Anda di halaman 1dari 7

Adalah tabiat manusia manakala dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang sangat sulit atau di

luar kemampuan analisanya untuk memilih, maka ia cenderung meminta pertolongan dari
kekuatan supra natural atau mencari tanda-tanda dari alam dalam menentukan pilihannya.

Ketika datang Islam, kebiasaan itu diluruskan dengan diajarkannya shalat Istikharah. Istikharah
artinya meminta pilihan. Sholat istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah.

Manusia adalah makluq yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan, terutama
dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia tidak mampu melihat kegaiban
masa depan apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah,
agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan, meminta
pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat. Allah berfirman:Dan Tuhanmu
menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka
(apabila Allah telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa
yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagiNyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya
kepadaNyalah kami dikembalikan (al-Qasas 68-70).

Hukum Istikharah

Para ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada saat seorang
muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan keputusan untuk memilih.

Dalil Shalat Istikharah

Dalil shalat Istikharah adalah sbb:

) ) : .1
) :























(

Artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepada kami istiharah
pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda:Apabila salah
satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat
fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu
dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu,
sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah
yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib.
Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah
baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku
serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya
Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan
kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang,
maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang
terjadi, lalu ridlailah ia untukku. (h.r. Ahmad, Bukhari dan Ashabussunan).

2. Dalil lain shalat Istikharah adalah hadist riwayat Muslim yang menceritakan pada saat Zainab ra
akan dipersunting leh Rasulullah saw, beliau menjawab Aku belum bisa memberi jawaban hingga
aku melakukan istikharah kepada Tuhanku. Lalu beliau memasuki tempat shalatnya dan turunlah
al-Quran.

Tatacara Shalat Istikharah

Para ulama menjelaskan bahwa tatacara shalat istikharah adalah seperti sholat sunnah biasa,
dijalankan dalam dua rakaat. Tidak ada waktu khusus untuk melaksanakannya, namun shalat
istikharah disunnah serta merta saat seseorang menghadapi masalah. Imam Nawawi, Ibnu Hajar
dan Imam Iraqi mengatakan, sah melaksanakan istikharah yang dibarengkan dengan sholat
sunnah lainnya asalkan dengan niat. Misalkan seseorang hendak melaksanakan sholat sunnah
rawatib lalu ia juga niat untuk istikharah maka itu sah. (Fathul Bari 11/221).

Selesai melaksakan shalat lalu membaca doa di atas. Tidak ada bacaan khusus atau surat khusus
dalam shalat Istikharah. Beberapa refrensi menyebutkan aada raka'at pertama, setelah membaca
al-Fatihah disunatkan membaca surat al-Kaafiruun, dan pada raka'at kedua (setelah al-Fatihah)
membaca surat al-Ikhlas. Itu mengikuti shalat hajat karena Istikharah termasuk shalat hajat.
Begitu juga diperbolehkan mengulang-ulang shalat Istikharah karena itu termasuk doa dan
dalam beberapa riwayat Rasulullah saw mengulang doa terkadang sampai tiga kali.

Bagi yang berhalangan melaksanakan shalat, misalnya perempuan yang sedang datang bulan,
maka diperbolehkan baginya untuk hanya membaca doa Istikharah.

Dalam Istikharah siapakah yang memilih?

Allah memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar kita bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal dan nalar tersebut kita
mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan menentukan pilihan dalam perkara dunia.

Selain itu banyak petunjuk agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan
perkara apakah itu baik atau buruk. Rasulullah saw bersabda








artinya: kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang
dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan
keraguan (h.r. Ahmad dll.)


Dalam masalah jodoh, Rasulullah saw bersabda








artinya: seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya,
kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang mempunyai agama niscaya kamu
beruntung (h.r. Muslim dll).

Kedua hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia. Agama
memberikan petunjuk rambu-rambu untuk memilih dengan baik.

Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist





artinya: Rasulullah saw























ketika dihadapkan dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah selama itu tidak mengandung
dosa, apabila itu mengandung dosa maka beliau menjauhinya (h.r. Muslim dll). Beliau pun ketika
memilih sesuatu menggunakan analisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang
mudah.

Begitu juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan kemudian dia
melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah, tidak berarti ia lantas menyuruh Allah
memilihkan pilihannya dan ia hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku
tangan. Itu adalah anggapan yang kurang tepat.

