Anda di halaman 1dari 12

Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu zat pelarut,
2. Menggambarkan fase diagram tiga komponen,
3. Menerapkan dalam menentukan komposisi kadar minyak pengering dalam
zat

1.2 Dasar Teori


Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh. Zat cair yang
hanya sebagian larut dalam zat cair lainnya, dapt dinaikan kelarutannya dengan
menambahkan suatu zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang lebih
dahulu dicampurkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya larut dalam salah satu
zat cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua zat cair yang
terdahulu itu akan menjadi kecil. Tetapi bila zat cair yang ketiga itu larut dalam
kedua zat cair yang terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair yang
terdahulu akan menjadi lebih besar. Gejala ini dapat terlihat pada sistem
kloroform – asam asetat – air. Bila asam asetat ditambahkan kedalam suatu
campuran heterogen dari kloroform dan air pada suhu tertentu, kelarutan dari
kloroform dalam air itu akan bertambah, sehingga pada suatu ketika akan
menjadi homogeny. Jumlah asam asetat yang di tambahkan untuk mencapai
titik homogeny tergantung dari komposisi campuran kloroform dan air.

1.2.1 Faktor – Faktor Penyebab Kelarutan


Umumnya yang membuat zat melarut adalah kesejenisan, yaitu senyawa
yang non-polar larut dalam pelarut yang non-polar, begitu juga sebaliknya,
senyawa yang polar hanya dapat larut dalam pelarut yang polar juga.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 1
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

Dalam hal ini kita bisa mengambil contoh heksana dan heptana yang
keduanya adalah senyawa non-polar. Kedua zat tersebut mempunyai kerapatan
masing – masing 0.650 gram/ml dan 0.684 gram/ml. Mulanya yang
mempunyai kerapatn jenis yang kecil akan mengapung, namun beberapa saat
molekul – molekul akan menyebar secara acak, apalagi bila temperature
dinaikkan, kecepatan difusi akan lebih tinggi. Sehingga selang beberapa waktu
akan diperoleh larutan homogeny yang seragam ( miscible).

1.2.2 Sistem Tiga Komponen


Sistem tiga komponen aturan fase menghasilkan v = 5 – P. bila terdapat
suatu fase, maka v = 4, oleh karenanya penggambaran secara geometrik yang
lengkap memerlukan ruang berdimensi empat. Bila tekanan tetap, ruang tiga
dimensi dapat digunakan. Bila suhu maupun tekanan tetap, maka v = 3 – P dan
sistem dapat digambarkan dalam ruang tiga dimensi : P = 1
v = 2 Bivarian, P = 2; v = 1 Univarian, P = 3 ; v = 0 Invariant.
Untuk fase tunggal bagi sistem tiga komponen, terdapat 4 derajat
kebebasan :

F=C–P+2
=3–1+2
= 4 (temperatur, tekanan, susunan 2 dan 3 komponen)

Untuk menggambarkan garfik demikian sangat sukar, karena itu sistem


tiga komponen biasanya diselidiki pada tekanan tetap dan temperatur tetap.
Dengan demikian dapat digambarkan diagram fase yang menyatakan
susunan dua komponen. Diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi.
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua perubahan komposisi yang
bebas, sebut saja X2 dan X3, jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat
di alurkan dalam koordinat cartes dengan X2 pada salah satu sumbunya dan X3
pada sumbu yang lain dibatasi oleh garis X2 + X3 = 1

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 2
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

Karena X itu tidak simetris terhadap ketiga komponen, biasanya komposisi di


alurkan ,pada suatu segitiga sama sisi dengan tiap – tiap sudutnya
menggambarkan suatu komponen murni. Bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah
jarak dari seberang titik di dalam segitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi
segitiga tersebut. Jarak antara setiap sudut ketengah – tengah sisi yang
berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam persen. Untuk
memperoleh suatu titik tertentu dengan komposisi dalam persen. Untuk
memperoleh suatu titik tertentu dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi
segitiga.
Sistem tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinannya. Dalam bagian
ini akan di pelajari :

A. Sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian tercampur
B. Sistem 3 komponen yang terdiri atas 2 komponen padat dan 1
komponen cair

A. Sistem 3 zat cair bercampur sebagian di bagi menjadi :


Tipe I : Pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagian,
Tipe II : Pembentukan 2 pasang zat cair bercampur sebagian,
Tipe III : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagian.

