Anda di halaman 1dari 36

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

Virus ini menyerang


sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan penyakit.
HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk
memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat
penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan normal.

Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan
berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap
ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

HIV/AIDS di Indonesia
Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV
tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah
provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai
tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49
tahun. Wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu
jiwa. Angka kematian akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian
terdapat anak-anak yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah
110.000 anak.

Penyebaran HIV
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang
dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian
jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:

Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
Melalui seks oral.

Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.

Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.

Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah


terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.

Tes Infeksi HIV


Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling.
Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV.
Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda.
Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and
Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan
rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling
bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian.
Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap
HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin
akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang
dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.

Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada
rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa
yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:

Komunitas AIDS Indonesia

ODHA Indonesia

Himpunan Abiasa

Yayasan Spiritia

Yayasan Orbit

Yayasan AIDS Indonesia

Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS


adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).
Jika hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis HIV.
Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk memperlihatkan
dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda. Anda juga bisa membicarakan
tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan.

Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV


Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi
langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang
dilakukan bisa memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani
pola hidup yang sehat.
Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi
menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut
diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan
melakukan pola hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok,
mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan
menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan
nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

Cara Pencegahan HIV


Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara
aman, dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua
yang pernah berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan,
lebih berisiko untuk terinfeksi HIV.
Gejala HIV dan AIDS

AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan
AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang
meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara,
Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Program-program
penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui perubahan perilaku dan
melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan pengobatan dan perawatan. Program
PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat dengan saat ini.

Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS.
Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi
Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya
adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi
tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan
pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka,
dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari
kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui
penggunaan obat terlarang.

Berikut adalah data Kementerian Kesehatan Indonesia mengenai kasus HIV/AIDS di Indonesia
hingga Maret 2013[1]:

Jumlah orang yang terinfeksi HIV 103759 orang


Jumlah pengidap AIDS 43347 orang
Jumlah kematian karena HIV/AIDS 8288 orang
Jumlah orang yang tertular HIV 5369 orang
(selama Januari-Maret 2013)
Jumlah orang yang terkena AIDS 460 orang
(selama Januari-Maret 2013)

Pada artikel ini akan dibahas apa itu HIV / AIDS, bagaimana cara menularnya,
juga tentang sejarah AIDS di dunia dan di Indonesia, serta apa itu Sel Punca yang
disinyalir dapat senbuhkan HIV dan tentang Vaksin HIV yang ditemukan.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan
hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi.

Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan virus HIV (Human


Immunodeficiency Virus). Dan pada kenyataannya ditemukan bahwa yang
menyebabkan penderita AIDS meninggal adalah karena penyakit infeksi
oportunistik dan bukan oleh karena infeksi HIV itu sendiri.

Pita Merah terlipat adalah simbol solidaritas orang-orang yang positif terinfeksi virus HIV dan AIDS.

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon


imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya
disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat
penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi,
obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia
lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
AIDS, acquired immunodeciency syndrome terjadi imunodefisiensi sekunder yang
disebabkan oleh infeksi HIV. Kekurangan imunitas tubuh dapat dilihat dari kadar
CD4 (kurang dari 200) dalam tubuh.

Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Virus ini senang hidup dan berkembang biak pada sel
darah putih manusia.

HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah,
cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina,
air susu ibu dan cairan otak.

Cara HIV Menyerang

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.

HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau
disebut juga sel CD-4.

Penularan HIV terjadi kalau ada pencampuran cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti:

Hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV.


Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato, tindik dan cukur) yang tercemar
HIV.
Transfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV, dan
Ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau bayinya.

Hal-hal yang tidak berpotensi menularkan HIV adalah melalui:

bersalaman
cium pipi
batuk/bersin
menggunakan telepon umum/kloset umum
tempat duduk
berenang
alat makan/minum
tinggal serumah dengan penderita HIV, dan
gigitan nyamuk.

Tapi lantaran masih terbatasnya informasi yang didapat masyarakat Indonesia


tentang penyakit ini, banyak banyak penderita HIV/AIDS yang dikucilkan dari
lingkungannya.

Kerusakan progresif pada sistem kekebalan


tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (Odha) amat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit.

Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan


menyebabkan pasien sakit parah, bahkan meninggal.

Oleh karena penyakit yang menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut
penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.

Gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali, karena seringkali mirip penyakit
ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita tampak sehat, yang
kadang disebut sebagai periode jendela.

Kadang-kadang dalam enam minggu pertama setelah kontak penularan timbul


gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, skait menelan dan
pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan selangkangan.
Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan sampai 4-5 tahun mungkin tidak muncul
gejala. Pada tahun ke-5 atau ke-6, tergantung masing-masing penderita, mulai
timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di
mulut dan pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.

Gejala-gejala utama AIDS (wikipedia).

Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi penurunan berat badan secara cepat (> 10
persen), diare terus-menerus lebih dari satu bulan disertai panas badan yang hilang
timbul atau terus menerus.

Dalam masa sekitar tiga bulan setelah tertular, tubuh penderita belum membentuk
antibodi secara sempurna, sehingga tes darah tidak memperlihatkan orang itu telah
tertular HIV. Masa tiga bulan itu sering disebut dengan masa jendela.

Jika tes darah sudah menunjukkan adanya anti bodi HIV dalam darah, artinya
positif HIV, penderita memasuki masa tanpa gejala (5-7 tahun).

