bulan itu sering disebut dengan masa jendela.
Jika tes darah sudah menunjukkan adanya anti bodi HIV dalam darah, artinya
positif HIV, penderita memasuki masa tanpa gejala (5-7 tahun).
Tapi, pada masa ini tidak timbul gejala yang menunjukkan orang itu menderita
AIDS, atau dia tetap tampak sehat.
Hingga kemudian, penderita memasuki masa dengan gejala yang sering disebut
masa sebagai penderita AIDS. Gejala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita
dapat bertahan enam bulan sampai dua tahun dan kemudian meninggal.
Disaat itulah sangat dimungkinkan, penularan terhadap orang lain -setiap orang
dapat tertular HIV/AIDS. Padahal, belum ada vaksin dan obat penyembuhnya.
Tentu saja saran ini sangat berlaku bagi seseorang yang mempunyai perilaku
berisiko tinggi, seperti sering berganti-ganti pasangan seks dan pecandu narkotika
suntikan, mendapati gejala penyakit yang khas karena infeksi HIV, menderita
penyakit yang memerlukan transfusi darah terus-menerus seperti hemophili dan
sering berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
Kemudian, penemuan mirip kasus HIV/AIDS ini pertama kali terjadi sekitar 1981
oleh ahli kesehatan di Kota Los Angeles, Amerika Serikat, ketika sedang melakukan
sebuah penelitian kasus seri terhadap empat pemuda/mahasiswa.
1983: Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS.
Virus itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
Sedangkan virus HIV sendiri baru diketahui sekitar 1983 oleh Lug Montaigneur
seorang ahli mikrobiologi Perancis. Pada 1984, mikrobiolog asal Amerika Serikat,
Robert Gallo mengumumkan pula penemuan yang sama.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada
permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron (wikipedia).
Menurut catatan pada masa itu, hanya ada enam orang di Indonesia yang
didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
1987 s/d Desember 2001: Dari 671 pengidap AIDS di Indonesia, 280 orang
diantaranya meninggal dunia.
Februari 1999: Peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS)
meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus
SIV yang hampir sama dengan HIV-1.
Simpanse itu berasal dari subkelompok simpanse yang disebut pan troglodyte yang
terdapat di Afrika Tengah bagian Barat.
Left to right: the African green monkey source of SIV, the sooty mangabey source of HIV-2 and the chimpanzee
source of HIV-1 (wikipedia).
2002: Penderita HIV banyak yang bisa bertahan, dan 3,1 juta orang meninggal
karena penyakit AIDS.
Juli 2003: Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain adalah
merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit
yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini.
Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang bertugas untuk menyuntikkan zat
anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS.
Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk
para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka.
Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan.
Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau
tidak. Mereka meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian
pemakaian obat dihentikan.
Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk
melumpuhkan virus HIV. Kecelakaan yang tidak disengaja itu akan semakin
memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang
yang tidak peduli kepada mereka.
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi
Penanggulangan AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia.
Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut
menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur,
Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Jumlah penderita HIV di dunia semakin bertambah, maka Indonesia pasti ikut naik pula.
20 Agustus 2003: Generasi muda Papua lama-kelamaan dirasa akan habis karena
kurangnya penanganan masalah HIV/AIDS bagi warga Papua oleh petugas
kesehatan. Hal ini dikarenakan penanganan pemerintah terhadap kasus HIV/AIDS
di Papua sangat minim, sedangkan penderitanya semakin hari jumlahnya semakin
bertambah.
22 Agustus 2003: Sebanyak 27 orang warga Kabupaten Banyuwangi dinyatakan
positif terserang AIDS dan 10 orang lainnya masih diduga terkena penyakit yang
sama. Ini merupakan Angka terbesar di Jatim setelah Surabaya, Malang, dan
Sidoarjo.
Data ini berdasarkan survei Dinas Kesehatan pada 45 unit puskesmas dan 12
lokalisasi di Kota Gandrung itu, sejak awal bulan Agustus 2003. Kesimpulan didapat
setelah dilakukan pemeriksaan contoh darah yang diuji di laboratorium kesehatan
pada Dinas Kesehatan Propinsi Jatim di Surabaya.
Penderita adalah para pekerja seks komersial (PSK), mahasiswa, ibu rumah tangga,
PNS, TKI, dan waria. Dari 27 orang yang dinyatakan positif mengidap virus itu, lima
di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya masih dalam pengawasan dan
penanganan pihak Diskes Banyuwangi.
