Terkontrol
Latar belakang
Terapi musik telah sebelumnya ditemukan efektif dalam pengobatan depresi namun studi-studi
tersebut tidak mencukupi secara metodologi dan kurang dalam kejelasan tentang model klinis
yang digunakan.
Tujuan
Untuk menentukan keberhasilan dari terapi musik yang ditambahkan dalam perawatan standar
dibandingkan dengan hanya perawatan standar pada terapi depresi terhadap orang-orang usia
kerja.
Metode
Partisipan (n = 79) dengan diagnosis depresi berdasarkan ICD-10 diacak untuk menerima terapi
musik individual yang ditambahkan dalam perawatan standar atau hanya perawatan standar, dan
diikuti pada saat awal, saat bulan ke-3 (setelah intervensi) dan bulan ke-6. Perhitungan klinis
termasuk depresi, ansietas, fungsi umum, kualitas hidup dan aleksitimia.
Hasil
Partisipan menerima terapi musik ditambah perawatan standar menunjukkan peningkatan hebat
dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima perawatan standar dalam gejala depresi
(mean difference 4.65, 95% Cl 0.59 to 8.70). gejala ansietas (1.82, 95% Cl 0.09 to 3.55) dan
fungsi umum (-4.58, 95% Cl -8.93 to -0.24) dalam 3 bulan follow-up. Tingkat respon secara
signifikan cukup tinggi pada grup terapi musik ditambah perawatan standar dibandingkan
dengan grup hanya perawatan standar (odds rasio 2.96, 95% Cl 1.01 to 9.02).
Kesimpulan
Terapi musik individual digabungkan dengan perawatan standar adalah efektif untuk depresi
pada orang usia kerja. Hasil dari studi bersamaan dengan riset sebelumnya mengindikasikan
bahwa terapi musik dengan kualitas spesifiknya adalah peningkatan yang berharga untuk
pembentukan praktis terapi.
Depresi adalah penyakit yang menyebabkan masalah-masalah seperti reduksi dalam kualitas
hidup dan kehilangan dari fungsi umum. Di Finlandia, depresi telat menjadi alasan umum untuk
ketidakmampuan untuk bekerja dan prevalensinya sebesar 5-6.5% dalam populasi. Obat-obatan
bersamaan dengan konseling psikiatrik adalah kombinasi paling umum dalam pengobatan
depresi. Psikoterapi juga telah ditemukan efektif, namun menjalankan psikoterapi verbal
mungkin sulit atau tidak memadai untuk beberapa individu. Oleh karena itu, terapi-terapi yang
memperbolehkan proses psikoterapi non-verbal-seperti terapi musik- mungkin menawarkan
alternatif yang dapat dikerjakan. Musik kemudian dapat dilihat sebagai modalitas alternatif dan
sebagai cara untuk menghubungkan dengan emosi dan mengembangkan sebuah hubungan.
Improvisasi yang bebas, teknik spesifik terapi musik, juga telah dideskripsikan sebagai sebuah
cara untuk self-projection and free association memungkinkan seseorang untuk terhubung
dengan kenangan emosional dan gambaran-gambaran. Dalam beberapa tahun belakangan ini,
beberapa randomised controlled trial (RCT) sebuah review sistematik Cochrane dan sebuah
meta-analisis berfokus pada hubungan dose-response dalam terapi musik untuk orang-orang
dengan kelaian jiwa serius (termasuk depresi) telah menemukan bahwa terapi musik sebagai
pengobatan efektif untuk depresi, contohnya, meningkatkan mood dan menjadi individu yang
mudah diterima. Namun, kualitas metodologikal yang lebih baik dengan fokus lebih terhadap
teori klinik. Hanya satu studi yang berfokus pada hanya satu metode klinis dengan sebuah teori
klinis yang jelas (terapi musik psiko-dinamik yang telah diubah lebih baik), sebuah kombinasi
yang releban dalam praktik terapi musik. Kami membatasi studi kami untuk umur pekerja karena
besarnya peranan sosioekonomik pada populasi besar, dan karena dan karena kelangkaan
penelitian dalam hal ini.