Tapi, pada masa ini tidak timbul gejala yang menunjukkan orang itu menderita
AIDS, atau dia tetap tampak sehat.
Hingga kemudian, penderita memasuki masa dengan gejala yang sering disebut
masa sebagai penderita AIDS. Gejala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita
dapat bertahan enam bulan sampai dua tahun dan kemudian meninggal.

HIV/AIDS jelas berbahaya untuk meenginfeksi seseorang, karena gejala yang


muncul baru diketahui penderita setelah 2-10 tahun terinfeksi HIV.

Disaat itulah sangat dimungkinkan, penularan terhadap orang lain -setiap orang
dapat tertular HIV/AIDS. Padahal, belum ada vaksin dan obat penyembuhnya.

Gejala utama infeksi HIV Akut (wikipedia).

Sangat disarankan memeriksa darah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap


HIV yang berarti ada HIV di dalam tubuh -biasanya dilakukan dengan cara Elisa
Reaktif sebanyak dua kali. Bila hasilnya positif, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan Western Blot atauImmunofluorensensi untuk memastikan adanya HIV di
dalam tubuh.

Tentu saja saran ini sangat berlaku bagi seseorang yang mempunyai perilaku
berisiko tinggi, seperti sering berganti-ganti pasangan seks dan pecandu narkotika
suntikan, mendapati gejala penyakit yang khas karena infeksi HIV, menderita
penyakit yang memerlukan transfusi darah terus-menerus seperti hemophili dan
sering berhubungan dengan cairan tubuh manusia.

Sejarah HIV / AIDS di Indonesia dan Dunia


Pada tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari monyet ke
manusia (sekitar tahun 1926-1946).

Kemudian, penemuan mirip kasus HIV/AIDS ini pertama kali terjadi sekitar 1981
oleh ahli kesehatan di Kota Los Angeles, Amerika Serikat, ketika sedang melakukan
sebuah penelitian kasus seri terhadap empat pemuda/mahasiswa.

Di dalam tubuh ke-empat pemuda tadi

ditemukan penyakit pneumonia (Pneumonic Carinii) yang disertai dengan


penurunan kekebalan tubuh (imunitas). Dari hasil penelitian, para ahli kesehatan
menemukan jalan untuk penemuan penyakit AIDS.

1982: Para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai GayRelated


Immune Deficiency(GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan
dengan kaum gay.

1983: Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS.
Virus itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).

Sedangkan virus HIV sendiri baru diketahui sekitar 1983 oleh Lug Montaigneur
seorang ahli mikrobiologi Perancis. Pada 1984, mikrobiolog asal Amerika Serikat,
Robert Gallo mengumumkan pula penemuan yang sama.

1984: Pemerintah AS mengumumkan, Dr Robert Gallo dari National Cancer


Institute(NCI) memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama HTLV 111.
1986: Suatu panitia internasional menyatakan bahwa virus LAV dan HTLV-III
adalah sama sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.

Di Indonesia penemuan kasus HIV/AIDS diperkirakan baru diketahui pada 1987,


yaitu pada seorang turis asal Belanda.

HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada
permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron (wikipedia).

15 April 1987: Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang


wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit
Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS.

Menurut catatan pada masa itu, hanya ada enam orang di Indonesia yang
didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.

1987 s/d Desember 2001: Dari 671 pengidap AIDS di Indonesia, 280 orang
diantaranya meninggal dunia.
Februari 1999: Peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS)
meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus
SIV yang hampir sama dengan HIV-1.

Simpanse itu berasal dari subkelompok simpanse yang disebut pan troglodyte yang
terdapat di Afrika Tengah bagian Barat.

Left to right: the African green monkey source of SIV, the sooty mangabey source of HIV-2 and the chimpanzee
source of HIV-1 (wikipedia).

2001: UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan


jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) di dunia ada sekitar 40 juta orang.
Sampai sekarang, di sub-sahara Afrika paling banyak terdapat ODHA, yakni 70
persen dari ODHA yang ada di dunia. Sedikitnya 12 juta anak menjadi yatim piatu
karena HIV/AIDS.

November 2001: Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyatakan obat untuk


AIDS dan penyakit lainnya dalam kasus tertentu boleh tidak dipatenkan.

2002: Penderita HIV banyak yang bisa bertahan, dan 3,1 juta orang meninggal
karena penyakit AIDS.

9 Januari 2003: Penderita HIV/AIDS di Bali bertambah 18 orang lagi. Total


kumulatif penderita, dari 233 orang menjadi 251 orang. Sampai saat ini belum bisa
dipastikan posisi Bali dalam hal urutan jumlah penderita HIV/AIDS dalam skala
nasional.

Juli 2003: Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain adalah
merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit
yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini.

Diagram yang memperlihatkan struktur dalam virus HIV (wikipedia).

Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang bertugas untuk menyuntikkan zat
anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS.

Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk
para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka.

Keadaan ini dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas


kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS).

Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan.
Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau
tidak. Mereka meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian
pemakaian obat dihentikan.
Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk
melumpuhkan virus HIV. Kecelakaan yang tidak disengaja itu akan semakin
memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang
yang tidak peduli kepada mereka.

Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka bersikap hati-hati dalam


bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana khusus untuk
perawatan dan pengobatan mereka.

Penderita AIDS di Nigeria

HIV / AIDS Di Indonesia

AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi
Penanggulangan AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia.
Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut
menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur,
Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui


perubahan perilaku dan melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan
pengobatan dan perawatan. Program PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat
dengan saat ini.