B. Sistem 3 komponen yang terdiri atas 2 komponen padat dan 1 cairan.


Dalam bagian ini hanya diambil bila cairan sebagian komponen ketiga
berupa air, sebab hal ini mempunyai arti penting dalam kristalisasi. Tergantung
dari zat yang mengkristal, sistem ini dibagi menjadi :

Tipe I : Yang mengkristal komponen murni,


Tipe II : Pembentukan senyawa biner,
Tipe III : Pembentukan senyawa terner,
Tipe IV : Pembentukan larutan padat
Tipe V : Fase padat bercampur sebagian.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 3
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

BAB 2

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
 10 buah erlenmeyer
 Buret
 Statif dan klem
 Gelas kimia 100 ml
 Corong
 Pipet ukur 10 ml
 Bulp
 Botol aquadest
 Piknometer
 Neraca Digital

2.1.2 Bahan yang digunakan


 Asam asetat glasial
 Kloroform
 Aquadest

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Pencampuran 3 jenis larutan
1. Membuat campuran antara aquadest dan asam asetat glasial dengan
komposisi yang di variasikan,
2. Menambahkan masing – masing campuran dengan CHCl3 melalui buret
hingga terbentuk 2 lapisan,

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 4
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

3. Mencatat volume CHCl3 yang terpakai dan di hitung masing – masing


komposisi zat dalam setiap campuran kemudian di buat diagram
ternernya.
2.2.2 Berat jenis larutan.
1. Menimbang pikno kosong dengan menggunakan neraca digital dan
mencatat hasil penimbangan,
2. Mengisi pikno tersebut dengan zat yang ingin di ketahui berat jenisnya,
3. Menimbang kembali pikno yang telah berisi zat tertentu lalu mencatat
hasil penimbangan,
4. Menghitung berat jenis zat dengan menggunakan data yang telah
diperoleh.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 5
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Volume CHCl3 yang diperlukan

Table 3.1 data volume CHCl3 yang di perlukan

Volume CH3COOH
Volume H2O (ml) Volume CHCl3 (ml)
(ml)
10 1 2.2
9 2 2.3
8 3 2.6
7 4 2.7
6 5 3.1
5 6 3.8
4 7 4.3
3 8 5.2
2 9 6.1
1 10 6.8

3.2 Hasil perhitungan massa dan berat jenis

Tabel 3.2 data massa sampel yang di gunakan


Massa
Massa H2O Massa CHCl3
Percobaan ke - CH3COOH
(H2O . VH2O) ( . V)
( . V)
1. 9.852 1.0408 3.2032
2. 8.8668 2.0816 3.3488
3 7.8816 3.1224 3..7856
4 6.8964 4.1632 3.9312
5 5.9112 5.204 4.5136
6 4.926 6.2448 5.5328

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 6
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

7 3.9408 7.2856 6.2608


8 2.9556 8.3264 7.5712
9 1.9704 9.3672 8.8816
10 0.9852 10.408 9.9008

Ket :
H2O = 0.9852 gr/ml massa pikno = 23.35 gram
CH3COOH = 1.0408 gr/ml massa pikno + H2O = 47.98 gram
CHCl3 = 1.456 gr/ml massa pikno + CH3COOH = 49.37 gram
Volume pikno = 25 ml massa pikno + CHCl3 = 59.75 gram

3.3 Hasil perhitungan komposisi masing – masing zat

Tabel 3.3 data persen massa masing – masing sampel yang digunakan
Percobaan % massa % massa % massa
Ke- H2O CH3OOH CHCl3
1. 69.89% 7.38% 22.73%
2. 62.01% 14.56% 23.43%
3. 53.29% 21.11% 25.60%
4. 46% 27.78% 26.22%
5. 37.82% 33.3% 28.88%
6. 29.49% 37.39% 33.12%
7. 22.54% 41.66% 35.80%
8. 15.68% 44.16% 40.16%
9. 9.75% 46.33% 43.92%
10. 4.63% 48.88% 46.69%

