KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Bayi yang Baru Lahir dari Rahim Ibu melalui proses persalinan , baik
pervaginam maupun melalui pembedahan (SC) diberi kesempatan
untuk memulai menyusu sendiri dengan cara merangkak mencari
payudara (The Breast Crawl) dan memberikan kontak kulit antara ibu
dan bayi dalam 1 jam setelah lahir.
TUJUAN Mempertahankan kondisi Bayi Baru Lahir dalam keadaan sehat
optimal memperkenalkan Bonding Attachment dengan ibu sesegera
mungkin mencegah hipotermi.
KEBIJAKAN Pada Bayi Lahir Pervaginam dalam 1 jam setelah Lahir, pada Bayi
Lahir SC paling lambat 4 jam setelah Lahir atau segera setelah Ibu
Pulih dilakukan pada Bayi Baru Lahir yang normal dan segera
menangis/bernapas, dan ibu dalam keadaan sadar tersedianya sarana
dan prasarana penanganan untuk Bayi Baru Lahir tersedianya Tenaga
Medis dan Paramedik.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
a. Gaun dan Sarung Tangan Steril untuk Dokter dan Perawat
b. Alat Penghisap Lendir (Syringe Bulb atau Suction
c. 1 Helai Kain Kering, Hangat dan Bersih
d. Set Umbilikal yang bersih : 1 Gunting Pemotongan tali pusat, 1
buah Kom Kecil berisi Betadin 10%, 3 Helai Kasa Steril, Klem
Umbilikal
e. Tanda Pengenal untuk Bayi dan Ibu
f. Suntikan Vitamin K1
B. IMB Secara Umum
a. Dianjurkan suami atau satu orang keluarga terdekat
medampingi ibu saat persalinan
b. Segera setelah Bayi Lahir, Catat Waktu Lahir
c. Bayi segera diletakan diperut bagian bawah ibu yang sudah
dialasi kain kering dan nilai usaha napas serta pergerakan bayi,
apakah diperlukan Resusitasi atau tidak.
d. Keringkan secepatnya seluruh tubuh bayi termasuk kepala,
kecuali cairan yang dikeluarkan oleh payudara ibu ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting ibu.
Vernix (Lemak Putih sebaiknya dibiarkan karenaakan
mencegah kehilangan panas dari bayi.
e. Kain yang basah diganti yang kering sambil menunggu 2 menit
sampai tali pusat diklem (pada persalinan SC tali pusat dapat
langsung di klem). Pemotong tali pusat dapat di tunda sampai 2
menit agar Nutrilent dn oksigen yang mengalir dari placenta
ibu ke bayi lebih optimal. Tali pusat dipotong lalu diikat.
f. Tanpa pakaian, bayi langsung di tengkurapkan didada ibu,
kepala bayi berada di antara buah dada ibu tetapi lebih rendah
dari putting susu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel di
dada ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi
diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
kepalanya.
g. Bayi dibiarkan merangkak dan mencari putting susu ibu. Ibu
dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke putting susu.
h. Biarkan bayi dipisahkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit
ibunya paling sedikit selama 1 jam, walaupun ia telah berhasil
menyusu pertama sebelum 1 jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai behasil menyusu
pertama.
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk menimbang berat badan,
mengukur panjang badan, dan lingkar kepala dan dicap setelah
1 jam atau menyusu awal selesai.
j. Beri identitas pada bayi dan berikan suntikan Vitamin K1 1 mg,
(im).
k. Bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar
perawatan atau pemulihan, dilanjutkan dengan rawat gabung.
l. Bayi tidak boleh dimandikan dalam 6 jam pertama kehidupan.
m. Tidak boleh memberikan minuman prelaktal.
C. IMD Pada Sectio Sesar
a. Diusahakan suhu ruangan operasi 20-50C
b. Jika dilakukan Anastesi Spinal atau Epidural dan ibu dalam
keadaan sadar setelah dikeringkan seperti pada tatalaksana
IMD secara umum, bayi segera diposisikan di dada ibu dapat
terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi
atas bantuan tenaga kesehatan. Jika inisiasi dini belum terjadi
di kamar operasi maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika
dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu
dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pemulihan
dilanjutkan dengan rawat gabung.
c. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi di
berikan pada bayi diberikan pada ibu dikesempatan pertama.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin dan Kamar OK
2. Ruangan Perawatan (Rawat Gabung)
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Bayi Baru Lahir tidak dapat bernapas secara spontan teratur, dan
adekuat pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
TUJUAN Melakukan Resusitasi Mencegah terjadinya kerusakan otak yang
menetap.
KEBIJAKAN Bayi Baru Lahir Asfiksia diberikan Resusitasi dan perawatan rutin
pasca Resusitasi. Terjadinya sarana dan prasarana penanganan untuk
Bayi Baru Lahir.
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
a. Gaun dan Sarung Tangan Steril untuk Dokter da Perawat
b. Alat Penghisap Lender (Syringe Bulb atau Suction)
c. Infant Radiant Warmer
d. 2 Helai Kain Kering, Hangat dan Bersih
e. Alat Observasi, berupa : Stetoskop khusus Neonatus, Jam
Tangan dengan detik dan thermometer.
f. Alat Resusitasi : Balon atau Neofupp dan Sungkup untuk bayi
cukup bulan dan kurang bulan, laringoskop, pipa Endotrakeal
sesuai Taksiran Berat Janin, Stilet, Selang Oksigen.
g. Set Umbilikal yang bersih : 1 Gunting Pemotong Tali Pusat, 1
Buah Kom Kecil berisi Betadin 10%, 3 Helai Kassa Steril,
Klem/Tali Imbilikal dan Kateter Umbilikal.
h. Pipa Nasogastrik No. 3,5 dan 5
i. Tanda Pengenal untuk bayi dan ibu
j. Suntikan Vitamin K1
Langkah-langkah :
1. Setelah Bayi Lahir dan Pemotongan Tali Pusat, Bayi di
letakkan di bawah Radiant Warmer.
2. Bayi dikeringkan dengan Sehelai Kain Hangat, kemudian
Kain Basah disingkirikan dan diganti Kain Hangat yang
baru.
3. Posisi Leher sedikit Tengadah (Ekstensi), dilakukan
Penghisap Lender dimulai dari Mulut kemudian Hidung,
bila bayi masih belum menangis diberikan rangsangan
taktil (menepuk atau menyentil telapak kaki, menggosok
punggung, perut, dada, atau alat gerak bayi). Kemudian
perbaiki posisi kepala bayi. Langkah tersebut
membutuhkan waktu 30 detik.
4. Lakukan penilaian pernapasan, denyut jantung dan warna
kulit, bila bayi apneu atau denyut jantung < 100/diberikan
ventilasi tekan Positif (VTP) menggunakan neopuff a/balon
dan sungkup dengan oksigen 100% selama 30 detik,
kecepatan 20-30 kali/dalam detik (dengan irama pompa-
lepas lepas : dua-tiga-pompa). Lakukan penilaian ulang
pernapasan, denyut jantung dan warna kulit. VTP
dihentikan bila bayi bernapas spontan atau denyut jantung
> 100/menit. Selanjutnya dapat diberikan oksigen bebas
bila perlu.
5. Melakukan penilaian Apgar usia 1 menit dan 5 menit
6. Bila bayi masih Apneu atau denyut jantung < 60 x/menit,
amati pernapasan dan warna kulit. Bila keduanya baik
hentikan VTP perlahan-lahan. Tetapi bila pernapasan belum
naik maka VTP dilanjutkan. Bila denyut jantung <
60x/menit, tetapi berikan VTP dan dilakukan kompresi
dada dengan perhitungan 1 siklus 3 kali kompresi dada
dengan perhitungan 1 siklus 3 kali kompresi dada dan 1
kali VTP. Setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
pernapasan, denyut dan warna kulit. Kompresi dada
dihentikan, bila denyut jantung > 60/menit. VTP dihentikan
bila bayi bernapasan spontan atau denyut jantung >
100/menit.
7. Bila bayi masih Apnu atau denyut jantung tetap < 60/menit,
diberikan Adrenalin 1 : 10.000 sebanyak 0,1-0,3 ml/kgBb,
diberikan (IV) atau melalui pipa endotrakeal. Lakukan
pernapasan pipa endotrakeal selanjutnya diikuti
pemasangan pipa Orogastrik .
8. Bila bayi terlihat pucat berikan larutan NaCl 0,9 % 10
ml/kgBb melalui kateter vena Imbilikalis. Bila dicurigai
Asodosis Metabolic, diberikan larutan NaBic 2 mEq/kg,
melalui kateter vena Umbilikalis. Kompresi dada
dihentikan bila terdapat pernapasan spontan atau denyut
jantung > 100 menit.
9. Memberikan indentitas pada bayi dan memberikan suntikan
Vitamin K1 1 mg (im).
10. Menimbang berar badan, mengukur pajang badan dan
lingkar kepala.
11. Bayi di Observasi dan di rawat di ruang Perinatologi.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin/Kamar OK
2. Ruangan Perawatan (Rawat Gabung)
3. Ruangan Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram)
TUJUAN Mempertahakan suhu dengan ketat, BBLR mudah mengetahui
hiportermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat, mencegah Infeksi dengan ketat, BBLR sangat rentan akan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi, Pengawasan Nutrisi/ASI,
Refleksi menelan BBLR sebelum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan ketat.
KEBIJAKAN Semua Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan < 2500 gram
PROSEDUR Lihat Bagan Penangan Bayi Berat Lahir Rendah
UNIT TERKAIT 1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Suatu cara perawatan Bayi Baru Lahir yang ditempatkan dalam suatu
ruangan bersama ibunya selama 24 jam penuh perharinya, sehingga
bayi mudah dijangkau oleh ibunya.
TUJUAN 1. Bayi dapat segera memperoleh kolostrum
2. Hubungan antara bayi dan ibu lebih erat, sehingga perangsangan
ASI menjadi optimal.
3. Ibu dan ayah si bayi diberi kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman cara merawat bayinya segera setelah melahirkan.
4. Memacu (memberikan rangsangan) secara dini pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
INDIKASI
a. Bayi mempunyai Apgar Scor 9/10
b. Suhu Normal (36,5C-37,5C)
c. Pernapasan, Reflex Menelan, dan Reflex Isap baik
d. Ibu bayi kooperatif, sehat fisik dan normal
KEBIJAKAN Tersedianya sarana dan prasarana Rawat Gabung
Tersedianya Tenaga Medis dan Paramedic
PROSEDUR 1. Dokter jaga mengisi rekam medic sesuai dengan kondisi bayi
2. Perawatan ruangan mengkonfirmasi tentang keadaan umum bayi
untuk rawat gabung dan mencoba reflex menelan bayi.
