Tabel 4.2 Basisitas dan Sifat Keasaman pada Analisa Terak dalam Dross
Periode Februari 2017
No Tanggal No Partai SiO2 wt CaO wt FeO wt Basisitas Sifat Keasaman
(%) (%) (%)
1 03/02/2017 II/S 21,88 21,79 56,31 0,77 Asam
039,040,041/V
2 04/02/2017 II/S 22,15 24,41 53,44 0,87 Asam
039,040,041 /V
3 06/02/2017 II/S 047/V 28,62 20,28 51,09 0,95 Asam
4 07/02/2017 II/S 048/V 17,32 22,55 60,12 0,66 Asam
5 09/02/2017 II/S 049/V 17,78 23,16 59,05 0,69 Asam
6 10/02/2017 II/S 050/V 12,64 24,74 62,61 0,59 Asam
7 12/02/2017 II/S 051,052/V 12,14 24,98 62,87 0,59 Asam
28
Tabel 4.4 Kadar Sn (%) pada Peleburan Terak Peleburan Dross dalam Tanur 5
Jam Ke- 061 062 064
10 8,79 3,27 7,10
11 7,13 13,99 3,33
12 3,23 4,54 2,44
13 8,82 4,69 5,52
14 7,00 10,04
15 3,15
18 1,94
Tabel 4.5 Kadar SiO2 (%) pada Peleburan Terak Peleburan Dross dalam Tanur 5
Jam Ke- 061 062 064
10 26,06 22,47 23,04
29
permukaan
12 Sudah bereaksi namun belum merata 1342-1440
13 Terjadi reaksi menyeluruh dan terak sudah 1320-1465
mulai mencair hampir di seluruh bagian
permukaan
14 Terak sudah mencair di seluruh permukaan 1338-1474
15 Terak sudah cair 1338-1460
16 Reaksi sudah hampir habis dan ada 1342-1460
beberapa material yang masih mengental
17 Material sudah mulai mencair sempurna, 1365-1472
dan siap tapping
18 Terak dikeluarkan dengan sempurna
berbentuk lelehan yang berwarna kuning
menyala
4.2 Pembahasan
4.2.2 Proses Pembentukan Terak Peleburan Dross dengan Menggunakan
Tanur Reverberatory
Kumpulan dari senyawa-senyawa oksida yang tidak ikut tereduksi pada
saat proses peleburan timah disebut terak. Selain itu terak juga berasal dari
senyawa oksida penyusun refraktori serta senyawa oksida yang ditambahkan
(fluks) yang berfungsi untuk mengatur komposisi agar sifat fisika dan kimia terak
sesuai. Terak membentuk suatu fasa yang terpisah dari lelehan logam karena terak
tidak saling larut dalam lelehan logam dan terak mempunyai densitas yang lebih
rendah dari lelehan logam. Komponen senyawa oksida dalam terak hasil
peleburan timah yang dominan yaitu FeO, CaO, dan SiO 2. Sedangkan Al2O3 dan
TiO2 merupakan senyawa oksida yang tidak terlalu dominan namun dapat
mengubah sifat fisika maupun kimia dari terak. Pembentukan terak yang baik
sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa oksida yang terikat dalam terak itu
sendiri.
Densitas dari dross sendiri adalah yang paling rendah jika dibandingkan
dengan timah cair dan juga terak sehingga kenapa dross pada saat peleburan
cenderung berada di permukaan dan tidak mengendap di dasar reverbatory
31
furnace. Untuk densitas senyawa oksida Fe2O3 yang terdapat dalam dross hanya
sebesar 5,24 g/cm3 sedangkan untuk kandungan oksida pada terak yaitu FeO
sebesar 5,74 g/cm3 dan densitas dari logam timah cair mencapai 7,3 g/cm3.
Dengan begitu timah dapat lebih mudah terpisah dengan slag pada saat tapping di
unit metalurgi PT. Timah khususnya di pabrik peleburan, dross dihasilkan dari
kurasan forehearth dalam tanur, skimming proses pyrorefining, kurasan pada
flame oven, produk samping dari crystallizer dan slime dari electrolitic refining.
