Anda di halaman 1dari 19

CASE BASED DISCUSSION

PSIKOTIK

Disusun Oleh:

Ayu Amaliah 03011051 Lusi Jelita Sari 03011171

Elisa Novianti 03011085 Jayanti Novitasari 03011146

Anasthasya Giovani G 03011023 Ruri Nur Indah 03011261

Sarah Martinauli H 03011267 Shinta Pradyasti 03011273

Cinta Ayuning Tyas Pinem 03010065 Martha Rianita Odjan 03009145

Pembimbing
dr. Sutantri, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Periode 6 Maret 31 Maret 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. A K
Usia : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kutan RT 005 RW 004 Jambon, Gemawang, Temanggung
Pekerjaan :-
Status : Cerai hidup
Agama : Islam
Pendidikan : SMA (tamat)
Tanggal Pemeriksaan : 6 Maret 2017

Identitas Pengantar
Nama : Ny. S
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kutan RT 005 RW 004 Jambon, Gemawang, Temanggung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Janda
Agama : Islam
Hubungan : Ibu kandung

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis pada tanggal 3 Maret 2017 pukul
17.10 WIB di IGD
A. Keluhan Utama
Pasien mengganggu lingkungan sekitar (memecahkan kaca dan atap rumah tetangga).
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis (dilakukan kepada ibu kandung pasien pada tanggal 3 Maret 2017)
Pasien datang ke RSJ Prof Dr.Soerojo Magelang diantar oleh ibu kandung
pasien karena mengganggu lingkungan sekitar yaitu memecahkan kaca dan atap
rumah tetangga. Keluarga telah melihat perubahan pada pasien sejak 5 hari yang lalu.
Berawal dari setelah pasien tidak dapat tidur sehingga pasien tidur di rumah depan
yang merupakan tempat tinggal ayahnya sebelum meninggal pada 6 bulan lalu.
Sebelum ayah pasien meninggal, pasien selalu diantar kontrol oleh ayahnya ke poli
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Setelah ayahnya meninggal pasien tetap rutin
kontrol di antar oleh ibu atau kakak pasien. Sejak ayah pasein meninggal ini
merupakan kedua kali nya pasien di rawat di RSJS. Setiap harinya pasien tinggal di
rumah belakang. Keesokan hari setelah pasien tidur di rumah depan, pasien terlihat
bingung, jika ditanya pasien hanya diam, tidak mau makan dan minum, namun masih
mau mandi, dan sering mengurung di kamar. Pasien tidak minum obat sejak 5 hari
SMRS, obat disembunyikan oleh pasien sehingga keluarga tidak mengetahui dimana
disimpannya obat tersebut. Saat malam hari pasien keluar rumah sendiri lalu
memecahkan kaca dan atap rumah tetangga. Kesehariannya pasien tidak pernah
keluar rumah, namun jika mulai muncul gejala terkadang pasien keluar rumah dengan
tanpa tujuan. Jika di ajak bicara pasien kadang nyambung dan kadang tidak. Pasien
hanya diam, tidak pernah bicara sendiri. Pasien sering memindahkan barang dari
dalam rumah ke luar tanpa sebab yang jelas namun tidak pernah merusak barang.
Kegiatan pasien sehari-hari yaitu cuci baju, cuci piring namun pasien kadang
melakukan kadang tidak dan keluarga tidak memaksa jika pasien tidak melakukan.
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Jika keluarga melihat tanda-tanda awal muncul gejala, pasien selalu segera
dibawa ke RSJS oleh keluarga. Pasien selalu kontrol di RSJS selama 12 tahun dan
tidak terhitung berapa kali dirawat. Kambuh nya pasien keluarga menduga pasien
tidak menyukai keramaian karena jika kondisi rumah sedang ramai pasien pergi ke
tempat yang sepi lalu mulai muncul gejala. Ibu pasien mengatakan bahwa gejala
pertama kali muncul saat pasien SMA kelas dua sekitar 12 tahun yang lalu. Saat itu
pasien jatuh dari motor namun pasien tidak memberitahukan keluarga sehingga
keluarga tidak mengetahui secara jelas kondisi pada saat itu. Pasien sempat di bawa
oleh keluarga ke dukun dan kyai namun keluarga tidak merasakan adanya perubahan.
Pasien sempat kerja di toko besi, toko roti, dan Yamaha musik namun hanya berkisar
satu hingga dua bulan dikarenakan gejala pasien muncul. Pasien sempat menikah
selama tiga bulan lalu diceraikan oleh suami dan tidak dikaruniai anak.
HALUSINASI AUDITORIK???
Autoanamnesis:
Pasien miskin bicara, hanya menjawab satu kata setiap kali ditanya. Terdapat
orientasi waktu, orang, tempat dan situasi buruk. Saat ditanyakan mengenai kaca yang
ia pecahkan, pasien mengatakan bahwa ia sedang mengelap kaca dan mengatakan
ada yang menyuruh pasien dengan menjawab wiwik. Wiwik merupakan kakak
pasien namun tidak tinggal bersama. Mengenai atap rumah tetangga yang dipecahkan,
pasien menjawab kucing. Pasien mengatakan bahwa dirinya di rumah tinggal
bersama kakak dan ayahnya, namun ayah pasien telah meninggal. Saat ditanyakan
mengenai kegiatan ataupun pertanyaan lain selalu dijawab dengan kata sholat atau
Wiwik.