Map of Indonesia Showing HIV Program Implementers, 2005. Source: Indonesia National AIDS Commission.
(Exhibit 1 HIV/AIDS in Indonesia: Building a Coordinated National Response case) (source: ghdonline.org)
26 Januari 2004: Dalam kegiatan Penyuluhan Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Balai Kota Bogor, Dr Subagyo Partodiharjo selaku Ketua Yayasan Karya
Bhakti mengatakan, selama 2003, Rumah Sakit Karya Bhakti, Bogor menemukan 14
orang pasien pecandu narkoba yang dinyatakan positif terinfeksi virus HIV/AIDS.
Rumah Sakit Karya Bhakti merupakan salah satu tempat di Bogor untuk
melakukan rapid detoxivikasi (cara medis membuang ketergantungan narkotika).
Pasien narkotika dapat melakukan pencekan untuk mengetahui dirinya terinfeksi
virus HIV atau tidak.
Tapi, rumah sakit tidak menerima rehabilitasi bagi pasien yang terinfeksi virus
HIV/AIDS. Kebanyakan pasien narkotika yang dilakukan rapid detoxivikasi adalah
narapidana dalam kasus narkoba yang ditahan di penjara Paledang, Bogor.
11 Maret 2004: Dua orang bekas TKW asal Malang di Singapura, yaitu Syt dan Syn
diketahui terserang HIV/AIDS setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit
Kepanjen. Kedua wanita ini terdeteksi mengidap penyakit ini pada Februari 2004.
23 Maret 2004: Irw (28 tahun) seorang sopr taksi yang diindikasikan terkena
AIDS, kini hanya terbaring lemah. Kondisi badannya hampir tanpa kekebalan tubuh.
Bahkan keadaannya semakin memburuk. AIDS tertular padanya melalui suntikan
narkoba yang digunakannya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa
bekas suntikan.
Penyebab tingginya kasus AIDS di enam provinsi itu adalah tidak sehatnya perilaku
seksual. Untuk itu diperlukan penanganan serius penularan AIDS, seperti program
abstinensi atau puasa seks, be faithful (setia) pada pasangan dan penggunaan
kondom. Kasus AIDS juga banyak ditemukan pada pengguna NAZA, khusunya di
DKI Jakarta. Penanganannya, lewat peer group education.
18 September 2013: tercatat puluhan PSK Gang Dolly Surabaya terjangkit Virus
HIV/AIDS. Sebanyak 73 Pekerja Seks Komersil (PSK) di lokalisasi Dolly, di
Surabaya, Jawa Timur terjangkit virus HIV/AIDS. Data itu adalah hasil pemeriksaan
dan penghitungan puskesmas di Kelurahan Putat, mulai Januari hingga September
2013.
Menurut Lurah Putat Jaya Surabaya, jumlah tersebut menurun dibanding catatan di
tahun 2012, yang berjumlah 118 PSK. Itu karena seiring dengan menurunnya jumlah
wisma yang ada di wilayah Dolly. Terkait rencana penutupan areal Gang Dolly pada
2015 mendatang, para PSK menolaknya. Alasannya, mereka tidak punya keahlian
untuk mencari nafkah.
Merujuk data tahun 2012, PSK di lokalisasi terbesar itu tercatat berjumlah 1.050
orang. Kemudian, di tahun 2013, berjumlah 1.008 orang. Dengan jumlah wisma
atau tempat hunian WTS sebanyak 311 buah wisma, terletak di Gang Dolly dan
kawasan Jalan Jarak.
Pelajar SMA demonstrasi saat memperingati hari AIDS dunia tahun 2007 di Bundaran HI (pic:ladepeche.fr)
Semula kasus AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic. Sejak 2000, kasus
AIDS di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic. Tapi, belum
masuk tahap epidemi meluas yang diindikasikan dengan tingkat persentase kasus
AIDS pada Ibu hamil mencapai di atas satu persen.
Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 40 ribu ibu rumah tangga yang terkena HIV
AIDS karena tertular dari suami mereka. Pemicu penularan HIV AIDS terbesar
sampai saat ini, menurut data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional adalah
hubungan seksual yang berisiko bahasa halus dari zina.