3. Memberikan penyuluh tentang pentingnya ASI (Colostrums)
4. Memberikan penyuluhan perawatan bayi tentang cara memandikan
bayi, perawatan tali pusat dan cara memberikan BAB dan BAK
5. Memberitahukan kepada ibu bilamana mendapatkan bayi muntah
tiba-tiba atau sianosis segera lapor kepada dokter ruangan atau
perawat jaga.
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Membersihkan tangan dengan cairan antiseptic dengan air bersih yang
mengalir.
TUJUAN Mencegah Infeksi silang di Rumah Sakit
KEBIJAKAN Tersedinya saran dan Prasarana yang memadai
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Larutan A (Hibiscrab 4% dilarutkan dengan Aquades 1:1
2. Larutan B (Alcohol + Gliserol) atau Klorheksidin
3. Air Bersih yang mengalir
4. Lap Tangan
B. Langkah-langka
1. Lepaskan jam tangan dan cairan
2. Ambil Larutan A, lakukan 7 langkah mencuci tangan
a. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
b. Gosokkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan
kiri dan sebaliknya.
c. Gosokkan telapak dengan telapak dan jari saling terkait
d. Letakan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
e. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan
sabaliknya.
f. Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan kiri pada
telapak tangan dan sebaliknya.
g. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan
kanan dan gerakkan memutar dan sebaliknya
3. Bilas dengan air mengalir
4. Keringkan tangan dengan lap
UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi
2. Ruang Perawatan Anak
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus protozoa atau jamur
TUJUAN A. Tujuan Umum
a. Mempertahankan oksigenasi yang adekuat (PaO2
dipertahankan antara 50-80 mmHg)
B. Tujuan Khusus
a. Memberikan dukungan oksigenasi pada bayi
b. Mencegah timbul hiportensi dengan menjaga suhu bayi
dipertahankan normal.
c. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi untuk melaksanakan
proses metabolism.
d. Mempertahankan sirkulasi darah dengan mempertahankan
hemodinamik tubuh yang adekuat.
e. Memberikan antibiotic untuk membunuh dan mencegah
berkembang biaknya mikroorganisme bakteri.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medik
PROSEDUR 1. Mencegah terjadinya Hipotermi
a. Merawat bayi prematur dalam incubator
b. Menyisihkan.menggantikan kain basah yang melekat pada bayi
c. Mengobservasi suhu tubuh pasien
2. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi untuk melakukan proses
metabolisme.
a. Hari 1 : Glukosa 10 % 60-80 ml/kgbb/24 Jam pada bayi sangat
premature 60-90 ml/kgbb/24 Jam.
b. Hari 2 : diberikan larutan N5 yang terdiri dari 100 cc Dextrosa
10% dan 20 cc Nacl 0,9% dengan kadar Na2-3 meq/kgbb/hr.
KCL 7,4 % 2 meq/kgbb dan Kalsium 100-200 mg/kgbb/hr.
c. Hari 3 selanjutnya : Kebutuhan cairan disesuaikan dengan
umur dan berat badan dan kadar elektrolit Na dalam dalam.
3. Mempertahankan Oksigenisasi pada bayi dengan menggunakan
Oksigen Nasal Kanul, Bubble CPAP.
1. CPAP Indikasi : Bayi dengan distrees pernapasan ringan PC02
< 60 mmHg dan F1 2 < 0,5.
Langkah-langkah
a. Pemberian CPAP dengan Nasalprong atau
Nasofaringeal
b. Pemberian CPAP menggunakan Bibble CPAP atau
Continuous Flow Ventilator dimulai dengan tekanan 5-7
cm H2 5-10 Lt/menit.
c. Tekanan dapat ditingkatkan 1-2 cm H20 sampai
maksimal 10 cm H2O.
d. Pemasangan pipa Nasogastrik untuk dekompresi udara
yang tertelan.
e. Observasi frekuensi upaya pernapasan , dan saturasi
oksigen.
4. Mempertahankan sirkulasi darah dengan mempertahankan
Hemidinamik tubuh yang adekuat.
a. Monitoring denyet jantung dan perfusi perifer
b. Untuk mempertahankan perfusi dapat diberikan darah (bila
PCV < 40%), Volume Ekspender dan obat-obatan.
c. Dopamine : Dosis awal 10 g/kgbb/menit
d. Dobutamin : Dosis awal 10 g/kgbb/menit
5. Memberikan Antibiotic untuk membunuh dan mencegah
berkembiaknya mikroorganisme bakteri.
a. Terapi Awal : Kombinasi Ampicilin 100 mg/kgbb/hr dan
Aminoglikosida 5 mg/kgbb/hr, Dosis dibagi berdasarkan berat
badan lahir dan usia gestasi.
b. Terapi lanjut sesuai dengan pemeriksaan kultur dan uji
sentivitas
c. Hentikan bila tidak terbukti terjadi infeksi bakteri
UNIT TERKAIT Ruangan Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Bayi yang baru lahir dari rumah rahim ibu melalui proses persalinan
baik pervaginam maupun melalui perbedahan (SC)
TUJUAN A. Tujuan Umum
a. Mempertahankan kondisi bayi dalam keadaan baik, aman, dan
sehat serta terhindar dari morbiditas dan mortalitas.
B. Tujuan Khusus
a. Membantu melancarkan jalan napas, mencegah terjadinya
aspirasi.
b. Mempertahankan suhu tubuh bayi dalam keadaan stabil
c. Mencegah terjadinya infeksi tali pusat
d. Menjaga keamanan identitas bayi
e. Memperkenalkan Bonding Attachment dengan orang tua
sesegera mungkin.
f. Mengidentifikasi kelainan yang timbul
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
a. Baju khusus dan sarung tangan steril untukl perawat
b. Alat penghisap lender
c. Penghangat
d. 2 Helai kain kering dan bersih
e. Alat observasi : stetoskop khusus neonates, jam tangan detik
dan thermometer
f. Umbulikal Set yang bersih : 2 buah klem, 1 gunting pemotong
tali pusat, 1 buah kom kecil berisi betadin 100%, 3 Helai kasa
steril dan Umbulikal klem.
g. Tanda pengenal bayi dan ibu
h. Obat tetes.salep mata antibiotic
i. Vitamin K1 mg
j. Spoit 1 cc
2. Pelaksanaan
a. Menilai KU bayi saat lahir
b. Melakukan IMD bila bayi tidak memerlukan resusitasi (lihat
SOP IMD)
c. Melakukan resusitasi bila diperlukan (Lihat SOP Penanganan
Bayi Lahir Asfiksia.
d. Melakukan penilaian Apgar Scor
e. Menimbang Berat Badan, mengukur panjang badan, dan
lingkar kepala.
f. Memberikan obat tetes/salep mata dan Vitamin K1 1 mg (im)
g. Memberikan identitas pada bayi dan ibu
UNIT TERKAIT 1. Ruangan Perinatologi
2. OK
3. VK
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok
dan topi) yang diletakkan secara tegak dikulit dada ibu antara kedua
payudara. Prinsip dasar PMK adalah kontak kulit ke kulit.
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi terutama pada BBLR
2. Sebagai tatalaksana hipotermi ringan-sedang pada bayi tanpa
kelainan system lainnya.
3. Mempromosikan pemberian ASI eksklusif
4. Menurunkan pernapasan bakteri penyebab infeksi nosokomial
yang terdapat diruang rawat inap Neonatus
KEBIJAKAN 1. Tersedianya tenaga medis dan tenaga keperawatan yang terampil.
2. Tersedianya perlengkapan PMK yang diperlukan
PROSEDUR 1. PMK Internitten
a. Indikasi PMK Intermitten
1. Berat Lahir < 1800 gr
2. Telah stabil KU 3 hari berturut-turut
3. Bayi masih mendapatkan cairan dan obat IV, oksigen kanul
nasal, minum per OGT.
4. Bising Usus positif, tidak kembung, tidak muntah
b. Cara Perawatan PMK Intermitten
1. Dilakukan minimal 1-2 kali/hari
2. Lama perlekatan kulit paling sedikit 1 jam 30 menit
c. Posisi
1. Posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel
ke dada ibu. Sebagai patokan adalah Xhypoid bayi bertemu
dengan Xhypoid ibu. Dada leher dan kepala bayi
menempati bidang sternum ibu.
2. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan
sedikit tengadah (ekstensi). Jangan menunduk ke depan
atau sangat tengadah. Pastikan jalan napas terbuka.
3. Pangkal paha dan lutut harus fleksi seperti kodok, lengan
dalam posisi fleksi (posisi fetus).
4. Posisi ini harus dipertahankan dengan menggunakan kain
khusus. Tepi selendang bagian tengah bawah meliputi
bokong bayi sehingga bayi seperti duduk di atas
gendongan, ujungnya dibawah ke bagian belakang ibu dan
diikat kencang kemudian dibawah kembali ke depan dan
diikat simpul dibawah bokong bayi. Tepi selendang bagian
tengah atas ditempatkan disisi bawah telinga bayi,
menyusuri, pipi, sedikit diatas rahang bawah, sehingga
dagu akan sedikit tengadah dan ajalan napas terbuka.
Bagian ujungnya di bawah ke punggung menyusuri puncak
ketiak ibu, menyilang dan ditempatkan di bahu ibu
kemudian dipertemukan dengan ujung kain bagian bawah
dan simpul masing-masing di sisi kanan dan kiri bayi.
5. Waktu dilakukan adalah di waktu siang hari (antar jam
09.00-15.00).
6. Dilakukan sebelah Inkubator
7. Awasi, observasi tanda vital, dilakukan tiap 3-4 jam atau
setiap pemberian minum.
2. PMK Kontiyu
a. Indikasi PMK Kontiyu
1. BBLR/Premature yang telah stabil KUnya dan tumbuh
2. Tidak ada penyakit akut
3. Menetek baik/dapat minum sesuai kebutuhan
4. Sudah tidak menggunakan alat penunjang (O2, Antibiotik,
Medikasi lainnya.
b. Cara Perawat Kontiyu
1. Harus dilakukan secepatnya setelah bayi sehat, stabil dan
tidak menggunakan terapi O2, yang terpenting ibu harus
melakukan posisi PMK selama 24 jam terus menerus.
2. Bayi harus diletakkan pada dada ibu sesuai posisi PMK
dengan hanya menggunakan popok dan topi.