HALUSINASI AUDITORIK???

Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala

1998 2017

Fungsi Peran

C. Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu


Riwayat psikiatri
o Pasien sudah pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya,
pertama kali pada tahun 2005. Pasien juga sudah pernah dirawat di
RSJS hingga tidak terhitung. Gejala akan timbul lagi biasanya bila
pasien merasa sekitarnya ramai, ataupun bila tidak minum obat.
Riwayat medis umum
o Keluarga tidak mengetahui setelah jatuh dari motor pada saat SMA
pasien sempat di rawat atau tidak, yang keluarga ketahui pasien tidak
pernah di rawat.
o Terdapat riwayat trauma kepala berupa bekas jahitan.
Riwayat Napza, alkohol dan rokok
o Pasien tidak merokok
o Penggunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang disangkal.

D. Riwayat Tumbuh Kembang


Riwayat Prenatal dan Perinatal
o Pasien lahir pada tanggal 22 Februari 1986, merupakan anak ketiga
dari empat bersaudara. Keadaan ibu saat hamil dan melahirkan sehat.
Kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan. Pasien lahir di
rumah dibantu oleh bidan secara normal, usia kehamilan cukup bulan,
dan saat lahir bayi segera menangis.
Riwayat Masa Kanak Awal (0-3thn)
o Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 2 tahun, tidak didapatkan
informasi mengenai kapan pertama kali mengangkat kepala, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari.
Masa Kanak Pertengahan (3-11 thn)
o Pasien tidak pernah tinggal kelas. Prestasi di sekolah sangat baik,
pasien selalu mendapatkan peringkat satu saat SD. Pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungan, pergaulan pasien baik, memiliki
banyak teman. Pasien memiliki kegemaran mengumpulkan perangko.
Tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak lainnya yang seusianya.
Masa Kanak-kanak dan Remaja (11-18thn)
o Pasien menyelesaikan SD dan melanjutkan ke SMP. Pada saat SMP,
pasien juga selalu mendapatkan peringkat satu. Pasien dapat bergaul
dengan teman sebayanya dan memiliki banyak teman. Setelah itu
pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Saat SMA kelas dua
pasien telah menderita sakit, namun pada saat ujian nasional pasien
dapat lulus.
Riwayat Masa Dewasa
o Riwayat pendidikan : Pasien tamatan SMA. Selama sekolah pasien
cenderung pendim namun memiliki banyak teman. Prestasi pasien
sangat baik.
o Riwayat pekerjaan : Pasien sempat bekerja sebagai pegawai toko,
namun saat ini tidak bekerja kembali.
o Riwayat pernikahan : Pasien sudah menikah satu kali tanpa memiliki
anak. Tiga bulan kemudian pasien bercerai.
o Riwayat kehidupan beragama : Pasien memeluk agama Islam namun
pasien kurang taat beribadah.
o Riwayat Pelanggaran Hukum : Pasien tidak pernah berurusan dengan
penegak hukum karena melakukan pelanggaran hukum.
o Riwayat Psikoseksual : Pasien menyadari dirinya seorang perempuan
dan selama ini berpenampilan dan berperilaku sebagaimana seorang
perempuan.
o Riwayat Situasi Hidup Sekarang : Pasien tinggal bersama ibu kandung
di Temanggung.

