Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Oleh :

1. Reza Permana Putra (652009012)

2. Anidya Ariani (652009019)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2011
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Nama/NIM : 1. Reza Permana Putra (652009012)


2. Anidya Ariani (652009019)
Tanggal Praktikum : 7 April 2011

JUDUL : LEMAK

TUJUAN
1. Memberi pengalaman kepada mahasiswa agar dapat melakukan pengujian
kelarutan lemak dalam berbagai pelarut organik.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelarutan lemak dalam beberapa pelarut
organik baik pelarut polar, semi polar dan non polar.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pembentukan emulsi lemak dalam pelarut
organik
4. Memberi pengalaman kepada mahasiswa tentang reaksi pembentukan sabun
(saponifikasi).
5. Agar mahasiswa mengetahui fungsi penambahan reagen dalam saponifikasi dari
lemak.

BAHAN DAN ALAT


1. Mentega 10. NaCl jenuh
2. Minyak 11. Akuades
3. KOH Alkoholik 12. Tabung reaksi
4. HCl pekat 13. Spatula
5. Asam Oleat 14. Rak Tabung Reaksi
6. Aseton
7. Diklormetan
8. Etanol
9. Dietil eter

2
DATA FISIK
Bahan/senyawa MW Bp (oC) Mp (oC) d Sifat khas
Aseton 58,08 56,5 -94 0,788 - Cairan tidak berwarna
- Mudah menguap dan
mudah terbakar
- Berbau tajam dan
menyengat
- Larut dalam air,
alkohol, eter, bensena,
kloroform, dimetil
formamid
Diklormetan 84,94 39,75 -95 1,3255 - Cairan tidak berwarna
- Uapnya tidak mudah
terbakar dan tidak
mudah meledak ketika
bercampur dengan udara
- Mudah menguap
- Larut dalam air, alkohol,
eter, dimetil formamid
- Pada konsentrasi tinggi
bersifaat membius
apabila dihirup
etanol 46,07 78,5 -130 0,789 - Cairan jernih, tidak
berwarna
- Mudah terbakar dan
mudah menguap
- Sangat reaktif
- Berbau enak
- Larut dalam air, etanol,
bensena
- Dibentuk dari fermentasi
gula, tepung dan
karbohidrat lainnya
Dietil eter 74,12 34,6 -116,3 0,7077 - Cairan yang reaktif
- Mudah menguap dan
sangat mudah terbakar
- Berbau tajam dan khas
- Sedikit larut dalam air,
larut dalam asam
hidroklorit
- Dapat bercampur dengan
alkohol alifatik, bensena,
kloroform, petroleum
eter, minyak
- Titik didih azeotrop
dengan air adalah 34,2oC

3
- Pada komposisi lebih
dari 1,85 % volume uap
eter di udara dapat
meledak
air 18,016 100 0 0,998 - Merupakan pelarut
universal yang paling
sering digunakan
- Cairan jernih, tidak
berbau, tidak berasa,
tidak berwarna,
- Tidak mudah terbakar
dan tidak mudah
menguap
KOH alkoholik 56,10 - 360 - - Berbentuk padatan
berwarna putih atau
putih kekuningan
- Bersifat membakar
terhadap kulit dan
jaringan tubuh
- Menyerap CO2 dan uap
air dengan cepat dari
udara
- Ketika bercampur
dengan air atau alkohol
atau saat larutannya
direaksikan dengan asam
akan menghasilkan
panas
- Larut dalam air, alkohol,
gliserol
Asam oleat 282,45 286 - 0,895 - Asam oleat murni
merupakan cairan tidak
berwarna atau hampir
tidak berwarna
- Dapat teroksidasi di
udara terbuka menjadi
berwarna coklat dan
berbau tengik
- Tidak larut dalam air
- Larut dalam alkohol,
bensena, kloroform, eter
HCl 36,47 -85,03 -114,19 1,097 - Cairan tidak berwarna
- Korosif
- Tidak mudah terbakar
- Berasap
- Berbau tajam

