Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Artikel dengan judul Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle Dalam
Meminimalkan Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Ruang ICU RSUD
Tugurejo Semarang yang disusun oleh:
Nama : Amat Tohirin

NIM : 010214A005

Progran Studi : Ilmu Keperawatan

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Semarang.

Ungaran, Januari 2016

Pembimbing Utama

( Mona Saparwati, S.Kp, Ns, M.Kep )


NIDN. 0628127901

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 1
PENGARUH ORAL HYGIENE MENGGUNAKAN HEXADOL GARGLE DALAM
MEMINIMALKAN KEJADIAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP)
DI R. ICU RSUD TUGUREJO SEMARANG

Amat Tohirin (*),


Mona Saparwati, S.Kp, Ns, M.Kep (**), Siti Haryani, S.Kp, Ns, M.Kes (**),
Gipta Galih Widodo,S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB (**)

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


**) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Oral Hygiene merupakan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk


mencegah terjadinya Ventilator Associate Pneumonia (VAP) pada pasien, sedangkan
tindakan oral hygiene di Ruang ICU RSUD Tugurejo belum maksimal. Berdasarkan data
catatan kunjungan pasien di Ruang ICU RSUD Tugurejo Semarang dari bulan Januari sampai
September 2015, terdapat beberapa pasien mengalami resiko VAP dengan skor CPIS 3
sampai 5. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan oral hygiene
menggunakan antiseptic hexadol gargle dalam meminimalkan kejadian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) di R. ICU RSUD Tugurejo.

Penelitian ini merupakan penelitian Pre Experimental. Populasinya yaitu seluruh


pasien yang terpasang Ventilator. Penentuan besar sampel menggunakan rumus Federer dan
teknik pengambilan sampel Consecutive Sampling sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 15 responden. Uji statistik yang digunakan uji wilcoxon. Berdasarkan hasil
penelitian, didapatkan p value adalah 0,03 (p < 0,05), menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) sebelum
dan sesudah oral hygiene menggunakan hexadol gargle.

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan oral hygiene menggunakan


antiseptik Hexadol Gargle bisa menurunkan angka kejadian VAP. Oleh karena itu,
diharapkan kepada perawat yang bertugas di Ruang ICU RSUD Tugurejo untuk dapat
menerapkan penggunaan hexadol gargle dalam pelaksanaan oral hygiene sehari dua kali pada
pasien yang terpasang ventilator mekanik untuk mencegah VAP.

Kata Kunci : Oral Hygiene, Antiseptik Hexadol Gargle, VAP, Pasien ICU.

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 2
PENGARUH ORAL HYGIENE MENGGUNAKAN HEXADOL GARGLE DALAM
MEMINIMALKAN KEJADIAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP)
DI R. ICU RSUD TUGUREJO SEMARANG

Amat Tohirin (*),


Mona Saparwati, S.Kp, Ns, M.Kep (**), Siti Haryani, S.Kp, Ns, M.Kes (**),
Gipta Galih Widodo,S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB (**)

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


**) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Oral hygiene is a nursing actions that can be taken to prevent the Ventilator Associate
Pneumonia (VAP) in patients. The practice of oral hygiene at the ICU of RSUD Tugurejo is
not maximally implemented. Based on data of patients visit record in the ICU of RSUD
Tugurejo Semarang during January-September 2015, there were some patients who at the risk
of VAP with the score of CPIS is 3 to 5. The purpose of this study is to find the influence of
oral hygiene implementation by using hexadol gargle antiseptic in minimizing the incidence
of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) at the ICU of RSUD Tugurejo.

This was a pre-experimental study. The population in this study was all patients who
mounted ventilator. The samples in this study taken by using the Federer formula and
sampled by using Consecutive sampling technique so that obtained 15 respondents. The
statistical analysis used the Wilcoxon test. Based on the result of this study, the p-value is
0.03 (p <0.05). It means that there is a significant difference between the incidence of
ventilator associated pneumonia (VAP) between before and after oral hygiene
implementation by using hexadol gargle.