Jumlah penderita HIV di dunia semakin bertambah, maka Indonesia pasti ikut naik pula.

Desember 2002: Berdasarkan data yang masuk, terdapat 306 penderita


HIV/AIDS yang tersebar di Indonesia hingga Desember 2002. Jumlah ini belum
termasuk jumlah korban lain yang tidak terdeteksi.

20 Agustus 2003: Generasi muda Papua lama-kelamaan dirasa akan habis karena
kurangnya penanganan masalah HIV/AIDS bagi warga Papua oleh petugas
kesehatan. Hal ini dikarenakan penanganan pemerintah terhadap kasus HIV/AIDS
di Papua sangat minim, sedangkan penderitanya semakin hari jumlahnya semakin
bertambah.
22 Agustus 2003: Sebanyak 27 orang warga Kabupaten Banyuwangi dinyatakan
positif terserang AIDS dan 10 orang lainnya masih diduga terkena penyakit yang
sama. Ini merupakan Angka terbesar di Jatim setelah Surabaya, Malang, dan
Sidoarjo.

Data ini berdasarkan survei Dinas Kesehatan pada 45 unit puskesmas dan 12
lokalisasi di Kota Gandrung itu, sejak awal bulan Agustus 2003. Kesimpulan didapat
setelah dilakukan pemeriksaan contoh darah yang diuji di laboratorium kesehatan
pada Dinas Kesehatan Propinsi Jatim di Surabaya.

Penderita adalah para pekerja seks komersial (PSK), mahasiswa, ibu rumah tangga,
PNS, TKI, dan waria. Dari 27 orang yang dinyatakan positif mengidap virus itu, lima
di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya masih dalam pengawasan dan
penanganan pihak Diskes Banyuwangi.

Map of Indonesia Showing HIV Program Implementers, 2005. Source: Indonesia National AIDS Commission.
(Exhibit 1 HIV/AIDS in Indonesia: Building a Coordinated National Response case) (source: ghdonline.org)
26 Januari 2004: Dalam kegiatan Penyuluhan Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Balai Kota Bogor, Dr Subagyo Partodiharjo selaku Ketua Yayasan Karya
Bhakti mengatakan, selama 2003, Rumah Sakit Karya Bhakti, Bogor menemukan 14
orang pasien pecandu narkoba yang dinyatakan positif terinfeksi virus HIV/AIDS.

Rumah Sakit Karya Bhakti merupakan salah satu tempat di Bogor untuk
melakukan rapid detoxivikasi (cara medis membuang ketergantungan narkotika).
Pasien narkotika dapat melakukan pencekan untuk mengetahui dirinya terinfeksi
virus HIV atau tidak.

Tapi, rumah sakit tidak menerima rehabilitasi bagi pasien yang terinfeksi virus
HIV/AIDS. Kebanyakan pasien narkotika yang dilakukan rapid detoxivikasi adalah
narapidana dalam kasus narkoba yang ditahan di penjara Paledang, Bogor.

Kegiatan Komite ini melakukan penyuluhan dibeberapa daerah. Hal ini


dimaksudkan agar dapat membantu menanggulangi dan memberantas peredaran
serta penyalahgunaan narkoba di Indonesia.
14 Februari 2004: I Gusti Dodi,
penderita berusia 21 tahun, meninggal di Rumah Sakit Umum Mataram.

11 Maret 2004: Dua orang bekas TKW asal Malang di Singapura, yaitu Syt dan Syn
diketahui terserang HIV/AIDS setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit
Kepanjen. Kedua wanita ini terdeteksi mengidap penyakit ini pada Februari 2004.

Dengan ini, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Malang menjadi 30 orang,


empat diantaranya meninggal dunia. Penderita yang masih hidup terus dipantau
kegiatannya. Para penderita HIV/AIDS berasal dari berbagai kalangan, seperti PSK
(Pekerja Seks Komersial), Waria, Gay, Sopir, dan Pecandu Narkoba.

18 Maret 2004: Penderita AIDS di Mataram bertambah lagi dengan


terindikasikannya Irwan (28 tahun) yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Umum
(RSU) Mataram, Nusa Tenggara Barat lewat instalasi rawat darurat (IRD).

23 Maret 2004: Irw (28 tahun) seorang sopr taksi yang diindikasikan terkena
AIDS, kini hanya terbaring lemah. Kondisi badannya hampir tanpa kekebalan tubuh.
Bahkan keadaannya semakin memburuk. AIDS tertular padanya melalui suntikan
narkoba yang digunakannya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa
bekas suntikan.

DKI tercatat pada urutan pertama untuk kasus AIDS di Indonesia,


dibandingkan dengan Papua, Bali, Riau, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Ke enam daerah ini memasuki concentrated level epidemic AIDS.

Penyebab tingginya kasus AIDS di enam provinsi itu adalah tidak sehatnya perilaku
seksual. Untuk itu diperlukan penanganan serius penularan AIDS, seperti program
abstinensi atau puasa seks, be faithful (setia) pada pasangan dan penggunaan
kondom. Kasus AIDS juga banyak ditemukan pada pengguna NAZA, khusunya di
DKI Jakarta. Penanganannya, lewat peer group education.

18 September 2013: tercatat puluhan PSK Gang Dolly Surabaya terjangkit Virus
HIV/AIDS. Sebanyak 73 Pekerja Seks Komersil (PSK) di lokalisasi Dolly, di
Surabaya, Jawa Timur terjangkit virus HIV/AIDS. Data itu adalah hasil pemeriksaan
dan penghitungan puskesmas di Kelurahan Putat, mulai Januari hingga September
2013.

