Anda di halaman 1dari 4

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017:

“Rokok Ancam Pembangunan”

Setiap tahun, masyarakat internasional memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia


yang jatuh pada tanggal 31 Mei. Peringatan ini dilakukan untuk mendorong kesadaran
masyarakat agar mengurangi dan menghentikan konsumsi tembakau dalam bentuk apapun,
terlebih berupa rokok. Tujuan utama Hari Tanpa Tembakau Sedunia adalah menarik perhatian
dunia untuk menyebarkan pesan global tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok ini
sebagai bentuk kontribusi nyata untuk melindungi generasi sekarang dan selanjutnya.
Pasalnya, dampak rokok tidak hanya berimbas ke kesehatan saja, melainkan lingkungan,
ekonomi dan pembangunan, serta sosial juga ikut terkena dampaknya.
Tema yang diusung oleh WHO untuk Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017 adalah
Ancaman Bagi Pembangunan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan
peningkatan jumlah perokok di dunia.

Dampak Perokok Remaja terhadap Pembangunan


Di Indonesia, jumlah perokok terus meningkat terutama pada usia anak-anak dan
remaja usia 15 – 19 tahun. Di antara remaja usia 13-15 tahun, terdapat 20% perokok, yang
mana 41% di antaranya adalah remaja laki-laki dan 3,5% remaja perempuan. Jumlah tersebut
bahkan meningkat dua kali lipat di Tahun 2016 sebesar 23,1% dari sebelumnya 12,7% pada
Tahun 1995 (Kemkes, 2016).
Menurut Survei Global Youth Tobacco 2006, akses dan ketersediaan rokok pun
semakin mudah diperoleh, 6 dari 10 perokok muda usia 13-15 tahun menunjukkan bahwa
mereka membeli rokok di toko. Sepanjang waktu kecenderungan usia mulai kebiasaan
merokok terus turun ke usia yang lebih muda lagi. Usia rata-rata mulai merokok di kalangan
perokok usia 15 tahun ke atas, turun dari 18.8 pada 1995 menjadi 18.3 pada 2001
(Kementerian Kesehatan, 2004).
Jika kita lihat dari data diatas, keadaan remaja di Indonesia sangat mengkhawatirkan.
Dimana bila kesehatan penduduknya menurun, maka produktivitasnya pun akan menurun.
Hal ini dapat berdampak pada pembangunan negara yang akan terhambat serta
ketidakmaksimalan Bonus Demografi Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementerian Kesehatan melakukan advokasi
serta sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok di tujuh tatanan termasuk di dalam
lingkungan keluarga. Pengawasan dari lingkup terdekat merupakan cara yang sangat efektif
untuk menurunkan angka kecanduan rokok pada anak-anak dan remaja yang dapat
mengancam kualitas generasi penerus.
Selain fokus pada program Kawasan Tanpa Asap Rokok, inovasi terbaru yang
diberikan oleh Kementerian Kesehatan yaitu Layanan Konseling bebas pulsa di nomor 0800-
177-6565. Layanan tersebut dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin berkonsultasi terkait
upaya berhenti merokok atau terkait kesehatan dari dampak rokok.
Dengan hadirnya program-program tersebut, diharapkan pengendalian terhadap
dampak buruk merokok dapat berjalan signifikan sehingga penurunan persentase perokok di
Indonesia dapat menurun.