Metode
Sampel/Peserta Penelitian
Sample/peserta terdiri dari 79 orang dewasa dengan depresi unipolar, dengan rentang usia
18-50 tahun. Kriteria inklusi yang wajib adalah diagnosis utama mereka menurut klasifikasi
ICD-10 adalah depresi, F32 atau F33. Structured Clinical Interview untuk DSM-III-R (Mini-
SCID) digunakan di pusat-pusat kesehatan dan poliklinik untuk mendiagnosa depresi. Selain itu,
ahli klinis (I.P) dengan pelatihan khusus dalam mendiagnosis depresi menilai semua peserta
sebelum pengacakan. Kecemasan termasuk karena kormobiditas sering depresi dan kecemasan.
Klien dapat terlepas dari status pengobatan dan diperbolehkan untuk melanjutkan pengobatan
selama penelitian. Keterampilan musik atau latar belakang musik tidak diperlukan, meskipun ini
tidak mengecualikan peserta sebagai sample. Klien dieksklusi jika: memiliki memiliki riwayat
perilaku bunuh diri berulang atau psikosis, memiliki riwayat penyalahgunaan zat akut dan berat,
memiliki keparahan depresi yang mencegah klien untuk berpatisipasi dalam pengukuran ataupun
terlibat dalam percakapan lisan, atau kesulitan berbahasa Finlandia.
Penelitian dilakukan di Music Therapy Clinic for Research and Training, Universitas
Jyvskyl, Finlandia.
Rekruitmen dimulai pada bulan Februari 2008 dan berlanjut hingga April 2009.
Partisipan direkrut terutama dari pusat kesehatan Finlandia distrik kesehatan jiwa dan poliklinik
psikiatri di kota Jyvskyl. Dokter di pusat ini mengidentifikasi potensi kemungkinan menjadi
peserta penelitian diantara pasien mereka dan memberi mereka informasi tentang penelitian ini.
Ketika pasien menghubungi kami, ahli klinis mengevaluasi mereka berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Iklan koran dipasang untuk meningkatkan perekrutan. Rincian lebih lanjut dari
peserta terdapat pada gambar 1. Dewan etis pusat kesehatan Finlandia memberikan persetujuan
mereka untuk penelitian ini pada 24 Oktober 2007. Selain itu, seluruh peserta juga sudah
menandatangi informed consent penelitian.
Randomisation
Peserta dibagi secara acak menggunakan sistem pengacakan sederhana dengan
perbandingan 10:7 dari perawatan standar untuk terapi musik (rincian pada Gambar 1.).
rasio yang tidak sama ini dipilih untuk memaksimalkan kelayakan anggaran dan kendala waktu
yang diberikan. Orang orang independent di Uni Health, Bergen, Norway, membuat jadwal
secara acak
menggunakan program software spreadsheet dan setiap peserta menjaga kerahasiaan alokasi dari
investigasi sampai kepastian tentang inklusi dibuat. Setelah semua data dasar telah dikumpulkan
dan informed consent diperoleh, para peneliti menggunakan email untuk menerima alokasi untuk
masing-masing peserta. Setelah pemilihan secara acak, peserta mempertimbangkan untuk
menjadi bagian dari peneltian atau memustuskan untuk meninggalkan pnelitian sblm waktunya
(Prinsip intention-to-treat).
Prosedur Penilaian
Penilaian Psikiatri dilakukan follow-up pada awal, 3 dan 6 bulan, di mana 3-bulan
follow-up berlangsung segera setelah intervensi pada kelompok terapi musik dan 6 bulan follow-
up 3 bulan setelah perawatan telah lengkap. Salah satu ahli klinis dirahasiakan (I.P.), dengan
pelatihan di keperawatan psikiatri dan pengalaman panjang dalam psikiatri, dilakukan semua tes
kejiwaan. ahli tersebut memiliki tambahan pelatihan tertentu dalam pengobatan dan penilaian
depresi berdasarkan perawatan kolaboratif untuk depresi (perawat psikiatri yang bekerja di pusat
kesehatan dengan pelatihan khusus dalam perawatan depresi), yang diterapkan di beberapa kota
di Finlandia, termasuk Jyvaskyla. Peneliti merahasiakan tugas untuk peserta grup dan evaluasi
dilakukan di lain pengaturan fisik luar klinik untuk menghindari kecelakaan
pertemuan dengan anggota kelompok terapi musik. Penilai talah menyingkirkan dari pertemuan
di mana kerahasiaan bisaterancam. Setiap kejadian yang terbongkar dilaporkan.