3. Perletakan antara dada ibu dan kepala bayi harus
dipertahankan dengan menggunakan kain khusus dengan
yang meliputi badan sampai kepala bayi setinggi sehingga
kedua tangan ibu bebas dan jalan napas bayi terjamin tetap
terbuka.
4. Posisi PMK hanya boleh di berhentikan sementara saat ibu
pergi ke kamar mandi.
5. Meskinpun mendapat susu formula tetap dalam posisi PMK
6. Lembar kemajuan harus diisi setiap hari oleh perawat.
7. Kapasitas maksimun PMK Kontiyu
a. 6 Ibu + 6 Bayi
b. Rasio Perawat : Pasien = 1:6
(diperlukan total perawat 4 Orang).
3. Tatalaksana Bayi selama perawatan
a. Obat-obatan
1. Semua Bayi Premature mendapatkan obat sebagai berikut :
a. Multivitamin pada hari ke 5 setelah asupan Enteral
Feeding Penuh (100 ml) dengan dosis Peroral 1x03 ml.
b. Vitamin E pada bayi BL < 1,7 kg, pada hari ke 7 dan
dosis peroral 15,6 IU/hari.
c. Ferrous Glukosa 300 mg/5 ml dimulai pada hari ke 21
bila telah minum peroral, untuk bayi < 2,5 kg dengan
dosis 0,3 ml/hari peroral.
d. Bila terdapat tanda Osteopeni Of Prematury diberikan
kalium Fostat dengan dosis 3 mmol/kg/hari (dibagi
menjadi 3 dosis. Bila ada biaya diberikan Human Milk
Fortifer (penguat air susu ibu) dengan cara
mencampurkan yang telah dilatih sebelumnya oleh
tenaga kesehatan.
e. Bila ada riwayat Apnea Of Prematury Aminophilin di
berikan dengan dosis yang disesuaikan sampaikan usia
koreksi 34-37 minggu.
2. Tindakan yang diberikan bila terdapat komplikasi
1. Bila bayi tampak sakit maka perawat harus memanggil
dokter (PPDS) yang bertugas untuk memeriksakan
keadaan bayi. Dokter harus memutuskan apakah bayi
dapat dirawat diruangan PMK dengan pemantauan
khusus atau merawatnya kembali di kamar bayi.
2. Dokter yang bertugas harus memeriksa bayi di Ruang
PMK setiap hari.
a) Asupan Makanan :
1) Semua ibu dianjurkan memberikan ASI
(menyusui, per OGT atau dengan gelas).
2) Bayi yang mendapatkan minuman perOGT
dapat diberikan oleh ibu setelah diajarkan oleh
perawat/dokter, caranya : jumlah susu yang
diberikan sesuai dengan petunjuk dokter yang
bertugas.
3) Bayi yang mendapatkan minum per OGT tetap
dirangsang untuk mengisap payudara ibu.
4) Bila tolenransi dengan OGT baik dan telah full
feeds selanjutnya pemberian minum dapat
dengan menggunakan gelas bila telah ada reflex
menelan OGT bisa dilepas.
5) Pemberian minum dengan gelas di hentikan bila
telah terdapat koordinasi yang baik antara reflex
menelan dan memerah dan bayi langsung
menyusu dari ibunya.
6) Pemberian minum setiap 2 jam atau 3 jam sekali
ditentukan oleh dokter yang bertugas.
7) Bila bayi mendapatkan susu formula maka
perawat, dokter harus menganjurkan pemberian
susu dengan menggunakan gelas atau sendok.
Petugas kesehatan harus menjelaskan bahayanya
menggunakan botol (aspirasi, infeksi) cara
mencampur susu formula dan kebersihan alat-
alat minum.
4. Bayi dipulangkan
a. Indikasi Bayi Pulang :
1. Berat Badan > 1800 gr yang dipulangkan dari Ruang PMK
tidak semata-mata hanya berdasarkan BB saja tetapi juga
berdasarkan keadaan umum bayi dan predischarge score 17.
2. Ada dukungan dari keluarga untuk menjalankan PMK di
rumah.
3. Dalam observasi tanda vital stabil dan berat badan naik 20
g/hari, minimal 3 hari berturut-turut.
4. Ibu sudah mampu dan percaya diri dalam melakukan PMK
5. Ibu telah mampu member minum bayinya
6. Bila bayi terpaksa sebelum BB mencapai 1800 maka harus
didiskusikan terlebih dahulu.
a) Obat-obat saat pulang
1. Multi Vitamin di teruskan dan Vitamin E
dihentikan saat bayi dipulangkan.
2. Ferrous Glukosa diteruskan hingga bayi berusia 6
Bulan.
b) Pemantauan Pasca Rawat
1. Ibu diwajibkan melakukan pemantauan berkala
pasca rawat di Poli Anak RSUD Kab. Nunukan
dengan membawa Lembar Keterangan dari
Perinatologi.
2. Bila domisili ibu jauh dari Rumah Sakit di anjurkan
untuk melakukan pemantauan lebih lanjut di
fasilitas kesehatan terdekat dengan dibekali lembar
keterangan khusus.
UNIT TERKAIT Ruang Perinatologi
PROSEDUR TETAP
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Suatu tindakan mengukur tekanan darah pada anak secara auskultasi
TUJUAN Untuk mengetahui tekanan darah pada anak secara auskultasi
KEBIJAKAN 1. Tersedianya tenaga medis dan paramedis
2. Tersedianya sarana dan prasarana
PROSEDUR Alat ;
- Manset anak
- Stetoskop
- Sphygmomanometer
Langkah-langkah :
UNIT TERKAIT -
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
Kriteria Diagnosis
Demam
Infeksi tunggal pada anak non imun demam 2 12 jam tiap kali sporolasi dan akan
bertambah tiap 24-48 jam pada malria tropika, 48 jam pada tertian dan ovale, tiap 72
jam pada ovale
Infeksi ganda / kombinasi demam dapat terus menerus
Hepatomegali
Splenomegali
Anemia
Mengigil
Nyeri kepala
Nyeri hipokondrium kiri
Mual
Muntah
Mulut terasa pahit
Lemah
Ikterus
Kesadaran menurun
DiagnosaBanding
Demam typoid
Demam para typoid
Leukemia
Sepsis
Influenza
Bronchitis
Bronchopneumonia
Meningitis
Pemeriksaan penunjang
Rawat inap
Terapi
Medikamentosa
a. Untuk semua spesies plasmodium, kecuali P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin
- Klorouin sulfat oral, 25 mg/kg BB terbagi dalam 3 hari, yaitu 10 mg/kgbb pada hari
ke-1 dan 2, serta 5 mg/kgbb pada hari ke 3
- Kina dihidroklorida intravena 1 mg/kgbb dosis dalam 10 cc/kgbb larutan dekstrosa
5% atau larutan NaCl 0,9% diberikan perinfus dalam 4 jam, diulang tiap 8 jam
dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian
obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 hari
b. Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokiun
- Kuinin sulfat ortal 10 mg/kgbb/dosis; 3 kali sehari selama 7 hari. Dosis untuk bayi
adalah 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari
- Ditambah tertasiklin oral 5 mg/kgbb/kali, 4 kali sehari selama 7 hari ( maks 4 x 250
mg/hari)
c. Regimen alternative
- Kuinin sulfat oral
- Kuinin dihidroklorida intravena ditambah pirimetamin sulfadoksin (fansidar) oral
- Pada malaria biliosa maka dosis obat antimalaria diturunkan menjadi dosis dengan
jumlah hari pemberian menjadi 2x lebih panjang
<1
1 3
4 8 1
2
914
3
>14
d. Pencegahan relaps
Primakuin fosfat oral
- Malaria falciparum : 0,5 0,75 mg basa/kgbb, dosis tunggal pada hari pertama
pengobatan
- Malaria vivax, malaria dan oval : 0,25 mg/kgbb, dosis tunggal selama 5 -14 hari
Suportif
Pemberian cairan, nutrisi, transfuse darah
- Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan dengan pemberian oral
atau parenteral
- Pelihara keadaan nutrisi
- Tranfusi darah ack red cell 10 ml/kgbb atau whole blood 20 ml/kgnn apabila anemia
dengan Hb <7,1 g/dl
- Bila terjadi pendarahan, diberikan komponen darah yang sesuai
- Pengobatan gangguan asam basah dan elektrolik
- Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik , bila perlu pasang CVP
- Pertahankan oksigenasi jaringan, jika perlu berikan oksigen. Apabila terjadi gagal
napas perlu pemasangan ventilator mekanik ( bila mungkin )
- Pertahankan kadar gula darah normal
Antipiretik
- Diberikan apabila demam >39C, kecuali pada riwayat kejang demam dapat
diberikan lebih awal
- Bila kejang diberi diazepam
- Bila syok diberi terapi syok dengan RL dilanjutkan dengan dextran L 40%
dilanjutkan dengan NaCl/dektrose
Penyulit
Inform Consent
Perlu (tertulis)
Lama Perawatan
1 minggu
Masa Pemulihan
1 minggu
Output
Sembuh total
Kematian 30%
MENINGITIS BAKTERIAL
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding
Ensefalitis
Epilepsy yang sedang mengalami demam
GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau glikemia
Encepalofati hipertensi, hipoksia SSP
Meningitis serosa
Pemeriksaan Penunjang
Fungsi lumbal
Dl, KDL, elektrolit
Biakan cairan serebrospinal
Konsultasi
Terapi
1-3 bulan : ampisili 200-400 mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV, dan sefotaksim 200
mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV atau Seftriakson 100 mg/kgbb/hr setiap 12 jam IV
> 3 bulan : sefotaksim 200 mg/kgbb/hasi setiap 6-8 jam IV atau seftriakson 100
mg/kgbb/hari setiap 12 jam IV atau ampisilin 200 mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV plus
kloramfenikol 100 mg/kgbb/hari setiap 6 jam
Deksametason 0,6 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis untuk 2 hari pertama ( rekomendasi
amerika academy of pediatric) dosis awal diberikan sebelum atau pada saat pemberian
antibiotic.
