A. LATAR BELAKANG
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang
dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia
adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata
sumsum tulang oleh sel neoplasi.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari leukemia yang
diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa
lymphoblasts. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Ngastiyah, 1997).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling umum pada anak
(25% dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan
remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak-
anak kulit putih daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana
kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun. P u n c a k insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun
pada dewasa (Supriatna, 2002).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun ada 4.100 anak
terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur, mulai dari anak
balita hingga menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa
terjadi sejak anak dilahirkan.
Leukemia menduduki urutan tertinggi dari jumlah kasus kanker pada anak. Data kasus di
RS Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada
anak. Dari jumlah itu, kasus yang paling banyak ditemukan adalah leukemia.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik mengangkat kasus Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL). Di samping itu, Asuhan Keperawatan diangkat karena Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL) merupakan salah satu penyakit keganasan yang berkaitan dengan system
imunologi. Adapun system imunologi ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah. Mata kuliah tersebut merupakan mata ajaran
Praktik Profesi, yang saat ini praktikum di RS Kanker Darmais. Oleh karena itu untuk bahasan
lebih lanjut, berikut akan dipaparkan materi mengenai Akut Limfoblastik Leukimia (ALL).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek klinik ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan kasus Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik mahasiswa diharapkan mampu :
a) Dapat menjelaskan definisi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
b) Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
c) Dapat menjelaskan patofisiologi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
d) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang
mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah
namun sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan
mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya (Bakta, 2007).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan
tubuh yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak normal serta bersifat ganas,
yaitu sel-sel sangat muda yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam
sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah,
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau
lebih. Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal
akan berkembang menjadi limfosit, pada ALLberubah menjadi ganas dan dengan segera akan
menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik
akut merupakan proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan
oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi ALL adalah 1/60.000 orang per tahun dengan 75 % berusia 15 tahun,
insidensi puncaknya usia 3 5 tahun.
ALL lebih banyak di temukan pada pria dari pada perempuan. Saudara kandung dari
pasien ALL mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk berkembang menjadi, ALL, sedangkan
kembar monozigot dari pasien ALL mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi ALL.
C. ETIOLOGI
Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a) Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia; kelainan kromosom, misalnya
sindrom Down (risikonya 20 kali lipat populasi umumnya); sindrom Bloom.
b) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia mempunyai enzim
trankriptase (suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.
c) Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko pada janinnya. Baik dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker
sebelumnya. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen anti neoplastik.
d) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada kembar monozigot.
e) Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
2. Faktor Lain
a) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri).
b) Faktor endogen seperti ras
c) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia
pada kakak-adik atau kembar satu telur).
D. ANATOMI FISIOLOGI
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas bermacam-macam bahan
yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan
yang berasal dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit
atau sel darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm. Lima
jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%)
dari total);eosinofil (2,3%); basofil (0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini
sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang (granulosit dan monosit dan sebagian
limfosit). Granulosit dan monosit hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel
plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil
dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam tubuh, terutama dalam sum-sum
tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam
darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah
putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap
bahan infeksius yang mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya adalah 4-8 jam
dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan
yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena
granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses
dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu
10-20 jam, berada dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam
jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi
besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena
melakukan fungsi fagositik. Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau
dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter darah (Gayton &
Hall, 1997).
1. Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya. Granulosit memiliki
diameter 10-12 m, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya
granulosit, nukleus terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit
polimorfonuklear (polimorf)
2. Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati
sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15
m.
3. Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 m, dengan nucleus oval atau berbentuk
ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.
4. Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup sekitar 10
hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat
endotel (bagian terdalam lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002)
E. KLASIFIKASI
1. Leukemia Lyphoblastic Akut (ALL)
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun
ALL jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Secara morfologik menurut FAB ALL dibagi menjadi tiga yaitu:
L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL.
L2 : sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak
banyak. Merupakan 14% dari ALL
L3 : ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari ALL
2. Leukemia Nonlymphoblastik Akut (ANLL)
Secara morfologik yang umum dipakai adalah klasifikasi dari FAB :
M0 - myeloblastic without differentiation
2M1 - myeloblastic without maturation
M2 - myeloblastic with maturation
M3 - acute promyelocytic
M4 - acute myelomonocytic
M5 monocytic
o Subtipe M5a: tanpa matures
o Subtipe M5b: dengan maturasi
M6-erythroleukemia
M7-acute megakaryocytic leukemia
F. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel
batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel
yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi
di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal
epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat
pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah
hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda
limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan
limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit
matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga
sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-
muntah, seizures dan gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995).