Gambar 1. Grafik Partisipan
Ukuran hasil
Hasil primer
Hasil ukuran primer dari penelitian ini adalah Montgomery-Asberg Depression Rating Scale
(MADRS). Ini terdiri dari 10 item dan skor total dapat bervariasi dari 0 sampai 60. MADRS
memiliki keunggulan yang tinggi, sensitif terhadap perubahan telah ditunjukkan dalam beberapa
penelitian dan validitas prediktif untuk penyakit depresi telah dibuktikan. 25
Hasil sekunder
Hasil ukuran sekunder dilaksanakan oleh bagian kecemasan Hospital Anxiety and Depression
Scale (HADS-A),26 Global Assessment of Functioning (GAF),27,28 kualitas kesehatan yang
berhubungan dengan survei kehidupan RAND-3629 untuk mengukur kualitas hidup, dan Toronto
Alexythymia Scale (TAS-20)30 untuk mengevaluasi Alexythymia. Pengukuran fungsi umum dan
kualitas hidup yang dipilih sebagai dasar digunakan secara luas dalam studi intervensi psikologis
untuk orang dengan masalah kesehatan mental. Alexythymia dianggap dalam penelitian ini
karena biasanya terjadi dengan depresi.31 Respon pengobatan mencapai 50% atau penurunan
lebih besar pada skor MADRS.
Biomarker elektroensefalografik dimasukkan sebagai hasil tambahan untuk penelitian dampak
terapi musik pada pengolahan otak dari emosi (negatif), terutama di daerah frontal, tetapi ini
akan dilaporkan secara terpisah.
Intervensi
Semua peserta (baik di terapi musik dan kelompok kontrol) terus menerima perawatan seperti
biasa saat turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Di Central Finland Health Care District, perawatan standar termasuk intervensi jangka pendek
psikoterapi (5-6 sesi individual) yang dilakukan oleh perawat yang dilatih khusus pada depresi,
obat-obatan (antidepresan) dan konseling kejiwaan (memberikan saran, tindak lanjut dan
dukungan ketika diperlukan). Penggunaan obat dilaporkan.
Kelompok terapi musik: terapi musik individu dan pengobatan seperti biasa
Terapi musik adalah suatu bentuk terapi yang menggunakan pengalaman bermusik dan hubungan
klien-terapis untuk tujuan perubahan terapi.12 Pengalaman bermusik yang digunakan dalam terapi
musik dapat bervariasi dan dapat berkisar dari mendengarkan musik untuk bermain atau
menyanyikan lagu-lagu hingga bebas berimprovisasi; tingkat refleksi verbal yang digunakan
dalam sesi terapi dan tingkat struktur yang disediakan oleh terapis mungkin juga bervariasi.