Penyulit
Gagal nafas
Ventrikulitis
Hidrosefalus
CP (cerebral palsy)
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
Masa Pemulihan
Output
Kejang (5-8%)
Kriteria diagnosis
Diagnosa banding
Pemeriksaan Penunjang
DL
Foto thorax
Uji tuberculin
EKG
Uji kulit alergi dan imunologi
Perawatan RS
Terapi
Penyulit
Emfisema
Pneumotoraks
Atelektasis
Bronkioektasis
Gagal nafas
Gagal jantung
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
Masa pemulihan
80 % sembuh/menghilang
Penilaian derajat serangan asma
Kriteria Diagnosis
Edema umum
Proteinuria massif (40 mg/m2/jam atau +3s/d4) dapat disertai hematuri
Hipoproteinemia (hipoalbuminemia) <2,5 mg/dl
Hipercolesterolemia >250 mg/dl
LED meningkat
Diagnose banding
GNA/sindrom nefritik akut
Kwashiorkor
Pemeriksaan penunjang
DL,KDL, elektrolit
UL
Terapi
Tirah baring
Diet tinggi protein (3-5 gr/kgbb/hari), rendah garam (0,5-1 gr/hr)
Prednisone 2 mg/kgbb/hr (maksimum 80 mg/hr) dalam dosis terbagi selama 4 minggu,
dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (maks 60 mg/hr) dosis tunggal pagi selang sehari
selama 4-8 minggu (pakai BB koreksi)
Diuretic (furosemid 1-2 mg/kgbb (iv) atau 2-4 mg/kgbb/hari (oral) selama 8-12 minggu
Beri antibiotic ampicilin/amoksilin 50 mg/kgbb/hari selama 4-7 hari
Pemberian albumin/plasma, bila edema refrakter atau tanda re
Penyulit
Gagal ginjal akut
Infeksi sekunder
Renjatan hipovolemik
Kejang tetani karena hipokalsemia
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
2 4 minggu
Masa pemulihan
Beberapa minggu sampai beberapa bulan
Output
93% sembuh total, 7% relaps
HEPATITIS AKUT
Kriteria diagnosa
Gejala prodromal : anokreksia, mual, muntah, demam
Ikterus, tinja pucat, urin berwarna gelap
Hepatomegali, spelnomegali
Ada riwayat kontak dengan penderita hepatitis
Diagnose banding
Malaria
Demam typoid
Pemeriksaan penunjang
DL, UL
KDL, IGM antiHIV, Hbsag, IGM anti HBC
USG
Terapi
Tirah banding
Hindari pemberian obat-obatan yang bersifat hepatotoksik
Terapi simptomatik
Penyulit
Syok sepsis
Inform consent
Perlu (teertulis)
Lama perawatan
1 minggu
Lama pemulihan
Tergantung keadaan umum penderita\
Output
Sembuh total
GLOMERULUS NEFRITIS AKUT PASCA STRPTOKOSUS (GNAPS)
Kriteria Diagnosa
Edema, hematuri gross atau mikroskopis, hipertensi dan oligouria
Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1-3 minggu sebelumnya
Diagnose banding
Sindrom nefrotik
Pemeriksaan penunjang
UL
DL, KDL, ASTO, Elektrolit
Foto thorax bila perlu
Terapi
Tirah banding
Diet protein : 1-2 gr/kgbb/hr, rendah garam 0,5 1 gr/hr
Penicillin prokain 50.000 U/kgbb/hr maks 600.000 U, atau amoxilin 50 mg/kgbb/hr
selama 10 hari
Furosemid 1-2 mg/kgbb/hr (IV) dinaikkan bila ada oligouri/anuri, atau 2-4 mg/kgbb/hr
peroral
Hipertensi TD 135/100-110 mgHg, beri kaptopril 0,3 1 mg/kgbb/hr
Bila kejang beri diazepam 0,3 mg/kgbb
Encefalopati hipertensi atau kasus hipertensi berat >170/120 mmHg beri klonidin drip
atau nifedipin sublingual
Penyulit
Gagal ginjal akut
Edema paru akut
Encefalopati hipertensi
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
10-14 hari
Lama pemulihan
1 s/d 3 bulan
Output
Sembuh total
INFEKSI SALURAN KENCING
Kriteria Diagnostik
Demam, nyeri suprapublik, disuria, polakisuria, ngompol, inkontinensia urin nyeri ketok sudut
kostoverbal, fimosis, sinekia vilva, hipospadia, epispadia, epispadia, spina bifida
Pemeriksaan penunjang
UL
Biakan urin
USG, BNO IVP
Diagnosa banding
Volvovaginitis
Terapi
Antibiotic sesuai uji mikrologi
Antibiotic awal : kotrimoksazol selama 7-10 hari
Penyulit
Batu saluran kencing
Refluks vesikoureter
Gagal ginjal
Inform consent
Perlu
Lama perawatan
14-21 hari
Lama pemulihan
7-10 hari
Output
Sembuh total, relaps
HIPERTENSI
Kriteria diagnosis
Sakit kepala, mual, muntah, kejang, nyeri perut, gelisah, rasa berdebar-debar, perdarahan
hidung
Periksa tekanan darah pada ke-4 anggota gerak untuk mencari koartasio aorta
Kesadaran menurun sampai koma
Tekanan sitole dan diastole meningkat
Tanda-tanda encefalopati
Pemeriksaan penunjang
UL, DL, KDL
Foto thorax
USG atas indikasi
EKG atas indikasi
Terapi
Diit rendah garam dan retriksi cairan
Turunkan berat badan bila anak obesitas
Tek. Distolik 90-110 mgHg : furosemid + kaptopril
Tek. Diastol 120 mmHg atau encefalopati : nifedipin sublingual 0,1 mg/kgbb/kali
pemberian + furosemid 2 mg/kgbb IV atau oral, naikkan 0,1 mg/kgbb/kali setiap 30
menit (maks 10 mg/kali)
Tek. Diastole 90-110 mmHg, lanjut kaptopril + furosemid oral
Tek. Diastole 120 mmHg klonidin drip 0.002 mg/kgbb/ 8 jam + dextrose 5%
+furosemid, bila perlu tambah kaptopril
Penyulit
Encefalopati hipertensi
Gagal jantung
Gagal ginjal akut
Inform consent
Perlu
Lama perawatan
14-21 hari
Lama pemulihan
7-10 hari
Output
Sembuh sempurna
GASTROENTERITIS
Bab lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari satu minggu
Anamnesa :
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi tinja,
lendir dan atau darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun, rasa
haus, rewel, kapan kencing terakhir, suhu badan
Jumlah caairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa
Apakah ada yang menderita diare disekitarnya , darimana sumber air minum
Pemeriksaan fisik :
Harus diperhatikan tanda utama : kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen
Perhatikan juga tanda tambahan : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung, air mata ada
atau tidak ada, mukosa mulut dan bibir, lidah dan timbang berat badan
Pemeriksaan Penunjang
- FL, Elektrolit
- DL
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotic sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang, sebagai pilihan
(Kotrimoksazol, Amoksisilin,)
- Anti parasit; metronidazol
Terapi cairan :
Peroral :cairan rumah tangga, oralit
Parenteral : RL, asering, NaCl
Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan
Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering
Makanan rendah serat
Buah-buahan diberikan terutama pisang
KEJANG DEMAM
Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu >38,4c per rectal) tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut,
Terjadi pada anak usia > 1 bulan ( 6 bulan 4 tahun )
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
Anamnesa
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran , lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat
- Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
- Singkirkan penyebab kejang lainnya
Pemeriksaan fisis
- Kesadaran
- Suhu tubuh
- Tanda rangsangan meninggal
- Tanda peningkatan intracranial
- Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat
Pemeriksaan penunjang
- Dl, KDL, UL, FL
- Elektrolit
- Fungsi lumbal
Diagnose banding
- Meningitis
- Encephalitis
- Epilepsy yang sedang mengalami demam
- GED+demam+kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemia
Terapi
- Mempertahankan fungsi vital dengan memperhatikan ABCD
- Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgbb/hari tiap 4-6 jam, atau ibuprofen 5-10
mg/kgbb/hari tiap 4-6 jam
- Anti kejang, diazepam oral 0,3 mg/kgbb/dosis tiap 8 jam saat demam, atau perrectal
0,5/kgbb setiap 12 jam saat demam
- Perhatikan bagan penghentian kejang demam
Penyulit
- Status konvulsi
- Gagal napas
Inform consent
Perlu ( tertulis )
Lama perawatan
Selama keadaan umum masih jelek
Masa pemulihan
Beberapa hari
Output
Bila tidak ada penyulit sembuh total
DEMAM BERDARAH DENGUE / DSS
Definisi
Suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus flavirus
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
- Demam, terjadi mendadak terus menerus selama 2 7 hari
- Lesu, tidak mau makan, muntah
- Sakit kepala, nyeri otot, nyeri perut
- Manifestasi perdarahan torniquest test positif maupun spontan berupa peteci.