4
- Larut dalam air,
metanol, etanol, eter
- Membentuk azeotrop
dengan air dengan Bp
azeotrop 110oC
( komposisi 20,24 %
HCl dalam campuran )
- Dapat berwarna kuning
jika terkontaminasi oleh
besi, klorin dan senyawa
organik
NaCl 58,45 - 804 2,17 - Tersedia di alam sebagai
mineral halid
- Diproduksi dengan
penambangan
- Berbentuk kubus,
butiran atau kristal
berwarna putih
- Tembus cahaya
- Larut dalam air, gliserol,
sedikit larut dalam
alkohol
- Kelarutan dalam air
diturunkan oleh
penambahan HCl
- pH = 6,7 7,3
NaOH 40,01 - 318 2,13 - bersifat kaustik
- berbentuk kristal atau
pelet warna putih
- higroskopik
- menyerap CO2 dan uap
air dari udara
- sangat korosif terhadap
jaringan tubuh hewan &
tumbuhan
- larut dalam air, alkohol,
metanol, gliserol

CARA KERJA
1. Uji Kelarutan dan Terbentuknya Emulsi
Pelarut yang digunakan adalah : aseton, diklormetan, etanol, eter dan air.
- Memasukkan 1 pipet tetes pelarut masing masing ke dalam tabung reaksi
yang berisi 1 pipet tetes minyak

5
- Mengocok dan mendiamkan selama 5 menit.
- Mengamati perubahan yang terjadi ( larut atau tidak ).
- Mengulangi pengujian dengan menggunakan mentega sebagai pengganti minyak.
2. Uji Saponifikasi / penyabunan
- Memasukkan 1 pipet minyak ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 pipet tetes KOH alkoholik 10% kemudian memanaskan dengan
hati hati selama 1 menit.
- Menambahkan 1 pipet tetes aquades dan mendidihkan kemudian mendiamkan
sampai dingin.
- Menambahkan dengan hati hati 2 tetes HCl pekat sampai larutan menjadi asam
kemudian asam lemak pada permukaan larutan ( lapisan atas ) diambil.
- Menambahkan akuades ke dalam Asam lemak dan memanaskan
- Menambahkan 1 pipet tetes NaOH 10 % sampai larutan menjadi jernih.
- Menggunakan larutan ini untuk uji pembentukan sabun.
Uji Pembentukan Sabun
- Memanaskan 5 tetes asam oleat dalam 5 tetes larutan alkali di atas dan diamati
perubahan yang terjadi.
- Mengasamkan dengan HCl pekat.
- Menambahkan NaCl jenuh secukupnya sampai larutan menjadi jenuh.
- Mengamati dan mencatat setiap perubahan yang terjadi.

HASIL PENGAMATAN
1. Uji Kelarutan dan Terbentuknya Emulsi
Pelarut Minyak Mentega
Etanol Tidak Larut Tidak Larut
Aseton Tidak Larut Sebagian Larut
Diklormetan Larut Larut
Dietil Eter Larut Larut
aquades Tidak larut Tidak larut

6
2. Uji saponifikasi
1 gram mentega + 20 tetes KOH alkoholik 10 % mentega larut, larutan berwarna
kuning kecoklatan. Terbentuk emulsi dan terbentuk 2 lapisan ( atas : kuning muda ;
bawah : coklat ).
+ 10 ml aquades terbentuk 2 lapisan ( atas : kuning ; bawah : bening )
+ 4 tetes HCl pekat lapisan atas menjadi kuning tua dan lapisan bawah keruh
Lapisan atas ( asam lemak ) diambil + aquades lapisan atas kuning tua, lapisan
bawah jernih.
+ 2 tetes NaOH 10 % lapisan bawah keruh.

