Anda di halaman 1dari 6

PERLINDUNGAN ANAK

(SOSIALISASI T.O.T. PERLINDUNGAN ANAK YANG DILAKSANAKAN OLEH


CHRISTIAN CONFERENCE OF ASIA (CCA) DAN PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI) 1-4 APRIL 2014 DI JAKARTA)

Pdt. Bernadetha Elce Sambira, M.Th.

Biola-biola akan membunyikan nada berbeda-beda, walaupun dimainkan


oleh tangan yang sama. Anak-anak adalah titipan Tuhan kepada orang tua.
Mereka memiliki masa depan masing-masing. Mengagumkan mengamati
anak-anak tertawa. Laksana sihir melihat mereka tumbuh. Izinkan mereka
berkhayal, sebab Tuhan akan membimbing mereka ke masa depan. Tugas
orang tua adalah membimbingnya berjalan di jalur yang tepat. (Khalil
Gibran).

A. Pengantar.

Training of trainer (pelatihan tenaga pelatih) merupakan upaya CCA


dan PGI untuk menunjukkan perhatian/kepedulian terhadap anak. Maraknya
kekerasan dan eksploitasi anak dalam berbagai bentuk terjadi di belahan
dunia, tidak terkecuali di negeri kita, Indonesia. Menurut Sekum PGI, Pdt.
Gomer Gultom, terdapat kurang lebih 6,7 juta anak Indonesia adalah pekerja
dan 1,7 juta melakukan pekerjaan yang beresiko. Meskipun gereja tidak
terlibat dalam eksloitasi, tetapi dengan membiarkan berlangsung, tanpa
bersuara maka gereja turut bersalah. Kategori anak menurut PBB adalah usia
maksimal 18 th.

Sekjen CCA, Pdt Henriette Lebang, Misi gereja adalah juga kepedulain
terhadap anak. Undang-Undang Perlindungan Anak, yaitu UU N0 23 Tahun
2002 haruslah dipahami dan dilaksanakan oleh gereja, yaitu pendeta, majelis
jemaat dan pekerja gereja (Church worker). Perdagangan anak telah
berlangsung di negara Asia, dan di negara lainnya. Anak-anak remaja
perempuan dengan pakaian minim dipertontonkan di Bangkok untuk menarik
minat para wisatawan.

Pdt. Retno Ngapon dalam refleksi teologis dari Mrk 10:13-16


mengungkapkan antara lain: - Gereja hadir menjadi gereja yang ramah
terhadap anak. Anak merasa at home jika berada dalam gereja atau gereja
menjadi rumah kedua bagi anak. Mulailah dengan menyediakan toilet yang
juga berpihak pada anak.
-Menyediakan ruangan bagi anak yang bebas dari asap rokok, dan
pengaruh buruk lainnya.

-Anak selalu butuh sosok dan suasana di mana anak merasa aman dan
terlindungi (hindari tindakan orang tua/orang dewasa yang memberikan
rasa aman yang keliru).

-Anak jarang di dengarkan oleh orang dewasa. Seringkali tidak ada


ruang bagi anak untuk menyampaikan saran dan kritik.

-Dunia semakin chaos (kekacau-balauan), bukan hanya karena orang


jahat, tetapi karena orang baik lebih banyak diam.

B. Sharing Pelayanan Anak di Jemaat yang Berorientasi pada


Perlindungan Anak. (DR. A. Kamboji).

C. Sharing : Kenangan Masa anak-anak. (Pdt. Suwarna Asmoro, S.Th.


dan Okta Rumpak . S.Th).

D. Gereja dan Pelayanan Anak ( Pdt.Gomar Gultom).

-Menjadi apakah anak ini nanti (Luk 1:66)

-Masa depan Anak sangat banyak ditentukan oleh realitas dan


kecenderungan saat ini ( Kemiskinan, bencana, kekerasan, eksploitasi).

-Empat Hak Anak Berdasarkan Konvensi Hak Anak

* Hak terhadap kelangsungan Hidup (Survival Rights)

* Hak mendapatkan Perlindungan (Protection Rights)

*Hak untuk Tumbuh Kembang (Development Rights)

*Hak untuk Berpartisipasi (Participation Rights)

Bagaimana Realitas Gereja?

*Hormatilah ayahmu dan ibumu (Kel 20:12) bisa mengilimir hak anak.

* Dosa Turunan: Anak harus di didik (baca: dijinakkan) oleh otoritas


orang tua.
* Pemahaman tentang posisi anak. Sering mendua antara hakekat:
siapa dia dan manfaat: bisa apa dia.

*Sub ordinasi.

*Perlakuan sebagai orang yang belum jadi

*Pelayanan anak dengan berbagai problematikanya.

*Mat 18:5-6.

* Anak mempunyai posisi sentral: Dalam tatanan penciptaan Allah (Kej


1:28); dalam karya penyelamatan Allah (kej 3:15, Yes 3:4, Mz 8:3; dalam
tujuan akhir Allah ( Yes 65:20, Zak 8:5, Yes 11:6-8; Yesus: Anak sebagi
representasi diriNya ( Mat 18:5-6).

* Menuju pelayanan yang holistik:

-Upaya serius menuju kesadaran kolektif, - Redefinisi pemahaman


tentang anak, -reorientasi tentang pembinaan dan pelayanan anak, -
proaktif dalam proses legislasi, -advokasi kasus, -pengembangan jaringan
pelayanan anak.

E. Pengaruh Nilai-nilai Budaya Dalam Perlindungan maupun pelecehan


Anak, serta Kekerasan terhadap Anak dalam Setting Agama ( Ruth
Kadarmanto)

* Markus 1:14-15:

-Menyambut Era Baru yaitu ERA KERAJAAN ALLAH


-Markus seperti menjahit dari satu peristiwa ke
peristiwa yang berikutnya untuk menjelaskan karakteristik
era baru dalam kepemimpinan Yesus. -Yesus
berhadapan dengan iblis,
-mengusir setan
-mengampuni dosa,
-menyembuhkan orang sakit,
-menghidupkan yang
mati, -menghentikan
badai, -
melayani dengan kasih, -
memeluk anak-anak dengan penuh kasih sayang.
*Tindakan Kekerasan adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak
yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Penindasan dapat
beragam bentuk. Istilah Bullying adalah perilaku agresif dan menekan baik
dalm bentuk fisik secara langsung atau menyerang melalui kata-kata.
Biasanya kepada orang yang lebih lemah. Bentuknya kadang menggertak
atau mengganggu.

*Tiga jenis kekerasan.

1. Kekerasan Verbal. Kekerasan paling umum. Dapat diteriakkan


dengan mudah. Serangan dapat dilakukan berulang-ulang, dapat dilakukan
pada segala usia, paling mudah

dilakukan dan menjurus kepada kekerasan yang lebih kejam, paling sering
ditiru anak. Tujuannya merendahkan orang lain, Kekerasan seksual verbal:
menyebutkan ucapan-ucapan senonoh.

2.Kekerasan Fisik. Paling muda dilihat. Pada usia anak kurang


dilaporkan. Mulai dari yang ringan sampai menjadi keras. Anak cenderung
meniru tindakan kekerasan fisik dan menikmatinya. Bila tidak diberi
perhatian akan mahir sebagai pelaku kekerasan.

3. Kekerasan Relasional: Sulit dideteksi dari luar, melemahkan harga


diri secara sistimatis dan bertahap melalui: cuek, pengucilan, pengecualian,
penghindaran, gossip yang didengarkan oleh korban., merusak dan menolak
persahabatan, bahasa tubuh yang sinis. Sangat terasa pada usia remaja,
gossip seksual, coretan bernda seksual.

Menyiapkan aktivitas bagi anak di gereja dapat menegmbangkan


kemampuan terasionalnya. Misalnya:

- Membuat sarung bantal yang berkantung dan dibagikan kepada


anak. Fungsi sarung bantal sebagai tempat orang tua menitipkan doa dan
pesan bagi anaknya, agar anak dapat berangkat tidur dengan perasaan
nyaman.

-Disediakan kesempatan bagi pendeta untuk bersama-sama anak-anak


dalam gereja dan bercerita kepada anak-anak dalam suasana yang akrab.

-Anak-anak membuat aktivitas bersama dengan kelompok yang


beragam (kelas anak kecil-besar). Menciptakan relasional yang aman dan
nyaman di antara anak, saat membantu/menolong dan merasa berharga dan
percaya diri saat mampu menolong dan membantu yang lain.

Akibat tindakan kekerasan: Membuat orang lain tertekan. Membuat


korban depresi, membuat korban merasa kurang berarti, bila berlanjut dapat
membuat korban bunuh diri.

- melakukan kekerasan, biasanya pelaku, percaya dirinya rendah,


percaya diri tinggi tapi cenderung menindas dan menekan. Kurang
pendididkan empati. Pelampiasan kekesalan atau kekecewaan. Pelaku
mungkin pernah jadi korban dan memperlakukan orang lain juga
sebagaimana pengalamannya. Pelaku cenderung makin parah, jika tidak
disadarkan bahwa yang ia lakukan menimbulkan korban.

-Kekerasan sering dipicu oleh kemiskinan dan kekurangan


pendidikan/pengetahuan.

F. Sikap, Nilai, Bentuk-Bentuk Kekerasan dan Eksploitasi Seksual


Terhadap Anak ( Ahmad Sofyan SH, MH.).

*Kekerasan Seksual : perusakan simbol seksualitas dan alat reproduksi.


Dengan persetubuhan dan tanpa persetubuhan (pencabulan).

*Penaganiayaan Seksual: Pemaksaan melakukan hubungan seksual


tidak wajar, sesame anggota keluarga, sesame jenis, memaksa menyaksikan
perkosaan, dll.

* Eksploitasi Seksual Anak: Semua bentuk penyalahgunaan seksual;


kekrasan seksual; pornografi, pelacuran; trafficking untuk tujuan seksual;
pariwisata seks; kawin paksa; pernikahan dini.

* Fakta-fakta ESKA di Indonesia:

- Kompas 16 Juli 2008, 150.000., anak Indonesia di eksploitasi. Jadi


sasaran seksual terutama di tempat pariwisata.

*Modus Operandi Pelacuran Anak: diajak oleh teman; membantu


meringankan beban orang tua; dimanfaatkan oleh pria dewasa.

Traffiking: Bujuk rayu/tipu muslihat untuk bekerja di salon/caf, tetapi


informasi tidak lengkap. Waspada terhadap Job Fair, karena banyak
melibatkan anak ke dalam prostitusi/traffing nasional dan global.
*Pihak yang terlibat: Pemilik salon, Pemilik Caf, Pengusaha
diskotik/karaoke, pengusaha hotel, konsumen (pegiat seks anak), teman
sekolah, pacar.

*Hampir semua iklan produk di arahkan kepada anak, sehingga mereka


terprovokasi untuk memiliki dan menjadi pengguna.

Anda mungkin juga menyukai