Dalam penelitian ini, aktif (yaitu klien diminta untuk bermain) terapi musik yang ditawarkan
dalam pengaturan individu (terapis-klien) sesuai dengan model klinis 32,33 dikembangkan di Music
Therapy Clinic for Research and Training, University of Jyvaskyla. Model ini didasarkan pada
interaksi antara improvisasi musik bebas dan diskusi, dan secara teoritis termasuk dalam tradisi
terapi musik psikodinamik.5,8,10,15-17,34
Prinsip dasar dari intervensi ini adalah untuk mendorong dan melibatkan pasien dalam
interaksi musik ekspresif. Peran terapis adalah untuk mengaktifkan memfasilitasi dan
mendukung proses terapi klien dengan menggunakan unsur-unsur musik (yaitu ritme, harmoni,
melodi, dinamika,timbre) dan intervensi yang dikombinasikan dengan diskusi reflektif. Proses
terapi umumnya dasarnya untuk membangun yang munculkan pikiran, gambar, emosi dan
kualitas ekspresif yang sering berasal dari pengalaman bermusik dan kemudian dikonsep dan
diproses lebih lanjut di domain/daerah verbal. Teori psikodinamik itu biasanya dalam terapi aktif
musik mungkin timbul dari kesamaan konsep antara mereka, misalnya, beberapa konsep khas
psikodinamika, seperti emosi, metafora, asosiasi dan gambar, juga elemen inti dari pengalaman
bermusik. 10,35
Totalnya sebanyak 20 sesi terapi musik yang di tawarkan dalam 2 kali seminggu, setiap
sesi berlangsung 60 menit (dilakukan antara Mei 2008 dan Juli 2009). Ekspresi musik disetiap
sesi berdasarkan pada pilihan instrumen musik yang terbatas, yang termasuk yaitu instrumen
palu ( palu digital midi-controller), instrumen perkusi (digital midi-perkusi), dan djembe akustik
drum. Terapis dan pasien keduanya memiliki instrumentasi yang sama. Semua improvisasi dibuat
dalam sesi dicatat baik sebagai MIDI-data atau audio digital. Hal ini dibuat untuk
memungkinkan bermain improvisasi kembali untuk diproses lebih lanjut dan diskusikan. Selain
itu, Video semua sesi yang direkam dibuat untuk penelitian dan tujuan pengawasan.
Sepuluh terapis musik mengambil bagian dalam studi ini (tiga perempuan, tujuh laki-
laki). Mereka semua memiliki pelatihan profesional dalam terapi musik mengikuti musik
Finlandia standar pelatihan terapi tertinggi. Selama studi tersebut dokter yang diterima sering
diawasi (kelompok berdasarkan, 2 sesi bulanan selama penelitian, kehadiran harus konsisten bagi
seluruh dokter) oleh pembimbing berpengalaman dan terlatih dengan kualifikasi dalam terapi
musik dan psiko-terapi. Untuk kasus pertanyaan yang spesifik psikiater tersedia untuk konsultasi.
Untuk kesetiaan perawatan, terapis berpartisipasi dalam pelatihan yang luas. sebelum
penelitian, yang berlangsung selama 15 bulan. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mencapai
pemahaman bersama tentang dasar-dasar teoritis dan latar belakang model klinis, dan untuk lebih
mengembangkan keahlian terapi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kuliah, pengamatan
rekan langsung dari latihan sesi, dan kelompok reflektif kerja digunakan sebagai metode
pelatihan utama. Selama penelitian, rekaman video dari sesi klinis sering digunakan dalam
pengawasan baik untuk memantau kepatuhan terhadap metode dan kompetensi dalam
penerapannya.
Analasis Statistik
Besar sampel diterntukan berdasarkan studi sistematik terdahulu yang juga membahas
mengenai hubungan antara terapi musik dengan gangguan mental,dengan standardized mean
difference yang diharapkan adalah 0,75 untuk 15 sesi terapi musik untuk depresi. Menganggap
secara rata-rata klien akan menghadiri 15 sesi terapi dan tidak lebih dari 10% dari jumlah total
peserta yang akan meninggalkan penelitian ini lebih awal. Kami mendapatkan besar power 88%
pada hasil primer dengan besar sampel n=85 (grup kontrol, 50 dan grup terapi music, 35;
detilnya dapat dilihat di bab protokol penelitian).