E. Riwayat penyakit dalam keluarga


Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien tidak memiliki masalah
dalam hubungannya dengan sanak keluarga. Tidak terdapat riwayat atau masalah psikiatri
di dalam keluarga pasien.

F. Genogram

Keterangan :
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan di IGD RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal 6 Maret
2017
A. Deskripsi Umum
Penampilan : Tampak seorang perempuan, sesuai dengan
usia, rawat diri baik, berpakaian, tampak gizi
cukup
Kesadaran
o Neurologik : Compos Mentis
o Psikologik : Jernih
o Sosial : Mampu berinteraksi
Pembicaraan
o Kualitas : Lambat (koheren)
o Kuantitas : Sedikit, miskin bicara
Perilaku dan aktivitas motorik : Hipoaktif
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Perhatian & kontak psikis : Susah ditarik, susah dicantumkan

B. Alam Perasaan
Mood : Disforik
Afek : Stabil, pengendalian cukup, echt, empati
tidak dapat dirabarasakan, dangkal, skala
diferensiasi sempit, appropriate
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi :
Visual : Ada (melihat ayah nya yang sudah meninggal)
Auditorik : Ada (ada yang menyuruh pasien memecahkan
kaca)
Taktil : Tidak ada
Olfaktorik : Tidak ada
Gustatorik : Tidak ada
Ilusi : Sulit dinilai
Depersonalisasi : Sulit dinilai
Derealisasi : Sulit dinilai

D. Fungsi Intelektual
Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sulit dinilai
Daya konsentrasi : Buruk
Orientasi
Waktu : Buruk
Tempat : Buruk
Orang : Buruk
Situasi : Buruk
Daya ingat
Jangka panjang : Buruk
Jangka sedang : Buruk
Jangka pendek : Buruk
Jangka segera : Buruk
Pikiran abstrak : Buruk
Bakat kreatif : Tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

E. Proses Berfikir
Arus Pikir
Produktivitas : Sedikit
Kontinuitas :
o Blocking : Tidak ada
o Reming : Ada (mengucapkan satu kata)
o Asosiasi Longgar : Tidak ada
o Inkoherensi : Tidak ada
o Word Salad : Tidak ada
o Neologisme : Tidak ada
Hendaya berbahasa : Tidak terganggu
Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham NIHILISTIK???
o Waham Bizarre : Sulit dinilai
o Waham Non Bizzare (+) : Waham nihilistic ()
Bentuk Pikir : Sulit dinilai

F. Pengendalian Impuls : Baik


G. Daya nilai
Normo sosial : Sulit dinilai
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
Tilikan (insight) : Derajat 1

Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis (GCS:15)
Kesan Gizi : Baik
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,7oC
BB/TB : 52 kg/ 158 cm (BMI : 52 / (1.58)2 = 20,8 kg/m2) BB normal (cukup)