It can be concluded the implementation of oral hygiene by using hexadol gargle


antiseptic can reduce the incidence of VAP. Therefore, the nurses at the ICU of RSUD
Tugurejo are expected to administer hexadol gargle in the implementation of oral hygiene
twice a day in patients who mounted a mechanical ventilator to prevent VAP.

Keywords : Oral hygiene, Hexadol gargle antiseptic, VAP, Patient in ICU

PENDAHULUAN menyebutkan 157.000 pasien di ICU


Latar Belakang mengalami VAP selama perawatan. Angka
Ventilator Associated Pneumonia kejadian berkisar 0,01-4,4 per 1000 pasien
(VAP) banyak terjadi di ruang Intensive setiap hari di berbagai unit rumah sakit di
Care Unit (ICU) (Japoni, 2011). Insiden dunia pada tahun 2012. Sedangkan di ICU
VAP pada pasien yang mendapat ventilasi RSUD Tugurejo selama ini kejadian VAP
mekanik sekitar 22,8%, serta menyumbang berfluktuasi (Komite PPI RSUD Tugurejo,
sebanyak 86% dari kasus infeksi 2014).
nosokomial (Augustyn, 2007). Centers for VAP adalah pneumonia yang
Disease Control and Prevention (2015) merupakan infeksi nosokomial yang terjadi

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 3
setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan Penelitian yang dilakukan oleh Aoun
ventilasi mekanik, baik melalui pipa (2015) menghasilkan bahwa larutan
endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP hexetidine efektif untuk mengurangi jumlah
menjadi perhatian utama di ICU karena koloni candida albicans didalam mulut
merupakan kejadian yang cukup sering sebesar 80% setelah digunakan sebagai oral
dijumpai, sulit untuk di diagnosis secara hygiene selama 8 jam sekali dalam 4 hari
akurat dan memerlukan biaya pengobatan berturut-turut. Sebelumnya, penelitian oleh
yang cukup besar. VAP memperpanjang Aznita (2009) juga membuktikan bahwa
lama perawatan pasien di ICU dan larutan hexetidine yang digunakan untuk
berhubungan erat dengan tingginya angka oral hygiene sangat bermanfaat untuk
morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, mengurangi koloni bakteri dalam mulut.
dengan angka kematian mencapai 40-50%
dari total penderita (Shakeel, 2013). TUJUAN PENELITIAN
Kejadian VAP di Indonesia, melalui Tujuan penelitian ini adalah untuk
beberapa penelitian menunjukkan insiden mengetahui pengaruh pelaksanaan oral
yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh hygiene menggunakan antiseptik hexadol
Putri (2013) di ICU RSUP Dr. Kariadi gargle dalam meminimalkan kejadian
Semarang menunjukkan sebesar 36,8%. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Ruang ICU RSUD Tugurejo.
(2014) di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang
juga menyebutkan kejadian pneumonia METODE PENELITIAN
pada pasien ICU sebesar 42%, dan dari Penelitian menggunakan rancangan
jumlah tersebut ditemukan pasien Pre-Eksperimental dengan desain One
meninggal 86,8% dan 13,2% hidup. Group Pretestposttest Design. Penelitian
Dekontaminasi oral (oral hygiene) dilakukan di ICU RSUD Tugurejo
merupakan tindakan pencegahan infeksi Semarang. Pengambilan sampel dilakukan
nosokomial berupa pneumonia melalui secara consecutive sampling sejumlah 15
pemberian antiseptik oral (Jones, 2009). responden. Kriteria inklusi sampel adalah
Penelitian yang dilakukan oleh Hideo pasien usia 25 tahun sampai 60 tahun,
(2006) juga menyebutkan bahwa kejadian menggunakan antibiotik yang sama.
VAP pada kelompok perawatan mulut (oral Kriteria eksklusi sampel adalah pasien
hygiene) adalah 3,96 kali lebih rendah dengan alergi hexetidine, pasien HIV,
dibandingkan dengan kelompok yang tidak PPOK, penyakit paru, luka bakar,
dilakukan perawatan mulut tanpa menggunakan kortikosteroid dalam jangka
memperdulikan onset dan obat kumur yang lama, dan pasien yang meninggal sebelum
diberikan. pengambilan data post test. Alat penelitian
Penggunaan antimikroba hexadol menggunakan SOP oral hygiene dan
gargle (hexetidine) merupakan pendekatan lembar observasi Clinical Pulmonary
alternatif untuk dekontaminasi orofaring. Infection Score (CPIS). Data pre-test
Sifat antibakteri hexetidine memiliki diambil pada hari pertama sedangkan data
spektrum luas terhadap aktivitas post-test diambil pada hari ke-lima
mikroorganisme bakteri gram positif, terpasang ventilator. Data dianalisis secara
bakteri gram negative dan jamur seperti univariat dan bivariat menggunakan uji
Candida albicans, Aspergillus niger, Wilcoxon.
Baciillus subtilis, Escherichia coli,
termasuk jenis kuman patogen multiresisten HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti Staphylococcus aureus, 1. Kejadian VAP sebelum perlakuan oral
Staphylococcus epidermitis dan hygiene menggunakan hexadol gargle.
Pseudomonas aeruginosa (Rowe, 2009). Tabel 1 Kejadian VAP Sebelum Oral
Hygiene dengan Hexadol