Menurut Lurah Putat Jaya Surabaya, jumlah tersebut menurun dibanding catatan di
tahun 2012, yang berjumlah 118 PSK. Itu karena seiring dengan menurunnya jumlah
wisma yang ada di wilayah Dolly. Terkait rencana penutupan areal Gang Dolly pada
2015 mendatang, para PSK menolaknya. Alasannya, mereka tidak punya keahlian
untuk mencari nafkah.

Merujuk data tahun 2012, PSK di lokalisasi terbesar itu tercatat berjumlah 1.050
orang. Kemudian, di tahun 2013, berjumlah 1.008 orang. Dengan jumlah wisma
atau tempat hunian WTS sebanyak 311 buah wisma, terletak di Gang Dolly dan
kawasan Jalan Jarak.
Pelajar SMA demonstrasi saat memperingati hari AIDS dunia tahun 2007 di Bundaran HI (pic:ladepeche.fr)

Semula kasus AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic. Sejak 2000, kasus
AIDS di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic. Tapi, belum
masuk tahap epidemi meluas yang diindikasikan dengan tingkat persentase kasus
AIDS pada Ibu hamil mencapai di atas satu persen.

Sedangkan pada masa kini, sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,


Nafsiah Mboi mengatakan jumlah perempuan yang terinfeksi HIV AIDS di
Indonesia terus meningkat dengan cepat.

Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 40 ribu ibu rumah tangga yang terkena HIV
AIDS karena tertular dari suami mereka. Pemicu penularan HIV AIDS terbesar
sampai saat ini, menurut data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional adalah
hubungan seksual yang berisiko bahasa halus dari zina.

Pada masa kini sebanyak 3,1 juta pria merupakan penikmat seks bebas dan pelaku
zina, lalu 800 ribu lainnya berhubungan seksual sesama jenis. Sedangkan, 230 ribu
pengidap terjangkit melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian.
Dilihat dari usia, pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok produktif
yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul kelompok umur 30 hingga 39
tahun.

The estimated number of people living with HIV/AIDS by country as of 2008 (wikipedia).

Tahun 2013: Ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk
Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di
seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik
diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui
hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Mengerikan, Virus HIV/AIDS Sudah Sebar 28 Kecamatan di Cianjur!

Jumlah orang dengan HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur terus meningkat. Dari 32


Kecamatan di Kabupaten Cianjur, sebanyak 28 kecamatan sudah tercemar virus
mematikan tersebut.

Hampir sebagian besar kecamatan sudah ada temuan kasus. Hanya empat
kecamatan yang belum ada kasus, yaitu, Kecamatan Campakamulya, Pasirkuda,
Leles dan Cikadu, jelas Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten
Cianjur, Hilman.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Cianjur dr Suranto MM mengatakan,


pencegahan dan penanggulangan penyakit AIDS bukanlah pekerjaan mudah. Upaya
yang dilakukan membutuhkan keseriusan dan niat tulus dari berbagai elemen
masyarakat dan pemerintah.

Melalui kegiatan penguatan koordinasi antar lembaga penggerak penanggulangan


AIDS di Kantor Kepala Desa Gadog, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Kamis
(12/2/2015), diharapkan pelaksanaan program kegiatan dapat bersinergi. Semua
harus satu persepsi mengenai upaya seruis menangani AIDS.

Fenomena penyebaran penyakit AIDS di Cianjur sudah sangat memprihatinkan.


Jika tidak ditindak lanjuti dengan serius, lanjutnya, maka akan terus terjadi
peningkatan jumlah orang dengan penderita HIV Aids (ODHA). Berdasarkan data
dari KPA Cianjur, terdapat 3 kecamatan yang memiliki jumlah penderita HIV AIDS
terbanyak. Ketiga kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Cianjur, Pacet dan
Cipanas.

Demonstrasi Anti Free Sex di Bundaran Hotel Indonesia saat haei AIDS sedunia, 1 Desember 2013.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa.
Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang
melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam
kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan
seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang
dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui
penggunaan obat terlarang.

Cara penularan yang paling banyak adalah hubungan seks heteroseksual yaitu
sebanyak 51 persen. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mempromosikan
kondom untuk perempuan sehingga perempuan dapat terlindungi. Sebuah cara
yang salah, bahkan tidak menyelesaikan masalah untuk mencegah meningkatnya
HIV/AIDS!

Berdasarkan data perkiraan jumlah penduduk Indonesia 0.009 % dari yang tercatat
adalah sebagai korban narkoba. Sedangkan 0,001 % tercatat sebagai sindikat
pengedar (bandar, pengedar dan sebagainya).

Dalam peredarannya, narkoba diistilahkan sebagai food suplemen yang berguna


untuk pengembali kesegaran tubuh. Sebagai pengenalan, biasanya pengedar
memberikan narkoba secara cuma-cuma kepada pemakai pemula, yang nantinya
akan ketagihan, namun setelah itu, Pengedar menjualnya dengan harga tinggi.

HIV/AIDS hanya bisa dicegah dengan cara menghentikan perilaku zina, termasuk
seks menyimpang dan penyalahgunaan obat terlarang. Mengganti kampanye
kondom dengan kampanye anti zina dan penolakan terhadap pornografi yang kian
marak di ranah public di Indonesia bisa menjadi langkah awal yang perlu dilakukan
dengan segera.

