Anda di halaman 1dari 238

SPO PROFESI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN NUNUKAN
SPO SMF ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN NUNUKAN
PROSEDUR TETAP
BAGIAN PERINATOLOGI

BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN KATETER
RSUD NUNUKAN UMBILIKAL DARURAT

PENGERTIAN Memasukkan Kateter Umbilikal melalui vena Umbilikal


TUJUAN Sebagai akses Vaskular pada saat Resusitasi Bayi Baru Lahir
KEBIJAKAN Dokter yang melakukan pemasangan Kateter Umbilikal telah
mendapat pelatihan dari supervisor Neonatologi
PROSEDUR A. Persiapan Alat
a. Lampu Penghangat/Radiant Warmer
b. Gaun Steril, Masker Steril, Tutup Kepala Steril dan Sarung
Tangan
c. Kassa Steril dan Antiseptic Betadin 10%, Alcohol 70%
d. Duk Berlubang
e. Pinset Anatomis, Klem, Gunting, Pisau Bisturi
f. Kateter Umbilikal atau Feeding Tube No. 3, 5 dan No. 5 dan
Spoit 20 cc
g. Alat Monitor Kardiorespirasi (Pulse Oxymeter) bila ada
B. Pelaksanaan
a. Cuci Tangan sebelum sebelum dan sesudah tindakan
b. Dokter memakai Gaun Masker, Tutup Kepala dan Sarung
Tangan Steril.
c. Pertahankan Status Termoregulasi Bayi, Pemasangan Kateter
Umbilikal dilakukan di bawah Radiant Warmer.
d. Kateter Umbilikal atau Feeding Tube dihubungkan dengan
Spuit berisi cairan yang dikehendaki, pastikan cairan mengisi
penuh seluruh Kateter.
e. Dilakukan pembersihan Umbilikal dengan Kasa Steril yang
telah dibasahi oleh Betadin, dilanjutkan dengan Alcohol 70%.
Kemudian dipasang duk berlubang.
f. Potong tali pusat kira-kira sepanjang 2 cm dari kulit
g. Kateter Umbilikal dimasukkan secara gentle sepanjang 3
cm, kemudian dilakukan aspirasi untuk membuktikan aliran
darah.
h. Masukkan cairan atau obat yang diperlukan
i. Observasi tanda vital saat pemasangan Kateter Umbilikal
seperti Takikardi atau Bradikardi, Distreess, Pernapasan, dan
Ketidakstabilan Temperature.
UNIT TERKAIT 1. Ruangan Perinatologi
2. Kamar OK

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
SEHAT DENGAN INISIASI MENYUSU
RSUD NUNUKAN DINI (IMI)

PENGERTIAN Bayi yang Baru Lahir dari Rahim Ibu melalui proses persalinan , baik
pervaginam maupun melalui pembedahan (SC) diberi kesempatan
untuk memulai menyusu sendiri dengan cara merangkak mencari
payudara (The Breast Crawl) dan memberikan kontak kulit antara ibu
dan bayi dalam 1 jam setelah lahir.
TUJUAN Mempertahankan kondisi Bayi Baru Lahir dalam keadaan sehat
optimal memperkenalkan Bonding Attachment dengan ibu sesegera
mungkin mencegah hipotermi.
KEBIJAKAN Pada Bayi Lahir Pervaginam dalam 1 jam setelah Lahir, pada Bayi
Lahir SC paling lambat 4 jam setelah Lahir atau segera setelah Ibu
Pulih dilakukan pada Bayi Baru Lahir yang normal dan segera
menangis/bernapas, dan ibu dalam keadaan sadar tersedianya sarana
dan prasarana penanganan untuk Bayi Baru Lahir tersedianya Tenaga
Medis dan Paramedik.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
a. Gaun dan Sarung Tangan Steril untuk Dokter dan Perawat
b. Alat Penghisap Lendir (Syringe Bulb atau Suction
c. 1 Helai Kain Kering, Hangat dan Bersih
d. Set Umbilikal yang bersih : 1 Gunting Pemotongan tali pusat, 1
buah Kom Kecil berisi Betadin 10%, 3 Helai Kasa Steril, Klem
Umbilikal
e. Tanda Pengenal untuk Bayi dan Ibu
f. Suntikan Vitamin K1
B. IMB Secara Umum
a. Dianjurkan suami atau satu orang keluarga terdekat
medampingi ibu saat persalinan
b. Segera setelah Bayi Lahir, Catat Waktu Lahir
c. Bayi segera diletakan diperut bagian bawah ibu yang sudah
dialasi kain kering dan nilai usaha napas serta pergerakan bayi,
apakah diperlukan Resusitasi atau tidak.
d. Keringkan secepatnya seluruh tubuh bayi termasuk kepala,
kecuali cairan yang dikeluarkan oleh payudara ibu ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting ibu.
Vernix (Lemak Putih sebaiknya dibiarkan karenaakan
mencegah kehilangan panas dari bayi.
e. Kain yang basah diganti yang kering sambil menunggu 2 menit
sampai tali pusat diklem (pada persalinan SC tali pusat dapat
langsung di klem). Pemotong tali pusat dapat di tunda sampai 2
menit agar Nutrilent dn oksigen yang mengalir dari placenta
ibu ke bayi lebih optimal. Tali pusat dipotong lalu diikat.
f. Tanpa pakaian, bayi langsung di tengkurapkan didada ibu,
kepala bayi berada di antara buah dada ibu tetapi lebih rendah
dari putting susu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel di
dada ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi
diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
kepalanya.
g. Bayi dibiarkan merangkak dan mencari putting susu ibu. Ibu
dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke putting susu.
h. Biarkan bayi dipisahkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit
ibunya paling sedikit selama 1 jam, walaupun ia telah berhasil
menyusu pertama sebelum 1 jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai behasil menyusu
pertama.
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk menimbang berat badan,
mengukur panjang badan, dan lingkar kepala dan dicap setelah
1 jam atau menyusu awal selesai.
j. Beri identitas pada bayi dan berikan suntikan Vitamin K1 1 mg,
(im).
k. Bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar
perawatan atau pemulihan, dilanjutkan dengan rawat gabung.
l. Bayi tidak boleh dimandikan dalam 6 jam pertama kehidupan.
m. Tidak boleh memberikan minuman prelaktal.
C. IMD Pada Sectio Sesar
a. Diusahakan suhu ruangan operasi 20-50C
b. Jika dilakukan Anastesi Spinal atau Epidural dan ibu dalam
keadaan sadar setelah dikeringkan seperti pada tatalaksana
IMD secara umum, bayi segera diposisikan di dada ibu dapat
terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi
atas bantuan tenaga kesehatan. Jika inisiasi dini belum terjadi
di kamar operasi maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika
dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu
dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pemulihan
dilanjutkan dengan rawat gabung.
c. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi di
berikan pada bayi diberikan pada ibu dikesempatan pertama.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin dan Kamar OK
2. Ruangan Perawatan (Rawat Gabung)

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN BAYI BARU
RSUD NUNUKAN
LAHIR ASFIKSIA

PENGERTIAN Bayi Baru Lahir tidak dapat bernapas secara spontan teratur, dan
adekuat pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
TUJUAN Melakukan Resusitasi Mencegah terjadinya kerusakan otak yang
menetap.
KEBIJAKAN Bayi Baru Lahir Asfiksia diberikan Resusitasi dan perawatan rutin
pasca Resusitasi. Terjadinya sarana dan prasarana penanganan untuk
Bayi Baru Lahir.
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
a. Gaun dan Sarung Tangan Steril untuk Dokter da Perawat
b. Alat Penghisap Lender (Syringe Bulb atau Suction)
c. Infant Radiant Warmer
d. 2 Helai Kain Kering, Hangat dan Bersih
e. Alat Observasi, berupa : Stetoskop khusus Neonatus, Jam
Tangan dengan detik dan thermometer.
f. Alat Resusitasi : Balon atau Neofupp dan Sungkup untuk bayi
cukup bulan dan kurang bulan, laringoskop, pipa Endotrakeal
sesuai Taksiran Berat Janin, Stilet, Selang Oksigen.
g. Set Umbilikal yang bersih : 1 Gunting Pemotong Tali Pusat, 1
Buah Kom Kecil berisi Betadin 10%, 3 Helai Kassa Steril,
Klem/Tali Imbilikal dan Kateter Umbilikal.
h. Pipa Nasogastrik No. 3,5 dan 5
i. Tanda Pengenal untuk bayi dan ibu
j. Suntikan Vitamin K1
Langkah-langkah :
1. Setelah Bayi Lahir dan Pemotongan Tali Pusat, Bayi di
letakkan di bawah Radiant Warmer.
2. Bayi dikeringkan dengan Sehelai Kain Hangat, kemudian
Kain Basah disingkirikan dan diganti Kain Hangat yang
baru.
3. Posisi Leher sedikit Tengadah (Ekstensi), dilakukan
Penghisap Lender dimulai dari Mulut kemudian Hidung,
bila bayi masih belum menangis diberikan rangsangan
taktil (menepuk atau menyentil telapak kaki, menggosok
punggung, perut, dada, atau alat gerak bayi). Kemudian
perbaiki posisi kepala bayi. Langkah tersebut
membutuhkan waktu 30 detik.
4. Lakukan penilaian pernapasan, denyut jantung dan warna
kulit, bila bayi apneu atau denyut jantung < 100/diberikan
ventilasi tekan Positif (VTP) menggunakan neopuff a/balon
dan sungkup dengan oksigen 100% selama 30 detik,
kecepatan 20-30 kali/dalam detik (dengan irama pompa-
lepas lepas : dua-tiga-pompa). Lakukan penilaian ulang
pernapasan, denyut jantung dan warna kulit. VTP
dihentikan bila bayi bernapas spontan atau denyut jantung
> 100/menit. Selanjutnya dapat diberikan oksigen bebas
bila perlu.
5. Melakukan penilaian Apgar usia 1 menit dan 5 menit
6. Bila bayi masih Apneu atau denyut jantung < 60 x/menit,
amati pernapasan dan warna kulit. Bila keduanya baik
hentikan VTP perlahan-lahan. Tetapi bila pernapasan belum
naik maka VTP dilanjutkan. Bila denyut jantung <
60x/menit, tetapi berikan VTP dan dilakukan kompresi
dada dengan perhitungan 1 siklus 3 kali kompresi dada
dengan perhitungan 1 siklus 3 kali kompresi dada dan 1
kali VTP. Setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
pernapasan, denyut dan warna kulit. Kompresi dada
dihentikan, bila denyut jantung > 60/menit. VTP dihentikan
bila bayi bernapasan spontan atau denyut jantung >
100/menit.
7. Bila bayi masih Apnu atau denyut jantung tetap < 60/menit,
diberikan Adrenalin 1 : 10.000 sebanyak 0,1-0,3 ml/kgBb,
diberikan (IV) atau melalui pipa endotrakeal. Lakukan
pernapasan pipa endotrakeal selanjutnya diikuti
pemasangan pipa Orogastrik .
8. Bila bayi terlihat pucat berikan larutan NaCl 0,9 % 10
ml/kgBb melalui kateter vena Imbilikalis. Bila dicurigai
Asodosis Metabolic, diberikan larutan NaBic 2 mEq/kg,
melalui kateter vena Umbilikalis. Kompresi dada
dihentikan bila terdapat pernapasan spontan atau denyut
jantung > 100 menit.
9. Memberikan indentitas pada bayi dan memberikan suntikan
Vitamin K1 1 mg (im).
10. Menimbang berar badan, mengukur pajang badan dan
lingkar kepala.
11. Bayi di Observasi dan di rawat di ruang Perinatologi.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin/Kamar OK
2. Ruangan Perawatan (Rawat Gabung)
3. Ruangan Perinatologi

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN BAYI BERAT
RSUD NUNUKAN
LAHIR RENDAH (BBLR)