Pada masa kini sebanyak 3,1 juta pria merupakan penikmat seks bebas dan pelaku
zina, lalu 800 ribu lainnya berhubungan seksual sesama jenis. Sedangkan, 230 ribu
pengidap terjangkit melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian.
Dilihat dari usia, pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok produktif
yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul kelompok umur 30 hingga 39
tahun.
The estimated number of people living with HIV/AIDS by country as of 2008 (wikipedia).
Tahun 2013: Ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk
Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di
seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik
diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui
hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Hampir sebagian besar kecamatan sudah ada temuan kasus. Hanya empat
kecamatan yang belum ada kasus, yaitu, Kecamatan Campakamulya, Pasirkuda,
Leles dan Cikadu, jelas Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten
Cianjur, Hilman.
Demonstrasi Anti Free Sex di Bundaran Hotel Indonesia saat haei AIDS sedunia, 1 Desember 2013.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa.
Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang
melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam
kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan
seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang
dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui
penggunaan obat terlarang.
Cara penularan yang paling banyak adalah hubungan seks heteroseksual yaitu
sebanyak 51 persen. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mempromosikan
kondom untuk perempuan sehingga perempuan dapat terlindungi. Sebuah cara
yang salah, bahkan tidak menyelesaikan masalah untuk mencegah meningkatnya
HIV/AIDS!
Berdasarkan data perkiraan jumlah penduduk Indonesia 0.009 % dari yang tercatat
adalah sebagai korban narkoba. Sedangkan 0,001 % tercatat sebagai sindikat
pengedar (bandar, pengedar dan sebagainya).
HIV/AIDS hanya bisa dicegah dengan cara menghentikan perilaku zina, termasuk
seks menyimpang dan penyalahgunaan obat terlarang. Mengganti kampanye
kondom dengan kampanye anti zina dan penolakan terhadap pornografi yang kian
marak di ranah public di Indonesia bisa menjadi langkah awal yang perlu dilakukan
dengan segera.
Para ilmuwan dari Lund University di Swedia mengatakan jenis baru tersebut,
dikenal sebagai A3/O2, paling banyak ditemukan di Afrika Barat. Para peneliti
tersebut mengatakan sebuah HIV jenis baru yang ditemukan di Afrika Barat telah
mengarah pada perkembangan ke AIDS yang lebih cepat.
Peneliti-peneliti yang berbasid di Lund University di Sweden tersebut mengatakan
virus jenis baru tersebut, dikenal sebagai A3/O2, merupakan persilangan antara dua
jenis HIV yang paling umum di Guinea-Bissau.
Mereka mengatakan orang-orang dengan A3/02 juga tiga kali lebih mungkin
menghadapi AIDS dan mengalami kematian terkait AIDS.
Para peneliti ini mengatakan sejuah ini jenis baru tersebut baru diidentifikasi di
Afrika Barat. Tapi mereka menambahkan bahwa di seluruh dunia, jenis-jenis virus
saling bergabung, meningkatkan risiko adanya jenis HIV yang lebih sulit dirawat.
Penemuan ini didasarkan pada sebuah studi dari 152 orang dengan HIV di Guinea-
Bissau. Pihak universitas mengatakan berencana untuk melakukan penelitian lebih
jauh mengenai kombinasi virus-virus HIV di Eropa.
Timothy Ray Brown, yang dikenal juga dengan julukan Berlin Patient diyakini tim
dokter telah sembuh dari derita penyakit HIV setelah sebelumnya menerima
transplantasi dari tahun 2007 sebagai bagian dari program pengobatan panjang
untuk leukemia.
Timothy Ray Brown
Dr. Michael Saag, Ketua HIV Medical Associationmengatakan, ini merupakan bukti
menarik konsep bahwa dengan langkah-langkah cantik luar biasa seorang pasien
bisa disembuhkan dari HIV, tetapi terlalu riskan untuk menjadi terapi
standarbahkan jika donor yang cocok dapat ditemukan.
Meski perkembangan tidak berarti membuktikan obat untuk virus telah ditemukan,
mereka pasti bisa memberi harapan bagi lebih dari 33 juta orang yang hidup dengan
HIV di seluruh dunia.
Apa Itu Sel Induk? Dalam bahasa Indonesia, sel induk atau stem cell disebut juga sel
punca. Ringkasnya, stem cell adalah sel yang masih belum matang dan belum
berdiferensiasi (berubah) menjadi sel atau jaringan tertentu. Nantinya sel ini dapat
bereplikasi menjadi sel yang serupa atau menjadi sel lain yang sama sekali berbeda.