Strategi untuk Mengendalikan Produk Tembakau


Pengendalian produk tembakau di Indonesia mungkin tidak akan mengalami
kemajuan sampai pemerintah mengevaluasi dan memperkuat peraturan yang sudah ada,
mempertimbangkan untuk mengeluarkan perturan baru yang ketat, dan mengembangkan
sistem peraturan untuk penegakan hukum semua peraturan. Pemerintah Indonesia sebaiknya
juga mempertimbangkan pencapaian Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC)
WHO” (Aditama dkk., 2006: 2). Serangkaian kebijakan tersedia bagi pemerintah yang berniat
mengendalikan penggunaan produk tembakau, termasuk kebijakan yang mempengaruhi sisi
permintaan dan persediaannya.
Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang tersedia, banyak di antaranya telah
diidentifikasi oleh Kementerian Kesehatan (2004).
1. Menaikkan Harga dan Cukai
Menaikkan harga rokok melalui kenaikan cukai yang lebih tinggi merupakan salah satu cara
efektif untuk mengendalikan konsumsi rokok secara keseluruhan (Barber dkk., 2008). “Cukai
rokok menjadi sumber tetap pemerintah untuk mendorong penurunan pengeluaran untuk
rokok, menyumbang 5,7 persen total penerimaan pajak Indonesia pada 2007. Mengingat harga
dan cukai tembakau yang masih rendah, ada potensi besar untuk peningkatan pendapatan pajak
yang lebih besar lagi” (Barber dkk., 2008: 13). Lebih jauh lagi, karena elastisitas harga
permintaan di kalangan remaja jauh lebih besar daripada di kalangan penduduk dewasa, berarti
remaja lebih besar kemungkinannya untuk mengurangi atau berhenti merokok sebagai akibat
kenaikan harga tersebut.
2. Pengemasan dan Pelabelan
Sekarang ini pada kemasan rokok hanya tertera tulisan peringatan bahaya merokok. Namun
banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektifitas peringatan bahaya
merokok pada kemasan rokok, termasuk ukuran dan jenis peringatan bahaya merokok,
larangan mencantumkan kata-kata ‘mild’ dan ‘low’ pada produk tembakau, serta
mencantumkan foto-foto akibat merokok seperti penyakit paru-paru, bibir, dan bagian tubuh
lainnya.

3. Larangan Menyeluruh terhadap Iklan, Promosi, dan Sponsor


Larangan untuk kupon gratis dan diskon produk tembakau; Larangan menyeluruh sponsor
produk tembakau pada acara-acara remaja; Larangan menyeluruh media cetak dan elektronik
menyiarkan iklan produk tembakau; Larangan iklan produk tembakau di luar ruangan;
Larangan promosi produk tembakau pada anak-anak dan remaja; Tuntutan kriminal bagi
penjualan produk tembakau kepada anak-anak dan remaja usia di bawah 17 tahun.
Selain hal-hal tersebut, langkah-langkah lain yang telah diidentifkasi oleh
Kementerian Kesehatan mencakup Larangan penjualan rokok eceran/batangan;
Memperketat larangan merokok di tempat umum; Memperket pengawasan
penyelundupan rokok.

Fun Fact (WHO, 2017)


1. Tembakau membunuh setengah dari penggunanya.
2. Tembakau membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahunnya, diantaranya lebih dari 6
juta berasal dari penggunaan tembakau langsung dan lebih dari 890.000 berasal dari perokok
pasif yang terpapar asapnya.
3. Hampir 80% pengguna tembakau di dunia, lebih dari 1 miliar perokok tinggal di
negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Referensi :
WHO, 2017. Tobacco. [Online] Available at: http://www.who.int. [Accessed 29 May 2017].

ROKOM Kementerian Kesehatan RI, 2017. Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017: Rokok
Ancam Pembangunan. [Online] Available at: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20170521/3720963/hari-tanpa-tembakau-sedunia-2017-rokok-ancam-pembangunan/.
[Accessed 30 May 2017].

MetroTvNews, 2017. Rokok Ancam Pembangunan Indonesia. [Online] Available at:


http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2017/05/29/707328/rokok-ancam-pembangunan-
indonesia. [Accessed 30 May 2017].

Tempo.co, 2016. Pilih Rokok atau Pembangunan Berkelanjutan? [Online] Available at:
https://indonesiana.tempo.co/read/71882/2016/04/25/jalal.csri/pilih-rokok-atau-
pembangunan-berkelanjutan. [Accessed 30 May 2017].

WHO (World Health Organisation) , 2009. Indonesia (Ages 13-15), Global Youth Tobacco
Survey (GYTS) Fact Sheet. [Online] Available at:
http://www.searo.who.int/LinkFiles/GYTS_ IndonesiaFactsheet2009.pdf. [Accessed 30 May
2017]

Barber S., Adioetomo S.M., Ahsan A., Setynoaluri D., 2008. Tobacco economics in
Indonesia. [Online] Available at: http://www.tobaccofreeunion.org/assets/
Technical%20Resources/Economic%20Reports/Tobacc
o%20Economics%20in%20Indonesia%20-%20EN.pdf. [Accessed 30 May 2017]

Depkes.go.id, 2014. Hari Tanpa Tembakau Sedunia. [Online] Available at:


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hari-tanpa-
tembakau-sedunia.pdf [Accessed 30 May 2017]

Anda mungkin juga menyukai