Terdapat juga dross ayakan yaitu dross yang berasal dari campuran kanal panjang
dengan forehearth. Pada proses peleburan dross, dross yang dipakai adalah dry
dross dan juga dross ayakan. Dross yang terdapat pada forehearth, pyrorefining,
cristalizer dan juga electrolitic refining masih berupa wet dross. Kandungan Sn
nya masih relatif tinggi namun kandungan H2O nya juga tidak kalah tinggi maka
dilakukan pemanggangan menggunakan flame oven yang nantinya akan
dihasilkan crude tin (timah kasar), dan juga dry dross yang bisa digunakan untuk
peleburan dalam tanur. Kandungan Sn dalam dry dross berkisar 65-70% sehingga
bisa dilakukan peleburan kembali dalam tanur untuk me-recovery kadar Sn yang
lebih tinggi karena yang terdapat pada dross senyawa oksida.
Pada penelitian kali ini kami menganalisa pengaruh Besi (Fe) dan Pasir
Silica (SiO2) pada pembentukan terak peleburan dross yang terjadi pada tanur 5.
Mula-mula kami menganalisa kandungan dry dross yang terdapat pada gudang
material. Kami mengambil 2 hari yang masing-masing kami bagi 3 menjadi 3
sampel. Kami membandingkan kandungan dry dross yang baru keluar dari flame
oven dengan dry dross yang sudah di diamkan selama kurang lebih 2 hari. Untuk
sampel yang baru di keluarkan dari flame oven nomor partainya adalah DR.008,
sedangkan untuk sampel yang sudah didiamkan selama 2 hari nomer partainya
adalah DR.007. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel cornering and
quatering dengan mengambil 8 titik gundukan dry dross untuk dianalisa dan
kemudian kami membawa ke laboratorium untuk diuji kandungan dalam dry
dross. Dari hasil laboratorium didapatkan bahwa, sampel DR.008 memiiki
kandungan Sn yang lebih besar dari DR.007 dengan rata-rata kandungan Sn dalam
dross DR.008 sebesar 69,67 sedangkan pada dross DR.007 sebesar 64,97.
32
Kandungan rata-rata H20 pada sampel partai DR.008 adalah sebesar 6,83%
sedang pada sampel partai DR.007 adalah sebesar 5,96 % lebih rendah dari
sampel partai DR.008, sedangkan untuk kandungan rata-rata Fe yang terkandung
pada sampel partai DR.008 hanya sebesar 6,57% lebih kecil jika dibandingkan
dengan kandungan rata-rata Fe yang terdapat pada sampel partai DR.007 yang
mencapai 9,13 %. Hal-hal tersebut bisa terjadi karena perbedaan komposisi yang
terkandung dalam sampel dross itu sendiri. Dari wet dross yang di dapat juga
mempengaruhi kandungan dari dry dross itu sendiri karena kandungan dari tiap
wet dross yang didapat berbeda-beda, jika kita mendapatkan wet dross yang
mayoritas dari reverberatory furnace maka kandungan Fe bisa lebih besar, namun
H2O yang didapat lebih rendah tetapi jika kita mendapatkan wet dross yang
mayoritas dari crystallizer ataupun jenis refining lainnya maka akan ditemukan
kandungan H20 yang lebih besar. Dari hasil data rata-rata dross ini dapat diketahui
memang kandungan Sn dalam bentuk oksida yang masih terkandung dalam dross
masih relatif cukup besar sehingga harus di lebur kembali untuk bisa dibuat logam
timah cair dengan kadar tinggi. Berikut adalah diagram perbandingan kandungan
Sn, Fe, dan H2O pada DR.007 dan DR.008 :
Kandungan unsur besi dalam terak menjadi salah satu faktor untuk menentukan
sifat fisika dan kimia terak. Hadirnya unsur timah dalam hasil analisis terak
menunjukkan bahwa di dalam timah kasar masih terdapat kandungan logam besi,
ini dibuktikan dengan reaksi kesetimbangan antara SnO dan Fe.