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 4
Gargle di Ruang ICU RSUD terdapat 11 responden dengan leukosit
Tugurejo Semarang, Januari >11000 tanpa peningkatan neutrofil
2016 (n=15) >50%, dan hanya 3 responden dengan
leukosit <11000. Meskipun demikian,
Variabel x Min Max Sd dilihat dari pertukaran gas
Kejadian 1,65 menunjukkan kejadian VAP pada
3,2 1 6
VAP pasien kemungkinan kecil atau rendah,
dimana sebagian besar 13 responden
Kejadian VAP sebelum perlakuan dengan FiO2> 240, dan hasil
oral hygiene menggunakan hexadol pemeriksaan radiologi dan kultur sekret
gargle adalah rata-rata skor CPIS 3,2 menunjukkan ke 15 responden hasilnya
dengan skor terrendah 1 dan skor menunjukkan bakteri gram negatif.
tertinggi 6. Hasil ditemukan ada 1 Internatioanl Health Institute
(6,7%) dari 15 pasien memiliki skor (IHI) mengeluarkan bundle untuk
CPIS 6, artinya pasien tersebut pencegahan VAP, yaitu suatu kumpulan
mengalami VAP. The Canadian Patient Evidence-base practice, yang ketika
Safety Institute (CPSI) (2012) diimplementasikan secara bersama-
menyebutkan bahwa indikasi untuk sama, akan menghasilkan penurunan
mengarah ke VAP dapat dengan insiden VAP (IHI, 2005). Bundle
menggunakan hasil dari radiologi, ventilator dari IHI (2005) terdiri dari 4
klinis dan pemeriksaan laboratorium. komponen yaitu elevasi kepala antara
Kejadian VAP sebelum oral 30-45 derajat, Sedation vacation
hygiene, secara klinis dilihat dari hasil harian dan pengkajian harian terhadap
pemeriksaan suhu dan produksi sekret kesiapan untuk ekstubasi, Prophylaxis
menunjukkan besar kemungkinan Peptic ulcer disease (PUD), dan
responden akan mengalami VAP Prophylaxis Deep venous thrombosis
sepanjang rentang waktu terpasang (DVT) kecuali kontra indikasi.
ventilator. Kemudian pada tahun 2012, komponen
Hal ini ditunjukkan dengan bundle VAP menurut CPSI (2012)
terdapat 3 responden menunjukkan meliputi elevasi kepala 450 atau
tanda klinis suhu 390C, 9 responden mempertahankan posisi kepala lebih
dengan suhu 38,538,90C, dan 3 dari 300, evaluasi harian terhadap
responden dengan suhu 36,038,40C. kesiapan Ekstubasi, penggunaan
Dilihat pengamatan produksi sekret endotrakheal tube dengan drainage
trakea terdapat 4 responden yang sekresi subglotic, perawatan mulut dan
produksi sekretnya progresif dan dekontaminasi, Nutrisi enteral yang
disertai pus, 8 responden yang produksi aman secara dini dalam 24 - 48 jam
sekretnya progresif tanpa disertai pus. setelah masuk ICU.
Peningkatan suhu yang tinggi dan
banyaknya sekret pada pasien terpasang 2. Kejadian Ventilator Associated
ventilator terjadi karena adanya Pneumonia (VAP) Sesudah Perlakuan
penurunan pertahanan tubuh sebagai Oral Hygiene Menggunakan Hexadol
reaksi akibat adanya rangsangan Gargle.
terhadap benda asing yaitu selang ETT Tabel 2 Kejadian VAP Sesudah Oral
(Porzecanski, 2006). Hygiene dengan Hexadol
Dilihat dari hasil laborat juga Gargle di Ruang ICU RSUD
menunjukkan kemungkinan yang besar Tugurejo Semarang, Januari
kejadian VAP pada pasien, dimana 2016 (n=15)
terdapat 1 responden dengan leukosit
>11000 disertai neutrofil >50%, dan

