Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan


dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dikapiler dari pleura viseralis
(Muttaqin.2008). pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus, arteri dan
vena bronkialis serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologi kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh
getah bening.

Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan


tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung
sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura
parietalis dan viseralis. Dan fungsi utamanya adalah sebagai pelicin gesekan
antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang
dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru nontuberkulosis,
keganasan, serosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark paru
serta gagal jantung kongestif. Di negara-negara barat efusi pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, serosis hati, keganasan, dan pneumonia
bakteri. Sementara dinegara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia,
lazim disebabkan oleh infeksi bakteri tuberkulosis.

1
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan yang
berlebihan didalam kavum pleura yaitu diantara pleura parietalis dan pleura
viseralis dapat berupa cairan eksudat dan transudat yang disebabkan karena
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

2.2. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddart,2001. Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh


2 faktor yaitu:

1. Infeksi
Penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan efusi pleura antara lain:
tuberkulosis, pneumonia, abses paru, abses subfrenik
Macam-macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara
lain:
Pleuritis karena virus dan mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang, bila terjadi
jumlahnyapun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis
virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie virus, Chlamidia, Rickettsia dan
mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-
6000 per cc
Pleuritis karena bakteri piogenik
Permukaann pleura dapat ditempeli bakteri yang berasal dari jaringan
parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui
penetrasi diafragma, dinding dada atau esofagus.
Aerob : Streptococcus pneumonia,, streptococcus mileri, Staphylococcus
aureus, Hemofilus spp, E.coli, Klebsiella, Pseudomonas spp
Annaerob : Bacteroides spp, peptostreptococcus, fusobacterium
Pleuritis tuberkulosa

2
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat eksudat. Penyakit
kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-kadang juga bisa hemoragis.
Jumlah leukosit antara 500-2000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel
polimoorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit. Cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tuberkulosis.
Pleuritis karena fungi
Pleuritis karena fungi sangat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran
infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah:
aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus, kriptokokus, histoplasmosis,
blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi
hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi
Pleuritis karena parasit
Parasit yang dapat menginfeksi kedalam rongga pleura hanyalah amoeba.
Bentuk tropozoid datang dari parenkim hati menembus diafragma terus
keparenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi
karena peradangan yang di timbulkannya. Disampingg itu dapat terjadi
empiema karena amoeba yang cairannya berwarna khas merah coklat. Disini
parasit masuk kerongga pleura secara migrasi dari parenkim hati. Dapat juga
karena adanya robekan dinding abses amuba pada hati kearah rongga pleura.

2. Non infeksi
a. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
Gangguan kardiovaskuler
Payah jantung ( dekompensatio cordis) adalah penyebab terbanyak
timbulnys efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditis kontriktiva dan
sindrom vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat terjadi
peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan
menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran
getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan
kerongga pleura dan peru-paru meningkat.

Emboli pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal.
Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli

3
meyebabkan turunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi
iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan
dengan efusi yang berdarah (warna merah). Disamping itu permeabelitas
antara satu atau kedua bagian pleura akan meningkat, sehingga cairan efusi
mudah terbentuk

Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak banyak, dan


biasanya sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli pulmonal
lainnya. Pada efusi pleura dengan infark paru jumlah cairan efusinya lebih
banyak dan waktu penyembuhan juga lebih lama.
Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom
nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta anasarka. Efusi
terjadi karena rendahnya tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi
kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.

b. Efusi pleura karena neoplasma

neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura


dan umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak
ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada. Gejala lain
adalah adanya cairan yang selalu berakumulasi kembali
dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma


yakni:

Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabelitas terhadap


air dan protein
Adanya massa tumor menyebabkan tersumbatnya aliran pembuluh darah
vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal memindahkan cairan
dan protein
Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul
hipoproteinemia.

c. Efusi pleura karena sebab lain

4
Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul, laserasi,
luka tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah hebat atau karena
pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi.
Uremia. Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang
terdiri dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites).
Mekanisme penumpikan cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui
dengan timbulnya eksudat terdapat ppeningkatan permeabelitas jaringan
pleura, perikard atau peitoneum.sebagian besar efusi pleura karena uremia
tidak memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas, sakit dada atau
batuk
Miksedema. Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian
miksedema. Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama.
Cairan bersifat eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi
tinggi.

d. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal

Efusi pleura dapat terjadi secar steril karena reaksi infeksi dan peradangan
yang terdapat dibawah diafragma. Seperti pankreatitis, pseudokista pankreas atau
eksaserbasi akut pankreatitis khronik, abses ginjal, abses hati, abses limpha dll.
Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya
adalah karena berpindahnya cairan yang kaya dengan enzim pankrean kerongga
pleura melalui saluran getah bening. Efusi disini bersifat eksudat serosa, tetapi
kadang-kadang juga dapat hemorragik . efusi pleura sering juga terjadi setelah 48-
72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap obstruksi
intestinal atau pasca operasi atelektasis.