Ilustrasinya sbb: ketika kita seorang mahasiswa atau murid memasuki ruang ujian biasanya kita
selalu berdoa agar bisa mengerjakan dengan baik dan memilih jawaban dengan tepat. Apakah
mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut cukup dengan doa tadi? Tentu tidak. Jawaban
ujian dan memilih jawaban ujian hanya bisa dilakukan melalui belajar sebelumnya, sedangkan
fungsi dia adalah agar ketika mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut kita diberi kekuatan
dan kemampuan sehingga bisa mengerjakan dengan tepat. Begitu juga sholat istikharah adalah
doa agar dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah pilih, namun
pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan baik melalui analisa, kajian, penyelidikan,
musyawarah dll. Setelah proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat
istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah.

Yang lebih salah lagi, manakala pilihan itu ternyata kurang sesuai dengan yang diharapkan, ia
mulai menyalahkan istikharahnya atau naudzubillah kalau sampai menyalahkan Tuhannya.

Pada masalah apa kita disunnahkan shalat istikharah?


Sebenarnya shalat istikharah disunnahkan ketika kita menghadapi pilihan perkara yang halal,
seperti pekerjaan, pernikahan, perdagangan dll. Itu yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang
hamba. Rasulullah saw bersabda
artinya: termasuk kemuliaan bani Adam adalah ia mau beristikharah kepada Allah, dan termasuk
kedurhakaannya adalah manakala ia tidak mau beristikharah kepada Allah (h.r. Hakim).

Dalam hadist shalat istikharah di atas juga disebutkan Rasulullah saw mengajarkan istikharah
kepada kami dalam semua perkara. Ini menunjukkan pentingnya istikharah dalam semua perkara
yang kita hadapi. Maka sebaiknya kita sering melaksanakan shalat ini manakala menghadapi
semua masalah dunia. Dan kurang tepat kiranya kalau kita melaksanakan shalat istkhoroh hanya
ketika hendak menikah.

Ibnu Hajar menuqil ungkapan Abu Jumrah mengatakan bahwa shalat Istikharah tidak dilakukan
untuk perkara wajib dan sunnah. Begitu juga istikharah tidak dilakukan untuk memilih perkara
makruh dan haram. Kecuali apalagi terjadi dilema anatara dua perkara wajib atau sunnah,
misalnya seseorang yang mampu melaksanakan ibadah Haji, ia beristikharah apakah berangkat
tahun ini atau tahun depan.

Jawaban istikharah

Tidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat
uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa
agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih.

Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya
mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani
mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai
keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa
yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh
perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga
mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang
mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan
hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah.

Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa cinta mendalam terhadap seseorang,
mana mungkin ketika dia istikharah akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya.

Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap
tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan
memudahkan semuanya.

Banyak orang menanti jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara
acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja terbuka, atau dengan
butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua tidak mempunyai landasan dalil dan hadist.

Disusun oleh Ustadz Muhammad Niam

Dari berbagai sumber literatur fiqh dan hadist

Tata Cara Shalat Istikharah


Terkadang kita menghadapi beberapa masalah yang memiliki urgensi (tingkat kepentingan)
yang sama bagi kita. Kita pun ingin memohon dengan cara istikharah, tapi bingung tentang
tata caranya. Mudah-mudahan tulisan berikut ini bisa jadi jalan keluarnya.

Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon
petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada
beberapa pilihan keputusan. Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan
istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah
melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah.

Dalil disyariatkannya shalat istikharah

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahuanhu, beliau berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah
dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, Jika
kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu,
kemudian hendaklah ia berdoa:

Allahumma inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min


fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa talamu wa laa alamu, wa anta allaamul
ghuyub. Allahumma fa-in kunta talamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron
lii fii aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa maaasyi wa aqibati amrii) faqdur lii, wa
yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta talamu annahu syarrun lii fii diini
wa maaasyi wa aqibati amrii (fii aajili amri wa aajilih) fash-rifnii anhu, waqdur liil
khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-
Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu.
Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau
yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia
dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal
tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau
mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau
baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan
palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan
jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya (HR. Ahmad, Al-
Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).

Teks Doa Istikharah

Teks doa istikharah ada dua:


Pertama,









Allahumma inni astakhii-ruka bi ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min
fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa talamu wa laa alamu, wa anta
allaamul ghuyub. Allahumma in kunta talamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa
maaasyi wa aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in
kunta talamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa maaasyi wa aqibati amrii, fash-
rifhu annii was-rifnii anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih

Kedua, sama dengan atas hanya ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:
Kalimat [ ] diganti dengan [] . Sehingga, Teks lengkapnya:

Allahumma inni astakhii-ruka bi ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min


fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa talamu wa laa alamu, wa anta
allaamul ghuyub. Allahumma in kunta talamu anna hadzal amro khoiron lii fii aajili amrii
wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta talamu anna
hadzal amro syarrun lii fii aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu annii was-rifnii anhu, waqdur
lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.