Ekomosis, purpura, epistaktis, perdarahan gusi, hematemesis, melena
- Pembesaran hati
- Syok ringan sampai berat, dengan cyanosis/asidosis
- Laboratorium ;
- Trombositopeni : < 100.000 /mm3
- Hemokonsentrasi, peningkatan Hb atau Ht > 20%
- Syarat : laboratorium terpenuhi + minimal 2 kriteria klinik
Diagnose banding
- Demam cikungunya
- Campak
- Rubella
- Sepsis
- Meningitis meningkok
- ITP
- Leukemia
- Anemia aplastik
Pemeriksaan penunjang
DL, uji serologis, foto rongent
Perawatan RS
Rawat inap
Terapi
1. Terapi DBD
- Istirahat
- Parasetamol/kompres
- Minum banyak
2. Terapi DSS
- Infuse RL 10-20 ml/kgbb secara bolus diberikan dalam 30 menit
- Apabila syok belum teratasi tetap diberikan Rl 20 ml /kgbb ditambah koloid 20-30
ml/kgbb/jam maksimal 1500 ml/hari
- Pemberian cairan diturunkan 10 ml/kgbb sampai 24 jam pasca syok
- Diturunkan lagi menjadi 7 ml/kgbb/jam selanjutnya 5 ml, dan 3 ml apabila tanda vital
baik
- Ukur balance cairan, jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi
membaik
- Oksigen 2-4 1/menit
- Transfuse darah segar 10 ml/kgbb/jam jika diduga telah terjadi perdarahan baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan
- Profilaksis dengan antibiotic
- Digitalis bila diperlukan
- Diuretic bila diperlukan
- Diazepam bila disertai kejang
Penyulit
- Syok berulang
- Perdarahan berulang
- Kelemahan jantung
- Encefalopati
- Infeksi oleh kuman lain
- Syok irreversible
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
1 minggu
Lama pemulihan
1 minggu
Output
Sembuh total
Kematian 5%
PNEUMONI
Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial
Kriteria diagnosa
1. Broncopneumoni
- Panas, batuk, sesak nafas, takipneu, takikardi
- Retraksi interkostal
- Ronchi basah, sedang, nyaring
- Pada foto thorax tampak bercak berawan dengan batas tidak tegas
2. Pneumoni lobaris
- Anak lebih sukar tidur pada sisi yang terkena
- Pergerakan thorax yang terkena berkurang
- Pada perkusi redup
- Fremitus meningkat
- Suara pernapasan subbronchial sampai bronchial
- Ronchi basah, halus, krepitasi
- Pada foto thorax tampak perselubungan homogen dengan batas sesuai lobus paru
Diagnose banding
- Bronkchiolitis
- Aspirasi benda asing
- Empiema
- Abses paru
- Gagal jantung
- Meningitis
Pemeriksaan penunjang
DL, foto thorax, tes mantouks
Perawatan RS
Rawat inap kalo berat
Terapi
- Tirah banding, posisi setengah duduk jika sesak sekali
- Oksigen
- Puasa sementara
- Pasang IVFD
- Antibiotic, disesuaikan dengan kelompok umur
Penyulit
- Empisema
- Meningitis, perikarditis
Inform consent
Perlu ( tertulis )
Lama perawatan
7 14 hari ( kadang-kadang lebih dari 3 minggu )
Lama pemulihan
2 3 minggu
DEMAM TIFOID
Kriteria diagnosa
- Demam lebih dari 7 hari
- Bibir kering dan pecah-pecah
- Lidah tertutup selaput kotor, ujung dan tepinya kemerahan, tremor
- Abdomen kembung diserati dengan pembesaran hati dan limpa dengan nyeri tekan
- Gangguan kesadaran, apatis-samnolen,mkadang-kadang bingung/mengigau
- Relative bradikardi, limfositosis relative
- Tes lab; salmonella titer O > 1/160 atau kenaikan 4 x liter fase akut ke fase
konvalesens
Diagnose banding
- Influenza
- Gastroenteritis
- Bronkcitis
- Broknopneumoni
- Malaria
- Faringitis
- Anemia
- Sepsis
Pemeriksaan penunjang
- DL
- Serologi widal
- Foto thorax
- Foto abdomen
Terapi
1. Antibiotik
- Kloramfenikol 50-100 mg/kgbb/hari atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
- Amoksilin 100 mg/kgbb/hari selama 10 hr
- Seftriakson 80 mg/kgbb/hari sekali sehari selama 5 hr
- Pada kasus berat dengan gangguan kesedaran bisa diberikan kortikosteroid,
deksametason 1-3 mg/kgbb/hari (iv), dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik
- Antiseptik, apabila demam > 39C
2. Suportif
Vitamin B Kompleks dan vitamin C
- Dietik
Tinggi kalori dan protein, makanan lunak, mudah dicerna
Penyulit
- Pendarahan usus
- Perforasi usus
- Ensefalitis/encepalofati
- Meningitis
- Syok
Inform consent
Perlu (tertulis)
Lama perawatan
1-3 Minggu
Lama pemulihan
2 Minggu
Out put
Sembuh total
Kematian
SPO SMF BEDAH
(BEDAH, THT, MATA)
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Kerusakan Jaringan Yang Disebabkan Oleh Cairan Panas, Api, Uap,
Zat Kimia, Listrik, Radiasi Matahari, Dan Gesekan Atau Friksi
TUJUAN Untuk memperbaiki keadaan umum pasien mencegah ke stadium yang
lebih berat.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR A. Tindakan Segera untuk Life Saving
1. Pertahankan Air Way
- Kecurigaan adanya trauma inhalasi
- Luka bakar wajah
- Terbakarnya alis dan rambut
- Orofaring : defoeit korban dan tanda-tanda inflamasi
- Sputum berkarbon
- Riwayat gangguan kesadaran atau terkurung dalam suatu
tempat yang terbakar.
- Ledakan dan luka bakar pada kepala dan dada
2. Hentikan Proses Terbakar
- Buka semua baju dan perhiasan
- Bersihkan serbuk-serbuk kimia, cegah kontak dengan kulit
kemudian cuci dengan air.
- Cegah Hipotermi
3. Pemberian Cairan Infus
- Indikasi : Luka Bakar Berat (Grade II-III 20%)
- Cairan RL
- Tempat IV Line : Vena Perifer, Ekstremitas atas/bawah
pada daerah jyang tidak mengalami luka bakar, apabila
tidak dapat juga, dipasang pada daerah yang terbakar.
- Jarum Abocat diusahakan nomor besar (18 : 16)
B. Penilaian Penderita
1. Anamnesa
Mekanisme Trauma, Waktu Kejadian Terbakar (untuk
memperhitungkan Kebutuhan Cairan), Riwayat Penyakit Lain.
2. Tentukan Derajat dan Luas Luka bakar
a. Stabilisasi
Pertahankan Jalan Napas (udem laring biasanya terjadi > 24
jam), klo perlu Intubasi.
b. Breathing Support
Berikan O2 Konsentrasi Tinggi
c. Circulation Support
- Monitor TD dan Nadi
- PAsang DC
- Pasang IV Line. Perkiraan Kebutuhan Cairan
- Kebutuhan Cairan dihitung mulai terjadinya luka bakar
- Menurut Evans
d. Luas LB x BB (kg) = ml NaCl/24 Jam
e. Luas LB x BB (kg) = ml Plasma/24 Jam
f. Pengganti Penguapan 2000 cc D5% 1+2+3= Kebutuhan
Total.
- 8 Jam Pertama dari kebutuhan Total (dihitung dari
mulai terbakar.
- 16 Jam berikutnya dari kebutuhan Total
- Hari ke-2 diberikan dari kebutuhan Total
- Hari ke-3 diberikan dari kebutuhan hari ke-2
- Puasa sementara sampai peristaltic usus membaik
Rawat Luka :
a. Cuci luka dengan NaCl dingin
b. Jangan memecahkan bulla
c. Neorotomi/Eskarotomi
d. Balut luka dengan Linen bersih
- Berikan Imunisasi ATS/TT atas Indikasi
a. Berikan Antibiotik Lokal
b. Berikan Antibiotik Sistemik (Golongan
Aminoglikosida).
c. Berikan Antasida
d. Berikan Analgetik (jika perlu narkotik : Petidin 1
mg/kgbb.
1) Pemeriksaan Penunjang : DL, UL, Thorak Foto
- Rujukan ke bagian bedah setelah keadaan
Gawat Darurat teratasi untuk perawatan
lebih lanjut.
C. Indikasi Rawat pada Luka Bakar :
a. Penderita Syok/Terancam Syok
- Anak : Luasnya Luka >10%
- Dewasa : Luasnya Luka >15%
b. Letak Luka memungkinkan penderita terancam cacat
berat
- Wajah dan Mata
- Tangan atau Tungkai
- Perineum
c. Terancam Udem Laring
- Terhirup asap udara hangat
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. ICU
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PROSEDUR TETAP
BAGIAN MATA
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Suatu benda asing ( korpus alienum yang terdapat / masuk kedalam
lubang /rongga hidung
TUJUAN Melakukan pengambilan korus alienum dalam rongga hidung
KEBIJAKAN Benda asing di dalam rongga hidung harus dikeluarkan
PROSEDUR A. Personalia : Dokter, perawat
B. Persiapan:
- Alat : Tang tampon bengkak, lampu kepala, pompa hisap,
hak/alat pengait berbagai ukuran, tang buaya, speculum
hidung.
- Bahan: Larutan adrenalin 1:1000, spay xilocain, tampon kapas
C. Cara kerja:
Penderita duduk didepan pemeriksa, kemudian dilakukan
pemeriksaan pada daerah hidung, diidentifikasi benda
asing yang ada, kemudian diambil dengan alat pengait
yang sesuai atau dengan tang buaya.
Kemudian diatasi perdarahan yang terjadi dengan kapas
tamonyang dibasahi adrenalin encer
Pada anak anak , posisi dipangku dengan kepala difiksasi
oleh seorang asisten, setelah tenang baru dilakukan
tindakan. Bila tidak berhasil dilanjutkan dengan
menggunakan snestesi umum di kamar operasi
UNIT TERKAIT 1. Insatlasi rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Perdarahan dari hidung yang dapat terjasi akibat sebab local maupun
umum
TUJUAN Mengatasi perdarahan dari hidung.
KEBIJAKAN Perdarahan hidung anterior/ posterior harus ditampon.
PROSEDUR A. Personalia: Dokter,perawat
B. Persiapan :
- Alat : tampon hidung,tang tampon,lampu kepala, spatel lidah
- Bahan: tampon hidung, larutan adrenalin 1:1000, sprey
xilocain,albotil atau triklor asam asetat 10 % salep antibiotic,
betadine,tampon bellock,kapas,plaster,kain kasa.
C. Cara kerja
Penderita duduk didepan pemeriksa, kemudian dilakukan
tampon kapas aderenalin kedalam hidung ditunggu 5 menit,
kemudian diangkat diperhatikan rongga hidung,dicari
sumber perdarahan, bila dari aterior,dengan cara
memasukkan tampon padat betadin yang tela diolesi salep
antibiotik.
Bila perdarahan dari posterior ringga hidung, dilakukan
pemasangan tampon bellock, dengan cara memasukkan
kateter kaert ke salah satu lubang hidung keluar dari rongga
mulut, kemudian lubang kateter diikat dengan kedua ujung
dari tampon bellock, kemudian kateter ditarik kembali
melalui rongga hidung sambil dituntun dengan tangan
pemeriksa.Sesudah posisi tampon terfiksasi dengan baik.
Dimasukkan tampon anterior dari rongga hidung. Kemudian
ujung tali tampon yang keluar dari hidung difiksasi pada
pipa, ujung tali yang dari mulut difiksasi dengan plaster.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar Operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Kumpulan nanah duantara kapsula palatine dan dinding lateral farings
(muskulus konstriktor faring superior)
TUJUAN Mengeluarkan isi abses dan membuat drainage sehingga isi abses
keluar sampai habis
KEBIJAKAN Dilakukan pada abses dengan fluktuasi maksimum atau percobaan
pungsi untuk menilai abses atau infiltrat.
Kontra indikiasi :
Selulitis peritonsilir
Tumor tonsil
PROSEDUR A. Personalia : dokter, perawat
B. Persiapan :
Alat : mouth gag, spoit disposable 3 cc, tang tampon, spatel lidah,
scalpel/cunam, lampi kepala, bengkok, suction.
Bahan ; nlarutan adrenalin 1:1000, sprey xilacain, kasa tampon,
betadine, spongistan, gaas, obat kumur antiseptik.