Status Generalisata
Pemeriksaan Hasil
Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak kemerahan. Tidak ada
Kulit
efloresensi yang bermakna.
Bentuk normochepali, simetris, rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah
dicabut. Tidak ada deformitas. Tidak ada edema palpebral, konjungtiva pucat -/-,
Kepala sklera ikterik -/-, pupil 2mm/2mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+,
refleks kornea +/+. Telinga dalam batas normal. Nafas cuping hidung (-). Mukosa
bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-).
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP (5+2)
Leher
cmH2O, kaku kuduk (-).
Bentuk simetris, tulang dada normal, sela iga tidak ada retraksi, gerakan dinding
dada simetris.
Paru-paru :
Inspeksi : statis, dinamis simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar dan
tidak terdapat retraksi.
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, vokal fremitus kanan bawah
melemah
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru atas dan paru kanan bawah.
Auskultasi : vesikuler (+) normal pada seluruh lapangan paru, ronkhi -/-,
Thoraks wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3 hingga ICS 5 garis
sternalis kanan dengan suara redup, batas paru dan jantung kiri setinggi ICS
5 2cm medial linea midclavicularis kiri dengan suara redup, batas atas
jantung setinggi ICS 3 linea parasternalis kiri.
Auskultasi : HR 88x/menit, Bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur
(-), gallop (-)
Inspeksi : bentuk abdomen normal, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Abdomen Perkusi : suara timpani, shifting dullness (-)
Palpasi : dinding abdomen supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, ballotement (-), undulasi (-)
Alat kelamin Tidak diperiksa
Ekstremitas atas : simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2 detik.
Ekstremitas
Ekstremitas bawah : simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2 detik.

Status Neurologis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Pemeriksaan Nervus Cranialis I XII : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan Rangsang meningeal : Tidak ditemukan kelainan.
o Kaku Kuduk : (-)
o Brudzinski I : Tidak dilakukan
o Brudzinski II : Tidak dilakukan
o Laseque : Tidak dilakukan
o Kernig : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Fisiologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Biseps : Tidak dilakukan
o Triseps : Tidak dilakukan
o Patella : Tidak dilakukan
o Achilles : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Hoffman Tromner : Tidak dilakukan
o Babinski : Tidak dilakukan
o Chaddock : Tidak dilakukan
o Schaefer :Tidak dilakukan
o Oppenheim :Tidak dilakukan
o Gordon :Tidak dilakukan
- Gerakan Involunter : -

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan usia 31 tahun dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang, diantar oleh ibunya karena memecahkan kaca dan atap rumah tetangga.
Perubahan pada pasien terjadi sejak 5 hari SMRS ketika pasien tidak tidur dan kemudian
memilih tidur di depan rumah yang merupakan tempat tinggal ayahnya sebelum meninggal
6 bulan yang lalu. Pasien saat itu sering terlihat bingung, hanya diam jika ditanya, tidak
mau makan dan minum, dan sering mengurung diri di kamar. Pasien tidak minum obat
sejak 5 hari SMRS. Pasien dikatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Gejala tersebut pertama kali muncul saat pasien SMA kelas dua sekitar 12 tahun
yang lalu. Saat itu pasien jatuh dari motor namun pasien tidak memberitahukan keluarga
sehingga keluarga tidak mengetahui secara jelas kondisi saat itu. Pasien sempat menikah
selama tiga bulan lalu diceraikan suami dan tidak dikaruniai anak. Jika tanda-tanda awal
muncul gejala, pasien segera dibawa ke RSJS oleh keluarga. Pasien selalu kontrol di RSJS
selama 12 tahun dan tidak terhitung berapa kali dirawat. Pasien tidak menyukai kondisi
rumah yang ramai, bila ramai pasien akan pergi ke tempat sepi lalu muncul gejala. Pasien
mengatakan bahwa ia sedang mengelap kaca dan mengatakan ada yang menyuruh pasien
dengan menjawab wiwik. Wiwik merupakan kakak pasien namun tidak tinggal bersama.
Mengenai atap rumah tetangga yang dipecahkan, pasien menjawab kucing. Pasien
mengatakan bahwa dirinya di rumah tinggal bersama kakak dan ayahnya, namun ayah
pasien telah meninggal Saat datang pasien hanya menjawab setiap pertanyaan dengan kata
sholat atau Wiwik
Dari status mental didapatkan tampak seorang perempuan, wajah sesuai usia, rawat
diri baik, berpakaian, dan kebersihan baik. Selama pemeriksaan pasien duduk tenang,
pembicaraan sedikit dan lambat. Mood disforik dan afek appropiate, stabil, pengendalian
cukup, echt, empati tidak dapat dirabarasakan, dangkal, skala diferensiasi sempit. Pasien
juga memiliki gangguan persepsi berupa halusinasi visual (+) yaitu dapat melihat ayahnya
yang telah meninggal. Arus pikiran didapatkan produktivitas sedikit, remming, tidak
didapatkan hendaya berbahasa. Isi pikiran tidak terdapat preokupasi. Waham dan bentuk
pikir sulit dinilai. Tilikan derajat 1. Taraf dapat dipercaya.