Kapan doa istikharah diucapkan?

Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul berkata, Waktu doa istikharah adalah setelah salam,
berdasarkan sabda beliau shallallahu Alaihi wa Sallam,

Jika salah seorang di antara kalian berkehendak atas suatu urusan, hendaklah ia shalat
dua rakaat yang bukan wajib, kemudian ia berdoa..
Teks hadis menunjukkan setelah melaksanakan dua rakaat, artinya setengah salam.
(Bughyatul Mutathawi, Hal. 46)

Apakah ada bacaan khusus ketika shalat?

Tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya bacaan surat atau ayat khusus ketika shalat
istikharah. Jadi, orang yang melakukan shalat istikharah bisa membaca surat atau ayat
apapun, yang dia hafal. Al-Allamah Zainuddin Al-Iraqi mengatakan, Aku tidak menemukan
satu pun dalil dari berbagai hadis istikharah yang menganjurkan bacaan surat tertentu ketika
istikharah.
Apakah istikharah harus dengan shalat khusus ataukah boleh dengan semua shalat sunnah?
Pada hadis tentang shalat istikharah di atas dinyatakan,

Kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu

Berdasarkan kalimat ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa melakukan istikharah tidak
harus dengan shalat khusus, tapi bisa dengan semua shalat sunah. Artinya, seseorang bisa
melakukan shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, atau shalat sunah lainnya, kemudian
setelah shalat dia membaca doa istikharah. Imam An-Nawawi mengatakan,

Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat
rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya. (Bughyatul Mutathawi, Hal. 45)

Jawaban dalam mimpi?


Banyak orang beranggapan bahwa jawaban istikharah akan Allah sampaikan dalam mimpi.
Ini adalah anggapan yang yang sama sekali tidak berdalil. Karena tidak ada keterkaitan antara
istikharah dengan mimpi. Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah mengatakan,

Mimpi tidak bisa dijadikan acuan hukum fiqih. Karena dalam mimpi setan memiliki peluang
besar untuk memainkan perannya, sehingga bisa jadi setan menggunakan mimpi untuk
mempermainkan manusia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.

Beliau juga menjelaskan bahwa mimpi tidak bisa untuk menetapkan hukum, namun hanya
sebatas diketahui. Dan tidak ada hubungan antara shalat istikharah dengan mimpi. Karena itu,
tidak disyaratkan, bahwa setiap istikharah pasti diikuti dengan mimpi. Hanya saja, jika ada
orang yang istikharah kemudian dia tidur dan bermimpi yang baik, bisa jadi ini merupakan
tanda baik baginya dan melapangkan jiwa. Tetapi, tidak ada keterkaitan antara istikharah
dengan mimpi. (Al-Fatwa Al-Masyhuriyah: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=124)

Apa yang harus dilakukan setelah istikharah?

Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang
sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan,

Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan
hatinya.

Kesimpulan

Berdasarkan keterangan di atas, tata cara shalat istikharah sebagai berikut:

1. Istikharah dilakukan ketika seseorang bertekad untuk melakukan satu hal tertentu,
bukan sebatas lintasan batin. Kemudian dia pasrahkan kepada Allah.

2. Bersuci, baik wudhu atau tayammum.

3. Melaksanakan shalat dua rakaat. Shalat sunnah dua rakaat ini bebas, tidak harus shalat
khusus. Bisa juga berupa shalat rawatib, shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, dll,
yang penting dua rakaat.
4. Tidak ada bacaan surat khusus ketika shalat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini
wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.

5. Berdoa setelah salam dan dianjurkan mengangkat tangan. Caranya: membaca salah
satu diantara dua pilihan doa di atas. Selesai doa dia langsung menyebutkan
keinginannya dengan bahasa bebas. Misalnya: bekerja di perushaan A atau menikah
dengan B atau berangkat ke kota C, dst.

6. Melakukan apa yang menjadi tekadnya. Jika menjumpai halangan, berarti itu isyarat
bahwa Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada anda.

7. Apapun hasil akhir setelah istikharah, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa
jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Karena itu, kita harus berusaha ridha
dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam
mengajarkan dalam doa di atas, dengan menyatakan, [ ] kemudian jadikanlah
aku ridha dengannya maksudnya adalah ridha dengan pilihan-Mu ya Allah,
meskipun tidak sesuai keinginanku.

Allahu alam.

Read more about Ibadah by www.konsultasisyariah.com

Anda mungkin juga menyukai