PENGERTIAN Neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram)
TUJUAN Mempertahakan suhu dengan ketat, BBLR mudah mengetahui
hiportermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat, mencegah Infeksi dengan ketat, BBLR sangat rentan akan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi, Pengawasan Nutrisi/ASI,
Refleksi menelan BBLR sebelum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan ketat.
KEBIJAKAN Semua Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan < 2500 gram
PROSEDUR Lihat Bagan Penangan Bayi Berat Lahir Rendah
UNIT TERKAIT 1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TINDAKAN FOTOTERAPI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu proses dimana Terapi Sinar Biru mendekomposisikan Bilirubin


dengan Fotosomerisasi.
TUJUAN A. Tujuan Umum
a. Menurunkan kadar Bilirubin Bayi dalam batas Normal sesuai
indikasi tanpa adanya komplikasi dari terapi Fototerapi.
B. Tujuan Khusus
a. Mempertahankan keadekuatan kondisi mata bayi
b. Mempertahankan keadekuatan kondisi darah genital bayi
c. Mempertahankan status intergumen bayi
d. Mempertahankan Thermoregulasi bayi
e. Mempertahankan Status Hidrasi Bayi
KEBIJAKAN 1. Tersedianya Tenaga Medis dan Paramedis
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana Diagnostic dan Terapeutik bayi
3. Tersedianya Sarana dan Prasarana Ruangan Rawat
4. Tersedianya Alat Fototerapi
PROSEDUR A. Persiapan Alat
a. Alat Fototerapi
b. Pelindung Mata (Kertas Karbon+Plastik)
c. Plaster
d. Tempat Tidur Bayi
Langkah-langkah
1. Sebelum Fototerapi dilakukan
a) Persiapan Alat Fototerapi
1. Pastikan bahwa lampu menyala sesuai standar
2. Atur jarak Fototerapi dengan Tempat Tidur Bayi
antara 30-40 cm.
b) Memasang Pelindung Mata
1. Siapkan pelindung Mata
2. Tutup mata sebelum menggunakan pelindung
3. Yakinkan bahwa Eye Protector dapat menutupi
mata tanpa menyakiti bayi.
2. Ketika Terapi Sinar Biru Diberikan
a. Letakkan bayi telanjang (kecuali daerah mata)
dibawah alat terapi sinar biru.
b. Catat durasi terapi, tipe lampu terapi yang
digunakan, jarak dari lampu kepada bayi, pengguna
kain penutup mata.
c. Rubah posisi bayi secara teratur sehingga seluruh
tubuh bayi Teekspose oleh terapi sinar biru
(terutama pada jam-jam awal terapi diberikan).
1) Yakinkan penutup mata adekuat melindung
bayi, tanpa menekan terlalu keras pada daerah
hidung.
2) Buka penutup mata setiap memberikan minum,
memandikan dan tindakan perawatan lainnya,
atau setidaknya 1x setiap 4-6 jam.
3) Rubah posisi bayi secara teratur sehingga
seluruh tubuh Terekspos oleh terapi sinar biru
(terutama pada jam-jam awal terapi diberikan).
3. Menjaga Status Hidrasi Bayi
a. Beri bayi minum sesuai dengan kebutuhan
b. Pertahankan rute minum bayi, yakinkan porsi cairan
yang diberikan adekuat.
c. Observasi status hidrasi, awal tanda-tanda
kekeringan pada kulit, kulit pecah-pecah,
kemerahan dan lain-lain.
d. Catat jumlah minum yang diberikan, frekuensi
BAB, karakteristik feses.
4. Menjaga Jeadekuatan Thermoregulator bayi
a. Observasi suhu dan warna kulit bayi secara teratur
b. Hindari penggunaan minyak/lotion pada tubuh bayi
yang sedang mendapatkan Fototerapi.
5. Menjaga keadekuatan Intergumen bayi
a. Jaga bayi tetap bersih dan kering
b. Pertahankan bayi dengan segera jika bayi
BAB/BAK
c. Hindari penggunaan minyak/lotion pada bayi yang
sedang mendapatkan Fototerapi.

Tata Laksana Ikterus pada Neonatus cukup bulan berdasarkan


Kadar Bilirubin Inderek (mg/dl)
Transfusi Tukar Transfusi
Usia Pertimbangkan Terapi
Bila Terapi Sinar Tukar dan
(Jam) Terapi Sinar Sinar
gagal Terapi Sin untensif
Kadar Bilirubin Inderek Serum (mg/dl)
< 24 - - - -
25-48 >11.8 >15,3 >20 >25,3
49-72 >15,3 >18,3 >25,3 >30
> 72 >17 >17 >25,3 >30
Tata Laksana Ikterus pada Neonatus tidak cukup bulan
Berdasarkan Kadar Bilirubin Inderek (mg/dl)
Usia BL<1500 grKadar BL<1500 gr Kadar BL<1500 gKadar
(Jam) Bilirubin (mg/dl) Bilirubin (mg/dl) Bilirubin(mg/dl)
<24 RT : 4,1 RT : 4,1 >5
25-48 >5 >7 >8,2
49-72 >7 >9,1 >11,2
>72 >8,2 >10 >14,1
Keterangan :
BL : Berat Lahir
RT : Bayi Prematur Resiko Tinggi dengan batas paling
rendah dari BL dan kadar Bilirubin, batas paling rendah
berikutnya dari BL, dan Batas usia paling rendah berikutnya.
UNIT TERKAIT 1. Ruangan Perinatologi
2. Laboratorium

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
RSUD NUNUKAN NAMA SPO RAWAT GABUNG

PENGERTIAN Suatu cara perawatan Bayi Baru Lahir yang ditempatkan dalam suatu
ruangan bersama ibunya selama 24 jam penuh perharinya, sehingga
bayi mudah dijangkau oleh ibunya.
TUJUAN 1. Bayi dapat segera memperoleh kolostrum
2. Hubungan antara bayi dan ibu lebih erat, sehingga perangsangan
ASI menjadi optimal.
3. Ibu dan ayah si bayi diberi kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman cara merawat bayinya segera setelah melahirkan.
4. Memacu (memberikan rangsangan) secara dini pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
INDIKASI
a. Bayi mempunyai Apgar Scor 9/10
b. Suhu Normal (36,5C-37,5C)
c. Pernapasan, Reflex Menelan, dan Reflex Isap baik
d. Ibu bayi kooperatif, sehat fisik dan normal
KEBIJAKAN Tersedianya sarana dan prasarana Rawat Gabung
Tersedianya Tenaga Medis dan Paramedic
PROSEDUR 1. Dokter jaga mengisi rekam medic sesuai dengan kondisi bayi
2. Perawatan ruangan mengkonfirmasi tentang keadaan umum bayi
untuk rawat gabung dan mencoba reflex menelan bayi.
3. Memberikan penyuluh tentang pentingnya ASI (Colostrums)
4. Memberikan penyuluhan perawatan bayi tentang cara memandikan
bayi, perawatan tali pusat dan cara memberikan BAB dan BAK
5. Memberitahukan kepada ibu bilamana mendapatkan bayi muntah
tiba-tiba atau sianosis segera lapor kepada dokter ruangan atau
perawat jaga.

UNIT TERKAIT 1. Seluruh Staf Pokja ASI


2. Ruangan Rawat Inap (Rawat Gabung)
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
RSUD NUNUKAN NAMA SPO MENCUCI TANGAN

PENGERTIAN Membersihkan tangan dengan cairan antiseptic dengan air bersih yang
mengalir.
TUJUAN Mencegah Infeksi silang di Rumah Sakit
KEBIJAKAN Tersedinya saran dan Prasarana yang memadai
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Larutan A (Hibiscrab 4% dilarutkan dengan Aquades 1:1
2. Larutan B (Alcohol + Gliserol) atau Klorheksidin
3. Air Bersih yang mengalir
4. Lap Tangan
B. Langkah-langka
1. Lepaskan jam tangan dan cairan
2. Ambil Larutan A, lakukan 7 langkah mencuci tangan
a. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
b. Gosokkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan
kiri dan sebaliknya.
c. Gosokkan telapak dengan telapak dan jari saling terkait
d. Letakan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
e. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan
sabaliknya.
f. Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan kiri pada
telapak tangan dan sebaliknya.
g. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan
kanan dan gerakkan memutar dan sebaliknya
3. Bilas dengan air mengalir
4. Keringkan tangan dengan lap
UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi
2. Ruang Perawatan Anak

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
RSUD NUNUKAN NAMA SPO MENGOBSERVASI TANDA-TANDA
VITAL

PENGERTIAN Melakukan observasi tanda-tanda vital yang meliputi : Tekanan Darah,


Denyut Jantung, Pernapasan dan Suhu.
TUJUAN Mengetahui keadaan klinis pasien
KEBIJAKAN 1. Tersedianya Tenaga Medis dan Paramedic
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana Diagnostic
3. Tersedianya Sarana dan Prasarana Ruang Rawat
PROSEDUR A. Mengukur Tekanan Darah
1. Persiapan
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Buku Catatan
2. Pelaksanaan
a. Manset dipasang dilengan atas (ukuran manset 2/3 dari
lengan atas), selang karet diletakkan tepat di atas arteri.
b. Raba Denyut Nadi di Fossa Cubiti, letakkan diafragma
stetoskop tepat pada permukaan arteri.
c. Lakukan pemompaan sampai denyut arteri tidak teraba
ditambah 20 satuan MMhg di atasnya (sebelumnya
skrupnya di kunci dulu).
d. Kunci dibuka pelan-pelan sampai air raksa turun,
dengarkan denyut arteri saat pertama kali terdengar sampai
denyut tidak terdengar.
e. Catat hasilnya
B. Menghitung Denyut Jantung
Stetoskop diletakkan di dinding dada agak ke kiri dari strernum,
Hitung Denyut Jantung selama 1 Menit, dan Catat hasilnya.
C. Menghitung Pernapasan
Dilakukan bersamaan dengan mengukur suhu
Dilakukan selama satu menit
Catat frekuensi, kedalaman, irama, penggunaan otot, dan
pernapasan.
D. Mengukur Suhu Badan
Ambil thermometer yang dicelupkan dalam larutan desinfektan,
keringkan, Turunkan raksa berada cara mengibaskannya letakkan
thermometer pada ketiak selama 5-10 meni, Baca Suhu yang
tertera pada thermometer, dan Catat Hasilnya.
Thermometer dicelupkan pada larutan desinfektan yang telah
disediakan.
UNIT TERKAIT Ruang Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN PASIEN SEPSIS
RSUD NUNUKAN NEONATORUM
PENGERTIAN Sindrom klinis yang timbul akibat invasi mikroorganisme ke dalam
aliran yang timbul pada 1 bulan pertama kehidupan.
TUJUAN A. Tujuan Umum
1. Mencegah timbulnya respon sistemik
2. Memberikan terapi sesuai etiolgi
B. Tujuan Khusus
1. Melakukan skrining sepsis pada neonates dengan factor risiko
infeksi.
2. Membunuh dan mencegah berkembangnya mikroorganisme
3. Mengatasi syok sepsis dan DIC
4. Mencegah terjadinya disfungsi multiorgan
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR 1. Melakukan Skrining Sepsis pada Neonatus dengan factor resiko
infeksi, pemeriksaan DL.
a. Faktor Risiko Mayor
1. Ketuban Pecah > 24 Jam
2. Ibu demam saat intrapartum, suhu > 38C
3. Laukosit Ibu 18.000/mm3
4. Korioamnioitis
5. Denyut Jantung Janin Menetap > 160x/menit
6. Ketuban Berbau
b. Faktor Risiko Minor
1. Ketuban Pecah > 12 Jam
2. Ibu demam saat Intrapartum (suhu >37,5C
3. Nilai Apgar Rendah
4. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BB<1500 gram)
5. Usia Gestasi <37 Minggu
6. Kehamilan Ganda
7. Keputihan yang tidak diobati
8. ISK/tersangka ISK yang tidak diobati
2. Memberikan Antibiotik Empiris pada Neonatus yang menunjukkan
gejala Sepsis atau terdapat :
a. Satu atau lebih Kriteria Mayor + Satu atau lebih Kriteria Minor
b. Dimulai dengan Ampicilin 100 mg/kgbb dan Gentamisin 5
mg/kgbb dengan dosis dibagi berdasarkan berat lahir dan usai
gestasi.
c. Setelah hasil kultur darah keluar, terapi dengan Antibiotik sesuai
Kultur.
3. Melakukan pencatatan pola bakteri/jamur dan resisitensinya
4. Memberikan Terapi Suportif
a. Terapi oksigen jika ada sianosis, distress pernapasan, Apneu dan
serangan jantung.
b. Mengaja stabilitas Hemodinamik
c. Pemberian cairan dan elektrolit, sesuai dengan keadaan klinis,
saat KU buruk membaik, dapat parenteral dikurangi sampai
kebutuhan rumatan terpenuhi peroral
d. Atasi kejang
e. Atasi Anemia, Trombositopenia, kegagalan sirkulasi, tanda-
tanda DIC.
UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi
2. VK
3. OK

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN PASIEN
RSUD NUNUKAN PNEUMONI

PENGERTIAN Infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus protozoa atau jamur
TUJUAN A. Tujuan Umum
a. Mempertahankan oksigenasi yang adekuat (PaO2
dipertahankan antara 50-80 mmHg)
B. Tujuan Khusus
a. Memberikan dukungan oksigenasi pada bayi
b. Mencegah timbul hiportensi dengan menjaga suhu bayi
dipertahankan normal.
c. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi untuk melaksanakan
proses metabolism.
d. Mempertahankan sirkulasi darah dengan mempertahankan
hemodinamik tubuh yang adekuat.
e. Memberikan antibiotic untuk membunuh dan mencegah
berkembang biaknya mikroorganisme bakteri.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medik
PROSEDUR 1. Mencegah terjadinya Hipotermi
a. Merawat bayi prematur dalam incubator
b. Menyisihkan.menggantikan kain basah yang melekat pada bayi
c. Mengobservasi suhu tubuh pasien
2. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi untuk melakukan proses
metabolisme.
a. Hari 1 : Glukosa 10 % 60-80 ml/kgbb/24 Jam pada bayi sangat
premature 60-90 ml/kgbb/24 Jam.
b. Hari 2 : diberikan larutan N5 yang terdiri dari 100 cc Dextrosa
10% dan 20 cc Nacl 0,9% dengan kadar Na2-3 meq/kgbb/hr.
KCL 7,4 % 2 meq/kgbb dan Kalsium 100-200 mg/kgbb/hr.
c. Hari 3 selanjutnya : Kebutuhan cairan disesuaikan dengan
umur dan berat badan dan kadar elektrolit Na dalam dalam.
3. Mempertahankan Oksigenisasi pada bayi dengan menggunakan
Oksigen Nasal Kanul, Bubble CPAP.
1. CPAP Indikasi : Bayi dengan distrees pernapasan ringan PC02
< 60 mmHg dan F1 2 < 0,5.
Langkah-langkah
a. Pemberian CPAP dengan Nasalprong atau
Nasofaringeal
b. Pemberian CPAP menggunakan Bibble CPAP atau
Continuous Flow Ventilator dimulai dengan tekanan 5-7
cm H2 5-10 Lt/menit.
c. Tekanan dapat ditingkatkan 1-2 cm H20 sampai
maksimal 10 cm H2O.
d. Pemasangan pipa Nasogastrik untuk dekompresi udara
yang tertelan.
e. Observasi frekuensi upaya pernapasan , dan saturasi
oksigen.
4. Mempertahankan sirkulasi darah dengan mempertahankan
Hemidinamik tubuh yang adekuat.
a. Monitoring denyet jantung dan perfusi perifer
b. Untuk mempertahankan perfusi dapat diberikan darah (bila
PCV < 40%), Volume Ekspender dan obat-obatan.
c. Dopamine : Dosis awal 10 g/kgbb/menit
d. Dobutamin : Dosis awal 10 g/kgbb/menit
5. Memberikan Antibiotic untuk membunuh dan mencegah
berkembiaknya mikroorganisme bakteri.
a. Terapi Awal : Kombinasi Ampicilin 100 mg/kgbb/hr dan
Aminoglikosida 5 mg/kgbb/hr, Dosis dibagi berdasarkan berat
badan lahir dan usia gestasi.
b. Terapi lanjut sesuai dengan pemeriksaan kultur dan uji
sentivitas
c. Hentikan bila tidak terbukti terjadi infeksi bakteri
UNIT TERKAIT Ruangan Perinatologi