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 5
Variabel x Min Max Sd dasar dari pasien,albumin serum < 2,2
Kejadian 0,63 g/dL, ARDS, PPOK dan penyakit paru,
1,6 1 3 luka bakar, gagal organ, keparahan
VAP
penyakit, dan aspirasi volume lambung.
Kejadian VAP berdasarkan skor Intervensi yang dilakukan terkait
CPIS hari kelima sesudah oral hygiene dengan peralatan dan obat-obatan yang
menggunakan hexadol gargle rata-rata digunakan seperti selang endotrakeal,
skor CPIS 1,6 dengan terendah 1 dan sirkuit ventilator dan adanya selang
tertinggi 3. Artinya bahwa setelah nasogastrik atau orogastrik, obat-obatan
perlakuan oral hygiene dengan paralitik dan sedas, antagonis H2, obat
menggunakan hexadol gargle sebanyak paralitik, sedasi intravena, produksi >
15 ml yang dilakukan sehari dua kali 4unit darah, ventilasi mekanik > 2 hari,
selama 4 hari menunjukkan tidak terjadi PEEP yang tinggi, pipa nasogastrik
peningkatan skor CPIS. (Ernawati, 2006; Agustyne, 2007;
Hasil tersebut dapat pula Kollef, 2009).
dibuktikan pula dengan sebagian besar
14 responden menunjukkan tanda klinis 3. Pengaruh oral hygiene menggunakan
suhu 36,038,4 0C, hanya 1 responden hexadol gargle dalam meminimalkan
dengan suhu 38,538,9 0C. Hasil kejadian Ventilator Associated
pemeriksaan laborat sebagian besar 13 Pneumonia (VAP).
responden dengan nilai leukosit masih Tabel 3 Pengaruh Oral Hygiene
dalam rentang 4000 sampai 11000, Menggunakan Hexadol
hanya 2 responden dengan nilai leukosit Gargle dalam Meminimalkan
>11000 dan tanpa peningkatan neutrofil Kejadian Ventilator
>50%. Hasil pengamatan pertukaran Associated Pneumonia (VAP)
gas keseluruhan 15 responden FiO2> di Ruang ICU RSUD
240. Hasil pemeriksaan kultur sekret Tugurejo Semarang, Januari
menunjukkan keseluruhan responden 2016 (n=15)
hasilnya bakteri gram negatif. Hasil
pemeriksaan radiologis sebagian besar Kejadian Mean
Hasil f p
VAP Rank
8 responden menunjukkan gambaran
Setelah Oral Negatif 12 7,33 0,003
tidak ada infiltrate. Hygiene -
Namun hal yang terjadi, pada Positif 1 3,00
Sebelum Oral
pengamatan produksi sekret trakea Ties 2
Hygiene
menunjukkan sebagian besar 14 Total 15
responden produksi sekretnya
berlimpah atau progresif, dan hasil Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
pemeriksaan radiologi menunjukkan terdapat perbedaan yang barmakna
sebanyak 7 responden menunjukkan antara kejadian Ventilator Associated
gambaran bercak atau infiltrate difuse. Pneumonia (VAP) sebelum dan
Hal ini menunjukkan, dilihat dari hasil sesudah oral hygiene menggunakan
radiologi, dan kondisi klinis mengenai hexadol gargle dengan nilai p value
produktivitas sekret tidak menunjukkan adalah 0,003 (p < 0,05) yang dapat
perubahan skor CPIS yang lebih baik. disimpulkan penggunaan antiseptik
Faktor lain yang mempengaruhi hexadol gargle dalam pelaksanaan oral
terjadinya VAP tidak akan terlepas dari hygiene dapat meminimalkan kejadian
faktor penjamu, peralatan dan obat- VAP di ICU RSUD Tugurejo.
obatan yang digunakan dan faktor Penggunaan antiseptik hexadol
petugas yang terlibat dalam perawatan gargle dalam pelaksanaan oral hygiene
pasien. Faktor penjamu seperti penyakit yang terbukti dapat meminimalkan