VI. SIMPTOM PADA PASIEN


Pembicaraan : sedikit, miskin bicara, lambat
Tingkah laku : hipoaktif
Mood : disforik
Afek : appropriate, stabil, dangkal
Gangguan persepsi : halusinasi visual
Arus pikir : sedikit, remming
Isi pikir : waham sulit dinilai
Bentuk pikir : realistis
Tilikan : derajat 1
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

VII. SINDROM PADA PASIEN


Skizofrenia katatonik
o Stupor
o Gangguan isi pikir : Waham nihilistik
Gangguan persepsi : Halusinasi visual (+)
VIII. DIAGNOSIS BANDING
F 20.2 Skizofrenia Katatonik
F 20.5 Skizofrenia Residual
Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik Berdasarkan Pada Pasien
PPDGJ III
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis Terpenuhi terdapat halusinasi visual
skizofrenia serta perilaku katatonik dan gejala-
gejala negatif
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini Terpenuhi
harus mendominasi gambaran klinisnya :
a. Stupor (amat
berkurangnya dalam
reaktivitas terhadap
lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas
spontan) atau mutisme
(tidak berbicara)
b. Gaduh-gelisah (tampak
jelas aktivitas motorik
yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh
stimuli eksternal)
c. Menampilkan posisi tubuh
tertentu (secara sukarela
mengambil dan
mempertahankan posisi
tubuh tertentu yang tidak
wajar atau aneh)
d. Negativisme (tampak jelas
perlawanan yang tidak
bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk
menggerakkan, atau
pergerakan ke arah yang
berlawanan)
e. Rigiditas
(mempertahankan posisi
tubuh yang kaku untuk
melawan upan
menggerakkan dirinya)
f. Fleksibilitas cerea/waxy
flexibility
(mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk
dari luar) dan
g. Gejala-gejala lain seperti
command automatism
(kepatuhan secara
otomatis terhadap
perintah), dan
pengulangan kata-kata
serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan Terpenuhi
manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin
harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-
gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan,
serta dapat juga terjadi pada gangguan
afektif.
Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnostik Berdasarkan Pada Pasien
PPDGJ III
Gejala negatif yang menonjol misalnya Terpenuhi
perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek tumpul, sikap pasif dan
ketidakadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk seperti
ekspresi muka, kontak mata, suara dan
sikap tubuh. Perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk
Sedikitnya ada riwayat 1 episode psikotik Terpenuhi
yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria skizofrenia
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu Tidak terpenuhi
1 tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang dan
telah timbul sindrome negativ skizofrenia
Tidak terdapat dimensia dan gangguan Terpenuhi
otak organic

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL : (SESUAI PPDGJ III)


Aksis I:
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya gejala klinis yang bermakna yaitu marah-marah dan merusak serta terdapat
disorganisasi perilaku berupa stupor. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
keluarga dan lingkungan serta menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
terutama hendaya sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak,
sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Gangguan pada pasien ini telah berlangsung selama 12 tahun sehingga pasien dapat
didiagnosis sebagai penderita Skizofrenia (F20).
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan halusinasi visual. Dan berdasarkan
pemeriksaan didapatkan berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan
serta aktivitas spontan (stupor), sehingga berdasarkan penggolongan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ III) diagnosis pasien diarahkan pada Skizofrenia Katatonik (F20.2)
Aksis II Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III Tidak ada diagnosis
Aksis IV Masalah keluarga, ayah meninggal dunia
Aksis V GAF saat masuk rumah sakit : GAF Scale 40 31 (disabilitas berat dalam
komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.)