HIV Jenis Baru Lebih Cepat Berkembang Jadi AIDS

Para ilmuwan dari Lund University di Swedia mengatakan jenis baru tersebut,
dikenal sebagai A3/O2, paling banyak ditemukan di Afrika Barat. Para peneliti
tersebut mengatakan sebuah HIV jenis baru yang ditemukan di Afrika Barat telah
mengarah pada perkembangan ke AIDS yang lebih cepat.
Peneliti-peneliti yang berbasid di Lund University di Sweden tersebut mengatakan
virus jenis baru tersebut, dikenal sebagai A3/O2, merupakan persilangan antara dua
jenis HIV yang paling umum di Guinea-Bissau.

Virus HIV A3/O2

Penelitian yang dilakukan mereka menemukan bahwa orang-orang yang terinfeksi


virus jenis baru tersebut meningkat menjadi AIDS dalam sekitar lima tahun, lebih
cepat satu tahun dibandingkan orang-orang dengan salah satu jenis virus awal saja.

Mereka mengatakan orang-orang dengan A3/02 juga tiga kali lebih mungkin
menghadapi AIDS dan mengalami kematian terkait AIDS.

Para peneliti ini mengatakan sejuah ini jenis baru tersebut baru diidentifikasi di
Afrika Barat. Tapi mereka menambahkan bahwa di seluruh dunia, jenis-jenis virus
saling bergabung, meningkatkan risiko adanya jenis HIV yang lebih sulit dirawat.

Penemuan ini didasarkan pada sebuah studi dari 152 orang dengan HIV di Guinea-
Bissau. Pihak universitas mengatakan berencana untuk melakukan penelitian lebih
jauh mengenai kombinasi virus-virus HIV di Eropa.

Sel Punca atau Sel Induk bisa Sembuhkan Pasien HIV

Timothy Ray Brown, yang dikenal juga dengan julukan Berlin Patient diyakini tim
dokter telah sembuh dari derita penyakit HIV setelah sebelumnya menerima
transplantasi dari tahun 2007 sebagai bagian dari program pengobatan panjang
untuk leukemia.
Timothy Ray Brown

Dr. Michael Saag, Ketua HIV Medical Associationmengatakan, ini merupakan bukti
menarik konsep bahwa dengan langkah-langkah cantik luar biasa seorang pasien
bisa disembuhkan dari HIV, tetapi terlalu riskan untuk menjadi terapi
standarbahkan jika donor yang cocok dapat ditemukan.

Pasien berkewarganegaraan Amerika Serikat yang tinggal di Jerman ini sebelumnya


telah mengidap HIV selama bertahun-tahun, setelah tim dokter memantau dan
yakin hingga menuliskan dalam jurnal laporannya bahwa telah melakukan
pencapaian kesembuhan dari pasien HIV setelah melakukan pengujian yang
ekstensif. Kini Brown tidak lagi memiliki tanda-tanda HIV atau Leukimia.

Meski perkembangan tidak berarti membuktikan obat untuk virus telah ditemukan,
mereka pasti bisa memberi harapan bagi lebih dari 33 juta orang yang hidup dengan
HIV di seluruh dunia.

Apa Itu Sel Induk? Dalam bahasa Indonesia, sel induk atau stem cell disebut juga sel
punca. Ringkasnya, stem cell adalah sel yang masih belum matang dan belum
berdiferensiasi (berubah) menjadi sel atau jaringan tertentu. Nantinya sel ini dapat
bereplikasi menjadi sel yang serupa atau menjadi sel lain yang sama sekali berbeda.

Dalam bahasa kedokteran, stem cell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat
berubah menjadi satu jenis sel), multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis
sel), atautotipoten (dapat berubah menjadi jaringan apapun).

Dengan kemampuan inilah stem cell diyakini dapat menyembuhkan sel-sel tubuh
yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat, dengan cara beregenerasi
menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.
Bagaimana dengan di Indonesia? Menurut mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), Dr. dr. Fachmi Idris, kemampuan individual para
dokter Indonesia dalam teknologi sudah sangat mendukung untuk perkembangan
sel induk / sel punca (stem cell). Ia juga menambahkan bahwa teknologi dan sarana
kesehatan di Indonesia sudah sangat memadai untuk menangani tindakan medis,
termasuk untuk melakukan pengobatan dengan terapi stem cell.

Sekitar 2008 lalu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia


(PABDI) berhasil mengembangkan penggunaan sel punca yang diambil dari
sumsum tulang belakang untuk mengobati pasien serangan jantung. Menurut pakar
jantung PABDI Prof. dr. Teguh Santoso, PABDI telah berhasil mengobati 15 pasien
penyakit jantung di RSCM dan RS Kanker Dharmais dengan menggunakan stem
cell dan menuai keberhasilan.

Pada bulan Februari 2013 lalu telah diresmikan Asosiasi Sel Punca Indonesia di
Jakarta. Dengan adanya wadah resmi ini, diharapkan Indonesia akan semakin maju
dan terus menerus mengembangkan terapi stem cell serta terus melakukan
eksperimen di bidang ini. Meski masih diliputi pro dan kontra, harus diakui bahwa
terapi stem cell adalah harapan di masa depan bagi banyak orang Indonesia.

Sel Punca, Masa Depan Dunia Kedokteran

Dunia kedokteran terus berkembang, apa yang tidak dapat dilakukan 10 tahun lalu,
dapat kita lakukan sekarang dengan mudah. Pemasangan cincin (ring) di pembuluh
darah jantung telah dilakukan secara rutin untuk membuka pembuluh darah yang
tersumbat. Prosedur ini telah menyelamatkan banyak nyawa. Namun, prosedur
seperti ini hanya impian di masa lalu, dimana saat itu penyebab penyakit jantung
pun masih menjadi bahan perdebatan.

Kini, sebuah jendela pengetahuan baru juga mulai terbuka, yaitu sel punca atau
stem cell. Sel Punca atau stem cell adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel. Sel punca
merupakan cikal bakal dari semua sel tubuh kita. Jadi kita bisa merangsang dan
menumbuhkan sebuah jaringan tubuh tertentu dengan satu sel ini, misal jaringan
kulit, otot atau sel darah.
Bayangkan jika seorang kerabat anda menderita sakit jantung, namun dapat kembali
sehat karena diberikan sel punca yang dapat menggantikan sel jantungnya yang
rusak. Sel punca juga dapat menggantikan jaringan kulit yang rusak pada penderita
luka bakar yang luas. Bahkan baru-baru ini telah ditemukan di Jerman bagaimana
transplantasi stem cell dapat menyembuhkan seorang penderita AIDS. Menarik
bukan? Pentingnya teknologi sel punca mendorong penyelenggaraan kuliah dengan
topik ini.

Pada tanggal 8 November 2013 diadakan


sebuah kuliah tamu mengenai potensi dari
sel punca yang bertempat di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Kuliah tamu ini dihadiri oleh tiga


pembicara yang diundang untuk berbicara
seputar sel punca.

Pembicara yang hadir meliputi Profesor


Sheng Ding (Amerika Serikat), dr. Stephen
E. Epstein (Amerika Serikat), dan dr.
Boenjamin Setiawan, PhD (founder and honorary chairman Kalbe group).

Sesi kuliah dibuka oleh dr. Boenjamin Setiawan yang memaparkan pentingnya
mengembangkan sel punca untuk masa depan kedokteran Indonesia. Selain itu, dr.
Boenjamin juga memaparkan tentang berbagai kegunaan sel punca di dunia
kedokteran. Sel punca adalah sel yang mempunyai kemampuan untuk membelah
dan berkembang menjadi berbagai bentuk sel/jaringan lain, ungkapnya.

Manfaat sel punca banyak sekali diantaranya untuk penyembuhan luka, anti-ageing,
patah tulang dan masih banyak lagi. Dr. Boenjamin mengakhiri dengan berpesan
bahwa perkembangan sel punca di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan
dengan negara lain, namun Indonesia masih bisa mengejar karena Indonesia
memiliki sumber daya yang diperlukan untuk perkembangan teknologi sel punca ini.

Profesor Sheng Ding melanjutkan sesi kuliah dengan memaparkan hasil penelitian
yang telah dilakukannya. Profesor Sheng Ding telah mengidentifikasi berbagai
molekul kimia yang dapat digunakan untuk mengatur nasib dari sel punca. Melalui
berbagai molekul ini sel punca dapat diprogram sehingga bisa berkembang menjadi
berbagai sel dewasa yang kita inginkan. Melalui wawancara eksklusif dengan redaksi
Klikdokter, Prof. Sheng Ding juga memaparkan bahwa dirinya yakin dalam beberapa
tahun ke depan kita sudah dapat merasakan manfaat dari teknologi sel punca ini.

Sesi kuliah ditutup oleh dr.Stephen E. Epstein. Beliau adalah seorang dokter
spesialis jantung yang mendalami hubungan sel punca dengan penyakit jantung.
Beliau memaparkan bahwa berbagai penelitian saat ini masih belum dapat
menunjukkan manfaat yang signifikan dari terapi sel punca pada penyakit jantung.
Namun dr. Stephen berpendapat bahwa hasil ini disebabkan peneliti masih belum
menemukan cara yang tepat untuk menggunakan sel punca dengan maksimal. Jika
peneliti sudah menemukan cara yang tepat untuk membuka misteri dari sel punca,
maka manusia akan mendapatkan manfaat yang besar dai potensi sel punca yang
sangat besar.

dr. Alvin Nursalim

Kita baru saja memasuki era perkembangan sel punca, sehingga masih banyak yang
perlu kita pelajari tentang sel punca ini. Sel punca memiliki potensi yang sangat
besar, sel ini dapat menggantikan sel jantung yang rusak, mengganti tulang yang
patah atau kerusakan organ lain yang masih belum ada pengobatannya. Ketika
teknologi sel punca sudah berhasil, tentu akan banyak sekali nyawa manusia yang
dapat diselamatkan (Oleh dr. Alvin Nursalim).

Dua Orang Sembuh HIV-AIDS

Stem-Cell merupakan jenis sel yang terdapat di dalam tubuh seseorang. Sel ini
merupakan jenis sel yang dapat berkembang biak dengan sendirinya dan dapat
berdiferesiensi menjadi jenis sel lainnya.
HIV merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus HIV yang dapat menyerang ke
sistem pertahanan tubuh kita yang membuat seseorang rentan terhadap berbagai
macam penyakit.

Sebuah penemuan terbaru yang diutarakan oleh Timothy Henrich seorang dokter
dari Harvard Medical School, di Amerika menyebutkan bahwa 2 pasiennya yang
menderita AIDS ternyata sembuh setelah mendapat terapi stem cell untuk penyakit
kanker kelenjar getah bening (lymphoma) yang diderita mereka. Kedua pasien yang
secara rutin harus mengkonsumsi obat anti-HIV, setelah mendapat terapi stem cell
berhenti mengkonsumsi obat anti-HIV selama 15 minggu dan setelah diperiksa,
ternyata tidak ditemukannya virus HIV lagi di dalam tubuh mereka.

Tidak terdeteksinya virus HIV setelah terapi stem cell juga terjadi pada pasien
bernama Ray Brown yang juga dikenal sebagai the Berlin Patient dimana virus
HIV juga hilang dari tubuh beliau setelah mendapat terapi transplan sumsum tulang
belakang untuk penyakit kanker darah (leukemia) yang dideritanya.

Namun, penggunaan stem cell untuk terapi secara global sangat sulit mengingat
biaya terapi stem-cell yang sangat mahal, tapi kasus terbaru ini mungkin dapat
membantu dalam proses melawan penyakit yang telah menginfeksi 34 juta orang di
dunia ini.

Dr. Dewi Ema Anindia

Penemuan dr. Henrich merupakan suatu pengetahuan yang dapat


membantu usaha penemuan terapi atau vaksin untuk HIV demi
eradikasi HIV, ujar Kevin Robert seorang chief executive dari Foundation for AIDS
Research, melihat saat ini obat anti-HIV yang sudah beredar sejak lama sudah
didistribusikan dengan baik namun tidak semua penderita mendapat terapi tepat
pada waktunya (Oleh: Dewi Ema Anindia).

Penemuan Baru Vaksin AIDS

Pada bulan April 2013, peneliti melaporkan suatu gebrakan yang dapat mengubah
dunia yaitu penemuan terbaru tentang antibodi yang dapat menetralisir AIDS.
Infeksi HIV merupakan infeksi molekuler yang intensif bermulai dari saat virus
menginfeksi inang baru hingga munculnya penyakit AIDS. Perkembangan AIDS
bukan karena tubuh kita tidak dapat melawan HIV, namun akibat pertahanan tubuh
yang semakin melemah di saat virus tetap bertahan. Saat ini, penelitian yang
dipimpin oleh Barton Haynes, Direktur di Duke University Human Vaccine Institute
di Duke University School of Medicine, berpendapat bahwa mereka menemukan
jalan untuk membantu sistem imun manusia.

Dimulai saat infeksi, sistem imun kita langsung aktif dan mengeluarkan antibodi
untuk menghancurkan virus HIV. Pada minggu-minggu pertama, antibodi ini pada
umumnya sukses mengeliminasi hampir semua virus namun tetap ada beberapa
virus tersisa yang tidak dapat terdeteksi. Virus-virus yang tidak terdeteksi ini, akan
bermutasi dan berkembang biak sampai terbentuk antibodi baru untuk membunuh
mereka. Hingga mencapai suatu titik dimana pembunuhan dari virus memicu
replikasi yang lebih banyak sampai tubuh tidak sanggup lagi melawan virus.

Bagaimana kerja dari vaksin AIDS ?

Seperti yang diterbitkan dalam jurnal Nature, dalam penelitannya Haynes


mengumpulkan dan menyimpan sampel darah dari 400 pasien, dimulai dari saat
infeksi HIV. Haynes menemukan bahwa neutralizing antibody muncul setelah 14
minggu infeksi yang dapat berikatan baik dengan virus HIV. Antibodi ini dapat
menjadi senjata perang melawan virus, dan merupakan target kuat untuk
pembuatan vaksin. Haynes berkata bahwa mereka sudah menemukan cara kerja
antibodinya namun yang sekarang sedang dicari adalah bagaimana cara
mempergunakan antibodi ini untuk vaksin.

Dr. Dewi Ema Anindia

Dalam penelitiannya, Ia menemukan bahwa semufa individu yang


terinfeksi oleh HIV, mengeluarkan antibodi ini, namun virus HIV dapat
mengelabui sistem imun tubuh. Haynes berpendapat bahwa setiap individu
mempunyai cara sendiri untuk melawan HIV, saat ini Haynes dan kolega sedang
melakukan peta jalur dari apa yang memicu keluarnya antibodi pada setiap individu,
Ia berharap dapat ditemukan jalur yang sama atau mirip antar individu, dimana
kesamaan ini dapat menmberi harapan perkembangan vaksin (Oleh: Dr. Dewi Ema
Anindia).

(wikipedia/tempo/klikdokter/icc)

Around 380,000 people are living with HIV in Indonesia, which has the fastest
growing epidemic in Asia. This number has risen sharply in recent years and is
expected to more than double by 2014 if approaches to HIV prevention are not
improved. This rise is due to several factors including: the countrys extensive sex
industry; limited testing and treatment clinics; a highly mobile population; a rapidly
growing population of people who inject drugs; and the challenges created by major
economic and natural crises (the Asian financial crisis heavily affected the country in
1997, and the 2004 Tsunami devastated parts of Northern Sumatra, the largest
island in Indonesia).

High levels of HIV infection are found amongst high-risk groups, such as injecting
drug users, sex workers and their clients and to a lesser extent, men who have sex
with men. In 2012, HIV prevalence was reported as high as 36 percent among people
who inject drugs. However, local regulations often criminalize high-risk groups and
it has been identified that some members of the National AIDS Commission,
responsible for tackling HIV/AIDS in Indonesia, are failing to address the issue of
HIV/AIDS among high-risk groups.Additionally, campaigns to promote condom use
among people who engage in high-risk sex have met resistance from some religious
groups, who feel that condoms should only be promoted to married couples.

In 2012, the Indonesian government issued compulsory licenses allowing local drug
companies to legally bypass drug patents and make their own, cheaper versions for
the treatment of HIV and Hepatitis. This development will hopefully increase access
to affordable ARV drugs. Currently only 24 percent of people with HIV in Indonesia
have access to treatment, with coverage falling even lower among children; the
number of children eligible for treatment who are receiving it is estimated to be as
low as 11 percent (avert.org).

Apakah kita ingin membunuh mereka? (Menteri Kesehatan Indonesia


Nafsiah Mboi)
I CREATED AIDS to DELIBERATELY DEPOPULATE HUMANITY Dr
Robert Gallo

Artikel Lainnya:

Waduh! Ditemukan HIV Agresif di Kuba: Hanya 3 Tahun Sudah Menjadi AIDS!

Obat AIDS: Melittin di Racun Lebah Bisa Bunuh Virus HIV

Awas!! Virus Misterius Baru Mirip AIDS Incar Orang Asia!

Penyakit Ganas Baru: Chagas Penyakit Versi AIDS Yang Kedua?

Temuan Terbaru: Virus HIV Dapat Sembuhkan Leukemia?

Studi Baru: Vitamin D Dapat Mengobati TBC dan HIV

Kontroversi Menkes Endang Rahayu, NAMRU dan Bisnis AS di Indonesia

Fakta Ganja: Obat Kanker Masa Depan!

Setengah Warga Britons (Turunan Inggris) Akan Kena Kanker Tahun 2020!!

Wow! 98 Juta Rakyat Amerika Telah Terinjeksi Oleh Virus Kanker!

Bawang Putih Mentah Turunkan Risiko Kanker Paru-Paru Hingga 44 Persen!

Hanya Dengan Antibiotik, Gadis 8 Tahun Bantu Temukan Obat Kanker

Kanker Stadium-4, Gadis Cilik ini Sembuh Karena Terapi Alkalis Memakan Sayur
dan Buah

Inilah 6 Makanan Jahat Utama Biang Keladi Penyebab Kanker

Buah Sirsak, Pembunuh Kanker Yang Khasiatnya Disembunyikan Pabrik Obat

Ilmuwan: Jahe, Obat Kanker Prostat & Kanker Leukemia!

Wow! 98 Juta Rakyat Amerika Telah Terinjeksi Oleh Virus Kanker!


Tanpa Obat, Ternyata Protein di Tubuh Manusia Bisa Hancurkan Kanker

=>Puluhan Artikel: Penyakit, Kesehatan Dan Medis Lainnya<=

Artikel ini juga di forward oleh RSI Purwodadi

*****

http://wp.me/p1jIGd-41p

((( IndoCropCircles.wordpress.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))

Iklan
Beri peringkat:

Ada 55.623 kasus AIDS dan 142.961 kasus HIV positif dengan
presentase pengidap pada usia 20-29 tahun (32%), usia 30-39 tahun (28.4%). Angka ini cenderung
naik dari tahun-tahun sebelumnya. (Sumber: Kementerian Kesehatan RI sampai dengan Juni 2014)

Kasus penularan HIV/AIDS paling banyak terjadi pada:

Heteroseksual (61.5%)
Pengguna jarum suntik (15.2%)

Perinatal (2.7%)

Homoseksual (2.4%)

Hingga tahun 2014, tercatat kematian karena HIV/AIDS sebanyak


9760 kasus.
Sayangnya, Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikeluarkan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla

(Jokowi-JK) belum dapat mengakomodasi kebutuhan obat Antiretroviral


(ARV) yang sangat dibutuhkan oleh ODHA (orang dengan HIV/AIDS) untuk memperlambat
pertumbuhan virus HIV.

AIDS is going Digital with

Jumlah Kasus HIV & AIDS di Indonesia


Meningkat
Damar Iradat Senin, 30 Nov 2015 23:35 WIB

News Peristiwa

TWITTER
FACEBOOK
GOOGLE+

Foto ilustrasi. (Ant/Basri Marzuki)

Metrotvnews.com, Jakarta: Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dalam sepuluh tahun terakhir secara umum meningkat.
Peningkatan ini sejalan dengan makin banyaknya masyarakat yang sadar dan melakukan tes HIV.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Sigit Priohutomo, mengatakan
meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia layaknya fenomena gunung es. Namun
fenomena tersebut perlahan tapi pasti mulai terangkat.

"Makin banyak yang terdeteksi, makin terangkat gunung esnya. Semakin banyak juga masyarakat
yang mau melakukan tes dan mengetahui statusnya," kata Sigit dalam temu media di Gedung
Kemenkes, Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (30/11/2015).

Menurutnya, hal tersebut juga tisak lepas dari pergeseran target program deteksi dini dan skrining.
Dulu, kata Sigit, yang dites hanya kelompok kunci, yang diduga mengidap HIV.

"Sekarang tes juga dilakukan ke populasi umum, terutama ke ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga
menjadi salah satu kelompok pengidap HIV yang tinggi," imbuhnya.

Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak
184.929 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu
di DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat
(17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus).

Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah
hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak steril
pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen).

Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan kelompok
umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen),
30-39 tahun (29,4 persen), 40-49 tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19
tahun (3 persen).

Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. Sampai September 2015, kasus
AIDS tersebar di 381 (77 persen) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.

Wilayah pertama kali ditemukan adanya kasus AIDS adalah Provinsi Bali. Sedangkan yang terakhir
melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.
(AZF)

TWITTER
FACEBOOK

Anda mungkin juga menyukai