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 6
kejadian VAP ditunjukkan pula dengan KESIMPULAN
hasil penelitian terdapat 12 responden Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
dengan hasil skor CPIS setelah oral rata-rata skor CPIS sebelum pelaksanaan
hygiene lebih rendah dari pada sebelum oral hygiene dengan menggunakan hexadol
oral hygiene. gargle adalah 3,2 kemudian rata-rata skor
Keuntungan dari penggunaan CPIS sesudah pelaksanaan oral hygiene
hexetidine juga didapat dari ikatan dengan menggunakan hexadol gargle
kimia larutan. Hexetidine mengikat adalah 1,6. Hasil penelitian menunjukkan
protein mukosa mulut sehingga dapat Ada pengaruh yang barmakna antara
menguntungkan bila digunakan sebagai kejadian Ventilator Associated Pneumonia
antibakteri. Hexetidine juga dapat (VAP) sebelum dan sesudah oral hygiene
memperpanjang efek antibakteri karena menggunakan hexadol gargle di ICU
adanya ikatan dengan protein mukosa. RSUD Tugurejo Semarang, dengan nilai p
Ikatan protein tersebut menghambat value adalah 0,003 (p < 0,05).
metabolisme mikroorganisme yang
berada pada permukaan mukosa dan SARAN
plak. Ikatan dengan mukosa dan plak 1. Bagi Pasien
ini terjadi selama 7 jam setelah kumur Diharapkan pasien mendapatkan
(Rowe, 2009). pelaksanaan oral hygiene dengan
Penelitian ini juga menunjukkan menggunakan hexadol gargle untuk
sebanyak 1 responden mempunyai skor meminimalkan kejadian Ventilator
CPIS yang lebih tinggi dari sebelum Associated Pneumonia (VAP).
oral hygiene menggunakan hexadol 2. Bagi Perawat
gargle, dan sebanyak 2 responden Perawat diharapkan dapat menerapkan
dengan skor CPIS yang sama antara penggunaan hexadol gargle dalam
sebelum maupun sesudah oral hygiene pelaksanaan oral hygiene pada pasien
menggunakan hexadol gargle. Hal ini yang terpasang ventilator mekanik.
sesuai dengan pendapat Mandell (2007) 3. Bagi Rumah Sakit
bahwa ada kalanya penggunaan Rumah sakit melakukan kebijakan lebih
antibiotik profilaksis sistemik tidak lanjut dengan menjadikan hexadol
menurunkan kejadianVAP dan ketika gargle sebagai prosedur dalam
agen-agen yang digunakan tidak tepat, pelaksanaan oral hygiene untuk dapat
dapat mengembangkan resistensi menekan angka kejadian Ventilator
antibiotik. Associated Pneumonia (VAP).
Sejalan dengan penelitian yang 4. Bagi Peneliti Lain
dilakukan oleh Aoun (2015), Peneliti lain diharapkan membanding
membuktikan bahwa larutan hexetidine kan antibakteri hexadol gargle dengan
efektif untuk mengurangi jumlah koloni antibakteri lain untuk menemukan
candida albicans didalam mulut sebesar antibakteri yang paling efektif dalam
80% setelah digunakan sebagai oral meminimalkan kejadian Ventilator
hygiene selama 8 jam sekali dalam 4 Associated Pneumonia (VAP).
hari berturut-turut. Hasil penelitian ini 5. Bagi Institusi STIKES Ngudi Waluyo
juga sejalan dengan penelitian oleh Institusi pendidikan diharapkan
Aznita (2009) yang membuktikan memanfaatkan hasil ini sebagai
bahwa larutan hexetidine yang referensi pembelajaran keperawatan
digunakan untuk oral hygiene sangat kritis sebagai topik bahasan, baik dalam
bermanfaat untuk mengurangi koloni kelas maupun lahan praktik di rumah
bakteri dalam mulut. sakit secara langsung.