Keterangan :
1644
Log K = 2,238 - T
.(4.2)
aFeO . aSn
K = aSnO . aFe
...(4.3)
1400-14800C maka hasil analisis data terak dross ini bisa dibuktikan
kebenarannya. Terdapat teori yang menjelaskan bahwa apabila suhu peleburan
semakin tinggi akibat penambahan karbon maka diprediksi reduksi akan semakin
mudah terjadi sehingga kadar Sn dan Fe yang masuk ke dalam timah kasar akan
semakin banyak sedangkan Sn dan Fe yang menjadi oksida dalam terak akan
semakin sedikit.[3]
Selain berpengaruh pada besarnya kadar Sn dalam terak dan timah kasar,
kadar Fe juga akan berpengaruh terhadap sifat basisitas, densitas, dan viskositas
terak. Gambar menunjukkan bahwa kadar FeO yang semakin tinggi akan
meningkatkan basisitas pada terak peleburan dross tanur 5 pada bulan februari
2017.
Selain mempengaruhi sifat keasaman terak, kandungan FeO dalam terak
juga berpengaruh terhadap densitas terak.. Ketika terak mengandung banyak FeO
maka densitas terak akan semakin tinggi. Oleh karena itu, agar densitas terak
menurun maka terak harus ditambah dengan senyawa oksida lain yang lebih
ringan seperti CaO, Al2O3, dan SiO2.
35
30
f(x) = 43.55x - 13.14
25
R = 0.96
20
FeO (%) 15
10
0
0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1
Gambar 4.2 Pengaruh %FeO terhadap Basisitas Terak Peleburan Dross Tanur 5
Bulan Februari 2017
36
16
14
12
10 61
Kadar Sn (%) 8 62
6
64
4
2
0
10 11 12 13 14 15 18
Waktu Peleburan (jam)
Gambar 4.4 Pengaruh Waktu Peleburan (jam) terhadap Kadar Sn (%) Tanur 5
10
9
8
7
6
61
Kadar Sn (%) 5 62
4
64
3
2
1
0
10 11 12 13 14 15 18
Gambar 4.5 Pengaruh Waktu Peleburan (jam) terhadap Kadar Fe (%) Tanur 5
Pada peleburan 061 (Gambar ), kadar Sn dalam terak pada saat peleburan
jam ke -10 kadar Sn sebanyak 9,86 % dengan kadar Fe dalam terak 8,15 %, jam
ke-12 kadar Sn meningkat menjadi 9,85 % dan kadar Fe yang menurun menjadi
6,57 %, pada jam ke-14 kadar Sn menurun 2,66 % dan kadar Fe menurun 5,66 %,
pada jam ke-17 kadar Sn menurun menjadi 2,54 %, kadar Fe meningkat menjadi
6,68%. Pada kondisi ini kadar Fe menurun pada jam 1014 dan baru meningkat
padas jam ke 1417, sedangkan kadar Sn meningkat pada jam 10-12 kemudian
menurun pada jam 12-17. Kesimpulan dari semua proses peleburan menunjukkan
reaksi yang tejadi dalam peleburan tidak terjadi secara semestinya, seharusnya
39
12
9.85
9.36
10 f(x) = - 2.77x + 13.02
8.15
R = 0.78
8 6.68
6.57
f(x) = - 0.53x + 8.15.66
6 R = 0.44 %Fe
Kadar (%)
Linear (%Fe)
4 2.66 %Sn
2.54
2 Linear (%Sn)
0
10 12 14 17
Jam Peleburan (jam)
..(4.4)
Apabila nilai basisitas terak mencapai > 1 maka terak bersifat basa dan
ketika basisitas < 1 maka terak bersifat asam. Tanur reverberatory tersusun atas
bata tahan api magnesia-kromium oksida dan fireclay. Magnesia-kromium oksida
bersifat basa sedangkan fireclay mengandung Al2O3 sebanyak 25-45% dan
senyawa ini termasuk amfoter yang dapat bersifat asam atau basa sesuai sifat
kimia terak dalam tanur.
dross bersifat basa maka terak yang bersifat asam akan cepat mengikis bata tahan
api dalam tanur sebab asam dengan basa akan bereaksi satu sama lain membentuk
senyawa bersifat netral. Reaksi ini yang mengakibatkan bergabungnya senyawa
penyusun refraktori dengan terak. Lama-kelamaan refraktori akan mengalami
keausan akibat senyawanya terlarut dalam terak. Untuk menghindari terjadinya
hal ini maka sifat keasaman refraktori harus menyesuaikan sifat keasaman terak.
Untuk itu diperlukan pengurangan komposisi SiO2 agar tidak mengakibatkan
keausan pada tanur.