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa, limfodenopati,
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden,
2002).
G. PATOFLOW
H. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik
Akut adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone Marrow Punction):
b) Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l) tetapi dalam bentuk sel blast / sel
primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ
tersebut
5. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
c) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom
normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil
J. PENATALAKSANAAN
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda
DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX)
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhaiti-hati bila jumiah leukosit
kurang dari 2.000/mm3.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
5. Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis
tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kangker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah
pada umur 3 tahun.
b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
2. Identitas Orang Tua
a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan
terhadapa penyakit anaknya.
b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar
radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi
pengobatan penyakit anaknya.
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering
ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia
juga merupakan gejala-gejala umum terjadi
D. RIWAYAT KELUARGA
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada
kembar monozigot (identik).
a. Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar
Pada anak normal
- Mengangkat kepala saat tengkurap
- Dapat duduk sebentar dengan ditopang
- Dapat duduk dengan kepala tegak
- Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
- Control kepala sempurna
- Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang
- Berguling dari terlentang ke miring
- Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
- Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara
normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat
(membutuhkan banyak energi).
Motorik Halus
Pada keadaan normal
- Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
- Mengikuti objek dari sisi ke sisi
- Mencoba memegang benda tapi terlepas
- Memasukkan benda ke dalam mulut
- Memperhatikan tangan dan kaki
- Memegang benda dengan kedua tangan
- Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya
anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak
tidak mudah lelah
G. ADL
1. Nutrisi:
Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan
makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan
buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu
yang suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji
dirumah.
Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori
yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan
meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.
H. KEADAAN UMUM
Pada anak anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis
I. PEMERIKSAAN TTV
- RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea
(Pernafasan >70x/menit), retraksi dada :
Usia Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- Nadi : Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru 100-180 80-160 >200
lahir
1 minggu-3 100-120 80-200 >200
bulan
3 bulan-2 70-120 70-120 >200
tahun
2-10 tahun 60-90 60-90 >200
10 tahun- 50-90 50-90 >200
dewasa
Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- TD : pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah
Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)
Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak
(Aziz Alimul, 2005 : 279 )
- Suhu : Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)
Usia Nilai Suhu
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena.
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal.
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum
rambut mulai rontok.
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut.
Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin.
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus.
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak
berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru.
Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata
rias, dan pakaian yang menarik.
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi.
Intervensi :
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan
yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan
prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis.
Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak.
Intervensi :
Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap
apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya.
Berikan kontak yang konsisten pada keluarga.
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi.
IV. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan
baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L.2004:hal.331).
V. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan
toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan,
tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan
metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih,
rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan
meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa
takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama anak : An.F
Tanggal masuk : 17-04-2013
No. RM : 15. 27. 92
Tempat/tgl lahir : Bekasi /03-10-2011
BB/TB saat lahir : 10,5 Kg/76 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 2 (dua) dalam keluarga
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Tn. R
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny.
Pekerjaan : Ibu RT
Pendidikan :
: Grama Puri Persada 12/46 RT RW 005/10, Sukajaya, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat
Medis : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL).
3. Keluhan saat masuk
Alasan masuk ke RS : An.F kelihatan lesu, lemas dan pucat disertai flu, batuk dan perut
bengkak.
b. Intranatal:
Ibu mengatakan, An.F lahir dengan normal. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan
lahir 2800 gram dan panjang badan 48 cm. Saat lahir, An. F menangis spontan.
c. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan. Kondisinya
normal.
f. Hidung :
1) Simetris :ya
2) Sekret :tidak
g. Mulut:
1) Kebersihan(bersih).
