Anda di halaman 1dari 25

DETERMINAN

2.1. Fungsi Determinan


Misalkan M adalah himpunan semua matrix
bujur sangkar berukuran n n , dan A suatu
matrix di M
Suatu fungsi det : M R , dengan det( A) R
untuk setiap A M
disebut sebagai fungsi determinan.
Contoh:

Matrix 22 :

Determinan dari A adalah


PERMUTASI
Suatu permutasi dari {1,2,,n} adalah
suatu penyusunan ulang dari bilangan-
bilangan tersebut dalam suatu urutan
tanpa ada pengulangan atau penghilangan.
Contoh:
Ada 6 permutasi yang berbeda dari {1,2,3}
yaitu: (1,2,3), (1,3,2), (2,1,3), (2,3,1), (3,1,2)
dan (3,2,1)
INVERSI dari PERMUTASI

Jika pada permutasi


terdapat bilangan yang lebih besar
mendahului bilangan yang lebih kecil,
maka dikatakan terjadi inversi pada
permutasi tersebut.
Cara menghitung jumlah total inversi dari
suatu permutasi
Tentukan banyak bil. bulat yang lebih kecil dari j1,
misalnya b1.
Tentukan banyak bil. bulat yang lebih kecil dari j2,
misalnya b2.

Tentukan banyak bil. bulat yang lebih kecil dari jn-1,


misalnya bn-1.
Maka jumlah total inversi dalam suatu permutasi
adalah b1 + b2 + + bn-1
Contoh:
Tentukan inversi dalam permutasi berikut

(6,1,3,4,5,2) banyaknya inversi adalah


5+0+1+1+1= 8
(2,4,1,3) banyaknya inversi adalah
1+2+0=3
(1,2,3,4) tidak ada inversi.
Permutasi Genap & Ganjil

Permutasi Genap
Jika jumlah total inversi dari permutasi
tersebut adalah genap.
Permutasi Ganjil
Jika jumlah total inversi dari permutasi
tersebut adalah ganjil.
Perkalian Elementer dari Ann
Perkalian elementer Ann adalah perkalian n
entri dari A , yang tidak terletak dalam
baris dan kolom yang sama.
Untuk matrix Ann akan ada n! perkalian
elementer.
Perkalian elementer pada Ann mempunyai
bentuk a1 j a2 j a3 j ...anj
1 2 3 n

dimana indeks (j1, j2, .. , jn) merupakan


permutasi dari {1,2,,n}.
Perkalian elementer bertanda
*Jika indeks (j1, j2, .. , jn) merupakan
permutasi genap maka perkalian
elementer di kalikan (+1) yaitu
a1 j1 a2 j2 a3 j3 ...anjn
*Jika indeks (j1, j2, .. , jn) merupakan
permutasi ganjil maka perkalian
elementer dikalikan (-1), yaitu
(a1 j1 a2 j2 a3 j3 ...anjn )
Menghitung det( A) menggunakan
perkalian elementer dari matrix Ann

Definisi:
Misalkan A suatu matrix bujur sangkar dan
fungsi determinan dinotasikan dengan det,
det( A) didefinisikan sebagai jumlah semua
perkalian elementer bertanda dari Ann , yaitu:

det( A) (a1 j1 a2 j2 a3 j3 ...anjn )


Menghitung Determinan dengan Reduksi
Baris
Sifat-sifat determinan suatu matrix
Misalkan A matrix berukuran n n, maka
berlaku:
Teorema 2.2.1.
a. Jika A mempunyai suatu baris atau suatu
kolom nol, maka det( A) 0
b. det( A) det( AT )
Teorema 2.2.2
Jika A matrix segitiga ataupun matrix
diagonal, maka det( A) a11a22 a33...ann

Teorema 2.2.5
Jika A mempunyai 2 baris saling
berkelipatan (proporsional), maka
det( A) 0
Pengaruh operasi baris pada
determinan suatu matrix
Teorema 2.2.3
Misalkan A dan B matrix bujursangkar
berukuran sama, dimana B diperoleh dari A
dengan satu operasi baris, yaitu:
Suatu baris A dikalikan konstanta k 0, maka:
det( B) k det( A)
Dua baris A saling dipertukarkan, maka:
det( B) det( A)
Suatu baris A ditambahkan kelipatan suatu baris
lainnya, maka: det( B) det( A)
Teorema 2.2.4
Misalkan E matrix elementer berukuran n n
yang diperoleh dari I n dengan operasi baris,
yaitu:
Suatu baris dari I n dikalikan konstanta k 0
maka det( E ) k
Dua baris dari I n saling dipertukarkan, maka
det( E ) 1
Suatu baris dari I n ditambahkan kelipatan
suatu baris lain, maka det( E ) 1
Menghitung Determinan dengan Reduksi
Baris

Matrix Ann
operasi baris elementer &
matrix segitiga
gunakan sifat T .2.2.3

Sifat:
det(kA) k n det( A)
Teorema 2.3.1
Misalkan A, B, &C adalah matrix berukuran n n ,
dimana entri ketiga matrix berbeda hanya di satu
baris, baris ke-r, dengan asumsi :
baris ke-r dari C = baris ke-r A + baris ke-r B
maka: det(C ) det( A) det( B)
Teorema 2.3.3
A invertible jika dan hanya det( A) 0
Teorema 2.3.4
Jika A dan B matrix bujursangkar berukuran
sama, maka: det( AB) det( A).det( B)
1
Teorema 2.3.5 Jika A invertible maka det( A1 )
det( A)
SISTEM LINIER DENGAN BENTUK Ax x
Sistem linier ini merupakan sistem linier
homogen tersamar, karena dapat ditulis sebagai:
x Ax 0 atau ( I A) x 0
( I A) x 0 disebut persamaan karakteristik
dari A , disebut nilai karakteristik atau nilai
eigen dari A , dan x disebut vektor eigen dari A
yang bersesuaian dengan

( I A) x 0 mempunyai solusi non trivial jika


dan jika det( I A) 0
Contoh:

Tentukan solusi non trivial sistem linier


berikut:

x1 3x2 x1
4 x1 2 x2 x2
Teorema 2.3.6
Misalkan A suatu matrix nn, maka pernyataan
berikut ekivalen :
a. A invertible
b. Ax = 0 hanya mempunyai solusi trivial
c. Bentuk eselon baris tereduksi dari A adalah In
d. A dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian
matrix-matrix elementer
e. Ax b konsisten untuk setiap matrix b, n 1
f. Ax b tepat mempunyai satu solusi untuk
setiap matrix b, n 1
g. det( A) 0
Minor & Kofaktor
Definisi:
Misalkan A matrix berukuran n n
M ij = minor entri aij = determinan submatrix
setelah baris ke-i & kolom ke-j dihapus dari A
i j
ij = kofaktor entri aij (1) M ij
C
Teorema 2.4.1
Determinan matrix Ann dapat dihitung
dengan ekspansi kofaktor sbb:
ekspansi kofaktor kolom ke-j
det(A)=a1 j C1 j a 2 j C2 j ... a nj Cnj

ekspansi kofaktor baris ke-i


det(A)=a i1Ci1 a i 2Ci 2 ... a inCin
Definisi:
Jika A matrix n n dan Cij adalah kofaktor
dari aij , maka matrix
C11 C12 C1n
C C22 C2 n
21

C Cnn
n1 Cn 2

Disebut matrix kofaktor dari A . Transpos dari


matrix ini disebut adjoin A dan dinyatakan
dengan adj ( A)
Teorema 2.4.2
Jika A invertible, maka
1 1
A adj ( A)
det( A)
Aturan Cramer
Teorema 2.4.3
Misalkan A matrix n n dan det( A) 0 , maka
SPL b xA mempunyai solusi tunggal, dengan:
det( A1 ) det( A2 ) det( An )
x1 , x2 , , xn
det( A) det( A) det( A)
dimana,
A j = matrix A dengan entri kolom ke-j diganti
dengan entri matrix b
Contoh:

Gunakan Aturan Cramer untuk


menyelesaikan
x1 2 x3 6
3x1 4 x2 6 x3 30
x1 2 x2 3x3 8

Anda mungkin juga menyukai