BAB IV
PEMBAHASAN

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 7
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kelarutan zat dalam suatu


zat pelarut, menggambarkan fase diagram tiga komponen dan menerapkannya dalam
menetukan komposisi kadar minyak pengeringan dalam zat. Sampel yang digunakan
yaitu CHCl3, CH3COOH, dan H2O.
Langkah pertama yaitu menetukan berat jenis masing – masing sampel
dengan menggunakan piknometer 25 ml. Berat jenis yang diperoleh dari hasil
pengukuran berbeda dengan berat jenis yang ada pada labelbotol penyimpanan
sampel. Dimana pada label botol penyimpanan tertulis H2O yaitu 1 gram/ml,
CH3COOH yaitu 1.0419 gram/ml, dan CHCl3 yaitu 1.48 gram/ml, sedangkan yang
diperoleh saat praktikum H2O = 0.9852 gram/ml, CH3COOH = 1.0408 gram/ml
dan  CHCl3 = 1.456 gram/ml. Ini mungkin dikarenakan kondisi alat yang digunakan
kurang bersih karena pada penentuan berat jenis, jika alat yang digunakan kurang
bersih maka akan mempengaruhi hasil perhitungan.
Langkah selanjutnya yaitu mencampurkan dua komponen zat yaitu air
dan CH3COOH dengan volume yang divariasikan dari 1 – 10 ml. air dengan
CH3COOH akan bercampur menjadi larutan yang homogen karena air bersifat polar
dan CH3COOH bersifat semipolar. Zat yang memiliki sifat sama atau mirip akan
saling melarutkan ( like dissolve like ). Setelah itu campuran dititrasi dengan CHCl 3
sampai terbentuk 2 lapisan. Terbentuknya 2 lapisan dikarenakan CHCl 3 yang bersifat
nonpolar tidak akan bercampur dengan air yang bersifat polar tetapi sebagian CHCl3
akan terlarut dengan CH3COOH karena sifat CH3COOH yang semipolar. Campuran
H2O dan CH3COOH akan berada di lapisan atas dan campuran CHCl3 dan
CH3COOH akan berada di lapisan bawah. Hal ini dikarenakan perbedaan berat jenis
antara air dan CHCl3 dimana berat jenis CHCl3 lebih besar dari berat jenis air.
Dari hasil yang diperoleh dapat diamati bahwa semakin banyak volume
CH3COOH maka volume CHCl3 yang diperlukan akan semakin banyak juga. Hal ini
dikarenakan jika semakin banyak volume CH3COOH yang bercampur dengan air
maka volume CHCl3 yang dibutuhkan untuk mengikat CH3COOH akan semakin
banyak juga agar dapat terbentuk 2 lapisan.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 8
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Berat jenis H2O yang diperoleh yaitu 0.9852 gram/ml


2. Berat jenis CH3COOH yang diperoleh yaitu 1.0408 gram/ml
3. Berat jenis CHCl3 yang diperoleh yaitu 1.456 gram/ ml
4. CH3COOH akan bercampur dengan H2O dan CHCl3 karena sifatnya yang
semipolar.
5. CHCl3 tidak akan bercampur dengan H2O karena sifat CHCl3 non polar
sedangkan sifat H2O polar
6. Semakin banyak volume CH3COOH yang bercampur dengan air maka
semakin banyak pula volume CHCl3 yang di perlukan agar terbentuk 2
lapisan.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 9
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Samarinda :


Politeknik Negeri Samarinda

Mustafa.2005. Modul Ajar Kimia Fisika. Samarinda : Politeknik Negeri


Samarinda

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 10
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

LAMPIRAN

Perhitungan :

 Perhitungan massa :

Massa H2O =  H2O x v H2O


= 0,9852 x 10 ml
= 9,852 gram

Massa CH3COOH = CH3COOH x v CH3COOH


= 1,0408 x 1 ml
= 1,0408 gram

Massa CHCl3 = CHCl3 x v CHCl3


= 1,456 x 2,2 ml
= 3,2032 gram

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 11
Kelarutan Zat ( Diagram Terner )

Gambar Alat :

Neraca digital Pipet ukur dan pipet volum

Bulp Gelas Kimia

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK KIMIA 12

Anda mungkin juga menyukai