Dalam bahasa kedokteran, stem cell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat
berubah menjadi satu jenis sel), multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis
sel), atautotipoten (dapat berubah menjadi jaringan apapun).
Dengan kemampuan inilah stem cell diyakini dapat menyembuhkan sel-sel tubuh
yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat, dengan cara beregenerasi
menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.
Bagaimana dengan di Indonesia? Menurut mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), Dr. dr. Fachmi Idris, kemampuan individual para
dokter Indonesia dalam teknologi sudah sangat mendukung untuk perkembangan
sel induk / sel punca (stem cell). Ia juga menambahkan bahwa teknologi dan sarana
kesehatan di Indonesia sudah sangat memadai untuk menangani tindakan medis,
termasuk untuk melakukan pengobatan dengan terapi stem cell.
Pada bulan Februari 2013 lalu telah diresmikan Asosiasi Sel Punca Indonesia di
Jakarta. Dengan adanya wadah resmi ini, diharapkan Indonesia akan semakin maju
dan terus menerus mengembangkan terapi stem cell serta terus melakukan
eksperimen di bidang ini. Meski masih diliputi pro dan kontra, harus diakui bahwa
terapi stem cell adalah harapan di masa depan bagi banyak orang Indonesia.
Dunia kedokteran terus berkembang, apa yang tidak dapat dilakukan 10 tahun lalu,
dapat kita lakukan sekarang dengan mudah. Pemasangan cincin (ring) di pembuluh
darah jantung telah dilakukan secara rutin untuk membuka pembuluh darah yang
tersumbat. Prosedur ini telah menyelamatkan banyak nyawa. Namun, prosedur
seperti ini hanya impian di masa lalu, dimana saat itu penyebab penyakit jantung
pun masih menjadi bahan perdebatan.
Kini, sebuah jendela pengetahuan baru juga mulai terbuka, yaitu sel punca atau
stem cell. Sel Punca atau stem cell adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel. Sel punca
merupakan cikal bakal dari semua sel tubuh kita. Jadi kita bisa merangsang dan
menumbuhkan sebuah jaringan tubuh tertentu dengan satu sel ini, misal jaringan
kulit, otot atau sel darah.
Bayangkan jika seorang kerabat anda menderita sakit jantung, namun dapat kembali
sehat karena diberikan sel punca yang dapat menggantikan sel jantungnya yang
rusak. Sel punca juga dapat menggantikan jaringan kulit yang rusak pada penderita
luka bakar yang luas. Bahkan baru-baru ini telah ditemukan di Jerman bagaimana
transplantasi stem cell dapat menyembuhkan seorang penderita AIDS. Menarik
bukan? Pentingnya teknologi sel punca mendorong penyelenggaraan kuliah dengan
topik ini.
Sesi kuliah dibuka oleh dr. Boenjamin Setiawan yang memaparkan pentingnya
mengembangkan sel punca untuk masa depan kedokteran Indonesia. Selain itu, dr.
Boenjamin juga memaparkan tentang berbagai kegunaan sel punca di dunia
kedokteran. Sel punca adalah sel yang mempunyai kemampuan untuk membelah
dan berkembang menjadi berbagai bentuk sel/jaringan lain, ungkapnya.
Manfaat sel punca banyak sekali diantaranya untuk penyembuhan luka, anti-ageing,
patah tulang dan masih banyak lagi. Dr. Boenjamin mengakhiri dengan berpesan
bahwa perkembangan sel punca di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan
dengan negara lain, namun Indonesia masih bisa mengejar karena Indonesia
memiliki sumber daya yang diperlukan untuk perkembangan teknologi sel punca ini.
Profesor Sheng Ding melanjutkan sesi kuliah dengan memaparkan hasil penelitian
yang telah dilakukannya. Profesor Sheng Ding telah mengidentifikasi berbagai
molekul kimia yang dapat digunakan untuk mengatur nasib dari sel punca. Melalui
berbagai molekul ini sel punca dapat diprogram sehingga bisa berkembang menjadi
berbagai sel dewasa yang kita inginkan. Melalui wawancara eksklusif dengan redaksi
Klikdokter, Prof. Sheng Ding juga memaparkan bahwa dirinya yakin dalam beberapa
tahun ke depan kita sudah dapat merasakan manfaat dari teknologi sel punca ini.