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 7
DAFTAR PUSTAKA Japoni S, Rafaatpour N. (2011).
Ventilator-associated pneumonia in
Aoun, G., Saadeh, M., Berberi, A. (2015). Iranian intensive care units. J Infect
Effectiveness of Hexetidine 0.1% Dev Ctries. 2011 Apr 26;5(4):286-93.
Compared to Chlorhexidine Jones, J., & Fix, B. (2009). Perawatan
Digluconate 0.12% in Eliminating kritis seri panduan klinis. Jakarta:
Candida Albicans Colonizing Erlangga.
Dentures: A Randomized Clinical In Porzecanski, Bowton DL. (2006).
Vivo Study. Journal of International Diagnosis and treatment of ventilator
Oral Health 2015; 7(8):1-4 diakses associated pneumonia. Chest 2006;
melalui 130:597-604.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti Putri. (2013). Hubungan Antara Lama
cles/PMC4516077/pdf/ JIOH-7-1.pdf Penggunaan Ventilator Mekanik
pada tanggal 13 Oktober 2015 Dengan Kejadian Ventilator
Augustyn, B. (2007). Ventilator Associated Associated Pneumonia (VAP) Pada
Pneumonia Risk Factors and Pasien Nonsepsis di ICU RSUP Dr.
Preventions. Diakses melalui Kariadi Semarang. Jurnal UNDIP.
http://aacn.org/WD/CETests/Media/ Diakses melalui:
C0742.pdf. pada tanggal 19 http://eprints.undip.ac.id/43765/ pada
September 2015. tanggal 24 September 2015.
Aznita, H., Abidin, Z., Aznan. (2009). The Rahmawati. (2014). Angka Kejadian
Effectiveness of Chlorhexidine, Pneumonia Pada Pasien Sepsis di
Hexetidine and Eugenia Caryophyllus ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Extracts in Commercialized Oral Jurnal Medika Muda UNDIP
Rinses to Reduce Dental Plaque Semarang Vol 3, No 1 (2014).
Microbes. Research Journal of Diakses melalui: http://ejournal-
Biological Sciences 4 (6): 716-719, s1.undip.ac.id/index.php/medico/artic
2009 ISSN: 1815-88-46. le/view/7728/7487 pada tanggal 23
Ernawati. (2006). Faktor-faktor yang September 2015.
berhubungan dengan kejadian infeksi Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E.
nosokomial pneumonia pada pasien (2009). Handbook of Pharmaceutical
yang terpasang ventilator di ruang Excipients 6th edition
intensive care unit rumah sakit Dr. Pharmaceutical Press, London,
Kariadi Semarang. PSIK UNDIP. England 2009, p. 304-5
Hideo. (2006). Oral Care Reduces Shakeel. (2013). Ventilator-Associated
Incidence of Ventilator-Associated Pneumonia Overview of Nosocomial
Pneumonia in ICU Populations. Pneumonias. Artikel Medscape.
Jurnal Intensive Care Med (2006) Diakses melalui:
32:230236 DOI 10.1007/s00134- http://emedicine.medscape.com/articl
005-0014-4 e/304836-overview pada tanggal 23
Institute for Helthcare Improvement. (IHI). September 2015.
(2005). 100.000 Live campaign. The Canadian Patient Safety Institute
Getting Started Kit: Prevent (CPSI). (2012). Prevent Ventilator
Ventilator-associated Pneumonia Associated Pneumonia: Getting
Japoni A, Vazin A, Davarpanah MA, Started Kit. Diakses melalui
Afkhami Ardakani M, Alborzi A, www.saferhealthcarenow.ca

Pengaruh Oral Hygiene Menggunakan Hexadol Gargle dalam Meminimalkan Kejadian


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di ICU RSUD Tugurejo 8

Anda mungkin juga menyukai