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN BAYI BARU
RSUD NUNUKAN LAHIR

PENGERTIAN Bayi yang baru lahir dari rumah rahim ibu melalui proses persalinan
baik pervaginam maupun melalui perbedahan (SC)
TUJUAN A. Tujuan Umum
a. Mempertahankan kondisi bayi dalam keadaan baik, aman, dan
sehat serta terhindar dari morbiditas dan mortalitas.
B. Tujuan Khusus
a. Membantu melancarkan jalan napas, mencegah terjadinya
aspirasi.
b. Mempertahankan suhu tubuh bayi dalam keadaan stabil
c. Mencegah terjadinya infeksi tali pusat
d. Menjaga keamanan identitas bayi
e. Memperkenalkan Bonding Attachment dengan orang tua
sesegera mungkin.
f. Mengidentifikasi kelainan yang timbul
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
a. Baju khusus dan sarung tangan steril untukl perawat
b. Alat penghisap lender
c. Penghangat
d. 2 Helai kain kering dan bersih
e. Alat observasi : stetoskop khusus neonates, jam tangan detik
dan thermometer
f. Umbulikal Set yang bersih : 2 buah klem, 1 gunting pemotong
tali pusat, 1 buah kom kecil berisi betadin 100%, 3 Helai kasa
steril dan Umbulikal klem.
g. Tanda pengenal bayi dan ibu
h. Obat tetes.salep mata antibiotic
i. Vitamin K1 mg
j. Spoit 1 cc
2. Pelaksanaan
a. Menilai KU bayi saat lahir
b. Melakukan IMD bila bayi tidak memerlukan resusitasi (lihat
SOP IMD)
c. Melakukan resusitasi bila diperlukan (Lihat SOP Penanganan
Bayi Lahir Asfiksia.
d. Melakukan penilaian Apgar Scor
e. Menimbang Berat Badan, mengukur panjang badan, dan
lingkar kepala.
f. Memberikan obat tetes/salep mata dan Vitamin K1 1 mg (im)
g. Memberikan identitas pada bayi dan ibu
UNIT TERKAIT 1. Ruangan Perinatologi
2. OK
3. VK
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK
RSUD NUNUKAN (NGT) OROGASTRIK (OGT) PADA
PASIEN BAYI

PENGERTIAN Memasukkan pipa nagogastrik melalui hidung atau melalui mulut


TUJUAN Untuk mengeluarkan cairan/udara dalam lambung atau memberikan
nutrisi/cairan.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
Tersedianya Alat NGT dan Perlengkapannya.
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
a. NGT No. 5:8 atau sesuai dengan kebutuhan
b. Kantong Plastik/Botol
c. Spoit 10 cc atau 20 cc
d. Stetoskop Neonatus
e. KY Jelly
f. Kain Kasa Steril
g. Plester, Gunting
2. Persiapan Bayi
a. Bayi dalam keadaan tenang
b. Posisi tidur dengan kepala semi ekstensi dan setelah NGT/OGT
masuk ke dalam hidung/mulut,kepala bayi di fleksibel.
3. Pelaksanaan
a. Cucu tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Periksa kebersihan hidung bayi
c. Ukur panjang pipa orogastrik dari pangkal hidung ke telinga
sampai ke tertengahan Prosessus Xyipoideus-Umbilikus, beri
tanda pada pipa.
d. Oles pipa OG dengan Jelly
e. Masukan pipa OG ke dalam mulut/hidung bayi secara perlahan
sampai batas ukuran, pastikan ujung pipa tertutup atau
dihubungkan dengan spoit.
f. Cek posisi pipa OG dengan cara Aspirasi atau memasukkan
udara ke dalam lambung menggunakan spoit lalu di dengarkan
dengan stetoskop.
g. Fiksasim pipa bagian luar dengan menggunakan plester
h. Bereskan alat-alat
UNIT TERKAIT Ruangan Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENANGANAN PASIEN KEJANG
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Gerakkan-gerakkan abnormal pada bayi baru lahir disebabkan oleh


lepasknya muatan listrik dari Neuron otak.
TUJUAN Mengatasi kejang dan pengobatan atiologi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
Tersedianya sarana dan prasarana diagnostic dan terapeutik
PROSEDUR 1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi
2. Mengatasi/menghentikan kejang (fase akut) dan pengendalian
kejang.
3. Penatalaksanaan sesuai etiologi
4. Fase akut kejang
Oksigenasi yang baik
a. Fenobarbital 20 mg/kgbb (I.V) dalam waktu menit, amati
kejang dalam 30 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang
dengan dosis 10 mg/kgbb. Bila masih kejang terdapat kejang
setelah 30 menit dari pemberian fenobarbital ke dua, diberikan
fenobarbital 10 mg/kgbb sekalian lagi.
b. Bila jalur intravena tidak tersedia atau kemasan intervena tidak
tersedia dapat diberikan fenobarbital intramuskuler dengan
dosis ditingkatkan 10-15% dari dosis intravena.
c. Cari etiologi sesegera mungkin
5. Bila belum terasi berikan : Fenitoin 20 mg/kgbb intravena dalam
larutan garam fisiologi dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit
6. Bila kejang terasiberikan pengobatan rumatan :
a. Fenobarbital 1,5-2,5 mg/kgbb/kali, tiap 12 jam peroral sampai
bebas kejang 7 hari.
b. BBLSR (<1500 gr, <32 minggu) : 2
c. BCB : 4-5 mg/kgbb/kali, tiap 12 jam
d. Usia kronologis > 2 minggu : 4-5 mg/kgbb/kali, tiap 6 jam
UNIT TERKAIT Ruangan Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu Kegiatan Pemasangan Gelang Identitas Bayi sesuai dengan


Nama, Ibu, Ayah, Jenis Kelamin Bayi, Tanggal dan Waktu Lahir, Jenis
Persalinan, Berat Badan, Panjang Badan dan Lingkar Kepala.
TUJUAN 1. Alat Indentitas Bayi
2. Menghindari tertukarnya bayi
3. Membedakan Bayi yang satu dengan yang lain
KEBIJAKAN Tersedianya alat-alat yang dibutuhkan
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
a. Alat Tulis
b. Tanda Pengenal Bayi/Peneng Bayi sesuai Jenis Kelamin
(merah untuk perempuan, biru untuk laki-laki).
2. Pelaksanaan :
a. Tuliskan data bayi pada tanda pengenal bayi/peneng bayi
sesuai dengan jenis kelamin, nama ayah, nama ibu, tangan dan
waktu lahir, jenis persalinan, berat badan, panjang badan, dan
lingkar kepala bayi.
b. Pasangkan tanda pengenal (Gelang tangan) pada lengan bayi
c. Perlihatkan bayi kepada ibu atau ayah atau keluarga
d. Informasikan data yang ada pada pengenal kepada orang tua
bayi.
e. Izinkan orang tua untuk menggendong bayi sebentar
f. Mencatat data bayi pada status bayi
UNIT TERKAIT Ruangan Perinatologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PERAWATAN METODE
RSUD NUNUKAN KANGURU (PMK)

PENGERTIAN Cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok
dan topi) yang diletakkan secara tegak dikulit dada ibu antara kedua
payudara. Prinsip dasar PMK adalah kontak kulit ke kulit.
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi terutama pada BBLR
2. Sebagai tatalaksana hipotermi ringan-sedang pada bayi tanpa
kelainan system lainnya.
3. Mempromosikan pemberian ASI eksklusif
4. Menurunkan pernapasan bakteri penyebab infeksi nosokomial
yang terdapat diruang rawat inap Neonatus
KEBIJAKAN 1. Tersedianya tenaga medis dan tenaga keperawatan yang terampil.
2. Tersedianya perlengkapan PMK yang diperlukan
PROSEDUR 1. PMK Internitten
a. Indikasi PMK Intermitten
1. Berat Lahir < 1800 gr
2. Telah stabil KU 3 hari berturut-turut
3. Bayi masih mendapatkan cairan dan obat IV, oksigen kanul
nasal, minum per OGT.
4. Bising Usus positif, tidak kembung, tidak muntah
b. Cara Perawatan PMK Intermitten
1. Dilakukan minimal 1-2 kali/hari
2. Lama perlekatan kulit paling sedikit 1 jam 30 menit
c. Posisi
1. Posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel
ke dada ibu. Sebagai patokan adalah Xhypoid bayi bertemu
dengan Xhypoid ibu. Dada leher dan kepala bayi
menempati bidang sternum ibu.
2. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan
sedikit tengadah (ekstensi). Jangan menunduk ke depan
atau sangat tengadah. Pastikan jalan napas terbuka.
3. Pangkal paha dan lutut harus fleksi seperti kodok, lengan
dalam posisi fleksi (posisi fetus).
4. Posisi ini harus dipertahankan dengan menggunakan kain
khusus. Tepi selendang bagian tengah bawah meliputi
bokong bayi sehingga bayi seperti duduk di atas
gendongan, ujungnya dibawah ke bagian belakang ibu dan
diikat kencang kemudian dibawah kembali ke depan dan
diikat simpul dibawah bokong bayi. Tepi selendang bagian
tengah atas ditempatkan disisi bawah telinga bayi,
menyusuri, pipi, sedikit diatas rahang bawah, sehingga
dagu akan sedikit tengadah dan ajalan napas terbuka.
Bagian ujungnya di bawah ke punggung menyusuri puncak
ketiak ibu, menyilang dan ditempatkan di bahu ibu
kemudian dipertemukan dengan ujung kain bagian bawah
dan simpul masing-masing di sisi kanan dan kiri bayi.
5. Waktu dilakukan adalah di waktu siang hari (antar jam
09.00-15.00).
6. Dilakukan sebelah Inkubator
7. Awasi, observasi tanda vital, dilakukan tiap 3-4 jam atau
setiap pemberian minum.
2. PMK Kontiyu
a. Indikasi PMK Kontiyu
1. BBLR/Premature yang telah stabil KUnya dan tumbuh
2. Tidak ada penyakit akut
3. Menetek baik/dapat minum sesuai kebutuhan
4. Sudah tidak menggunakan alat penunjang (O2, Antibiotik,
Medikasi lainnya.
b. Cara Perawat Kontiyu
1. Harus dilakukan secepatnya setelah bayi sehat, stabil dan
tidak menggunakan terapi O2, yang terpenting ibu harus
melakukan posisi PMK selama 24 jam terus menerus.
2. Bayi harus diletakkan pada dada ibu sesuai posisi PMK
dengan hanya menggunakan popok dan topi.
3. Perletakan antara dada ibu dan kepala bayi harus
dipertahankan dengan menggunakan kain khusus dengan
yang meliputi badan sampai kepala bayi setinggi sehingga
kedua tangan ibu bebas dan jalan napas bayi terjamin tetap
terbuka.
4. Posisi PMK hanya boleh di berhentikan sementara saat ibu
pergi ke kamar mandi.
5. Meskinpun mendapat susu formula tetap dalam posisi PMK
6. Lembar kemajuan harus diisi setiap hari oleh perawat.
7. Kapasitas maksimun PMK Kontiyu
a. 6 Ibu + 6 Bayi
b. Rasio Perawat : Pasien = 1:6
(diperlukan total perawat 4 Orang).
3. Tatalaksana Bayi selama perawatan
a. Obat-obatan
1. Semua Bayi Premature mendapatkan obat sebagai berikut :
a. Multivitamin pada hari ke 5 setelah asupan Enteral
Feeding Penuh (100 ml) dengan dosis Peroral 1x03 ml.
b. Vitamin E pada bayi BL < 1,7 kg, pada hari ke 7 dan
dosis peroral 15,6 IU/hari.
c. Ferrous Glukosa 300 mg/5 ml dimulai pada hari ke 21
bila telah minum peroral, untuk bayi < 2,5 kg dengan
dosis 0,3 ml/hari peroral.
d. Bila terdapat tanda Osteopeni Of Prematury diberikan
kalium Fostat dengan dosis 3 mmol/kg/hari (dibagi
menjadi 3 dosis. Bila ada biaya diberikan Human Milk
Fortifer (penguat air susu ibu) dengan cara
mencampurkan yang telah dilatih sebelumnya oleh
tenaga kesehatan.
e. Bila ada riwayat Apnea Of Prematury Aminophilin di
berikan dengan dosis yang disesuaikan sampaikan usia
koreksi 34-37 minggu.
2. Tindakan yang diberikan bila terdapat komplikasi
1. Bila bayi tampak sakit maka perawat harus memanggil
dokter (PPDS) yang bertugas untuk memeriksakan
keadaan bayi. Dokter harus memutuskan apakah bayi
dapat dirawat diruangan PMK dengan pemantauan
khusus atau merawatnya kembali di kamar bayi.
2. Dokter yang bertugas harus memeriksa bayi di Ruang
PMK setiap hari.
a) Asupan Makanan :
1) Semua ibu dianjurkan memberikan ASI
(menyusui, per OGT atau dengan gelas).
2) Bayi yang mendapatkan minuman perOGT
dapat diberikan oleh ibu setelah diajarkan oleh
perawat/dokter, caranya : jumlah susu yang
diberikan sesuai dengan petunjuk dokter yang
bertugas.
3) Bayi yang mendapatkan minum per OGT tetap
dirangsang untuk mengisap payudara ibu.
4) Bila tolenransi dengan OGT baik dan telah full
feeds selanjutnya pemberian minum dapat
dengan menggunakan gelas bila telah ada reflex
menelan OGT bisa dilepas.
5) Pemberian minum dengan gelas di hentikan bila
telah terdapat koordinasi yang baik antara reflex
menelan dan memerah dan bayi langsung
menyusu dari ibunya.
6) Pemberian minum setiap 2 jam atau 3 jam sekali
ditentukan oleh dokter yang bertugas.
7) Bila bayi mendapatkan susu formula maka
perawat, dokter harus menganjurkan pemberian
susu dengan menggunakan gelas atau sendok.
Petugas kesehatan harus menjelaskan bahayanya
menggunakan botol (aspirasi, infeksi) cara
mencampur susu formula dan kebersihan alat-
alat minum.
4. Bayi dipulangkan
a. Indikasi Bayi Pulang :
1. Berat Badan > 1800 gr yang dipulangkan dari Ruang PMK
tidak semata-mata hanya berdasarkan BB saja tetapi juga
berdasarkan keadaan umum bayi dan predischarge score 17.
2. Ada dukungan dari keluarga untuk menjalankan PMK di
rumah.
3. Dalam observasi tanda vital stabil dan berat badan naik 20
g/hari, minimal 3 hari berturut-turut.
4. Ibu sudah mampu dan percaya diri dalam melakukan PMK
5. Ibu telah mampu member minum bayinya
6. Bila bayi terpaksa sebelum BB mencapai 1800 maka harus
didiskusikan terlebih dahulu.
a) Obat-obat saat pulang
1. Multi Vitamin di teruskan dan Vitamin E
dihentikan saat bayi dipulangkan.
2. Ferrous Glukosa diteruskan hingga bayi berusia 6
Bulan.
b) Pemantauan Pasca Rawat
1. Ibu diwajibkan melakukan pemantauan berkala
pasca rawat di Poli Anak RSUD Kab. Nunukan
dengan membawa Lembar Keterangan dari
Perinatologi.
2. Bila domisili ibu jauh dari Rumah Sakit di anjurkan
untuk melakukan pemantauan lebih lanjut di
fasilitas kesehatan terdekat dengan dibekali lembar
keterangan khusus.
UNIT TERKAIT Ruang Perinatologi
PROSEDUR TETAP
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO UJI TUBERKULIN
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu Tes Tuberkulin yang dilakukan dengan cara penyuntikan


intrakutan di bagian volar lengan bawah
TUJUAN Sebagai alat diagnostic TB
KEBIJAKAN Diperlukan tenaga medis yang terlatih
PROSEDUR Alat yang dibutuhkan
a) Semprit tuberculin
b) Jarum suntik no 26 atau 27
c) Tuberkulin
Cara melakukan
a) Uji tuberkulin mantoux dengan cara menyuntikkan 0,1 ml PPD
RT-23 2TU Atau PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar
lengan bawah, hingga terbentuk indurasi
b) Pembacaan dilakukan 48-72 setelah penyuntikan, yang diukur
adalah indurasi yang muncul, bukan hiperemi atau eritema
c) Indukasi diperiksa dengan cara palpasi, untuk menentukan
indurasi, ditandai dengan pulpen
d) Kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat
pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan dalam mm, selain
ukuran indurasi perlu juga dinilai tebal tipisnya indurasi, dan
dicatat jika ditemukan vesikel hingga bula
e) Jika tidak timbul indurasi sama sekali, hasilnya dilaporkan 0 mm
f) Uji tuberkulin sebaiknya tidak dilakukan pada kurun waktu 6
minggu setelah imunisasi morbili, MMR, dan Vricella
Interprestasi
a) POSITIF : Diameter indurasi >10 mm, dapat ditemukan pada
keadaan :
- Infeksi TB alamiah ( infeksi TB tanpa sakit, infeksi TB dan
sakit TB, TB yang telah sembuh
- Imunisasi BCG
- Infeksi mikribakterium atipik
b) NEGATIF : ditemukan pada keadaan ;
- Tidak ada infeksi TB
- Dalam masa inkubasi infeksi TB
- Anergi (keadaan penekanan sistem imunisasi oleh berbagai
keadaan, misal: gizi buruk, keganasan, penggunaan steroid
jangka panjang, morbili, pertussis, varicella, influenza
Bila didapatkan hasil yang meragukan, uji tuberkulin dapat diulang 2
minggu kemudian daan penyuntikan dilakukan di lokasi lain minimal
berjarak 2 cm
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENGAMBILAN SPUTUM
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu tindakan pengambilan dahak ( sputum ) dari paru-paru, dengan


cara 3 kali :
1. Sewaktu (kunjungan pertama)
2. Pagi (dirumah), hari kedua setelah kunjungan pertama
3. Sewaktu (di rumah sakit) saat menyerahkan sputum pagi (ke
dua)
TUJUAN Untuk menegakkan diagnostic TB
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medik
PROSEDUR Alat ;
- Pot sputum
- Hand scoon
- Masker
Langkah-langkah :
a) Berikan kepercayaan diri pada anak dengan menjelaskan padanya
( dan keluarga ), tujuan pengumpulan sputum
b) Instruksikan anak untuk mencuci mulut dengan air (berkumur)
sebelum mengeluarkan sputum, hal ini akan membantu
membersihkan mulut
c) Instruksikan anak untuk mengambil napas dalam sebanyak dua
kali, dan tahan napas beberapa detik setiap menarik napaas dalam,
setelah itu hembuskan napas perlahan- lahan, minta anak bernapas
untuk ketiga kalinya dan lalu hembuskan napas kuat-kuat,
mintakan anak untuk bernapas lagi dan lalu batuk.
d) Mintakan anak untuk memegang pot sputum dekat dengan bibir
dan meludahkan ke dalam wadah pot sputum yang bermulut
lebar, berpenampang 6 cm, atau lebih dengan tutup berulir, tidak
mudah pecah, dan tidak bocor (setelah batuk produktif) tutup pot
dengan erat. Petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan air
e) Jika jumlah sputum tidak mencukupi, semangati anak untuk batuk
kembali sampai diperoleh jumlah sputum yang mencukupi,
ingatlah bahwa banyak pasien tidak banyak mengeluarkan sputum
dari saluran Respiratorik, hanya dalam beberapa menit . berikan
waktu pada anak untuk mengeluarkan sputum yang dirasanya
cukup untuk mengeluarkan sputum dengan batuk yang dalam
f) Jika tidak ada ekspectorasi, por sputum dapat dianggap sudah
terpakai, dan harus dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kontaminasi kuman TB
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Laboratorium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO USAPAN TENGGOROK
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu tindakan mengusap tenggorokan dengan lidi kapas


TUJUAN Untuk menegakkan diagnostic
KEBIJAKAN Adanya tenaga medis dan para medis terlatih, tersedianya bahan dan
alat yang memadai
PROSEDUR Alat ;
- Hand Scoon steril
- Spatel Lidah
- Swab ( lidi kapas )
- Wadah tertutup
- Masker
Langkah-langkah :
a) Sebaiknya pasien belum mendapat pengobatan Antibiotik
b) Pasien disuruh menghadap sumber cahaya, kemudian disuruh
membuka mulut tanpa lidah menjulur, dan untuk pasien anak
yaang sudah mengerti disuruh berkata aaahh..
c) Sambil pasien berkata tersebut 2/3 lidah ditekan dengan alat
penekan lidah (tongues spatel) sehingga terlihat tonsil / faringnya
d) Hapuskan atau usapkan lidi kapas steril pada daerah faring dan
atau sekitar tonsil yang terinfeksi, lidi kapas jangan menyentuh
lidah atau bukkal
e) Banyaknya yang diambil adalah 2-3 batang lidi kapas yang terisi
penuh dengan sekret tenggorokan (pharingealswab)
f) Usapan tersebut dapatt disimpan pada suhu kamar maksimum 2
jam, atau segera dikirim ke laboratorium, idealnya swab
dimasukkan dalam botol media transfort carry dan balair atau
stuart, dan ini dapat disimpan di lemari biasa, maksimum 3 hari,
dalam lemari es maksium 15 hari.

UNIT TERKAIT Laboratorium


NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENGUKURAN TEKANAN
RSUD NUNUKAN
DARAH PADA ANAK

PENGERTIAN Suatu tindakan mengukur tekanan darah pada anak secara auskultasi
TUJUAN Untuk mengetahui tekanan darah pada anak secara auskultasi
KEBIJAKAN 1. Tersedianya tenaga medis dan paramedis
2. Tersedianya sarana dan prasarana
PROSEDUR Alat ;

- Manset anak
- Stetoskop
- Sphygmomanometer

Langkah-langkah :

a) Manset yang cocok untuk ukuran anak dibalutkan kuat pada


lengan atas dengan batas bawah kurang lebih 3 cm dari siku/fossa
kubiti
b) Temukan posisi arteri brachialis dengan cara palpasi pada fossa
kubitii kemudian menempatkan setoskop di daerah tersebut
c) Manset di pompa kira-kira 20-30 mgHg diatas tekanan yang
diperlukan untuk menimbulkan sumbatan pada arteri brachialis
d) Tekanan dalam manset kemudian diturunkan perlahan-lahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sampai terdengar bunyi suara
lembut (fase-1) dari korotkoff dan merupakan pertanda tekanan
darah sistolik kemudian disusul fase-2 yang ditandai dengan suara
bising (murmur), lalu disusul fase-3 berupa suara keras, setelah itu
suara mulai menjadi lemah (fase-4) dan akhirnya menghilang
(fase-5) . fase-5 ini merupakan petanda tekanan diastolik. Namun
pada beberapa anak jika fase-5 sulit didengar, maka fase-4
digunakan sebagai petunjuk tekanan darah diastolik
e) Pengukuran pada tungkai bawah, hampir sama dengan yang
dilakukan pada lengan atas, anak berbaring tengkurap sehingga
arteri poplitea dengan mudah dapat di auskultasi

UNIT TERKAIT -

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO VENA SEKSI
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Pemasangan infuse pada Vena dalam (Profunda) dengan cara
membedah jaringan kulit.
TUJUAN Mengganti pemasangan infuse yang superficial
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medik
Profesi.
PROSEDUR 1. Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan Antiseptik dan tutup
daerahnya dengan kain.
2. Infiltrasi kulit di atas pembuluh dengan Lodokain 0,5 %
3. Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah Anestesi
sepanjang 2,5 cm.
4. Disseksi tumpul, dengan menggunakan klem Hemostat yang
lengkang, vena diidentifikasi dan dipotong dan di bebaskan dari
semua jaringan sekitarnya.
5. Angkat dan diseksi vena tersebut sepanjang kira-kira 2 cm untuk
melepaskannya dari dasarnya.
6. Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan
ditempat untuk ditarik (traction).
7. Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cepat
8. Buat Venotomi yang kecil melintang dan diatasi perlahan-lahan
dengan ujung klem hemostat yang ditutup.
9. Masukkan kanul plastic melalui venotomi dan ikat dengan ligasi
proksimal keliling pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan
dengan panjang yang cukup untuk mencegah terlepas.
10. Sambung pipa intervena dengan kanul dan tutuplah insisinya
dengan jahitan interupsi
11. Pasang pembalut steril dengan Antibiotik topical
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. OK
3. Anestesi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO VENA SEKSI (VENOKLISIS)
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Pemberian terapi cairan intravena melalui vena bagian dalam
(profunda)
TUJUAN Untuk pemberian terapi cairan intravena bila cairan perkutan tidak
mungkin
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi standar pelayanan medik
PROSEDUR Lihat SOP Venaseksi Bedah
UNIT TERKAIT Bagian Bedah/OK

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN SONDE
RSUD NUNUKAN
LAMBUNG
PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan sonde lambung ( feeding tube ) melalui
hidung/mulut ke lambung
TUJUAN 1. Untuk pemberian makanan enteral pada bayi prematur/kelainan
neurologi, anak yang tidak dapat makan peroral
2. Untuk pemberian obat-obatan secara langsung
3. Pemeriksaan analisis getah lambung
4. Untuk dekompressi/pengosongan lambung
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medik
PROSEDUR Kontra indikasi :
a) Pasca Esofagoplasti
b) Perforasi Esofagus
Peralatan :
a) Alat pengisap
b) Sonde lambung ukuran 3,5 F;5Fr;8Fr untuk bayi, untuk anak-anak
9 12 Fr
c) Plester, pinset
d) Aquades inj. Atau NaCl 0,9%
e) Spoit 5 ml dan 20 ml
f) Stetoskop
Langkah langkah :
a) Pasien ditidurkan terlentang dengan posisi kepala lebih tinggi
b) Lubang hidung dan orofaring dibersihkan dengan pengisap secara
hati-hati
c) Panjang bagian sonde lambung yang akan dimasukkan
diperkirakan dengan jalan mengukur jarak dari lobang hidung ke
daun telinga bawah dan ke prosessus xipoideus di sternum
d) Sambil memasukkan sonde, denyut jantung di pantau (awas
Bradikardi)
e) Spoit dipasang pada pangkal sonde
- Bila diisap, cairan lambung akan mengalir keluar, ini
ditampung sesuai kebutuhan
- Bila sonde lambung akan dipergunakan untuk pemberian
makanan atau obat, diperiksa sekali lagi, apakah ujung sonde
tersebut betul berada di lambung (bukan di paru), yaitu dengan
memasukkan udara melalui spoit 5 10 ml dan didengarkan di
daerah lambung dengan stetoskop
- Bila sonde lambung akan dipergunakan untuk dekompressi
udara, maka pangkal sonde dimasukkan ke dalam bejana berisi
air steril atau air bersih
f) Sonde difiksasi dengan plester
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN KATETER URIN
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Melakukan insersi kateter/foley kateter melalui uretra ke muara
kandung kemih untuk mengeluarkan urin
TUJUAN 1. Memulihkan/mengatasi retensi urin akut atau kronik
2. Pengaliran urin persiapan operasi atau pasca operasi
3. Menentukan jumlah urin sisa sesudah miksi/balance cairan
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan paramedis
Tersedianya alat/sarana dan prasarana
PROSEDUR Alat :
a) Hand scoon steril
b) Poley kateter (ukuran 9,11,dan 13)
c) Duk steril
d) Jelly
e) Kasa steril
f) Cairan antiseptic untuk pembersih OUE
g) Botol steril untuk pemeriksaan kultur jika diperlukan
h) Urin bag
i) Lampu sorot
Langkah-langkah :
a) Anak laki-laki
- Mencuci tangan
- Mengatur posisi anak supine dan kaki dilebarkan
- Menempatkan duk steril di atas paha
- Mencuci tangan dan memasanghand scoon steril
- Meletakkan duk bolong di sekitar perianal
- Mengolesi kateter dengan jelly
- Mencuci glans penis di sekitar meatus dengan antiseptik
menggunakan kasa steril
- Memegang penis (dengan tangan kiri) dan menegakkannya
- Memasukkan kateter ke dalam uretra sampai urin mengalir
keluar
- Menarik penis agak kebawah jika agak sulit memasukkan
kateter
- Menampung urin pada botol steril untuk pemeriksaan jika
diperlukan
- Jika urin sudah keluar, masukkan kateter ke dalam kurang
lebih 2,5 cm
- Mencabut kateter jika urin sudah habis atau mengembungkan
balon kateter dengan menggunakan spoit berisi air/NaC1 steril
sebanyak yang ditentukan oleh pabrik kateter
- Memfiksasi kateter ke abdomen bawah
- Menyambung kateter dengan urin bag sebelum kateter
dimasukkan ke uretra
- Mendokumentasikan hasil pemasangan kateter urin dan respon
anak pada catatan pasien
b) Anak perempuan
- Mencuci tangan
- Mengatur posisi anak supine dan litotomi
- Menghidupkan lampu ke arah genital
- Menekuk lutut anak
- Menutup area yang tidak digunakan
- Mengalasi dengan duk steril
- Mencuci tangan
- Memakai handscoon steril
- Memisahkan labia minora dan meletakkan satu tangan untuk
mempertahankan posisi
- Membersihkan daerah meatus dari atas ke bawah memakai
kasa steril, hanya satu kali usapan
- Memasukkan kateter yang sudah diberi jelly ke dalam meatus
uretra sampai urin mengalir keluar
- Menampung urin pada botol steril untuk pemeriksaan jika
diperlukan
- Mencabut kateter jika urin sudah habis atau mengembangkan
balon kateter dengan menggunakan spoit berisi aquades injeksi
sebanyak yang ditentukan oleh pabrik kateter menfiksasi
kateter ke abdomen bawah
- Menyambung kateter dengan urin bag sebelum kateter
dimasukkan di uretra
- Merapikan pasien
- Menilai kondisi anak
- Mengatur posisi urin bag lebih rendah dari kandung kemih
anak
- Mendokumentasikan hasil pemasangan kateter urin dan respon
anak pada catatan pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Laboratorium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO FUNGSI LUMBAL
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu cara memperoleh cairan serebrospinal yang paling sering


dilakukan pada segala umur dan relatif aman.
TUJUAN Untuk menegakkan diagnosa dan untuk pengobatan.
Indikasi ;
a. Kejang
b. Paresis atau paralisis termasuk paresis N.VI
c. Ubun-ubun besar menonjol
d. Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
e. Leukimia
f. Sepsis
g. TB miliar
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan paramedis yang terlatih
Tersedianya alat dan bahan yang memadai
Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medis
PROSEDUR Alat :
a) Lumbal fungsi set
b) Handscoon steril, masker
c) Botol penampung cairan serebrospinal
d) Alkohol 70%
e) Duk steril
Pasien pasien :
a) Posisi berbaring miring
- Anak dibaringkan miring dimeja dekat pinggir, kepala
ditekuk pada leher, dan lutut didorong ke atas depan hingga
bertemu dengan kepala menunduk
- Seorang asisten membantu memegang pasien dengan kedua
tangan pasien dijepit diantara kedua lutut pasien, dan
memegang pasien pada leher/bahu serta pantat
b) Posisi duduk
- Anak disuruh duduk bebas di meja dengan punggung
membungkuk dan siku menempel di lutut. Dapat pula ditaruh
bantal besar didepan perut dan pasien disuruh mendekap
bantal tersebut. Pada bayi harus dipegangi oleh asisten dalam
posisi duduk dengan menekuk paha kedepan perut
- Asisten memegang lutut dan siku kanan dengan tangan kiri,
dan memegang lutut dan siku kiri pasien dengan tangan
kanan.
c) Tempat fungsi lumbal
Pada garis potong yang menghubungkan spina iliaka anterior-
superior (SIAS) kiri dan kanan dengan kolumna vertebralis.
(biasanya L3-L4 dan boleh turun L2-L3, tetapi tidak boleh pada
bayi)
Langkah-langkah :
a) Bersihkan tempat fungsi lumbal sekitar 10 cm ke semua arah diri,
tempat fungsi dengan larutan alcohol 70%, pasang kain penutup
steril diatas dan dibawah dan daerah fungsi lumbal dibiarkan
terbuka
b) Tentukan tanda didaerah yang akan ditusuk dengan menekankan
ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama
kira-kira 15-30 detik. Tindakan ini akan memberikan tanda di
daerah tersebut selama kurang lebih 1 menit
c) Jarum fungsi lumbal yang sesuai ditusukkan didaerah yang telah
ditentukan tersebut. Jarum akan melalui beberapa lapisan yang
terasa sebagai tahanan
d) Misalnya ligamentum flavun dan durameter. Setelah menembus
jaringan ini terasa tahanan berkurang, terlebih setelah menembus
durameter. Kemudian mandren dicabut dari fungsi perlahan-lahan
untuk mengetahui apakah daerah cairan serebrospinal telah
tercapai
e) Bila cairan belum keluar, jarum diputar 90% pada tempat yang
sama, mungkin ada yang menyumbat. Bila masih belum keluar
cairan tusukkan sedikit lebih dalam lagi dengan mandren yang
telah dimasukkan kembali kedalam jarum, kemudian cek lagi
dengan cara tersebut diatas. Jarak antara kulit dan ruang
subaraknoid berbeda pada setiap anak, sesuai dengan umur dan
keadaan gizi pasien. Biasanya 1,5 2,5 cm pada bayi dan
meningkat sampai 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja
jaraknya 6-8 cm.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap
2. laboratorium
MALARIA

Kriteria Diagnosis

Demam
Infeksi tunggal pada anak non imun demam 2 12 jam tiap kali sporolasi dan akan
bertambah tiap 24-48 jam pada malria tropika, 48 jam pada tertian dan ovale, tiap 72
jam pada ovale
Infeksi ganda / kombinasi demam dapat terus menerus
Hepatomegali
Splenomegali
Anemia
Mengigil
Nyeri kepala
Nyeri hipokondrium kiri
Mual
Muntah
Mulut terasa pahit
Lemah
Ikterus
Kesadaran menurun

DiagnosaBanding

Demam typoid
Demam para typoid
Leukemia
Sepsis
Influenza
Bronchitis
Bronchopneumonia
Meningitis

Pemeriksaan penunjang

Hapusan darah tepi


Foto thorax
D1
Perawatan rumah sakit

Rawat inap

Terapi
Medikamentosa

a. Untuk semua spesies plasmodium, kecuali P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin
- Klorouin sulfat oral, 25 mg/kg BB terbagi dalam 3 hari, yaitu 10 mg/kgbb pada hari
ke-1 dan 2, serta 5 mg/kgbb pada hari ke 3
- Kina dihidroklorida intravena 1 mg/kgbb dosis dalam 10 cc/kgbb larutan dekstrosa
5% atau larutan NaCl 0,9% diberikan perinfus dalam 4 jam, diulang tiap 8 jam
dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian
obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 hari
b. Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokiun
- Kuinin sulfat ortal 10 mg/kgbb/dosis; 3 kali sehari selama 7 hari. Dosis untuk bayi
adalah 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari
- Ditambah tertasiklin oral 5 mg/kgbb/kali, 4 kali sehari selama 7 hari ( maks 4 x 250
mg/hari)
c. Regimen alternative
- Kuinin sulfat oral
- Kuinin dihidroklorida intravena ditambah pirimetamin sulfadoksin (fansidar) oral
- Pada malaria biliosa maka dosis obat antimalaria diturunkan menjadi dosis dengan
jumlah hari pemberian menjadi 2x lebih panjang

Dosis primetamin sulfadoksin (fansida) menurut umur

Umur ( tahun ) Fansidar ( tablet )

<1
1 3
4 8 1
2
914
3
>14

d. Pencegahan relaps
Primakuin fosfat oral
- Malaria falciparum : 0,5 0,75 mg basa/kgbb, dosis tunggal pada hari pertama
pengobatan
- Malaria vivax, malaria dan oval : 0,25 mg/kgbb, dosis tunggal selama 5 -14 hari

Suportif
Pemberian cairan, nutrisi, transfuse darah

- Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan dengan pemberian oral
atau parenteral
- Pelihara keadaan nutrisi
- Tranfusi darah ack red cell 10 ml/kgbb atau whole blood 20 ml/kgnn apabila anemia
dengan Hb <7,1 g/dl
- Bila terjadi pendarahan, diberikan komponen darah yang sesuai
- Pengobatan gangguan asam basah dan elektrolik
- Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik , bila perlu pasang CVP
- Pertahankan oksigenasi jaringan, jika perlu berikan oksigen. Apabila terjadi gagal
napas perlu pemasangan ventilator mekanik ( bila mungkin )
- Pertahankan kadar gula darah normal

Antipiretik

- Diberikan apabila demam >39C, kecuali pada riwayat kejang demam dapat
diberikan lebih awal
- Bila kejang diberi diazepam
- Bila syok diberi terapi syok dengan RL dilanjutkan dengan dextran L 40%
dilanjutkan dengan NaCl/dektrose

Penyulit

Resistensi falciparum terhadap obat antimalaria


Syok
Hipoglikemia
Black water fever
Malaria
Anemia

Inform Consent

Perlu (tertulis)

Lama Perawatan

1 minggu

Masa Pemulihan

1 minggu

Output

Sembuh total

Kematian 30%
MENINGITIS BAKTERIAL

Kriteria Diagnosis

Berdasarkan gejala klinis :


- Gejala infeksi akut : demam, batuk, pilek, diare
- Gejala peninggian intracranial : muntah
- Gejala rangsangan meningeal : kejag, kaku kuduk, lethargi, status epilektikum,
kesadaran menurun, koma
Berdasarkan cairan serebrospinal :
- Berwarna opalusen sampai keruh dengan reaksi none daan pandi positif
- Jumlah sel biasanya 100 10.000/mm3, dengan hitung jenis predominan sel PMN ;
protein 200-500 mg/dl, glukosa <20 mg/dl
- Pada kasus berat LP (lumbal fungsi) harus ditunda
Diagnosis dipastikan dengan biakan cairan serebrospinalis

Diagnosis Banding

Ensefalitis
Epilepsy yang sedang mengalami demam
GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau glikemia
Encepalofati hipertensi, hipoksia SSP
Meningitis serosa

Pemeriksaan Penunjang

Fungsi lumbal
Dl, KDL, elektrolit
Biakan cairan serebrospinal

Konsultasi

Bedah : Jika ada komplikasi seperti abses otak atau Hidrosefalus

Terapi

Diawali dengan terapi empiris :

1-3 bulan : ampisili 200-400 mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV, dan sefotaksim 200
mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV atau Seftriakson 100 mg/kgbb/hr setiap 12 jam IV
> 3 bulan : sefotaksim 200 mg/kgbb/hasi setiap 6-8 jam IV atau seftriakson 100
mg/kgbb/hari setiap 12 jam IV atau ampisilin 200 mg/kgbb/hari setiap 6 jam IV plus
kloramfenikol 100 mg/kgbb/hari setiap 6 jam
Deksametason 0,6 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis untuk 2 hari pertama ( rekomendasi
amerika academy of pediatric) dosis awal diberikan sebelum atau pada saat pemberian
antibiotic.

Penyulit

Gagal nafas
Ventrikulitis
Hidrosefalus
CP (cerebral palsy)

Inform consent

Perlu (tertulis)

Lama perawatan

Bila tidak ada penyulit, 10 21 hari

Masa Pemulihan

Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Output

Gangguan perkembangan saraf berat (10%)

Retardasi mental (10%)

Kejang (5-8%)

Keterlambatan bicara (15%)

Gangguan pendengaran (10-15%)

Gangguan penglihatan (2-5%)

Gangguan tingkah laku (10%)

Gangguan perkembangan motorik (3-7%)


ASMA BRONKIAL

Kriteria diagnosis

Batuk, sesak nafas berulang, riwayat atopi sendiri/keluarga


Nafas berbunyi (mengi) berulang, retraksi, hipersonor
Ekspirasi memanjang (wheezing)

Diagnosa banding

Bronchiolitis 9 ( pada anak berumur < 2 th )


Korpus alienum di saluran napas (pada anak kecil) atau kelenjar timus yang menekan
trakea
Penyakit paru kronik (fibrosis kistik, bronkioesktasis)
Asma kardial
Kelainan trakea dan bronkus

Pemeriksaan Penunjang

DL
Foto thorax
Uji tuberculin
EKG
Uji kulit alergi dan imunologi

Perawatan RS

Perawatan untuk yang sedang dan berat

Terapi

Asma serangan ringan, berikan salah satu obat :

Teofilin 3-4 mg/kgbb tiap 6-8 jam, oral


Salbutamol 0,08-o,12 mg/kgbb/kali atau
Terbutalin 0,05-0,075 mg/kgbb/kali atau

Asma serangan sedang-berat


Nebulizer golongan bronkodilator/inhalasi
Untuk inhalasi :1 2 semprotan, tiap 4-6 jam
Untuk nebulizer :
- Salbutamol 0,5% : 0,01 0,03 ml/kgbb (max 1 ml)
- Terbutalin 1% : 0,03 ml/kgbb (max 1 ml)
- Feneteral (berotec) 0,1% : 5 tetes; 0,5%: 2 tetes
Status asmatikus

Inhalasi atau nebulizer bronkodilator


O2 1-2 1/ltr (melalui nasoofaring atau masker)
Infuse
Posisi setengah duduk
Deksametason 0,3 mg/kgbb (IV) dilanjutkan 0,3 mg/kgbb/hr dibagi 3 dosis
Mukolitik (kalau diperlukan)
Bila tidak dapat diatasi rawat diruang observasi
Teofilin ;
- Awal ; bila dalam 6-8 jam terakhir tidak mendapat teofilin berikan 5
mg/kgbb dalam larutan NaCl/dextrose 10% (1;3) + KCL 5 mEq/500 cc
dalam 15-20 menit. Bila telah mendapatkan teofilin dalam 6-8 jam
terakhir, periksa kadar teofilin dalam darah
- Pemeliharaan : teofilin per drip (3-4 mg/kgbb setiap 6-8 jam, pantau
tanda-tanda keracunan teofilin)

Penyulit

Emfisema
Pneumotoraks
Atelektasis
Bronkioektasis
Gagal nafas
Gagal jantung

Inform consent

Perlu (tertulis)

Lama perawatan

Bergantung derajat penyakit

Masa pemulihan

80 % sembuh/menghilang
Penilaian derajat serangan asma

Parameter ringan sedang berat Ancaman


klinis, fung si henti nafas
paru,
laboratorium
Sesak timbul Berjalan bayi; Berbicara bayi Istirahat
pada saat menangis ; tangis
keras pendek dan
lemah
kesulitan,
Bicara Kata-kata
Kalimat makan
penggal
Posisi kalimat Duduk
Bisa berbaring bertopang
lebih suka tangan
duduk
Kesadaran Biasanya Kebingungan
Mungkin irritable
irritable Biasanya
Sianosis irritable Ada sangat Nyata
mengi Tidak ada nyaring, sulit/tidak
sedang, sering Tidak ada terdengar terdengar
hanya pada nyaring, tanpa
akhir expirasi sepanjang stetoskop
expirasi
inspirasi
Sesak nafas Minimal Berat Gerakan
Otot bantu biasanya tidak Sedangnya ya paradok
nafas biasanya ya torako-
abdominal
dangkal/hilang
Dangkal, Dalam,
Retraksi retrasksi Sedang ditambah
interkostal ditambah magas cuping
retraksi hidung
suprasternal
meningkat
Laju nafas meningkat meningkat menurun

Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :

Usia laju nafas normal


< 2 bln < 60/menit
2-12 bln < 50/menit
1-5 thn < 40/menit
6-8 thn < 30/menit
Alur tata laksana serangan asma pada anak

Nilai derajat serangan


( sesuai table )

Tata laksana awal :


Nebulisasi b-agonis 1-3x, selamg 20 menit
Nebulisasi ke tiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi, 1 x (+antikolinergik)

Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat


( nebulisasi, respon baik, ( nebulisasi 2-3x, respon ( nebulisasi 3x , respon
gejala hilang) parsial) buruk )
Observasi 1-2 jam Berikan O2 (2-4 Berikan O2
Jika efek bertahan, lt) Pasang infuse
boleh pulang Nilai kembali Nilai ulang
Jika gejala timbul serangan, jika klinisnya, jika
lagi perlakukan sesuai serangan sesuai dengan
sebangai sedang observasi serangan berat
serangansedang sehari RI (rawat inap)
Pasang jalur Foto thorax
parenteral

Boleh pulang Ruang observasi Ruang rawat inap


Bekali obat B O2 teruskan O2 tetap diberi
agonis Berikan steroid Atasi dehidrasi
Jika sudah ada obat oral dan asidosis jika
pengendali, Nebulisasi tiap 2 ada
lanjutkan jam Steroid IV/6-8
Jika pencetusnya Bila dalam 8-12 jam
visrus, dapat diberi jam ada perbaikan Nebul/1-2 jam
steroid oral boleh pulang Aminofilin IV
Dalam 24-48 jam Jika dalam 12 jam awal, lanjut
control ke klinis belum rumatan
poliklinik membaik, rawat Jika membaik
inap dalam 4-6x
nebul, interval
jadi 4-6 jam
Jika dalam 24
jam klinis
membaik, boleh
pulang
Jika dengan
aminofilin dan
steroid
parenteral tidak
membaik, alih
rawat ke NICU
SINDROM NEFROTIK

Kriteria Diagnosis
Edema umum
Proteinuria massif (40 mg/m2/jam atau +3s/d4) dapat disertai hematuri
Hipoproteinemia (hipoalbuminemia) <2,5 mg/dl
Hipercolesterolemia >250 mg/dl
LED meningkat

Diagnose banding
GNA/sindrom nefritik akut
Kwashiorkor

Pemeriksaan penunjang
DL,KDL, elektrolit
UL

Terapi
Tirah baring
Diet tinggi protein (3-5 gr/kgbb/hari), rendah garam (0,5-1 gr/hr)
Prednisone 2 mg/kgbb/hr (maksimum 80 mg/hr) dalam dosis terbagi selama 4 minggu,
dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (maks 60 mg/hr) dosis tunggal pagi selang sehari
selama 4-8 minggu (pakai BB koreksi)
Diuretic (furosemid 1-2 mg/kgbb (iv) atau 2-4 mg/kgbb/hari (oral) selama 8-12 minggu
Beri antibiotic ampicilin/amoksilin 50 mg/kgbb/hari selama 4-7 hari
Pemberian albumin/plasma, bila edema refrakter atau tanda re

Penyulit
Gagal ginjal akut
Infeksi sekunder
Renjatan hipovolemik
Kejang tetani karena hipokalsemia

Inform consent
Perlu (tertulis)

Lama perawatan
2 4 minggu

Masa pemulihan
Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Output
93% sembuh total, 7% relaps
HEPATITIS AKUT

Kriteria diagnosa
Gejala prodromal : anokreksia, mual, muntah, demam
Ikterus, tinja pucat, urin berwarna gelap
Hepatomegali, spelnomegali
Ada riwayat kontak dengan penderita hepatitis

Diagnose banding
Malaria
Demam typoid

Pemeriksaan penunjang
DL, UL
KDL, IGM antiHIV, Hbsag, IGM anti HBC
USG

Terapi
Tirah banding
Hindari pemberian obat-obatan yang bersifat hepatotoksik
Terapi simptomatik

Penyulit
Syok sepsis

Inform consent
Perlu (teertulis)

Lama perawatan
1 minggu

Lama pemulihan
Tergantung keadaan umum penderita\

Output
Sembuh total
GLOMERULUS NEFRITIS AKUT PASCA STRPTOKOSUS (GNAPS)

Kriteria Diagnosa
Edema, hematuri gross atau mikroskopis, hipertensi dan oligouria
Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1-3 minggu sebelumnya

Diagnose banding
Sindrom nefrotik

Pemeriksaan penunjang
UL
DL, KDL, ASTO, Elektrolit
Foto thorax bila perlu

Perawatan rumah sakit ;


Rawat inap

Terapi
Tirah banding
Diet protein : 1-2 gr/kgbb/hr, rendah garam 0,5 1 gr/hr
Penicillin prokain 50.000 U/kgbb/hr maks 600.000 U, atau amoxilin 50 mg/kgbb/hr
selama 10 hari
Furosemid 1-2 mg/kgbb/hr (IV) dinaikkan bila ada oligouri/anuri, atau 2-4 mg/kgbb/hr
peroral
Hipertensi TD 135/100-110 mgHg, beri kaptopril 0,3 1 mg/kgbb/hr
Bila kejang beri diazepam 0,3 mg/kgbb
Encefalopati hipertensi atau kasus hipertensi berat >170/120 mmHg beri klonidin drip
atau nifedipin sublingual

Penyulit
Gagal ginjal akut
Edema paru akut
Encefalopati hipertensi

Inform consent
Perlu (tertulis)

Lama perawatan
10-14 hari

Lama pemulihan
1 s/d 3 bulan

Output
Sembuh total
INFEKSI SALURAN KENCING

Kriteria Diagnostik
Demam, nyeri suprapublik, disuria, polakisuria, ngompol, inkontinensia urin nyeri ketok sudut
kostoverbal, fimosis, sinekia vilva, hipospadia, epispadia, epispadia, spina bifida

Pemeriksaan penunjang
UL
Biakan urin
USG, BNO IVP

Diagnosa banding
Volvovaginitis

Perawatan rumah sakit


Rawat inap RS
Rawat jalan/poliklinik

Terapi
Antibiotic sesuai uji mikrologi
Antibiotic awal : kotrimoksazol selama 7-10 hari

Penyulit
Batu saluran kencing
Refluks vesikoureter
Gagal ginjal

Inform consent
Perlu

Lama perawatan
14-21 hari

Lama pemulihan
7-10 hari

Output
Sembuh total, relaps
HIPERTENSI

Kriteria diagnosis
Sakit kepala, mual, muntah, kejang, nyeri perut, gelisah, rasa berdebar-debar, perdarahan
hidung
Periksa tekanan darah pada ke-4 anggota gerak untuk mencari koartasio aorta
Kesadaran menurun sampai koma
Tekanan sitole dan diastole meningkat
Tanda-tanda encefalopati

Pemeriksaan penunjang
UL, DL, KDL
Foto thorax
USG atas indikasi
EKG atas indikasi

Terapi
Diit rendah garam dan retriksi cairan
Turunkan berat badan bila anak obesitas
Tek. Distolik 90-110 mgHg : furosemid + kaptopril
Tek. Diastol 120 mmHg atau encefalopati : nifedipin sublingual 0,1 mg/kgbb/kali
pemberian + furosemid 2 mg/kgbb IV atau oral, naikkan 0,1 mg/kgbb/kali setiap 30
menit (maks 10 mg/kali)
Tek. Diastole 90-110 mmHg, lanjut kaptopril + furosemid oral
Tek. Diastole 120 mmHg klonidin drip 0.002 mg/kgbb/ 8 jam + dextrose 5%
+furosemid, bila perlu tambah kaptopril

Penyulit
Encefalopati hipertensi
Gagal jantung
Gagal ginjal akut

Inform consent
Perlu

Lama perawatan
14-21 hari

Lama pemulihan
7-10 hari

Output
Sembuh sempurna
GASTROENTERITIS

Bab lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari satu minggu

Anamnesa :
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi tinja,
lendir dan atau darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun, rasa
haus, rewel, kapan kencing terakhir, suhu badan
Jumlah caairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa
Apakah ada yang menderita diare disekitarnya , darimana sumber air minum

Pemeriksaan fisik :
Harus diperhatikan tanda utama : kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen
Perhatikan juga tanda tambahan : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung, air mata ada
atau tidak ada, mukosa mulut dan bibir, lidah dan timbang berat badan

1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)


- Tidak ditemukan tanda utama dan tambahan
- Ku baik, sadar
- TV dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, airmata ada, mukosa mulut dan
bibir basah
- Akral hangat
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain ( tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen

2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


- Ada dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
- KU gelisah, cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan)


- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua lebih tanda tambahan
- KU lemah, letargi,atau koma
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,mikosa mutu
Dan bibir snangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus Rawat Inap

Pemeriksaan Penunjang
- FL, Elektrolit
- DL
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotic sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang, sebagai pilihan
(Kotrimoksazol, Amoksisilin,)
- Anti parasit; metronidazol

Terapi cairan :
Peroral :cairan rumah tangga, oralit
Parenteral : RL, asering, NaCl

Menurut derajat dehidrasi :


1. Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga, ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
dengan dosis : < 1 th : 50-100 cc, 1 5 th: 100-200 cc, > 5 th semaunya
2. Dehidrasi ringan sedang
75 cc/kgbb dalam 3 jam pertama, selanjutnya sesuai dengan diatas
3. Dehidrasi berat
RL atau asering 100 cc/kgbb
< 1 th : 1 jam I 30 cc/kgbb
5 jam II 70 cc/kgbb
> 1 th : jam II 30 cc/kgbb
2 jam II 70 cc/kgbb
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgbb selama proses rehidrasi

Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan
Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering
Makanan rendah serat
Buah-buahan diberikan terutama pisang
KEJANG DEMAM

Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu >38,4c per rectal) tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut,
Terjadi pada anak usia > 1 bulan ( 6 bulan 4 tahun )
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya

Kejang demam dibagi menjadi :


- Kejang demam sederhana
- Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana


- Kejang bersifat umum
- Kejang berlangsung sebentar ( < 15 menit )
- Hanya terjadi satu kali dalam 24 jam

Kejang demam kompleks :


- Kejang bersifat fokal
- Lama kejang > 15 menit
- Kejang berulang dalam 24 jam

Anamnesa
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran , lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat
- Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
- Singkirkan penyebab kejang lainnya

Pemeriksaan fisis
- Kesadaran
- Suhu tubuh
- Tanda rangsangan meninggal
- Tanda peningkatan intracranial
- Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat

Pemeriksaan penunjang
- Dl, KDL, UL, FL
- Elektrolit
- Fungsi lumbal

Diagnose banding
- Meningitis
- Encephalitis
- Epilepsy yang sedang mengalami demam
- GED+demam+kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemia

Terapi
- Mempertahankan fungsi vital dengan memperhatikan ABCD
- Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgbb/hari tiap 4-6 jam, atau ibuprofen 5-10
mg/kgbb/hari tiap 4-6 jam
- Anti kejang, diazepam oral 0,3 mg/kgbb/dosis tiap 8 jam saat demam, atau perrectal
0,5/kgbb setiap 12 jam saat demam
- Perhatikan bagan penghentian kejang demam

Penyulit
- Status konvulsi
- Gagal napas

Inform consent
Perlu ( tertulis )

Lama perawatan
Selama keadaan umum masih jelek

Masa pemulihan
Beberapa hari

Output
Bila tidak ada penyulit sembuh total
DEMAM BERDARAH DENGUE / DSS

Definisi
Suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus flavirus

Anamnesa
Pemeriksaan fisik
- Demam, terjadi mendadak terus menerus selama 2 7 hari
- Lesu, tidak mau makan, muntah
- Sakit kepala, nyeri otot, nyeri perut
- Manifestasi perdarahan torniquest test positif maupun spontan berupa peteci.
Ekomosis, purpura, epistaktis, perdarahan gusi, hematemesis, melena
- Pembesaran hati
- Syok ringan sampai berat, dengan cyanosis/asidosis
- Laboratorium ;
- Trombositopeni : < 100.000 /mm3
- Hemokonsentrasi, peningkatan Hb atau Ht > 20%
- Syarat : laboratorium terpenuhi + minimal 2 kriteria klinik

Diagnose banding
- Demam cikungunya
- Campak
- Rubella
- Sepsis
- Meningitis meningkok
- ITP
- Leukemia
- Anemia aplastik

Pemeriksaan penunjang
DL, uji serologis, foto rongent

Perawatan RS
Rawat inap

Terapi
1. Terapi DBD
- Istirahat
- Parasetamol/kompres
- Minum banyak
2. Terapi DSS
- Infuse RL 10-20 ml/kgbb secara bolus diberikan dalam 30 menit
- Apabila syok belum teratasi tetap diberikan Rl 20 ml /kgbb ditambah koloid 20-30
ml/kgbb/jam maksimal 1500 ml/hari
- Pemberian cairan diturunkan 10 ml/kgbb sampai 24 jam pasca syok
- Diturunkan lagi menjadi 7 ml/kgbb/jam selanjutnya 5 ml, dan 3 ml apabila tanda vital
baik
- Ukur balance cairan, jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi
membaik
- Oksigen 2-4 1/menit
- Transfuse darah segar 10 ml/kgbb/jam jika diduga telah terjadi perdarahan baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan
- Profilaksis dengan antibiotic
- Digitalis bila diperlukan
- Diuretic bila diperlukan
- Diazepam bila disertai kejang

Penyulit
- Syok berulang
- Perdarahan berulang
- Kelemahan jantung
- Encefalopati
- Infeksi oleh kuman lain
- Syok irreversible

Inform consent
Perlu (tertulis)

Lama perawatan
1 minggu

Lama pemulihan
1 minggu

Output
Sembuh total
Kematian 5%
PNEUMONI

Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial

Kriteria diagnosa
1. Broncopneumoni
- Panas, batuk, sesak nafas, takipneu, takikardi
- Retraksi interkostal
- Ronchi basah, sedang, nyaring
- Pada foto thorax tampak bercak berawan dengan batas tidak tegas

2. Pneumoni lobaris
- Anak lebih sukar tidur pada sisi yang terkena
- Pergerakan thorax yang terkena berkurang
- Pada perkusi redup
- Fremitus meningkat
- Suara pernapasan subbronchial sampai bronchial
- Ronchi basah, halus, krepitasi
- Pada foto thorax tampak perselubungan homogen dengan batas sesuai lobus paru

Diagnose banding
- Bronkchiolitis
- Aspirasi benda asing
- Empiema
- Abses paru
- Gagal jantung
- Meningitis

Pemeriksaan penunjang
DL, foto thorax, tes mantouks

Perawatan RS
Rawat inap kalo berat

Terapi
- Tirah banding, posisi setengah duduk jika sesak sekali
- Oksigen
- Puasa sementara
- Pasang IVFD
- Antibiotic, disesuaikan dengan kelompok umur

Penyulit
- Empisema
- Meningitis, perikarditis

Inform consent
Perlu ( tertulis )

Lama perawatan
7 14 hari ( kadang-kadang lebih dari 3 minggu )
Lama pemulihan
2 3 minggu

DEMAM TIFOID

Kriteria diagnosa
- Demam lebih dari 7 hari
- Bibir kering dan pecah-pecah
- Lidah tertutup selaput kotor, ujung dan tepinya kemerahan, tremor
- Abdomen kembung diserati dengan pembesaran hati dan limpa dengan nyeri tekan
- Gangguan kesadaran, apatis-samnolen,mkadang-kadang bingung/mengigau
- Relative bradikardi, limfositosis relative
- Tes lab; salmonella titer O > 1/160 atau kenaikan 4 x liter fase akut ke fase
konvalesens

Diagnose banding
- Influenza
- Gastroenteritis
- Bronkcitis
- Broknopneumoni
- Malaria
- Faringitis
- Anemia
- Sepsis

Pemeriksaan penunjang
- DL
- Serologi widal
- Foto thorax
- Foto abdomen

Perawatan rumah sakit


Rawat inap

Terapi

1. Antibiotik

- Kloramfenikol 50-100 mg/kgbb/hari atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
- Amoksilin 100 mg/kgbb/hari selama 10 hr
- Seftriakson 80 mg/kgbb/hari sekali sehari selama 5 hr
- Pada kasus berat dengan gangguan kesedaran bisa diberikan kortikosteroid,
deksametason 1-3 mg/kgbb/hari (iv), dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik
- Antiseptik, apabila demam > 39C
2. Suportif
Vitamin B Kompleks dan vitamin C

- Dietik
Tinggi kalori dan protein, makanan lunak, mudah dicerna

Penyulit
- Pendarahan usus
- Perforasi usus
- Ensefalitis/encepalofati
- Meningitis
- Syok

Inform consent
Perlu (tertulis)

Lama perawatan
1-3 Minggu

Lama pemulihan
2 Minggu

Out put
Sembuh total
Kematian
SPO SMF BEDAH
(BEDAH, THT, MATA)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN NUNUKAN
PROSEDUR TETAP
BAGIAN BEDAH

BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN
TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO VULNUS
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Hilang/rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh benda tajam,


benda tumpul, bahan kimia, ledakan sengatan listrik atau gigitan
hewan.
TUJUAN -
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR A. Penatalaksanaan Vulnus Laceratun/Schiszun
a. Tanpa adanya ancaman kecacatan
1. Wound Toilet (dengan NaCl 0,9 % dan Antiseptik
2. Lakukan Debrideman dan Hacting
3. Imunisasi Pasif dan Aktif oleh ATS dan Tetanus Toksoid
(atas Indikasi)
4. Berikan Antibiotik selama 3-5 hari
5. Berikan Analgetik
b. Dengan ancaman kecacatan seperti : Ruptur, Tendon, Ruptur
Arteri, Amputasi Ruptur Persarapan.
1. Wound Toilet
2. Lakukan Hacting Situasi (hentikan Perdarahan)
3. Imunisasi Pasif dan Aktif dengan ATS dan Tetanus Toksoid
(atas indikasi).
4. Berikan Antibiotik
5. Berikan Analgetik
6. Konsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah/Orthopedi
B. Penatalaksanaan Vulnus Excoriatum
1. Wound Toilet
2. Imunisasi Aktif dan Pasif dengan ATS dan TT (atas indikasi)
3. Berikan Antibiotik dan Analgetik
C. Penatalaksanaan Vulnus Pungtum
1. Aseptik dengan Antiseptik kemudian Cross Incision
2. Cuci dengan H2O2 3%, irigasi dengan NaCl 0,9%
3. Imunisasi Aktif dan Pasif dengan ATS dan TT (atas Indikasi)
4. Berikan Antibiotik dan Analgetik
D. Penatalaksanaan Vulnus Morsum
Gigitan Anjing / Kucing / Kera / Tupai / Bintang Pengerat
Lainnya
1. Wound Toilet
2. Bila luka kecil, cukup ditutup dengan balut tekan, bila luka
lebar jangan dijahit rapat dan diberikan balut tekan untuk
menghentikan perdarahan.
3. Imunisasi Aktif dan Pasif dengan ATS/TT (atas Indikasi)
4. Imunisasi Aktif/Pasif dengan Vaksin Rabies (IMOVAX)
dan Serum Anti Rabies (atas Indikasi).
5. Antibiotik dan Analgetik
E. Indikasi Pemberian Vaksin/Serum Anti Rabies (SAR/VAR).
a. Gigitan Serangga
1. Wound Toilet
2. Extraksi Bisa
3. Antibiotik dan Analgetik
4. Antihistamin / Sreroid
b. Gigitan Ular
- Bisa ular terdiri dari Neorosis, Neurotoksik, Cardiotoksik,
Hematotoksik dan dapat menimbulkan reaksi Alergi.
1. Wound Toilet
2. Lakukan Incisi sepanjang dan sedalam cm pada luka
gigitan
3. Lakukan pengisapan
4. ATS/TT atas Indikasi
5. Antibiotik (+ Metronidazil), Analgetik, dan
Antihistamin/Steroid
6. Observasi penderita selama 24 jam bila belum jelas
adanya tanda sistemik/reaksi local.
7. Menenangkan penderita, dapat dengan
Diazepam/Largactil, sebagai analgetik diberikan
Paracetamol jangan berikan Asetyl Salisilat.
8. Imobilosasi penderita jangan bergerak atau jalan-jalan
9. Berikan SABU atas Indikasi
a. Cara Pemberian :
1) Infiltrat disekitar luka gigitan (I.V/Intra Arteri
yang memperdarahi sekitar gigitan).
2) Cara lain Ampul Inviltrasi dan Ampul (i.m)
3) Atau dengan Drip 20 cc SABU dalam D5% atau
NaCl 0,9%, habis dalam 6 jam dan dapat di
ulang setap 6 jam (Dosis bisa lebih (max) 160
cc).
Hewan Tersangka VAR
SAR
Rabies (IMOVAX)
Hewan dapat IMOVAX 2 (-)
ditangkap dan dapat Suntikan pada saat
diobservasi selama digigit
14 jam
a. Sampai hari ke 5 Jika hewan sehat (-)
hewan sehat. sampai hari ke 5
b. Hewan sakit dan
IMOVAX dihentikan
(+) Rabies (Hewan
Serum Anti Rabies
yang Rabies akan
Jika hewan sakit : diberikan apabila
menunjukkan
IMOVAX diberikan hasil pemeriksaan
gejalah penyakit
kembali satu suntikan PA (+) Dosis : 50
Rabies sebelum
pada hari ke 7 dan IU/Kg BB atau 0,5
hewan tersebut
kemudian diulang ml/KgBB. (100
mati pada hari ke
pada hari ke 2 UI/ml) secara (i.m)
14 semenjak
dan sebagian kecil
terjangkit Rabies
diinfiltrasikan
gejala : Fotofobia,
disekitar luka (ST
Hidrofobia dll).
Dulu
Hewan tidak dapat IMOVAX (2-1-1) SAR
ditangkap atau di yaitu hari ke 0-7-21 Diberikan 50
observasi UI/KgBB
Bila ada tanda tanda Sistemik : Perdarahan Hematuri, ptosis, Paralisis
Pernapasan, Aritmia, Cardiac Arrest, Hipotensi.
Bila ada Reaksi Lokal : Neorosis (Tanda Peradangan hebat di sekit
gigitan).
F. HEMATOTOKSIK
1. Periksakan CT setiap 6 jam, jika hasilnya menjadi normal
pemberian SABU dapat dihentikan.
2. Berikan Heparin 10.000 U (i.v) dilanjutkan 5.000-10.000 U per
6 jam sampai CT Normal.
3. Dapat diberikan darah segar atau komponen darah (Human
Fibrinogen) atau Fres Plasma 24 jam pertama dari pemberian
SABU.
G. NEOROTOKSIK
1. Pemberian SABU tiap 6 jam sampai gejala Neurologis hilang
(Ptosis/Paralisis Pernapasan).
2. Neostigmin dosis permulaan 2 - 2,5 mg (i.m) dilanjutkan
dengan 0,5 tiap 4-6 jam setiap kali pemberian Neostigmin.
3. O2, Intubasi, Trakeostomi atau Respirator
4. Fasciotomi atau Debridement jaringan Necrosis
5. Konsultasi Dokter Bedah, THT, dan Anestesi
H. CARDIOTOKSIK
1. Pemberian SABU setiap 6 jam sampai gejala gangguan jantung
teratasi (Hiportensi, Aritmia, Shock, atau Cardiac Arrest)
2. Kortikosteroid : Prednisolon 40-60 mg (i.v) bila ada Pre Shock
atau 3-4 hari, dosis dinaikan bila Shock.
3. Plasma Ekspander dan Vasopresor bila terjadi shock
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. ICU
4. Instalasi Laboratorium