2) Warna(merah)
3) Kelembaban(lembab),
h. Lidah :baik
i. Gigi : baik
j. Jantung : -
k. Paru-paru : -
l. Perut : kembung
m. Punggung :bentuk normal
n. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
o. Genitalia : baik
p. Kulit : baik
1) Tampak pucat
2) Warna :sawo matang
3) Turgor :kering
q. Pemeriksaan Neurologis : an.F dalam kondisi sadar/compos mentis
Aye : 4
Verbal : 5
Motorik : 6
DATA PENUNJANG
Hari / Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil
Kamis / Laboratorium Hematologi
28 April 2013 Hemoglobin : 7,2 gr/dl
Hematokrit : 20,7 %
Eritrosit : 2,64 103/ul
Leukosit : 0,63 103 /ul
Trombosit : 1 103/ul
Jenis Therapy
Oral
Metylprednison 3x8 mg
Zinkid syrop 1x20 mg s/d 10 hari
Pediatlit
Salbutamol 0,5 mg
Parenteral
Leukokin 1x50 unit (utk 3 hari)
Leukokin 1x100 unit (IV)
Cefotaxim 3x500
Infus
Farmadol 150 mg / 4 jam K/P Demam
2A
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
6. Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. Resiko tinggi Setelah Mandiri
perdarahan melakukan 1. Pantau tanda- 1. Mengetahui
berhubungan dengan tindakan tanda perdarahan tanda-tanda
penurunan jumlah keperawatan perdarahan
trombosit selama 3 hari 2. Anjurkan 2. Membantu pasien
Ditandai dengan : resiko tinggi keluarga untuk mendapatkan
DS : - perdarahan memberitahukan penanganan sedini
DO : dapat diatasi apabila ada tanda mungkin.
- Hasil Lab: dengan criteria perdarahan 3. Keterlibatan
Trombosit 1000 l sebagai berikut 3. Anjurkan keluarga dapat
- Hasil lab keluarga untuk membantu
trombosit 150- memantau untuk mencegah
400 l pergerakan pasien terjadinya perdarahan
lebih lanjut
4. Penurunan
Kolaborasi trombosit
4. Kolaborasi mengganggu proses
dalam monitor penyembuhan
trombosit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal : Kamis/ 02-Mei-2013
Intervensi dilanjutkan
Pantau suhu
Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. 10.00 Tindakan keperawatan
V/1 1. Memantau tanda-tanda perdarahan keluarga pasien
Hasil : tanda perdarahan tidak ada mengatakan pasien tidak
terlihat tanda-tanda
V/2 2. Menganjurkan keluarga untuk
perdarahan.
memberitaukan
apabila ada tanda perdarahan Hasil Lab
Hasil : keluarga mau berpartisipasi Trombosit : 1000dl/gr
memberikan informasi
V/3 tanda perdarahan tidak ada
A : masalah Resiko perdarahan
3. Menganjurkan keluarga untuk membatasi belum teratasi
pergerakan pasien
Hasil : keluarga selalu memantau P : Intervensi dilanjutkan
V/4
pergerakan klien Pantau tanda-tanda
Kolaborasi perdarahan
4. Melakukan kolaborasi dalam monitor Anjurkan keluarga untuk
trombosit memberitaukan apabila ada
Trombosit : 1000 ul tanda perdarahan
Dan penanganannya dengan pemberian Anjurkan keluarga
PRC untuk membatasi
Hasil : PRC belum sempat diberikan pergerakan pasien
karena suhu tubuh pasien masih 40.2oC Kolaborasi pemberian PRC
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Intervensi dilanjutkan
Pantau suhu
Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. 10.00 Tindakan Keperawatan
V/1 1. Memantau tanda-tanda perdarahan keluarga pasien
Hasil : tanda perdarahan tidak ada mengatakan pasien tidak
terlihat tanda-tanda
V/2 2. Menganjurkan keluarga untuk
perdarahan.
memberitaukan
apabila ada tanda perdarahan Hasil Lab
Hasil : keluarga mau berpartisipasi Trombosit : 1000dl/gr
memberikan informasi
V/3 Tidak ada tanda-tanda
perdarahan
3. Menganjurkan keluarga untuk membatasi
pergerakan pasien A : masalah Resiko perdarahan
Hasil : keluarga selalu memantau posisi belum teratasi
V/4
klien P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi Pantau tanda-tanda
4. Melakukan kolaborasi dalam pemberian perdarahan
PRC Anjurkan keluarga untuk
Hasil : PRC 1x 100 u memberitaukan apabila ada
tanda perdarahan
Anjurkan keluarga
untuk membatasi
pergerakan pasien
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang dapat menyerang orang dewasa maupun
anak-anak, dimana pada anak paling sering adalah leukemia leukosit akut(LLA). Leukemia ini
merupakan jenis penyakit yang tergolong sangat berbahaya dimana merupakan suatu keadaan sel
darah putih yang terbentuk secara tidak normal, dan keaddanitulah yang menyebabkan terjadinya
penimbunan leukosit atau sel darah putih yang jumlahnya sangat banyak dalam darah. Apabila
keadaan ini terus berlangsung makan akan menyebabkan kondisi yang dapat membahayakan
nyawa pasien dan akan berakhir pada kematian.