Uji Pembentukan sabun


Larutan alkali di atas + 5 tetes asam oleat terbentuk buih, warna kuning mengental
+ HCl pekat lapisan atas memadat, warna kuning muda
+ NaCl jenuh lapisan lemak semakin jelas terlihat. Lapisan atas berwarna kuning
kental

PEMBAHASAN
1. Uji Kelarutan dan Pembentukan Emulsi
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian kelarutan lemak dalam beberapa pelarut
organik. Lemak yang dipakai adalah minyak ( berwujud cair ) dan mentega ( berwujud
padat). Dari hasil pengujian diperoleh bahwa minyak dan mentega larut dalam
diklormetan dan eter. Diklormetan dan eter adalah pelarut yang non polar. Karena minyak
merupakan senyawa non polar, maka minyak dapat larut sempurna dalam pelarut non
polar. Sedangkan dalam etanol dan air, minyak maupun mentega tidak dapat larut karena
etanol dan air merupakan pelarut polar. Minyak dengan etanol membentuk emulsi,
dimana minyak sebagai fase terdispersi dan etanol sebagai medium pendispersi. Dalam
aseton, minyak maupun mentega larut sebagian. Hal ini disebabkan karena aseton
merupakan pelarut yang bersifat semi polar, jadi aseton dapat melarutkan senyawa non
polar tetapi tidak seluruhnya larut ( kelarutannya lebih kecil dibandingkan dalam pelarut
polar ).

7
Dari hasil percobaan tersebut dapat membuktikan bahwa senyawa non polar tidak
dapat larut dalam pelarut polar , demikian juga sebaliknya. Ini berarti prinsip like
dissolves like juga dipakai dalam uji kelarutan dalam lemak.

2. Uji Saponifikasi / penyabunan


Dalam percobaan ini dilakukan saponifikasi atau reaksi pembentukan sabun. Sabun
dapat dibuat dari pemanasan lemak dengan basa kuat ( biasanya digunakan NaOH atau
KOH ). Dengan pemanasan dan penambahan basa kuat, lemak terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Asam lemak akan membentuk garam dengan Na + atau K+ yang
berasal dari larutan basa kuat tersebut ( NaOH atau KOH ). Garam dari asam lemak
tersebut merupakan suatu sabun. Sabun cenderung bersifat basa.
Lemak yang paling sederhana adalah kelompok Trigliserida yang tersusun dari
gliserol dan asam lemak. Mentega merupakan suatu trigliserida. Dengan pemanasan dan
penambahan basa kuat ( misal NaOH ), mentega dapat terhidrolisis membentuk asam
oleat.
Pada percobaan ini penambahan KOH alkoholik pada mentega dengan pemanasan
dan penambahan aquades dan HCl pekat menghasilkan asam lemak yaitu asam oleat yang
berwarna kuning yang terdapat pada lapisan atas.
KOH alkoholik merupakan larutan KOH dalam pelarut etanol. Fungsi penambahan
KOH alkoholik dan pemanasan adalah untuk menghidrolisis mentega. Penambahan HCl
pekat berfungsi untuk mengasamkan larutan sehingga terbentuk asam lemak, yaitu asam
oleat. Terbentuknya asam oleat diperlihatkan dengan adanya lapisan berwarna kuning tua
yang terletak di bagian atas. Sedangkan penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan
kembali larutan yang semula bersifat asam akibat penambahan HCl pekat. Seharusnya
penambahan NaOH dilakukan hingga larutan menjadi jernih, tetapi pada prakteknya hal
ini sulit dilakukan. Pada akhir proses saponifikasi ini terbentuk larutan alkali yang dapat
dijadikan sebagai bahan untuk pembentukan sabun. Terbentuknya larutan alkali ini
disebabkan karena penambahan basa kuat ( NaOH ).

