Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT (Artritis Gout)

DISUSUN OLEH :

ANINDYA UMAMI

201320461011034

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang
disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat
yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi
hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-
artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar
sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran
kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)

2. Etiologi
a. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat.
b. Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko
terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas),
sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60
tahun).
c. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia
dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia
untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan
kelebihan produksi asam urat.
d. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan
hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan
penghapusan asam urat dari tubuh.
e. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan
atau memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi
purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
f. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko
untuk mengembangkan hiperurisemia dan gout.
Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin,
siklosporin, levodova.

3. Patofisiologi
a. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di
jaringan jika konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
b. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya
akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran
vakuol disekeliling kristal bersatu dengan membran
leukositik lisosom.
d. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan
pelepasan enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.
e. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan
jaringan.

Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena


pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak
mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan
kadarnya meningkat dalam tubuh.

Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah


kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih
selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

4. Tanda dan Gejala


a. Stadium Arthritis Gout Akut
Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah.
Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin
(kacang-kacangan, rempelo dll), kelelahan fisik, stres,
diuretic.
Penurunan asam urat secara mendadak dengan
allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan
kekambuhan.
b. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut
dimana terjadi periode interkritikal asimptomatik.
c. Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur
pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan
di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine
24 jam ureum, kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat
serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine
24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal
urat monosodium, Peningkatan kecepatan waktu
pengendapan
b. Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan
jaringan lunak

6. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
Pembatasan makanan tinggi purin ( 100-150 mg
purin/hari.
Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan
pada TB n BB.
Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi)
disarankan tidak kurang dari 100 g/hari.
Rendah protein yang bersumber hewani.
Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan
minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari
dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari
juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma
yang akan menghambat pengeluaran asam urat
b. Farmakologi
Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk
mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine,
indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu
:
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon,
azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).

7. Pengkajian
a. Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi
pada pria dewasa ( 30 th keatas) danWanita terjadi pada
usia menopause ( 50 60 th ).
b. Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah.
c. Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat
keperawatan
Nyeri tekan pada sendi yang terkena
Nyeri pada saat digerakkan
Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna
keunguan)
Denyut jantung berdebar
d. Riwayat psikososial
Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

8. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit reumatik
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Kurangnya kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit reumatik
c. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan
di rumah b.d kurangngnya mengenal masalah kesehatan

9. Intervensi
a. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit reumatik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam, toleran terhadap aktifitas dengan kriteria :

N NOC Score
o
1. RR dbn saat aktifitas 5
2. Nadi dbn saat aktifitas 5
NIC :
Kaji penyebab kelemahan
Berikan ROM pasif saat klien bed rest untuk
mengurangi tekanan pada otot
Monitor status nutrisi untuk keadekuatan energi
Monitor kardiorespirasi respon saat aktifitas (RR, nadi,
adanya diaporesis)
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Kurangnya kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit reumatik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam, toleran terhadap aktifitas dengan kriteria :

N NOC Score
o
1. Frekuensi nyeri 5
berkurang
2. Mampu melaporkan nyeri 5

NIC :
Observasi ketidak nyamanan non verbal
Kaji factor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri
Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon ketidak nyamanan klien
Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Anjurkan istirahat untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi dalam pemberian terapi
c. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan
di rumah b.d kurangngnya mengenal masalah kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam klien dan keluarga mengetahui tentang proses
penyakit dengan kriteria :

N NOC Scor
o e
1. Mengenal masalah nyeri sendi 5
(pengertian penyebab tanda-tanda
dan pencegahannya)

NIC :
Jelaskan tentang nyeri sendi : pengertian, penyebab,
tanda-tanda, pencegahan, akibat, serta cara perawatan
di rumah
Diskusikan kembali materi yang telah dijelaskan
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
Motivasi dan memberikan reinforcement positif atas
usaha yang telah dilakukan oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke


3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC,
Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. http://dr-
suparyanto-m.kes.blogspot.com(Online) 01 Juli 2012.

Anda mungkin juga menyukai