C. Cara Kerja:
Penderita duduk di depan pemeriksa. Mulut dibuka, bila trismus
dapat disemprotkan dengan sprey xilocain, kemudian dipasang
mouth gag, lidah ditekan dengan spatel lidah. Kemudian
dilakukan pungsi di daerah mana terdapat fluktuasi maksimum
(daerah pada pertengahan garis yang ditarik di pangkal uvula ke
gigi molar III atau pada sisi yang sakit), dilakukan aspirasi dengan
spoit 3 cc bila terdapat pus yang adalah abses diteruskan dengan
insisi melebarkan bekas tempat pungsi dengan memakai
scalpel/cunam. Luka insisi diperlebar kearah vertical, pus yang
keluar ditekan dan dihisap dengan suction, diawasi jangan sampai
teraspirasi. Setelah selesai, pasien diberi kumur mulut dengan
antiseptik mulut.
Bila pasien kurang kooperatif dipertimbangkan dengan anestesi
umum.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar Operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Tindakan membuka antrum mastoid dan seluler korteks mastoid, untuk
membersihkan jaringan patologis
TUJUAN Untuk terapeutik.
KEBIJAKAN Dilakukan pada ototis media akuta stadium koalesen mastoiditas,
neoplasma pada mastoid, initial stage trans mastoid surgery.
Kontra indikasi : kelainan perdarahan
PROSEDUR A. Personalia : 1 orang operator dan 2 orang asisten
B. Persiapan :
- Alat : 1 Set mikroskop operasi, 1 set instrument mastoidektomi,
1 set elektrik bor, hair drier, 1 set instrumen untuk timpanoplasti.
- Bahan, Larutan adrenalin 1 : 1000,NaCl/agua steril, alcohol 70
%, perhidro 3 %, salep Kloramfenikol, kain kasa untuk tampon,
gel foam, tropodermin cream
C. Persiapan:
Penderita ditidurkan diatas meja operasi, kepala miring ke kanan
jika operasi telinga kiri, dan sebaliknya. Dilakukan disinfeksi
dengan betadine dan alkohol 70 % pada medan operasi kemuian
tutup duk steril.
Infiltrasi daerah posterior aurikula dengan larutan adrenalin yang
diencerkan, kemudian dilakukan insis retroaurikuler lapis demi
lapis dampai mencapai periosteum. Perisosteum diiris sejajar
dinding kanalis posterior lalu dievaluasi sehingga planum
mastoideum tampak jelas, segitiga macewen diidentifikasi
sebagai petunjuk melakukan pengobatan (membuka antrum
mastoidea).
Antrum mastoidea dibuka dengan bor atau pahat, seluler
bersama semua jaringan patologis dibersihkan dengan
menggunakan bor, penghisap atau kuretase sampai kavum
mestoid terbuka dan dibatasi sebelah superior oleh tegmen antri,
sebelah anterior oleh dinding kanalis auditorius eksternus dan
posterior oleh sigmoid plate. Indentitas segitiga Traitmann
kavum mastoid kemudian dicuci dengan perhidro 3 %
Dipasang tampon yang dibasahi betadine dan dioleskan salep
kloramfenikol dengan ujung atampon keluar melalui liang
telinga luar irisan ditutu[ lapis demi lapis.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar operasi
5. Radiologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Adalah suatu tindakan operasi dengan membuat lubang pada diinding
trachea bagian anterior disertai pemasangan kanul pada lubang stoma
sehingga jalan napas terbebas dari hambatan. Dapat dilakukan dengan
anestesi local maupun dengan anestesi umum.
TUJUAN Terapi
KEBIJAKAN Pasien yang menderita epistaksis posterior Indikasi:
1. Obstruksi mekanis jalan udara pernapasan bagian atas.
2. Prolonged Intubation
3. Mengurangi dead space
4. Pembersihan paru ( Bronchial Washing)
5. Pengambilan corpus alienum pada trachea.
6. Persiapan operasi dalam keadaan kesulitan intubasi
PROSEDUR A. Personalia: seorang operator, minimal 1 orang asisten, 1 orang
instrumentator
B. Perlengkapan:
1. Set tracheostomi steril, bila memnungkinkan ruangan dan
pakaian lengkap steril.
C. Cara kerja:
1. Posisi pasien terlentang, ekstensi kepala
2. Toilet area operasi dengan betadine dan alcohol
3. Daerah operasi dilakukan anestesi local dengan lidocain
4. Irisan klit vertical atau horizintal di linea mediana kartilago
krikoid dan menubrium sternii, diusahakan setinggi kartilogi
trachea 3-4
5. Mencari traches dengan cara menyiangi jaringan di bawah kulit
secara tumpul lapis demi lapis sampai menemukan cicin trachea
6. Dilakukan evaluasi dengan spoti berisis cairan untuk
membuktikan sudah mencapai trachea
7. Membuat lubang tracheostomi dengan cara buat irisan U terbalik
atau irisan berlubang atau irisan vertical pada cincin kattilago 2-
5 ( Biasanya cicin 3 -4 )
8. Kanul dipasng sampai yakni kedalam lumen trachea, perdarahan
yang ada diatas.
9. Setelah diberikan has sterill dan betadine, tube difiksasi dengan
tali sekeliling leher.
UNIT TERKAIT 1. THT
2. Anestesi
3. Intalasi Bedah Sentral
4. Unit Gawat Darurat
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Perawatan Dry Socket adalah tindakan medis pada salah satu
komlikasi pencabuatan gigi karena terganggunya proses pembekuan
darah dalam socket bekas pencabutan karena adanya bakteri.
TUJUAN Sebagaian acuan dalam melakukan terapi kuratif atau terapi
simptomatik dalam perawatan salah satu komplikasi pada pasien.
KEBIJAKAN Penatalaksanaan dry socket pada pasien dilakukan oleh dakoter gigi
umum
INDIKASI Socket bekas pencabuatan yang terganggu penyembuahannya
KONTRA INDIKASI ---
PROSEDUR 1. Siapkan alat diagnostik
2. Anestesi local (kalau perlu)
3. Pembersihan socket
4. Irigasi socket dengan larutan antiseptic
5. Pengeringan socket
6. Aplikasi obat dalam socket/iodoform tampon/soffatule
7. Pemberian analgetik/antibiotik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
PROSEDUR TETAP
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Kehamilan ektropik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
beimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektropik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
periatiwa ini disebut sebagai kehamilan ektropik terganggu. Sebagian
bvesar kehamilan ektropik terdapat di tuba uterine. Gejalanya yang
khas yaitu terdapat trias KET (amenorrhea, akut abdomen, perdarahan
pervaginam), tanda yang lain pasien lemah, pucat, cairan bebas intra
abdomen, nyeri goyang serviks, dan sampai syok.
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah perdarahan
intra abdomen lebih banyak sampai mencegah terjadinya syok.
KEBIJAKAN Penanganan pertamanaya adalah mengatasi syok, konsultasikan segera
dengan dokter Obgin
PROSEDUR 1. Pasien di tidurkan, observasi keadaan umumnya (kesadaran , vital sign,
perdarahan)
2. Dokter melakukan pemeriksaaan didampingi perawat
3. Tatalaksana
ABC
Ajak bicara dan observasi pasien
02
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yangb besar (no 18)
Beri cairan Kristaloid di guyur
Pemeriksaan lab : DL, UL, (test Pack)
Ambil 5contoh darah dan siapkan darah untuk tranfusi
Segera hubungi dokter obgin
4. USG abdomen
5. Keluarga pasien diberitahui tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
6. Persiapan pasien untuk tindakan cito oprasi
7. Hubungi tim operasi (kamar operasi, dokter anestesi)
UNIT TERKAIT 1. Unit Admision
2. Unit medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Kamar Operasi
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukan gejala gejala pre-eklamsia
(Hipertensi,proteinuria).
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya
KEBIJAKAN mencegah terjadinnya Eklamsi, konsultasikan segera dengan dokter Obgin.
PROSEDUR 1. Pasien ditidurkan, observasi keadan umumnya (kesadaran, vital sign)
2. Dokter melakukan pemeriksaan didampingi perawat sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
3. Tatalaksana
Jika pasien tidak bernapas:
- Bebaskan jalan nafas
- Beri O2 dengan masker
- Intubasi jika perlu
Jika pasien tidak sadar/koma:
- Bebaskan jalan nafas
- Baringkan pada satu sisi
- Ukur suhu
- Periksa apa ada kaku tengkuk
Jika pasien kejang
- Baringkan pada satu sisi
- Bebaskan jalan nafas
- Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
- Fiksasi untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yang besar (no 18)
Beri cairan RL
Pemeriksaan lab : DL,UL (protein), ureum, kreatinin, globulin, SGOT,
SGPT,factor-faktor pembekuan
Ambil contoh darah untuk persiapan transfuse
Segera hubungi dokter obgin sesuai surat konsulk dari dokter jaga
Sambil menungguy dokter obgin berikan MgSO4 20%, 4 gr(20 cc) i.v,
jika tidak MgSO4 20%, larutkan 10 cc MgSO4 40 % dengan 10 cc aqua,
disuntikkan secara iv dengan waktu 5-15 menit. Disis pemeliharaan
:MgSO4 40%, 1 gr/jam sampai 24 jam pasca tindakan, caranya sisa 15
ccMgSO4 40%, 1 gr/jam sampai 24 jam pasca tindakan, caranya sisa 15
cc MgSO4 40 % dicampurkan ke cairan RL 500 cc diberikan secara
infuse dengan tetesan 20 tts/mnt.
Selalu tersedia Calsium glukonas 10% sebagai antidotum.
4. Pasang dower cateter untuk monitor produksi urin
5. Pemeriksaan denyut jantung janin dengan dopler
6. Keluarga pasien diberitahu tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Perdarahan Ante Partum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada
umur kehamilan 28 minggu, pada umumnya disebabkan oleh implantasi
plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh
darah pada selaput amnion (vasa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi
lahir.
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya
KEBIJAKAN Mencegah terjadinnya mortalitas ibu, konsultasikan segera dengan dokter
Obgin.
PROSEDUR 1. Pasien ditidurkan, observasi keadan umumnya (kesadaran, vital sign)
2. Dokter melakukan pemeriksaan didampingi perawat sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
3. Tegakkan diagnose kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat
mempengaruhi hasil peatalaksanaan perdarahan artepartum
4. Tatalaksana
ABC
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yang besar (no 18)
Pasang cairan RL
Pemeriksaan lab : DL,factor-faktor pembekuan
Ambil contoh darah untuk persiapan transfusi
Segera hubungi dokter obgin sesuai surat konsul dari dokter jaga
Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk
memenuhi deficit dan tingkat gawat darurat yang terjadi.
Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan
dan mengacu pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi
yang dikandung
Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan
pertimbangan utama
5. Pasang dower cateter untuk monitor produksi urin
6. Pemeriksaan denyut jantung dengan dopler
7. Keluarga pasien diberitahu tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
UNIT TERKAIT 1. Unit admission
2. Unit Medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Obgin
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
G. LANGKAH-LANGKAH OPERASI
1. Lakukan insisi mediana/pfannenstiel dengan pisau secara benar.
2. Perdalam seyatan pada dinding abdomen sampai menembus
peritoneum dan perlebar hingga sekitar 12 cm.
3. Observasi kondisi ataupun kelainan pada uterus, adneksa dan
parametrium dengan jalan menarik dinding abdomen ke kiri dan
kanan.
4. Angkat dinding perut dengan retractor, selipkan kasa lebar basah
melingkupi sisi uterus gravidus untuk menampilkan dinding depan
uterus dan menyisihkan usus, ovarium, tube dan organ intrabdominal
lainnya.
5. Dengan pisau, sayat segmen bawah uterus (sehingga mudah ditembus
dan diperlebar dengan jari), kemudian pecahkan ketuban dan hisap
cairan ketuban yang keluar. (segmen bawah uterus dibuka dengan jari
operator sesuai dengan arah insi tajam)
6. Lukis keluar kepala janin, kemudian lahirkan seluruh tubuh dengan
cara yang sesuai. Bersihkan seluruh nuka janin dengan kain kasa
lembab
7. Tali pusat dijepit pada jarak 10-15 cm dari ambilicus dan digunting,
bayi diserahkan kepada dokter anak untuk perawat selanjutnya
8. Plasenta dilahirkan dengan melepasnya secara manual dari tempat
implantasi, kemudian tarik talipusat dan sedikit menekan fundus
9. Tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dijeput dengan klem
Fenster/Foerter, terutama pada kedua ujung luka sayatan
10. Dilakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri dengan kasa yang
dijepitkan pada klem Fenster atau dengan kasa. Pastikan tidak ada
bagian placenta tertinggi
11. Dilakukan jahitan hemostatis dengan simpul 8 pada kedua ujung
robekan uterus dengan menggunakan benang polglycilic atau kromik
cat gut no 0/1/0 dilanjutkan dengan penjahitan segmen bawah secara
jelujur terkunci
12. Patikan tidak adanya pendarahan melalui evaluasi ulang luka jahitan
13. Keluarkan kasa basah, bersihkan rongga abdomen ulang luka jahitan
14. Fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan dijepit
dengan kocher dan dijahit hingga subkutis dengan polyglycolic
15. Kulit dijahit dengan nylon atau polyglycolic acid secara subkutikuler
16. Luka oprasi ditutup dengan kasa dan povidon iodine
17. Kain penutup abdomen dilepas hati hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka oprasi
18. Vagina dibersihkan dari sisa darah dan bekuan dengan mengunakan
kasa yang dijepit pada Fenster/Forester Klem
19. Daerah Vulva sampai paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan
tubuh.
H. DEKONTAMINASI
I. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
J. PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Periksa tekanan darah, Frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah
urin yang tertampung dikantong urin, periksa/ikur jumlah perdarahan
selama oprasi
2. Buat Laporan oprasi dan cantumkan hasil pemeriksaan di atas pada
lembar laporan, catat lama oprasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan
kondisi bayi saat lahr, lembar operasi ditandatangani oleh operator
3. Buat intruksi perawatan yang meliputi:
Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan intruksi pemberian obat yang jelas
PROSEDUR TETAP
BAGIAN PENYAKIT DALAM
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PROSEDUR TETAP
BAGIAN PARU
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PROSEDUR TETAP
BAGIAN NEUROLOGI
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PROSEDUR
1. Baringkan miring sisi kiri, bawa sedekat mungkin ke sisi kanan
tempat tidur
2. Posisikan penderita seolah mencium lututnya
3. Punggung berada pada posisi vertical
4. Desinfeksi daerah punggung bawah berpusat di tempat yang telah
ditandai sebagai tempat melakukan LP celah vertebra L3-4 atau
L4-5. Lakukan penusukan jarum spinal mengarah ke umbilicus.
5. Sampai terasa sensasi sperti menembus kertas, cabut mandren,
bila LCS keluar periksa aspek warna, kecepatan tetesan, lakukan
Quickenstedt test dengan menekan kedua vena jugularis.
6. Ambil tabung Nonne dan Pandy lalu teteskan LCS ke dalamnya
dan dinilai, ambil tabung steril dan diisi dengan LCS untuk
diperiksa ke laboratorium (jumlah sel, glukosa, protein, hitung
jenis leukosit).
7. Cabut jarum spinal lalu tutup dengan kasa steril lubang bekas LP
UNIT TERKAIT Instalasi Laboratorium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Mati batang otak adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
menghilangnya fungsi batang otak, berupa :
1. Tidak terdapat sikap tubuh yang abnormal (dekortikasi atau
deserebrasi)
2. Tidak terdapat sentakan epileptik
3. Tidak terdapat refleks-refleks batang otak
4. Tidak terdapat nafas spontan
TUJUAN -
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar Pelayanan Kedokteran
PROSEDUR Memastikan hilangnya refleks batang otak dan henti nafas yang
menetap, yaitu :
1. Tidak ada respon terhadap cahaya
2. Tidak ada refleks kornea
3. Tidak ada refleks vestibuo-okuler
4. Tidak ada respon motor terhadap rangsang adekuat pada area
somatic
5. Tidak ada refleks muntah (gas refleks) atau refleks bauk karena
rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea
6. Tes henti nafas positif, yang dilakukan dengan cara :
Preoksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit
Pastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 torr dengan
memakai kapnograf dan atau analisa gas darah
Lepaskan pasien dari ventilator, insuflasikan trakea dengan O2
100% 6 liter/menit melalui kateter intatrakeal melewati karina
Lepaskan ventilator selama 10 menit
Bila pasien tetap tidak bernafas, tes dinyatakan positif (henti nafas
menetap)
Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyatakan positif, tes
diulangi lagi 25 menit kemudian
Bila tes tetap positif, pasien dinyatakan mati, kendatipun jantung
masih berdenyut
UNIT TERKAIT ICU
PROSEDUR TETAP
BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Uji tempel kulit adalah suatu jenis uji kulit untuk membuktikan adanya
reaksi hipersensivitas tipe IV pada kulit.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan uji tempel kulit.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan
di lakukan.
2. Lengkapi formulir inform consent
3. Persiapan penderita
Menghentikan pengobatan anthistamin dan kortikosteroid
minimal 3 hari sebelum tes.
Tempat uji harus bebas lesi.
Tempat uji tidak boleh kena air, dan banyak berkeringat.
Pasien dilarang menggaruk bagian yang diberi bahan tes atau
minum obat selama dilakukan pengujian.
Bila tempelan lepas atau sobek, pasien dianjurkan untuk
menambahkan plester yang sudah ada.
Untuk alergen non standar perlu pengenceran 1 / 1000, 1 / 100,
1 / 10.
Persiapan alat :
Finn chamber
Plester micropore
Pinset kecil
Gunting
Tissue
Kapas alkohol 70 %
Kapas naCl 0,9 %
Bahan bahan alergan baku tes tempel
Spidol berwarna
Kaca pembesar
Tekhnik pelaksanaan :
Pasien diberitahu tentang cara uji yang akan dilakukan.
Pasien mengisi inform consent.
Tes sampel dilaksanakan dengan posisi pasien duduk atau
berbaring tengkurap.
Desinfeksi dengan kapas alkohol 70 % pada area punggung.
Bersihkan area tersebut dengan kapas NaCl 0,9 %.
Biarkan mengering.
Disiapkan unit tes yaitu bahan alergen baku yang akan di ujikan
di isikan pada unit tempel sesuai dengan nomor urut alergen,
unit tes tempel tersebut diberi perekat tambahan berupa plester
micropore, dengan masing masing lembar plester terdiri dari
6,6,6 dan 5 unit tes.
Unit tes tempel ditempelkan pada punggung pasien sesuai
nomor urut dan diberi tanda dengan spidol berwarna.
Pasien diizinkan pulang dengan diberi pesan agar lokasi tes
tidak basah kena air, dan disarankan melakukan aktifitas yang
mengeluarkan keringat.
Pembaca dilakukan pada hari ke dua (48 jam) dan hari ke-3 (72
jam).
Setelah penilaian terakhir, daerah tes dibersihkan dengan kapas
alkohol 70 %.
Hasil tes tempel yang positif bermakna dinilai relevansinya
dengan anamnesis dan gambaran klinis.
Berikan lembaran hasil penilaian kepada pasien dan dijelaskan
satu per satu.
Penilaian :
Kriteria internasional contact dermatitis research group
(ICDRG)
Tidak bereaksi (-)
Eritem ringan (+)
Eritem dan vesikel (++)
Bula (+++)
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter poliklinik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Uji tusuk kulit adalah suatu jenis uji kulit untuk membuktikan adanya
reaksi hipersentivitas tipe I.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan uji tusuk kulit.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Lengkapi inorm consent.
Persiapan penderita :
Menghentikan pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
minimal 3 hari sebelum dilakukan uji kulit.
Lesi kulit dalam keadaan tenang.
Persiapan alat :
Jarum suntik steril ukuran 26 G atau 27 G 35 buah.
Spidol berwarna.
Kapas alkohol 70 %
Kapan NaCl 0,9 %
Tissue
Bahan alergen baku tes tusuk sebanyak 35 macam
Kaca pembesar
Lembaran hasil penilaian
Tehknik pelaksanaan :
Pasien diberitahu tentang cara tes yang akan dilakukan.
Pasien mengisi inform consent.
Desinfeksi dengan kapas alkohol 70 % pada area volar kedua
lengan bawah.
Bersihkan area tersebut dengan larutan NaCl 0,9 %.
Tandai area yang akan di tetesi dengan spidol berwarna untuk
pembatasan allergen dan mempermudah penilaian.
Teteskan ekstrak allergen kontrol yaitu histamin / kontrol positif
dan larutan buffer / control negativ pada area yang telah diberi
tanda.
Toreh tetesan allergen tersebut dengan sudut kemiringan 45
derajat menggunakan jarum ukuran 26 G atau 27 G atau
blood lancet.
Tes dibaca setelah 15 20 menit dengan menilai bentol yang
timbul.
Apabila timbul bentol di daerah control positif, tes untuk semua
allergen dapat dilanjutkan dengan cara yang sama.