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik atau penyakit tertentu yang mempengaruhi keadaan
mental pasien. Diduga ada ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga
membutuhkan farmakoterapi.
B. Psikologik :
Ditemukan gangguan psikologik yang membutuhkan psikofarmaka dan psikoterapi
untuk memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi.
C. Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang.

XI. PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Akut di IGD :
Injeksi Lodomer 5mg IM
Injeksi Diazepam 5mg IM
Maintanance :
Risperidone 2 x 2 mg P.O
Trihexyphenidil 2 x 2 mg P.O

b. Psikoterapi Suportif
1) Pada pasien
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan
serta masalahnya sehingga pasien merasa lega dan keluhannya berkurang.
- Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya, agar pasien
memahami kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya, serta memotivasi
pasien agar tetap minum obat secara teratur. Edukasi pada pasien pentingnya untuk
hadir kontrol rutin setiap bulan.
- Mengisi waktu luang dengan berbagai aktivitas untuk mengurangi keluhan-
keluhan tersebut.
- Menyarankan pasien menghindari termenung dan menyendiri.
- Menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa gejalanya akan hilang dengan
meningkatkan motivasi diri pasien.
- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar dirinya diberi ketenangan dalam menghadapi
masalah yang ada.

2) Pada keluarga
- Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien, sehingga tercipta
dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan pasien, mengingatkan pasien untuk minum obat teratur,
mengingatkan pasien untuk menjaga dan merawat diri dengan baik.
- Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap pasien.
- Mendampingi pasien untuk kontrol berikutnya.

A. Farmakologi
Inj. Haloperidol decanoat 1 amp/4 minggu
THP 2mg 2x1

B. Non-farmakologi
Psikoterapi :
o Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
o Konseling: membantu pasien untuk memahami penyakitnya, dan membantu
mengatasi atau menghadapi stressor tersebut dan menganjurkan untuk
berobat teratur.
Terapi keluarga
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan aktif dalam
setiap proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan kepada keluarga pasien
tentang pentingnya peranan obat untuk kesembuhan pasien sehingga keluarga perlu
mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur. Efek
samping obat juga diberitahukan kepada keluarga. Memberikan edukasi kepada
keluarga agar dapat mengontrol sikap dan ucapan yang dapat menimbulkan stress
pada pasien.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk
memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Melibatkan
pasien dalam kegiatan di luar rumah, misalnya ikut membantu membersihkan
rumah, bekerja di sawah.

XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad functionam : Dubia

Quo ad sanationam : Dubia

Faktor pendukung:

- Keluarga pasien mendukung pasien untuk sembuh


dengan memberikan dorongan dan semangat.
- Skizofrenia katatonik memilik prognosis yang lebih baik
- Cepat mendapat terapi

Faktor penghambat

- Ketidakpatuhan terhadap pengobatan (putus obat 5 hari)


- Onset usia muda
- Stressor tidak jelas
- Pasien tidak dapat bersosialisasi baik dengan tetangga.
- Perjalanan penyakit sudah berlangsung lama (12 tahun).
- Terdapat masalah psikososial karena pasien tidak dapat
bersosialisasi baik dengan tetangga, dan pasien belum
menikah dan tidak memiliki teman dekat.
- Terdapat masalah ekonomi karena pasien belum
memiliki pekejaan dan penghasilan tetap.

A. Premorbid:
Riwayat gangguan dalam keluarga tidak ada : Baik
Status perkawinan Cerai hidup : Buruk
Dukungan keluarga ada : Baik
Status ekonomi Kurang : Buruk
Stressor Jelas : Baik
Kepribadian premorbid Tidak ada : Baik
B. Morbid
Onset usia Muda : Buruk
Jenis penyakit Psikotik : Buruk
Perjalanan Penyakit Kronis : Buruk
Penyakit organik Tidak ada : Baik
Respon Terapi Bagus : Baik
Kepatuhan minum obat Tidak Teratur : Buruk

Ad Vitam : Ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai