I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggunakan data penurunan titik beku (D-
1)
2. Menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggunakan data kenaikan titik didih (D-
2)
Gambar 1. Perubahan potensial kimia pelarut dengan adanya kehadiran zat terlarut
Kehadiran zat terlarut dalam pelarut dapat menurunkan potensial kimia larutan, potensial
kimia larutan lebih rendah daripada potensial kimia pelarut murni, akibatnya dapat dilihat
digambar bahwa titik beku menurun sedangkan titik didih mengalami kenaikan.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi bergantung pada jumlah atau kelompok partikel zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut) di dalam larutan. Sifat koligatif meliputi: penurunan tekanan uap jenuh (∆P),
Kenaikan titik didih (∆Tb), Penurunan titik beku (∆Tf), dan tekanan osmotik (π)
Sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut. Molalitas yaitu
jumlah partikel zat terlarut (mol) setiap 1 kg zat pelarut (bukan larutan). Sehingga dapat
didefinisikan dengan persamaan berikut:
Penurunan Titik Beku Larutan. Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu
diturunkan, sehingga jarak antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya
bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari
zat terlarut akan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih
rendah. Jadi titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya.
Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku (∆Tf).
Kenaikan Titik Didih Larutan. Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap
dalam larutan dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, Cairan akan
mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik didih
cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal.
Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu
sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan). Tekanan uap larutan
lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu
mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.
III. METODOLOGI
1. Alat
-Alat titik beku 1 set (termos besar,tabung reaksi besar, tabung reaksi sedang)
-Stopwatch 1 buah
2. Bahan
- Benzena
- Sikloheksana
- Naftalena
B. CARA KERJA
Volume Benzena = 15 ml
Tabel 4.1 data pengamatan waktu terhadap suhu pelarut dan pelarut + zat terlarut
Volume Sikloheksana = 25 ml
1. Penentuan ∆Tf
Tf pelarut = 5.5 °C
Tf larutan = 3.8 °C
2.Perhitungan MM Naftalena
Tf pelarut = 5.5 °C
g J
78,114 ×8.314 ×(278.5 K)2 0.502692 gram 1000
mol mol K
MM terlarut = × ×
1000 (9870) 1.7 𝐾 13.14 𝑔𝑟𝑎𝑚
3.Galat Mr Naftalena
𝑀𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑀𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑀𝑟 = | | 𝑥 100%
𝑀𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
128,1705−114.8997
𝑀𝑟 = | | 𝑥 100%
128.1705
𝑀𝑟 = 10,3540%
B. Kenaikan Titik Didih
1. Penentuan ∆Tb
Tb pelarut = 4.14 °C
Tb larutan = 4.44 °C
2.Perhitungan MM Naftalena
Tb pelarut = 80.74°C
g J
86.14 ×8.314 ×(353.74K)2 0.5027 gram 1000
mol mol K
MM terlarut = J × ×
1000 ×32700 0.3𝐾 19.475 𝑔𝑟𝑎𝑚
mol
3.Galat Mr Naftalena
𝑀𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑀𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑀𝑟 = | | 𝑥 100%
𝑀𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
128,1705 − 235.8001
𝑀𝑟 = | | 𝑥 100%
128.1705
𝑀𝑟 = 83.9738%
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan penurunan titik beku, didapat massa molekul relatif naftalena
sebesar 114.8997 g / mol. Sedangkan berdasarkan literatur massa molekul relatif naftalena
adalah 128.1705 g/mol sehingga diperoleh persen galat sebesar 10.3540%. Kemudian
berdasarkan percobaan kenaikan titik didih, didapat didapat massa molekul relatif
naftalena sebesar 235.8001 g/mol dengan persen galat sebesar 83.9738%.