Teteskan allergen satu persatu pada area yang telah di beri
tanda.
Toreh tetesan allergen tersebut dengan sudut kemiringan 45
derajat menggunakan jaru ukuran 26 G atau 27 G atau blood
lancet yang berbeda beda.
Penilaian dilakukan setelah 15 20 menit , dengan
membersihkan tempat tes dengan tissue dan bentol yang timbul
dilihat dengan kaca pembesar.
Berikan lembaran hasil penilaian kepada pasien dan terangkan
satu persatu secara jelas.
Penilaian :
The standardization committee of northern ( scandinavian )
society of allergology dengan membandingkan bentol yang
timbul akibat allergen dengan bentol positiv histamin dan bentol
negativ larutan control. Adapun penilaiannya sebagai berikut :
- Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)
- Bentol larutan control dinilai negative (-)
- Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol
yang timbul besarnya antara bentol histamin dan larutan
control
- Untuk bentol yang ukurannya 2x lebih besar dari diameter
bentol histamine dinilai ++++ (+4).
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter poliklinik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Suatu pemeriksaan sediaan yang di peroleh lewat irirsan kecil pada
kulit yang kemudian di beri pewarnaan tahan asam untuk mencari
mycobacterium leprae (batang tahan asam).
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan pembuatan bubur jaringan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR o sapa pasien dengan ramah dan sopan, perkenalkan diri.
o Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang
akan dilakukan.
o Lengkapi formulir inform consent
o Persiapan alat
Kaca objek
Pensil kaca
Penjepit kaca objek
Scalpel ( tangkai pisau ukuran no. 3 dan pisau no. 15)
Kapas
Bunsen
Mikroskop
o Lokasi pengambilan Skin Smear :
Ambil Skin Smear dari 2 atau 3 tempat ( kedua cuping
telinga dan lesi aktif ).
Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif
( lesi meninggi dan berwarna kemerahan ). Jika tidak
ada lesi kulit yang sesuai, ambil dari lokasi yang
sebelumnya diketahui aktif atau lokasi dimana
pemeriksaan BTA sebelumnya positif.
Kulit muka sebaiknya di hindarkan karena alasan
kosmetik.
Kecuali tidak ditemukan kelainan kulit ditempat lain.
Pada pemeriksaan ulangan dilakukan di tempat
kelainan kulit yang sama dan bila perlu ditambah
dengan lesi kulit baru yang timbul.
Sebaiknya petugas yang mengambil dan memeriksa
sediaan apus dilakukan oleh orang yang berlainan, hal
ini untuk menjaga pengaruh gambaran klinis terhadap
hasil pemeriksaan bakteriologi.
o Cara pengambilan sediaan :
Cuci tangan lalu kenakan sarung tangan.
Ambil kaca objek sediaan yang baru, bersih, dan tidak
tergores, beri tanda pada bagian bawah objek atau label
kaca objek sesuai identitas pasien.
Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan Skin Smear
dengan kapas alkohol, biarkan mengering.
Nyalakan api spritus.
Pasang Bisturi pada gagangnya.
Jepit kulit dengan erat menggunakan jempol dan
telunjuk dengan kuat agar darah tidak keluar.
Buatlah irisan pada kulit dengan panjang 5mm dan
dalam 2 mm. Kulit tetap dijepit agar tidak ada darah
yang keluar.
Putar pisau scalpel 90 derajat dan pertahankan pada
sudut yang tepat pada irisan. Keroklah irisan 1 atau 2
kali menggunakan scalpel guna mengumpulkan cairan
dan bubur jaringan. Jangan ada darah pada specimen
karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan.
Lepas jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas
alkohol.
Buat apusan dari kerokan kulit tersebut diatas kaca
objek, pada sisi yang sama dengan letak identitas.
Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan diameter
8mm.
Hapus kerokan pada mata pisau scalpel dengan kapas
alkohol. Lewatkan mata pisau diatas nyala api Bunsen
selama 3-4 detik. Biarkan dingin tapi jangan sampai
menyentuh sesuatu.
Ulangi langkah diatas untuk lokasi apusan lain. Buat
apusan disisi dekat dengan apusan sebelumnya, tapi
jangan sampai bersentuhan.
Lepas pisau scalpel dengan hati hati.
Tutup luka.
Biarkan kaca objek mengering beberapa saat dengan
temperature ruangan, tetapi dibawah cahaya matahari
langsung.
Fiksasi apusan dengan melewatkan diatas nyala api
Bunsen 3 kali, jangan sampai terlalu panas.
Taruh kaca objek dikotak kaca dan kirimkan ke
laboratorium di sertai dengan form permintaan
pemeriksaan.
o Cara melakukan pembacaan Skin Smear setelah pewarnaan
Ziehl-Nielsen.
Dengan menggunakan mikroskop, hitung lapang
pandang dengan menggunakan zig zaf huruf Z,
setengah atau seperempat lingkaran.
Carilah keberadaan BTA, BTA akan nampak sebagai
batang merah dengan latar belakang biru. Bentuknya
dapat lurus atau melengkung, dan warna merah dapat
merata (solid) atau tidak merata (fragmentasi atau
granuler).
Indeks Bakteri (IB)
Merupakan ukuran semi kuantatif kepadatan
BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid.
1+ : bila 1-10 BTA dalam 100
LP
2+ : bila 1-10 BTA dalam 10
LP
3+ : bila 1-10 BTA dalam 1
LP
4+ : bila 1-10 BTA dalam 1
LP
5+ : bila 101-1000 BTA dalam 1 LP
6+ : bila > 1000 BTA dalam 1 LP
Indeks Morfologi (IM)
Merupakan teknik standar yang dipakai untuk
memperkirakan proporsi kuman yang hidup
diseluruh kuman.
IM = Jumlah seluruh kuman utuh x 100%
Jumlah seluruh kuman diperiksa
UNIT TERKAIT 1. Loket Pembayaran
2. Dokter Poliklinik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
DISAHKAN OLEH
PROSEDUR TETAP
BAGIAN PSIKIATRI
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Pasien HIV AIDS Asimtomatis adalah orang yang telah terinfeksi
virus HIV tapi belum menunjukkan gejalah gejalah klinis.
TUJUAN Sebagai acuan dan penerapan langkah langkah dalam menangani
pasien HIV-AIDS asimtomatis.
KEBIJAKAN Pasien HIV AIDS Asimtomatis dilakukan pemeriksaan klinis
lengkap dan monitoring.
PROSEDUR Setiap pasien yang terinfeksi HIV- AIDS dilaksanakan :
1. Pemeriksaan klinis lengkap dengan anamnesis,pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan njang yang dilakukan :
- Darah Lengkap
- Urinalisis
- Tes Fungsi Hati (SGOT,SGPT)
- Tes Fungsi Ginjal (Uerum,kreatinin)
- Virus Hepatitis B dan Hepatitis C
- Rontgen dada (thoraks foto)
2. Pemantauan jumlah CD4 atau limfosit total setiap 6 bulan
sekali
3. Pemantapan kemungkinan terjadinya infeksi oportunistik
4. Penilaian kesiapan pasien untuk mulai terapi ARV yang
meliputi pemberian informasi yang lengkap tentang ARV, Efek
samping yang sering terjadi dan jaminan kepatuhan berobat
yang tinggi.
UNIT TERKAIT 1. VCT
2. CST
3. Instalasi Laboraturium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
PENGERTIAN Terapi ARV adalah pemberian obat-obatan Anti Retro Viral kepada
ODHA Dewasa dan Remaja yang sudah memenuhi indikasi untuk
mulai terapi.
TUJUAN Sebagai acuan dan penerapan langkah-langkah dalam pemberian
terapi ARV pada ODHA dewasa dan remaja.
KEBIJAKAN Terapi ARV diberikan kepada ODHA yang sudah memenuhi kriteria.
PROSEDUR 1. ARV diindikasikan untuk ODHA yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Keputusan untuk mulai terapi ARV diambil setelah pasien
dan keluarga/pendamping mendapat informasi yang
lengkap tentang dana yang dibutuhkan, jaminan kepatuhan
berobat yang tinggi, efek samping yang mungkin terjadi,
dll.
b. Indikasi klinis atau laboratorium sbb:
- HIV stadium IV WHO tanpa memandang jumlah
CD4.
- CD4 < 350/mm3 tanpa memandang stadium klinik
pasien.
- Jika tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, ARV
dimulai pada HIV stadium II demgan limfosit total
dibawah 1200 atau stadium III WHO tanpa
memandang jumlah limfosit total.
- Pada kehamilan atau TB:
o Mulai terapi ARV pada semua ibu hamil
dengan CD4 <350/mm3.
o Mulai terapi ARV pada semua ODHA dengan
CD4, 350/mm3 dengan TB paru atau infeksi
bakteri berat.
2. Jangan memulai ARV pada infeksi oportunistik (IO) yang
masih aktif. IO harus diobati terlebih dahulu.
3. ARV lini pertama yang diberikan:
1). Lamivudin (3TC) 150 mg dosis dua kali sehari ditambah.
2). Salah satu obat dari golongan nucleoside reserve
transcriptase inhibitor (NRTI) azidovidun (AZT) 300 mg
atau stavidun (d4T) 30 mg dosis dua kali sehari ditambah.
3). Salah satu obat dari golongan non-nucleoside reserve
transcriptase inhibitor (NNRTI), nevirapine (NVP) 200 mg
sekali sehari selama 2 minggu, selanjutnya bila tidak ada efek
samping yang timbul diberikan dua kali sehari.
4. Melakukan pemantauan pengobatan ARV sebulan setelah
pengobatan dimulai dan selanjutnya setiap 3 bulan untuk
melihat kepatuhan berobat dan gejala baru yang timbul akibat
efek samping obat maupun dari perjalanan penyakit itu sendiri.
5. Pemantauan keberhasilan dan keberhasilan dan toksisitas ARV
i. Secara klinis:
- Berat badan meningkat
- Tidak terkena IO atau kalau terkena infeksinya
tidak berat.
- Anamnesis gejala yang berhubungan dengan HIV
seperti batuk lebih dari 2 minggu, panas, diare,dll
disertai pemeriksaan fisik.
ii. Pemeriksaan Laboratorium :
- Darah lengkap
- Tes fungsi hati (SGOT,SGPT)
- Tes fungsi ginjal (Ureum,Kreatinin)
- Gula Darah
- Kolesterol dan Trigliserida
- CD4 setiap 6 bulan sekali
UNIT TERKAIT 1. VCT
2. CST
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Farmasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
DISAHKAN OLEH
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan
DISAHKAN OLEH