Sesi kuliah ditutup oleh dr.Stephen E. Epstein. Beliau adalah seorang dokter
spesialis jantung yang mendalami hubungan sel punca dengan penyakit jantung.
Beliau memaparkan bahwa berbagai penelitian saat ini masih belum dapat
menunjukkan manfaat yang signifikan dari terapi sel punca pada penyakit jantung.
Namun dr. Stephen berpendapat bahwa hasil ini disebabkan peneliti masih belum
menemukan cara yang tepat untuk menggunakan sel punca dengan maksimal. Jika
peneliti sudah menemukan cara yang tepat untuk membuka misteri dari sel punca,
maka manusia akan mendapatkan manfaat yang besar dai potensi sel punca yang
sangat besar.
Kita baru saja memasuki era perkembangan sel punca, sehingga masih banyak yang
perlu kita pelajari tentang sel punca ini. Sel punca memiliki potensi yang sangat
besar, sel ini dapat menggantikan sel jantung yang rusak, mengganti tulang yang
patah atau kerusakan organ lain yang masih belum ada pengobatannya. Ketika
teknologi sel punca sudah berhasil, tentu akan banyak sekali nyawa manusia yang
dapat diselamatkan (Oleh dr. Alvin Nursalim).
Stem-Cell merupakan jenis sel yang terdapat di dalam tubuh seseorang. Sel ini
merupakan jenis sel yang dapat berkembang biak dengan sendirinya dan dapat
berdiferesiensi menjadi jenis sel lainnya.
HIV merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus HIV yang dapat menyerang ke
sistem pertahanan tubuh kita yang membuat seseorang rentan terhadap berbagai
macam penyakit.
Sebuah penemuan terbaru yang diutarakan oleh Timothy Henrich seorang dokter
dari Harvard Medical School, di Amerika menyebutkan bahwa 2 pasiennya yang
menderita AIDS ternyata sembuh setelah mendapat terapi stem cell untuk penyakit
kanker kelenjar getah bening (lymphoma) yang diderita mereka. Kedua pasien yang
secara rutin harus mengkonsumsi obat anti-HIV, setelah mendapat terapi stem cell
berhenti mengkonsumsi obat anti-HIV selama 15 minggu dan setelah diperiksa,
ternyata tidak ditemukannya virus HIV lagi di dalam tubuh mereka.
Tidak terdeteksinya virus HIV setelah terapi stem cell juga terjadi pada pasien
bernama Ray Brown yang juga dikenal sebagai the Berlin Patient dimana virus
HIV juga hilang dari tubuh beliau setelah mendapat terapi transplan sumsum tulang
belakang untuk penyakit kanker darah (leukemia) yang dideritanya.
Namun, penggunaan stem cell untuk terapi secara global sangat sulit mengingat
biaya terapi stem-cell yang sangat mahal, tapi kasus terbaru ini mungkin dapat
membantu dalam proses melawan penyakit yang telah menginfeksi 34 juta orang di
dunia ini.
Pada bulan April 2013, peneliti melaporkan suatu gebrakan yang dapat mengubah
dunia yaitu penemuan terbaru tentang antibodi yang dapat menetralisir AIDS.
Infeksi HIV merupakan infeksi molekuler yang intensif bermulai dari saat virus
menginfeksi inang baru hingga munculnya penyakit AIDS. Perkembangan AIDS
bukan karena tubuh kita tidak dapat melawan HIV, namun akibat pertahanan tubuh
yang semakin melemah di saat virus tetap bertahan. Saat ini, penelitian yang
dipimpin oleh Barton Haynes, Direktur di Duke University Human Vaccine Institute
di Duke University School of Medicine, berpendapat bahwa mereka menemukan
jalan untuk membantu sistem imun manusia.
Dimulai saat infeksi, sistem imun kita langsung aktif dan mengeluarkan antibodi
untuk menghancurkan virus HIV. Pada minggu-minggu pertama, antibodi ini pada
umumnya sukses mengeliminasi hampir semua virus namun tetap ada beberapa
virus tersisa yang tidak dapat terdeteksi. Virus-virus yang tidak terdeteksi ini, akan
bermutasi dan berkembang biak sampai terbentuk antibodi baru untuk membunuh
mereka. Hingga mencapai suatu titik dimana pembunuhan dari virus memicu
replikasi yang lebih banyak sampai tubuh tidak sanggup lagi melawan virus.