3. Uji Pembentukan sabun

8
Larutan alkali dari percobaan 2 direaksikan dengan asam oleat dengan pemanasan
menghasilkan sabun. Terbentuknya sabun ditandai dengan adanya busa (buih ) pada
larutan tersebut. Sabun tersebut merupakan garam dari hasil reaksi asam lemak dengan
kation yang berasal dari larutan alkali ( dalam hal ini kationnya adalah Na +). Setelah
dilakukan penambahan HCl pekat, busa yang terbentuk hilang dan warna kuning dari
lemak terlihat jelas kembali. Ini berarti larutan tersebut telah berubah kembali menjadi
asam lemak ( asam oleat ) yang berwarna kuning tua, seperti warna asam oleat yang
terbentuk pada percobaan nomor 2. Setelah terbentuk asam oleat kembali, dilakukan
penambahan NaCl jenuh. Penambahan NaCl jenuh menyebabkan terbentuknya 2 lapisan.
Lapisan atas berwarna kuning tua, lapisan ini adalah lapisan asam lemak. Sedangkan
lapisan di bawahnya merupakan lapisan garam. Penambahan NaCl jenuh berfungsi untuk
memisahkan asam oleat dari garamnya.
Dari percobaan uji saponifikasi dan pembentukan sabun, kita dapat mengetahui
bahwa reaksi saponifikasi merupakan reaksi yang reversibel ( bolak balik ).

KESIMPULAN
Baik minyak maupun mentega merupakan senyawa non polar.
Minyak dan mentega dapat larut dalam eter dan diklormetan karena kedua pelarut
bersifat non polar.
Minyak dan mentega tidak dapat larut dalam air dan etanol karena kedua pelarut
tersebut bersifat polar.
Minyak dan mentega larut sebagian dalam aseton karena aseton merupakan pelarut
semi polar.
Penambahan larutan alkali pada asam oleat menghasilkan sabun yang merupakan
garam dari asam oleat tersebut.
Penambahan KOH alkoholik dan pemanasan pada lemak berfungsi untuk
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan larutan asam lemak yang bersifat
asam akibat penambahan HCl dan untuk menghasilkan larutan alkali yang merupakan
bahan pembentukan sabun.

9
Campuran asam oleat dan garamnya dapat dipisahkan menjadi 2 lapisan dengan
penambahan NaCl jenuh.

JAWAB PERTANYAAN
1. Jelaskan tentang kolagen dan kolestrol
Jawab :
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia.
Keberadaan kolagen adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein
yang terdapat di tubuh. Kolagen adalah struktur organik pembangun tulang,
gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat
terhadap tekanan. Kata kolagen sendiri berasal dari bahasa Yunani yang
artinya (bersifat lekat atau menghasilkan pelekat). Kolagen menjadi
komponen pembangun utama pada dermis, salah satu lapisan terendah pada
kulit. Kolagen penting untuk menjaga kulit tetap kencang dan lentur.

Kolestrol adalah metabolit yang mengandung lemak steroid ang ditemukan


pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah Merupakan
sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya.
Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid
yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom
karbon. Steroid lain termasuk steroid hormon seperti kortisol, estrogen, dan
testosteron. Pada kenyataannya, semua hormon steroid terbuat dari
perubahan struktur dasar kimia kolesterol. Tingginya kadar kolestrol dalam
tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Pola makan sehat
merupakan faktor utama untuk mengghindari hal ini. Akan tetapi, tidak
semua kolestrol berdampak buruk bagi tubuh. Hanya kolestrol yang
termasuk kategori LDL saja yang berakibat buruk sedangkan jenis kolestrol
HDL merupakan kolestrol yang dapat melarutkan kolestrol jahat dalam
tubuh. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 160-200 mg. Kadar
kolesterol yang tinggi dapat diturunkan dengan simvastatin.

10
2. Beri 2 contoh uji kuantitatif lemak, beserta penjelasannya !
Jawab :
Produk asam lemak FA1299 diperoleh dari proses hidrogenasi selanjutnya
difraksinasi sehingga dihasilkan campuran asam lemak yang akan dianalisa
dengan kromatografi gas. Hasil analisa produk mengandung jenis asam
lemak jenuh yaitu asam kaparat (C10) 0,3451 % dan asam laurat (C12)
99,6549 %

11

Anda mungkin juga menyukai