1. Sirosis hati

Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakn efusi pleura
timbul bersamaan dengan asites secara khas terdapat persamaan antara cairan
asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungan fungsional antara
rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah
jaringan ootot diafragma

5
2. Sindrom Meig

Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium ( jinak
atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya efusi pleura
masih belum diketahu betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi, efusi
pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massa di rongga pelvis
disertai asites dan eksudat cairan pleura sering dikira sebagai neoplasma dan
metastasisnya.

3. Dialisis Peritoneal

Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis


peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan
dialisatdari rongga peritoneal kerongga pleura terjadi melalui celah diafragma.
Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan
dialisis/

2.3. Klasifikasi

Efusi pleura umumnya diklasifikaasikan berdasarkan mekanisme


pembentukan cairan dan kimiawi cairan di klasifikasikan menjadi 2 yaitu eksudat
dan transudat. Transudat hasil ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan
tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau
drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi
kombinasi antara karateristik cairan transudat dan eksudat

Klasifikasi berdasarkan mekanisme pembentukan cairan

1. Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Transudat terjadi bila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
melebihi reabsorpsinya oleh pleur lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:

Meningkatnya kapiler sistemik


Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

6
Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura
Menurunnya tekanan intra pleural

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah

Gagal jantung kiri


Sindrom nefrotik
Obstruksi vena cava superior
Asites pada sirosis hati ( asites menembus suatu defek diafragma atau
masuk melalui saluran getah bening)

2. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang


permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
dengan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabelitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah
menjadi bulat atau kuboid dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga pleura.
Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena mikobacterium
tuberkulosa dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Protein yang
terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening.
Kegagalan aliran protein getah bening ini (misalnya pleuritis tuberkulosis) akan
meningkatkan konsentrasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat antara lain:

Infeksi (tuberkulosis dan pneumonia)


Tumor pada pleura
Infark paru
Karsinoma bronkogenik
Penyakit dan jaringan ikat/kolagen/SLE (Sistemic lupus erimatosus)

2.4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga


pleura yang berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura
parietalis yang saling bergerak karena pernafasan. Dalam keadaan normal juga

7
selalu terjadi filtrasi cairan kedalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis
dan diabsorbsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura parietalis dengan kecepatan
yang seimbang dengan kecepatan pembentukannya.

Ganngguan yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya


kecepatan proses pembentukan cairan pleura akan menimbulkan penimbunan
cairan pleura secara patologik didalam rongga pleura. Mekanisme yang
berrhubungan dengan terjadinya efusi pleura yaitu:

1. Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada


sirkulasi kapiler
2. Penurunan tekanan kavum pleura
3. Kenaikan permeabelitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh


peradangan. Bila proses radang oleh kuman pioggenik akan terbentuk pus atau
nanah, sehingga empiema atau piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh
darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Proses terajdinya
pneumothoraks karena pecahnya alveoli dekat parietalis sehingga udara kan
masuk kedalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau
alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastik lagi seperti pada pasien emfisema
paru.

Efusi cairan dapat berbentuk transudat terjadi karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal janttung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis
peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan. Perikorditid konstriktiva,
keganasan, atelektasis paru, dan pneumothoraks.

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan


permebelitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboid dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga
pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
mycobacterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.
Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai transudatif atau eksudatif.

8
Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:

1. Pembentukan cairan pleura berlebih


Hal ini dapat terjadi karena peningkatan permeabelitas kapiler
(peradangan, neoplasma), tekanan hidrostatik dipembuluh darah
kejantung atau vena pulmonalis (kegagalan jantung kiri), tekanan negatif
intrapleural (atelektasis)
Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal
ini. Pertama jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung
menarik paru-paru menjauh dari rangka toraks. Tetapi permukaan pleura
viseralis dan pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat
dipisahkan, sehingga tetap ada kekuatan kontinue yang cenderung
memisahkannya. Kekuatan ini dikenal sebagai kekuatan negatif dari ruang
pleura.
Faktor kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intra pleural
menurut Sylvia Anderson Price dalam bukunya patofisiologi adalah kekuatan
osmotik yang terdapat diseluruh membran pleura. Cairan dalam keadaan
normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis keruang pleura
dan kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Pergerakan cairan
pleura dianggap mengikuti hukum starling tentang pertukaran trans kapiler
yaitu: pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara tekanan
hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dari tekanan
onkotik dari protein plasma yangcenderung menahan cairan agar tetap di
dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih
besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.
Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleural adalah
kekuatan pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki
ruang pleura tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura
parietalis. Ketiga faktor ini kemudian mengatur dan mempertahankan tekanan
negatif intrapleural normal