Data dari pasien dan hasil wawancara disalin ke spreadsheet dan diperiksa satu persatu
oleh orang yang berbeda. Analisis dilakukan dengan aplikasi R (versi 2.7.2 untuk Mac). Seluruh
analasis yang digunakan adalah intention-to-treat. Untuk dichotomous outcome, kita berasumsi
hasilnya negatif apabila ada data yang hilang. Untuk continuous outcome, intention-to-treat
berarti kami mengumpulkan data dari seluruh peserta. Intention-to-treat mencakup seluruh
peserta secara random yang tidak dapat dimasukkan dalam continuous outcome. Teknik multiple
imputation tidak disarankan untuk digunakan apabila variabel dependent hilang, namun variabel
independentnya ada, karena hanya akan meningkatkan tingkat kesalahan. Dalam analasis
sensitifitas untuk primary outcome, kami menyimpulkan tidak ada yang berubah dari hasil yang
belum diteliti. Distribusi skor dan skor yang berubah diteliti secara grafis, dan apabila ditemukan
data yang terlalu menyimpang akan dieksklusikan dari analisis sensitivitas.
Kami menghitung Fishers exact test dan odds ratio dengan confidence intervals sebesar
95% untuk dichotomous outcomes, dan Welchs test dengan confidence intervals sebesar 95%
untuk perubahan pada continuous outcomes. Pengujian dua arah digunakan untuk semua tes.
Setelah mendapatkan hasil penelitian di atas, kami juga menghitung banyaknya orang yang harus
menjalani perawatan (NTT) dan standardised mean difference (Cohens d) untuk melihat efek
perawatan yang diterapkan kepada pasien. Digunakan perangkat Exploratory regression analysis
untuk menghitung kemungkinan pengaruhnya terhadap tingkat keparahan depresi (3 tingkatan)
kecemasan (iya/tidak), usia (continuous), status penggunaan antidepresan (iya/tidak) dan
menganggap diri sendiri musisi (iya/tidak) atau penyanyi (iya/tidak). Predictor kemudian
dimasukkan secara terpisah. Variabel dependent diubah menjadi skor MADRS (model linear)
dan tingkat respon (model logistik). Interaksi antara kondisi perlakuan dan masing-masing
predictor diteliti untuk mengetahui apakah predictor ini memiliki pengaruh terhadap hasil
perlakuan. Terapis juga dianggap sebagai predictor untuk kelompok terapi musik.
Hasil
Selama penelitian, 91 orang di skrining, dimana 79 orang (87%) yang memenuhi syarat
untuk dapat berpartisipasi dalam penelitan. Tidak ada peserta dari yang memenuhi syarat tersebut
yang menolak untuk berpartisipasi, sehingga 79 orang (100% dari yang memenuhi syarat)
dilakukan pengacakan (Gambar. 1). Dari total peserta 62 orang (78%) berjenis kelamin wanita;
rentan usia 18 sampai 50 tahun (mean 35.65). Dari seluruh partisipan, 33 di acak untuk
melakukan terapi musik. Karakteristik dasar pada setiap uji coba, termasuk status medikasi,
dapat dilihat pada Tabel 1. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada selurh karakterisitk
yang ada.
Dari total peserta, 12 partisipan mengundurkan diri sebelum dilakukan peninjauan ulang
pada bulan ke 3 dan juga 3 partisipan lainnya sebelum peninjauan ulang pada bulan ke 6. Angka
pengunduran diri atau drop-out rate terlihat lebih tinggi pada kelompok kontrol. (Gambar 1).
Alasan pengunduran diri adalah kurangnya motivasi (n=6), masalah kesehatan (n = 3) atau
alasan lain yang tidak diketahui (n = 6), seperti partisipan yang tidak merespon jika di kontak.
Dari seluruh partisipan yang ditinjau ulang pada bulan ke 3, sebagian besar status medikasi tidak
mengalami perubahan.
Peneliti menyadari bahwa terdapat ketidaksengajaan alokasi kelompok pada 2 partisipan
(partisipan melaporkan alokasi mereka pada peneliti), dan 1 partisipan secara sengaja (akibat
suatu efek samping).
Secara rata-rata, partisipan yang dikelompokan untuk mengikuti terapi musik
menerima18 sesi terapi musik (s.d - 4,7, range 1-20). Sejumlah 29 orang (88%) menerima
setidaknya 15 sesi terapi musik. Tidak ada satu pesertapun yang mendapatkan terapi musik pada
kelompok kontrol. Terapi dilaksanakan oleh satu dari 10 terapis musik (3 perempuan) secara satu
per satu.
Selama proses terapi, partisipan membuat rata-rata 21.8 (s.d = 12,9, range 1-59)
improvisasi. Sebagian besar improvisasi (mean 18.6, s.d. = 11.7, range 1-53) adalah duet terapis-
klien , namun juga terdapat improvisasi solo oleh klien (mean 3.2, s.d. = 3.2, range 0-9). Secara
keseluruhan, 721 improvisasi (615 duet, 106 improvisasi solo) tercatat pada lebih dari 596 sesi
dan data tersebut tersedia untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
Tabel 2 dan 3 membandingkan hasil dari setiap percobaan. Perubahan pada MADRS,
HADS-A, dan skor GAF secara signifikan ditemukan lebih besar pada kelompok musik terapi
dibandingkan pada kelompok kontrol.
Perbedaan sederhana pada hasil sekunder begitu pula pada hasil peninjauan ulang pada
bulan ke-6 tidak signifikan secara statistik. Namun, analisis grafik menyarankan bahwa
perbedaan diantara dua kelompok tersebut cenderung ada pada bulan ke 6 untuk seluruh 5
pengukuran psikiatrik. (Gambar. 2). Kesempatan untuk memberikan respon terlihat lebih
signifikan di bulan ke-3 pada kelompok dengan terapi musik dibandingankan dengan perawatan
standart (standart care) (odds ratio (OR) = 2.96; Tabel 3). Perbedaan ini tidak lagi signifikan
pada bulan ke-6. Drop-out rate cenderung mengarah pada kelompok terapi masuk namun juga
tidak signifikan. Peneliti mentransformasi efek yang teridentifikasi menjadi beberapa kelompok
ukuran efek (standardised mean differences) dan menghitung NNT untuk dapat memfasilitasi
interpretasi secara klinis. (Tabel 4). Ukuran efek ini didasarkan pada analisis tujuan-untuk-
menyembuhkan (intention-to-treat analysis) yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kami
menggunakan 2 analisis sensitif. Yang pertama, dilakukan untuk MADRS change scores, dengan
mengasumsi bahwa tidak ada perubahan pada partisipan yang outcome-nya tidak di observasi
selama 3 bulan, dengan tujuan agar dapat menghasilkan sebuah estimasi konservatif yang
berlandaskan pada seluruh partisipan, yang dari awal sudah di acak (random). Efek atau
pengaruh tersebut didapatkan tetap signifikan (P < 0.05). Yang kedua, analisis per-protokol
dengan satu buah kriteria eksklusi dilakukan untuk seluruh outcome. Analisis ini cenderung
menunjukan ukuran efek yang lebih besar dibanding kelompok intention-to-treat analyisis,
namun tidak terdapat perubahan tingkat statistik yang signifikan (tidak ditampilkan).
Kami melakukan analisis regresi eksplorasi pada perubahan dalam skor MADRS dan
analisis regresi logistik dari tingkat respon untuk mengidentifikasi prediktor potensi perubahan.
Tingkat keparahan dari depresi, adanya anxietas, usia, sedang dalam pengobatan anti-depresi,
dan menggambarkan diri sebagai musisi atau penyanyi, masing-masing di ikut sertakan secara
terpisah. Dari seluruh prediktor potensi tidak terdapat interaksi secara signifikan pada kelopmok
yang suadah ditugaskan. Pada kelompok terapi msuik, kami meneliti dan melakukan
pemeriksaan apakah terapis merupakan prediktor yang signifikan; namun pengaruh tidak
temukan. Efek samping ditemukan pada beberapa partisipan. Dua partisipan (satu dari masing-
masing kelompok) mengalami perburukan gejala depresi yang signifikan, yang membuat peserta
tersebut keluar dari penelitian; Satu partisipan pada kelompok kontrol megalami low back pain.
