TUGAS Geologim Tambang
TUGAS Geologim Tambang
GEOLOGI TAMBANG
Beberapa deposito sulfida volcanogenic besar yang khas dalam bahwa cadangan bijihterbentuk
dalam hubungan temporal yang erat dengan vulkanisme dan dibentuk oleh sirkulasihidrotermal
dan exkhlasi sulfida yang independen dari proses sedimentasi. Hal ini dapatmengatur deposito
VMS terpisah dariexhalative sedimendeposito (SEDEX). Kumpulanbatuan induk, hubungan
tekstur mineral sulfida dan mineral alterasi hidrotermal adalah alatterbaik untuk SEDEX
membedakan dari deposito VMS (Robb, 2005).Ada subclass dari deposito VMS, yang vulkanik
dan sedimen-host-sulfida masif (VSHMS)deposito, yang melakukan karakteristik saham yang
hybrid antara VMS dan deposito SEDEX.Contoh nyata dari kelas ini meliputi deposito dari
Camp Bathurst,New Brunswick ,Kanada(misalnya, Brunswick # 12); deposito dari Sabuk Pyrite
Iberia,PortugaldanSpanyol, dandeposito Wolverine,Yukon,Kanada.
logam dan belerang di deposito VMS merupakan kombinasi dari unsur-unsur yangtidak
kompatibel yang kehabisan dari batu footwall di zona alterasi hidrotermal dasar lautsirkulasi sub-
olehhidrotermal.Dalam beberapa deposito cairan magmatik menjadi sumbertambahan logam dan
cairan. Sirkulasi hidrotermal umumnya didorong oleh panas di dalamkerak sering berasosiasi
dengan intrusi batuan beku.
Transportasi
dari logam terjadi melalui konveksi cairan hidrotermal, panas untuk inidisediakan
olehmagmachamber dan intrusi sub volkanik yang terletak di bawah bangunanvulkanik. Air laut
dingin ditarik ke dalam zona hidrotermal dan dipanaskan oleh batuanvulkanik dan kemudian
didorong ke laut, proses altersi cairan hidrotermal dalam ion sulfurdan logam.
Geologi
Lokasi khas untuk deposito VMS adalah di bagian atas dari urutan vulkanik felsic,
dalamurutan epiclastics tufaan gunung api, cherts, sedimen atau mungkin tuf halus yang
biasanyaberkaitan dengan batuan vulkanik yang mendasarinya. Hangingwall ke deposit secara
luasterkait dengan lebihmafik urutan batuan vulkanik, baik Andesit (contoh yang Whim Creek &
2.Endapan Porfiri cu-au
adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat intermedier-asam,
yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang mengakibatkan terjadinya
mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi
intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork
mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida
hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar dan
grade yang kecil.
Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan
porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh
endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari
Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar sekunder,
biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.
Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar and biotite.
Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung
kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase teralterasi
kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.
Propylitic Zone selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan
minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt terubah.
Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:
Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi
paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1.
Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.
Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp
sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet.
Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi
(10-15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi
copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore
grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka mineralisasi
bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak seperti kuarsit, marmer
dan skarn. Endapan hidrotermal Genesa Sekunder Dalam pembahasan mineral yang
mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi
pada mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali
mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral
sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa
yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi).
Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada kedalaman yang
lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder. Pada zona diantara permukaan
tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-
sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk
larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum
proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai
malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative,
hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kaya
bijih. Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air tanah
maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi proses reduksi,
karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah
suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana larutan
mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian
menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan kandungan mineral
kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang
mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer. TANDA-
TANDA GEOLOGIS ENDAPAN BIJIH TEMBAGA Pada zona kontak banyak terdapat
bidang-bidang diskontinuitas seperti fissure, crack dan kekar. Pada waktu terjadi intrusi
bidang-bidang ini akan terinjeksi oleh larutan sisa. Proses ini akan diikuti adanya
pertukaran unsur-unsur larutan sisa dan batu gamping. Kejadian ini akan menyebabkan
terbentuknya mineral seperti kalkoporot, pirit, magnetit, garnet, sphalerit dan kuarsa.
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral
dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia,
karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan
emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida,
garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi
rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal
sulfidasi rendah berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-
struktur pergeseran (dilatational jog).
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma
yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat
permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh
sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih.
Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan
emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari
tekstur crusstiform banding dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat
kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan
hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik
lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH,
sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya
CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed
calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem
sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan
didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar
(disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996).
Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat
breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel 2.1
Tabel 2.1 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah
c. Interaksi Fluida
Gambar diatas (Gambar.2.9) merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi
rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat
permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari
campuran air magmatik dengan air mete
Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation) atau Acid
Sulfate
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan
temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari
fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini
bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan
suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
Gambar 2.10 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi
Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan
fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi
(ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan
kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan
samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi.High sulphidation berhubungan dengan
pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa
magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat
dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
b. Interaksi Fluida
7.metamorphic/mesotermal/orogenic gold
Istilah mesotermal merupakan klasifikasi endapan menurut Lindgren (1933)
yang mengacu pada pembentukan endapan bijih yang terbentuk pada kedalaman 1.5 3
km dengan temperature berkisar 200C - 300C. Lindgren menggunakan istilah
mesotermal untuk endapan emas dengan host rock berupa batuan metamorf. Saat ini
istilah mesotermal sudah jarang digunakan karena pengendapan em as pada batuan
metamorf dapat terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi serta kedalaman yang
lebih dalam dibandingkan dengan terminologi yang di definisikan oleh Lindgren.
Namun pembagian berdasarkan kedalaman dan temperatur oleh ide awal Lindgren
masih relevan untuk digunakan saat ini . Oleh karena itu , Groves (1993) membagi ke
dalam tiga zona , yaitu: epizonal ( 6 km, 150300C), mesozonal (612 km,
300475C), dan hipozonal (>12 km, >475C) .Selama 25 tahun terakhir telah terjadi
banyak perubahan dan kemajuan dalam klasifikasi endapan emas di daerah mesotermal.
Perubahan ini disebabkan oleh kemajuan teori tektonik lempeng dan evolusi kerak.Di
masa lampau endapan -endapan ini diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan
temperatur formasi, tipe str uktur, umur, batuan induk, area geografis atau model
genetik. Di masa kini, endapan emas diklasifikasikan menjadi dua kelompok:
Orogenic Gold Deposits dan Reduced Intrusion-related Gold Deposits . Orogenic
Gold Deposits terkait dengan deformasi, metamorfisme dan magmatisme selama proses
orogenesis
Asosiasi Batuan
namun juga berupa kuarsit, karb onat, dan banded iron formation yang terletak
sepanjang sabuk greenstone.
Tatanan Tektonik
Geokimia
Batuan kaya besi atau karbon sangat penting untuk pengendapan emas yang lepas
dari larutan hidrotermal. Sekuen batuan pelitik karbonan merupakan reduktan fluida yang
penting dan menjadi tempat pengendapan bijih epigenetik berkadar tinggi. Batuan dengan
afinitas toleitik kaya Fe pada greenstone belt juga dapat mengendapkan bijih karena
hadirnya reaksi desulfidasi antara fluida pembawa bijih dengan batuan. Selain itu,
karakteristik geokimia dari endapan emas orogenik adalah kandungan base metal yang
rendah. Unsur jejak yang terkayakan pada daerah pengendapan emas orogenik ini adalah
Ag, As, Au, B, Bi, Hg, Sb, Te, dan W. Kandungan As dan Sb yang tinggi dapat menjadi
salah satu indikasi kehadiran endapan emas orogenik.
Tubuh bijih emas pada batuan metamorf secara relatif akan meluas searah jurus
hingga 2-5 km dan lebarnya akan bervariasi dari dimensi meter hingga puluhan meter.
Endapan emas terbesar telah ditambang secara e konomis pada kedalaman 1-3 km. Secara
teoretis, sistem hidrotermal berkembang dalam deep-crustal fault zone dan terbentuk di
kedalaman 10 -15 km. Tubuh bijih umumnya terbentuk di daerah sabuk sebagai kluster
yang terspasi secara teratur sepanjang ratusan km dan mendelineasi sistem sesar
regional. Spasi bijih menunjukkan pemusatan aliran fluida kerak secara struktural,
sehingga ada daerah yang kurang termineralisasi di antara tubuh bijih
https://pillowlava.wordpress.com/2011/06/19/mineralisasi-dan-alterasi-dalam-sistem-
hidrotermal/
http://dokumen.tips/documents/apa-yang-anda-ketahui-tentang-volcanogenic-massive-sulphide-
deposits-55844c7e5e69c.html
https://ceritageologi.wordpress.com/2012/12/17/endapan-porfiri-cu/
https://www.scribd.com/doc/38333348/9/E-CONTOH-BEBERAPA-ENDAPAN-MINERAL-
YANG-PENTING