2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik


Hal ini disebabkan karena bebrapa hal antara lain: obstruksi
stomata, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah

9
bening, peningkatann tekanan vena central tempat masuknya cairan limfe
dan tekanan osmotic koloid yang menurun dalam darah. Misalnya pada
hipoalbuminemia. Sistem limfatik punya kemampuan absorpsi sampai
dengan 20 kali jumlah cairan yangg terbentuk.
Pada orang sehat pleurra terletak pada posisi yang sangat dekat stu
sama lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang sangat sedikit,
yang berfungsi untuk melicinkan dan membuat keduanya bergesekan
dengan mudah selama bernafas. Sedikitnya cairan serous menyebabkan
keseimbangan diantara transudat dari kapiler pleura dan reabsorpsi oleh
vena dan jaringan limfatik diselaput viseralis dan parietalis. Jumlah cairan
yang abnormal dapat terkumpul jika tekanan vena meningkat karena
dekompensasi kordis atau tekanan vena kava oleh tumor intrathoraks.
Selain itu, hipoproteinemiadapat menyebabkan efusi pleura karena
rendahnya tekanan osmotik dikapiler darah.

2.5. Diagnosis

Diagnosis efusi pleura ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik


dan pemeriksaan penunjang

A. Anamnesa

Nyeri dada pleuritis, sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat
oleh bernafas dalam atau batuk, sehingga penderita membatasi pergerakan
rongga dada dengan bernafas pendek atau tidur miring kesisi yang sakit
nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis tapi bisa
menjalar kedaerah lain
Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi
oleh G.Nervus intercostal terbawah bisa mnyebabkan nyeri pada
dada dan abdomen
Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus
phrenicus menyebabkan nyeri menjalar kedaerah leher dan bahu
Sesak nafas bila lokasi efusi luas, sesak nafas terrutama bila berbaring
kesisi yang sehat. Berat ringannya sesak nafas ini ditentukan oleh jumlah
cairan efusi.

10
Rasa berat pada dada yang sakit
Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, batuk terutama apabila
disertai dengan proses tuberkulosis diparunya, batuk berdarah pada
karsinoma bronkus atau metastasis
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, panas
tinggi (kokus), subfebril (TBC), banyak keringat, batuk, dahak banyak.

B. Pemeriksaan fisik

Inspeksi : Pencembungan hemithoraks yang sakit, ICS melebar,


pergerakan pernafasan menurun pada sisi sakit,
mediastinum terdorong kearah kontralateral
Palpasi : Fremitus menurun atau melemah
Perkusi : Redup
Auskultasi : Suara nafas yang menurun bahkan menghilang

C. Pemeriksaan penunjang

1. Rontgen Thoraks

Rontgen thoraks biasanya merupakan langkah pertama yang


dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan
adanya cairan. Foto thoraks juga dapat menerangkan asal mula terjadinya
efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya massa atau
tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan dan adanya
densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru

11
2. CT Scan Dada

CT Scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas


cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam
menentukan adanya efusi pleura. Selain itu jugga bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru, atautumor. Hanya saja pemeriksaan ini
tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.

3. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yangg diperoleh melalui
torakosentesis

Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang


dimasukkan diantara sela iga kedalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik.

Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan


posisi duduk, aspirasi thoraks dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga v
garis aksilariis media dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 ccpada setiap kali
aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-ulang dari pada
satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi)
atau edema paru.

Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat.


Mekanisme sebenarnya belum dikatahui betul, tapi diperkirakan karena adanya
tekanan intrapleural yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah
melalui permeabelitas kapiler yang abnormal.

3. Biopsi Pleura

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka


dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa.

12
Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor
pleura. Bila ternyata hasil biopsi tidak memuaskan dapat dilakukan beberapa
biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun sudah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.komplikasi biopsi antara lain pneumothoraks, hemothoraks,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

5. Analisa Cairan Pleura

Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan

a. Warna cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (serous-
xantho-ctrome). Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan. Adanya kebocoran aneurisma aorta.
Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya
empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena
amuba.

b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel

PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT


Warna Jernih Jernih,keruh, berdarah
BJ < 1,016 > 1,106
Jumlah set Sedikit Banyak (>500 sel/mm2)
Jenis set PMN < 50% PMN > 50%
Rivalta Negatif Positif
Glukosa 60mg/dl (=GD plasma) 60 mg/dl (bervariasi)
Protein < 2,5 g/dl > 2,5 g/dl
Rasio protein TE/plasma < 0,5 > 0,5
LDH < 200 IU/dl > 200 IU/dl
Rasio LDH T-E/Plasma < 0,6 > 0,6

Disamping pemeriksaan tersebut diatas secara biokimia diperiksakan


juga pada cairan pleura

13
Kadar PH dan glukosa, biasanya merendah pada penyakit-
penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan
metastasis adenokarsinoma
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu
Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksii akut
Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi khronik
seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum
Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat, ini
menunjukkan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan
banyak sel eritrosit.
Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma
Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid
Sel L.E : Pada lupus erimatosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan
empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang
aerob maupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam
cairan pleura adalah : Pneumokokus, E.coli. Kleibsiella,
pseudomonas, entero-bacter.
Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan
asam sangat dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.
Pemeriksaan laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Pemeriksaan laboratorium terhadap cairan pleura

Hitung sel total Hitung diferential, hitung sel darah mera


jaringan
Protein total
Rasio protein cairan pleura terhadap s
>0,5 menunjukkan suatu eksudat

Laktat dehidrogenase pewarnaan gram dan Bila terdapat organisme, menunju


tahan asam empiema

14
Biakan Biakan kuman anaerob dan aerob, b
jamur dan mikobakteria harus ditanam d
lempeng
Glukosa
Glukosa yang rendah (<20 mg/dl) bila
darah normal menunjukkan infeksi
Amylase penyakit reumatoid

Meningkat pada pankreatitis, rob


pH
esofagus

Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2


diharapkan uuntuk sembuh tanpa dra
kecuali bila berlokusi. Keadaan dengan
7,0 menunjukkan infeksi yang memerl
Sitologi
drainase atau adanya robekan esophagus
Hematokrit
Dapat mengidentifikasi neoplasma

Pada cairan efusi yang banyak dara


dapat membantu membedakan hemoth
dari torasentesis traumatik
Komplemen
Dapat rendah pada lupus eritema
Preparat sel L.E sistemik

Bila positif, mempunyai korelasi yang t


dengan diagnosis lupus sritematosus siste

6. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang


terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus
alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain.

7. Scanning Isotop

Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru

15
8. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)

Torakoskopi biasanyya dilakukan pada kasus-kasus dengan neoplasma atau


tuberkulosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada
(dengan resiko kecil terjadinya pneumothoraks). Cairan dikeluarkan dengan
memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bisa melihat kedua pleura.
Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan beberapa biopsi

2.6. Penatalaksanaan

1. Terapi penyakit dasarnya

2. Torakosentesis

Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnostis,


aspirasi juga dapat dikerjakan dengan tujuan terapeutik. Torakosentesis dapat
dilakukan sebagai berikut

Penderita dengan posisi duduk dengan kedua tangan merangkul atau


diletakkan diatas bantal, jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat
dilakukan pada penderita dalam posisi tidur telentang
Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto thoraks, atau
didaerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada line aksilaris media
dibawah batas suara sonor dan redup.
Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan
jarum berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi biasanya
disebabkan karena penusukan jarum terlampau rendah sehingg mengenai
diafragma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum
tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura
parietalis tebal.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada
setiap aspirasi. Untuk mencegah terjadinya edema paru akibat
pengembangan paru secara mendadak. Selain itu pengambilan cairan
dalam jumlah besar secara mendadak menimbulkan refleks vagal , berupa
batuk, bradikardi, aritmia yang berat dan hipotensi.

16
Metode Torakosentesis

Pemasangan WSD

Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang thoraks yang
dihubungkan denagn WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan
aman. Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut

Tempat untuk memasukkan selang thoraks biasanya disela iga 7,8,9 linea
aksilaris media atau ruang sela iga 2 atau 3 linea medioklavikularis.
Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar
kurang lebih 2 cm sampai subkutis
Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang
Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai
mendapatkan pleura parietalis.
Selang dan trokar dimasukkan kedalam rongga pleura dan kemudian
trokar ditarik. Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan posisi selang
thoraks
Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat
dengan kasa dan plester
Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang
dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang

17
diletakkan dibawah permukaan air sedalam 2 cm, agar udara dari luar
tidak dapat masuk kedalam rongga pleura.
WSD perlu di awasi setiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada
selang kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang.
Untuk memastikan dilakukan foto thoraks.
Selang thoraks dapat di cabut jika produksi cairan/hari <100 ml dan
jaringan paru telah mengembang. Selang di cabut pada saat ekspirasi
maksimal

18
3. Pleurodesis

Bertujuan dengan melekatkan pleura viseral dan pleura parietalis, merupakan


penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan, bahan yang digunakan adalah
sitostatika seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard, 5-fluorourasil, adramisin,
dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya,
obat sitostatika (misal tiotepa 45 mg) diberikan selang waktu 710 hari: pemberian
obat tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil akan terjadi
pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga pleura, sehingga mencegah
penimbunan kembali cairan dalam rongga tersebut.

2.7. Komplikasi

1. Fibrothoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis,
keadaan ini disebut dengan fibrothoraks. Jika fibrothoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membran-membran pleura tersebut.

2. Atelektasis

Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan


karena penekanan akibat efusi pleura

3. Fibrosis Paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat


paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu penyakit paru yang menimbulkan peradangan.

19
Pada efusi pleura, atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atelektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian atau semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru

5.Gagal nafas

KESIMPULAN

Efusi pleura adalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan yang berlebihan didalam kavum pleura yaitu diantara pleura
parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan eksudat dan transudat yang
disebabkan karena ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
cairan pleura. Efusi pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat
berasal dari kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi baik oleh bakteri, virus
atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum. Efusi pleura yang disebabkan oleh
oerubahan pada tekanan hidrostatik akan membentuk transudat sedangkan bila
permeabelitas kapiler yang meningkat seperti pada peradangan dan keganasan
akan timbul eksudat. Oleh karena itu efusi pleura terbentuk jika ada pembentukan
cairan yang berlebihan atau jika ada penurunan pengangkutan cairan melalui
limfatik.patofisiologinya tergantung darinkeseimbangan antara cairan dan protein
dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Gejala klinis efusi
pleura berupa nyeri dada pleuritik batuk kering dapat terjadi, sesak nafas, rasa

20
berat didada. Serta pada pemeriksaan fisik sering ditemukan fremitur melemah
dan suara nafas vesikuler menghilang.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.EGC.Jakarta


Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid
II.2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta
Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi Kedua.EMS.
Jakarta:2008.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/efusipleura.pdf
http://repository.ui.ac.id/contenst/koleksi/11/pleura.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Neurologi
    Case Neurologi
    Dokumen2 halaman
    Case Neurologi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Retinopati Hipertensi
    Retinopati Hipertensi
    Dokumen28 halaman
    Retinopati Hipertensi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • PPOK Case
    PPOK Case
    Dokumen37 halaman
    PPOK Case
    Putri aliya
    Belum ada peringkat
  • Retinopati Hipertensi Bab 1
    Retinopati Hipertensi Bab 1
    Dokumen29 halaman
    Retinopati Hipertensi Bab 1
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Cover Ppok
    Cover Ppok
    Dokumen1 halaman
    Cover Ppok
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen38 halaman
    PPT
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen59 halaman
    Bab 1
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pneomothoraks
    BAB I Pneomothoraks
    Dokumen11 halaman
    BAB I Pneomothoraks
    Putri aliya
    Belum ada peringkat
  • Case Efusi Pleura
    Case Efusi Pleura
    Dokumen9 halaman
    Case Efusi Pleura
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Referat Anestesi
    Referat Anestesi
    Dokumen60 halaman
    Referat Anestesi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen29 halaman
    Referat
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • BAB I Referat
    BAB I Referat
    Dokumen40 halaman
    BAB I Referat
    Wita Afrianti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen30 halaman
    Bab I
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Efusi Pleura Ira Mayasari
    Efusi Pleura Ira Mayasari
    Dokumen46 halaman
    Efusi Pleura Ira Mayasari
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Blefaritis
    Blefaritis
    Dokumen33 halaman
    Blefaritis
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Uveitis Fix
    Uveitis Fix
    Dokumen32 halaman
    Uveitis Fix
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • In Vaginas I
    In Vaginas I
    Dokumen45 halaman
    In Vaginas I
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Referat Invaginasi
    Referat Invaginasi
    Dokumen23 halaman
    Referat Invaginasi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Blefaritis
    Blefaritis
    Dokumen33 halaman
    Blefaritis
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Blefaritis
    Blefaritis
    Dokumen33 halaman
    Blefaritis
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Referat Anestesi
    Referat Anestesi
    Dokumen60 halaman
    Referat Anestesi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Case Interne
    Case Interne
    Dokumen60 halaman
    Case Interne
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat
  • Referat Invaginasi
    Referat Invaginasi
    Dokumen23 halaman
    Referat Invaginasi
    Dinata Aya Azany
    Belum ada peringkat