Gambar 2. Perubahan pada tes Psikiatri. (a) Montgomery-Asberg Depression Rating Scale; (b)
Hospital Anxiety and Depression Scale - Anxiety ; (c) Global Assesment of Functioning; (d)
Toronto Alexitymia Scale - 20; (e) Health-related qualitify of life scale RAND-36
Tabel 1. Karakteristik dasar dari 79 pasien yang di acak untuk terapi musik atau terapi standart
Tabel 2. Perubahan pada outcome primer dan sekunder dalam kelompok terapi musik dan
kelompok kontrol dari awal ke 3 dan 6 bulan (intention-to-treat): outcome kontinyu*
Tabel 3. Perubahan pada outcome primer dan sekunder pada kelompok terapi musik dan
kelompok kontrol dari awal ke 3 dan 6 bulan (intention-to-treat): dichotomous outcomes*
Tabel 4. Relevansi klinis dari efek terapi klinis secara individu: ukuran efek dan jumlah yang
butuh di terapi*
Diskusi
Keterbatasan utama RCT sebelumnya pada terapi musik untuk depresi adalah bahwa
metode klinis tidak jelas atau tidak beragam; juga, populasi usia kerja yang khas jarang
disertakan, dan kualitas metodologi umumnya miskin. Secara khusus, penelitian terapi musik
sebelumnya telah menderita ketidakseimbangan antara metode penelitian dan metode klinis.
metode klinis yang fleksibel dan berorientasi proses yang lazim dalam praktek klinis telah paling
sering diteliti menggunakan proses penelitian kualitatif. Sebaliknya, metode penelitian kuantitatif
telah diterapkan lebih umum untuk metode klinis yang sangat terstruktur yang terapis musik
tidak umum berlaku. kecenderungan serupa ada dalam penelitian psikoterapi pada umumnya, di
mana efek dari pendekatan yang lebih terstruktur (misalnya model kognitif-perilaku) juga telah
lebih ketat diselidiki dari proses-berorientasi yang lebih (mis: psikodinamik psikoterapi). Namun
ketidakseimbangan bahkan mungkin lebih ekstrim dalam terapi musik, dengan hasil bahwa RCT
metode terapi musik yang biasa digunakan langka dan bukti bagi mereka jarang. Sebagai RCT
pertama pada terapi musik improvisasi untuk depresi, penelitian ini mengisi kesenjangan penting
dalam pengetahuan dan juga dapat berkontribusi untuk berinovasi budaya penelitian dalam terapi
musik terhadap klinis yang lebih besar dan relevansi hasil penelitian.
Penelitian saat ini lebih luas dan lebih ketat dari pada studi sebelumnya, tapi mungkin
masih di anggap uji coba eksplorasi dalam arti statistik. Jumlah sampel telah cukup untuk
mendeteksi efek hasil primer dalam akhir terapi, tapi tidak dalam 6 bulan. Walaupun analisa
grafis menunjukan bahwa efeknya akan cenderung bertahan. Kedua, penelitian saat ini
menggunakan desain dua-lengan terhadap terapi musik yang sederhana dengan perawatan
standart dibandingkan perawatan standart itu dirancang untuk menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan kebijakan yang berkepentingan yaitu apakah terapi musik lebih unggul dari
pada pengobatan biasa yang ditawarkan kepada populasi, bahwa tidak menunjukan mekanisme
perubahan atau bahan khusus dari terapi musik. Namun kami memeriksa apakah efek dari terapi
musik memiliki hasil yang signifikan di antara para terapis-kritik yang lumrah dalam faktor
umum dalam psikoterapi-dan tidak ada indikasi. Kurangnya variasi yang signifikan dari efek
antara terapi yang ada mungkin merupakan indikasi bahwa efek didasarkan pada metode terapi
musik dapat dimanfaatkan. Pada akhirnya, analisis efektifitas pembiayaan (atau analisis ekonomi
kesehatan lainnya) tidak dimasukan di studi saat ini, tapi dapat berguna dan relevan untuk
pembelajaran nanti. Pencapaian dari hasil studi saat ini adalah untuk dapat mendemonstrasikan
efektifitas terapi musik telah cukup menjadi standar yang tinggi untuk merawat orang yang
depresi.