(wikipedia/tempo/klikdokter/icc)
Around 380,000 people are living with HIV in Indonesia, which has the fastest
growing epidemic in Asia. This number has risen sharply in recent years and is
expected to more than double by 2014 if approaches to HIV prevention are not
improved. This rise is due to several factors including: the countrys extensive sex
industry; limited testing and treatment clinics; a highly mobile population; a rapidly
growing population of people who inject drugs; and the challenges created by major
economic and natural crises (the Asian financial crisis heavily affected the country in
1997, and the 2004 Tsunami devastated parts of Northern Sumatra, the largest
island in Indonesia).
High levels of HIV infection are found amongst high-risk groups, such as injecting
drug users, sex workers and their clients and to a lesser extent, men who have sex
with men. In 2012, HIV prevalence was reported as high as 36 percent among people
who inject drugs. However, local regulations often criminalize high-risk groups and
it has been identified that some members of the National AIDS Commission,
responsible for tackling HIV/AIDS in Indonesia, are failing to address the issue of
HIV/AIDS among high-risk groups.Additionally, campaigns to promote condom use
among people who engage in high-risk sex have met resistance from some religious
groups, who feel that condoms should only be promoted to married couples.
In 2012, the Indonesian government issued compulsory licenses allowing local drug
companies to legally bypass drug patents and make their own, cheaper versions for
the treatment of HIV and Hepatitis. This development will hopefully increase access
to affordable ARV drugs. Currently only 24 percent of people with HIV in Indonesia
have access to treatment, with coverage falling even lower among children; the
number of children eligible for treatment who are receiving it is estimated to be as
low as 11 percent (avert.org).
Artikel Lainnya:
Waduh! Ditemukan HIV Agresif di Kuba: Hanya 3 Tahun Sudah Menjadi AIDS!
Setengah Warga Britons (Turunan Inggris) Akan Kena Kanker Tahun 2020!!
Kanker Stadium-4, Gadis Cilik ini Sembuh Karena Terapi Alkalis Memakan Sayur
dan Buah
*****
http://wp.me/p1jIGd-41p
Iklan
Beri peringkat:
Ada 55.623 kasus AIDS dan 142.961 kasus HIV positif dengan
presentase pengidap pada usia 20-29 tahun (32%), usia 30-39 tahun (28.4%). Angka ini cenderung
naik dari tahun-tahun sebelumnya. (Sumber: Kementerian Kesehatan RI sampai dengan Juni 2014)
Heteroseksual (61.5%)
Pengguna jarum suntik (15.2%)
Perinatal (2.7%)
Homoseksual (2.4%)
News Peristiwa
TWITTER
FACEBOOK
GOOGLE+
Metrotvnews.com, Jakarta: Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dalam sepuluh tahun terakhir secara umum meningkat.
Peningkatan ini sejalan dengan makin banyaknya masyarakat yang sadar dan melakukan tes HIV.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Sigit Priohutomo, mengatakan
meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia layaknya fenomena gunung es. Namun
fenomena tersebut perlahan tapi pasti mulai terangkat.
"Makin banyak yang terdeteksi, makin terangkat gunung esnya. Semakin banyak juga masyarakat
yang mau melakukan tes dan mengetahui statusnya," kata Sigit dalam temu media di Gedung
Kemenkes, Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (30/11/2015).
Menurutnya, hal tersebut juga tisak lepas dari pergeseran target program deteksi dini dan skrining.
Dulu, kata Sigit, yang dites hanya kelompok kunci, yang diduga mengidap HIV.
"Sekarang tes juga dilakukan ke populasi umum, terutama ke ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga
menjadi salah satu kelompok pengidap HIV yang tinggi," imbuhnya.
Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak
184.929 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu
di DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat
(17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus).
Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah
hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak steril
pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen).
Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan kelompok
umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen),
30-39 tahun (29,4 persen), 40-49 tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19
tahun (3 persen).
Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. Sampai September 2015, kasus
AIDS tersebar di 381 (77 persen) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Wilayah pertama kali ditemukan adanya kasus AIDS adalah Provinsi Bali. Sedangkan yang terakhir
melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.
(AZF)
TWITTER
FACEBOOK