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EKSISI DAN PENUTUPAN LUKA
RSUD NUNUKAN
SEDERHANA
PENGERTIAN Pemotongan jaringan kulit, dan atau otot dan atau lemak pada luka
yang terbuka yang sederhana.
TUJUAN Untuk memperbaiki penutupan luka sederhana
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medik
Profesi.
PROSEDUR
1. Bersihkan dan isolasi daerah luka
2. Lakukan anestesi local dengan infiltrasi
3. Periksa daerah luka secara halus dengan menggunakan alat yang
tumpul.
4. Eksisi otot dan lemak yang rusak, mati atau kotor
5. Tutup luka dengan satu atau dua lapisan jahitan

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
RSUD NUNUKAN NAMA SPO ORIF (OPEN REDUCTION
INTERNAL FIXATION)

PENGERTIAN Tindakan mengembalikan posisi tulang yang patah melalui operasi


terbuka dan melakukan fiksasi dengan palte dan Screw/K-Wire/Wire.
TUJUAN Mengembalikan posisi sesuai tulang yang patah sehingga pemulihan
maksimal.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medik
Profesi.
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadine dan tutup duk steril
2. Insisi kulit sesuai dengan pemilihan prosedur pendekatan operasi
berdasarkan jenis tulang yang patah.
3. Perdalam sampai fascia lalu otot
4. Bebaskan segmen fraktur
5. Cuci segmen fraktur dengan NaCl 0,9 %
6. Reposisi segmen fraktur
7. Fiksasi dengan plate dan Screw atau K-Wire atau Wire
8. Cuci luka dengan NaCl 0,9 %
9. Kontrol perdarahan
10. Luka operasi di jahit lapis demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO FRAKTUR
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Terputusnya Kontiyu jaringan tulang/tulang rawan. Bisa komplit atau


tidak komplit. Jenis Fraktur ditentukan oleh keadaan frakturnya, yaitu
Multiple, Multifragmen atau Segmental. Jika kulit atasnya utuh
disebut Fraktur tertutup, bila terluka disebut Fraktur terbuka.
TUJUAN -
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR
1. Penanganan ABC
2. Pembidaian / Spalk untuk mengurangi pergerakan
3. Fragmen tulang dan mengurangi sakit
4. Pemeriksaan Radiologi
5. Pemberian Antibiotik dan Anti Tetanus jika terdapat luka
6. Konsultasi ke Dokter Spesialis Bedah

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Radiologi
4. OK
5. Instalasi Rawat Jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO LUKA BAKAR
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Kerusakan Jaringan Yang Disebabkan Oleh Cairan Panas, Api, Uap,
Zat Kimia, Listrik, Radiasi Matahari, Dan Gesekan Atau Friksi
TUJUAN Untuk memperbaiki keadaan umum pasien mencegah ke stadium yang
lebih berat.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR A. Tindakan Segera untuk Life Saving
1. Pertahankan Air Way
- Kecurigaan adanya trauma inhalasi
- Luka bakar wajah
- Terbakarnya alis dan rambut
- Orofaring : defoeit korban dan tanda-tanda inflamasi
- Sputum berkarbon
- Riwayat gangguan kesadaran atau terkurung dalam suatu
tempat yang terbakar.
- Ledakan dan luka bakar pada kepala dan dada
2. Hentikan Proses Terbakar
- Buka semua baju dan perhiasan
- Bersihkan serbuk-serbuk kimia, cegah kontak dengan kulit
kemudian cuci dengan air.
- Cegah Hipotermi
3. Pemberian Cairan Infus
- Indikasi : Luka Bakar Berat (Grade II-III 20%)
- Cairan RL
- Tempat IV Line : Vena Perifer, Ekstremitas atas/bawah
pada daerah jyang tidak mengalami luka bakar, apabila
tidak dapat juga, dipasang pada daerah yang terbakar.
- Jarum Abocat diusahakan nomor besar (18 : 16)
B. Penilaian Penderita
1. Anamnesa
Mekanisme Trauma, Waktu Kejadian Terbakar (untuk
memperhitungkan Kebutuhan Cairan), Riwayat Penyakit Lain.
2. Tentukan Derajat dan Luas Luka bakar
a. Stabilisasi
Pertahankan Jalan Napas (udem laring biasanya terjadi > 24
jam), klo perlu Intubasi.
b. Breathing Support
Berikan O2 Konsentrasi Tinggi
c. Circulation Support
- Monitor TD dan Nadi
- PAsang DC
- Pasang IV Line. Perkiraan Kebutuhan Cairan
- Kebutuhan Cairan dihitung mulai terjadinya luka bakar
- Menurut Evans
d. Luas LB x BB (kg) = ml NaCl/24 Jam
e. Luas LB x BB (kg) = ml Plasma/24 Jam
f. Pengganti Penguapan 2000 cc D5% 1+2+3= Kebutuhan
Total.
- 8 Jam Pertama dari kebutuhan Total (dihitung dari
mulai terbakar.
- 16 Jam berikutnya dari kebutuhan Total
- Hari ke-2 diberikan dari kebutuhan Total
- Hari ke-3 diberikan dari kebutuhan hari ke-2
- Puasa sementara sampai peristaltic usus membaik
Rawat Luka :
a. Cuci luka dengan NaCl dingin
b. Jangan memecahkan bulla
c. Neorotomi/Eskarotomi
d. Balut luka dengan Linen bersih
- Berikan Imunisasi ATS/TT atas Indikasi
a. Berikan Antibiotik Lokal
b. Berikan Antibiotik Sistemik (Golongan
Aminoglikosida).
c. Berikan Antasida
d. Berikan Analgetik (jika perlu narkotik : Petidin 1
mg/kgbb.
1) Pemeriksaan Penunjang : DL, UL, Thorak Foto
- Rujukan ke bagian bedah setelah keadaan
Gawat Darurat teratasi untuk perawatan
lebih lanjut.
C. Indikasi Rawat pada Luka Bakar :
a. Penderita Syok/Terancam Syok
- Anak : Luasnya Luka >10%
- Dewasa : Luasnya Luka >15%
b. Letak Luka memungkinkan penderita terancam cacat
berat
- Wajah dan Mata
- Tangan atau Tungkai
- Perineum
c. Terancam Udem Laring
- Terhirup asap udara hangat
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. ICU
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO APENDEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengangkat jaringan Appendix


TUJUAN Mengangkat Appendix untuk mencegah komplikasi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi di Titik Mc. Burney sampai membuka fasia, otot Abdomen
dan Peritonium, Caicum Diluksir.
3. Ikat pangkal Appendix dan memotong meso Appendix dan jahit
ikat TABBASAC 0,9%.
4. Kontrol perdarahan dan cuci NaCl 0,9%
5. Luka Operasi dijahit lapis demi lapis
6. PA

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO HERNIOGRAFI
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Tindakan mengangkat kantong Hernia dan menutup defek di dinding
Abdomen.
TUJUAN Menutup defek di dinding Abdomen
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR
1. Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi daerah Inguinalis sampai fasia, otot, dan kantong Hernia
3. Kantong Hernia di bebaskan dan dijahit Ikat dan dibuatt Desinfeksi
Hernioktomi, jahitan Bassini 4 buah.
4. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO HEMOROIDEKTOMI
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Tindakan mengangkat Jaringan Hemoroid
TUJUAN Mengangkat Vena dan Mukosa Prolaps dan mencegah perdarahan
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi Sirkuler Mukokutaneus Trombus dan Vena-vena melebar
diangkat bersih.
3. Luka Operasi di jahit

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EKSISI LUAS
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Tindakan mengangkat seluruh tumor sampai jaringan sehat sekitarnya
TUJUAN Mencegah pertumbuhan dan penyebaran lebih luas
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi Kulit dan Tumor dibebaskan tajam dan diangkat total
3. Kontrol perdarahan
4. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PROSTATEKTOMI SUPRA PUBIK
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengangkat Prostat melalui Kandung Kemih Supra Pubik


TUJUAN Mencegah perluasan Fistel dan Kebersihan Pribadi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medik
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi Garis Tengah Supra Pubik, perdalam sampai fasia, otot dan
buka bali-buli
3. Insisi Sirkuler Meathus Arethra Internum, Enukkleasi Prostat
sampai bersih.
4. Pasang Kateter 3 cabang
5. Buli-buli dijahit
6. Pasang Drain di Cavum Retzi
7. Luka Operasi dijahit lapis demi lapis
8. PA

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO VESIKOLITOTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan Mengangkat Batu dalam Kandung Kemih


TUJUAN Memperlancar saluran air kecil dan menghilangkan sumber infeksi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR

1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril


2. Insisi Garis Tengah Supra Pubis, perdalam sampai buka fasia, otot
dan buli-buli.
3. Batu di angkat dan buli-buli dispoel NaCl 0,9% sampai bersih
4. Pasang Kateter 2 cabang
5. Buli-buli dijahit
6. Pasang drain di cavum retzi
7. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis
8. Analisa Batu

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO FISTULEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengangkat Fister dan Salurannya


TUJUAN Mencegah perluasan Fistel dan Kebersihan Pribadi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai dan kebersihan pribadi
PROSEDUR
1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi sekitar Fistel, di perdalam sampai mengangkat seluruh
saluran fistel
3. Kontrol perdarahan
4. Luka Operasi di jahit demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO STRUMEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan Mengangkat Kelenjar Thyroid


TUJUAN Mencegah penekanan organ-organ vital di leher, dan kosmetik
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR

1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril


2. Insisi Collar, perdalam sampai buka Fasia, otot-otot dan capsul
3. Identifikasi Nervus dan perdarahan Thyroid
4. Kelenjar Thyroid Pool atas dan Pool digunting dan dijahit, ikat dan
diangkat total.
5. Kontrol perdarahan
6. Cuci NaCl 0,9% dan Bethadin
7. Pasang drain 1 buah
8. Luka Operasi dijahit lapis demi lapis
9. PA

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO LAPAROTOMI EKSPLORASI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan membuka rongga perut serta mengeksplorasi kelainan yang


ada dalam rongga perut.
TUJUAN Untuk mengevaluasi kelainan yang terjadi dan melakukan tindakan
lanjut berdasarkan kelainan yang ditemukan.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan
Kedokteran
PROSEDUR 1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi Abdomen Vertical perdalam hingga mencapai rongga
peritoneum.
3. Eksplorasi seluruh isi rongga peritoneum (organ padat maupun
organ berongga).
4. Melakukan tindakan sesuai kelainan yang ditemukan
5. Cuci rongga peritoneum hingga bersih dengan NaCl
6. Kontrol Perdarahan
7. Pasang drain terbuka
8. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PYELOLITOTOMY
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengangkat baru yang terdapat di dalam Pyelum Ginjal


TUJUAN Memperlancar saluran air kencing dan menghilangkan sumber infeksi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medik
Profesi.
PROSEDUR 1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi Lumbotomi, perdalam sampai buka fasia gerota, lemak
perinefrik dan ginjal di bebaskan.
3. Insisi V pada Pyelum Renis
4. Batu diangkat dan Pyelum serta Ureter di Spoel NaCl 0,9% sampai
bersih.
5. Pasang kateter 2 cabang
6. Jahit Pyelum Renis
7. Pasang drain di retroperitonium
8. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO DEBRIDEMAN FRAKTUR
RSUD NUNUKAN
TERBUKA

PENGERTIAN Tindakan membersihkan tulang yang patah


TUJUAN Menghindari terjadinya Osteomyelitis
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medik
Profesi.
PROSEDUR 1. Desinfeksi Bethadin dan tutup duk steril
2. Insisi kulit sesuai dfengan pemilihan prosedur pendekatan operasi
berdasarkan jenis tulang yang patah.
3. Perdalam sampai fascia
4. Buka fascia lalu otot
5. Bebaskan segmen fraktur
6. Cuci segmen fraktur dengan NaCl 0,9%
7. Reposisi segmen fraktur
8. Fiksasi dengan Plate dan Screw atau K-Wire atau Wire
9. Cuci luka dengan NaCl 0,9%
10. Kontrol perdarahan
11. Luka Operasi di jahit lapis demi lapis

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang Medik

PROSEDUR TETAP
BAGIAN MATA
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EKSTRAKSI KATARAK EXTRA
RSUD NUNUKAN KAPSULER (EKEK) & INTRA OKULER
LENS (IOL)

PENGERTIAN Prosedur operasi untuk mengeluarkan katarak, dilanjutkan dengan


pemasangan (insisi) lensa intraokuler.
TUJUAN Untuk memperbaiki visus (tajam penglihatan) penderita.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR A. Persiapan Alat/Bahan :
1. Katarak Set
2. Mikroskop Operasi
3. Diamond Knife
4. Lensa Intra Okuler
5. Cairan Viskoelastis
6. Benang Nylon 10.0 atau Vicry 8.0
7. Cairan Ringer Laktat
8. Infus Set
9. Lidocain HCl, Gentamicin Ampul, Exametasone Ampul
10. Spoit 1 cc 2 buah
11. Spoit 5 cc 1 buah
12. Spoit 10 cc 1 buah
13. Cutton Bud, Kasa
14. Pantocain HCl ED
15. Hidroetil ED
16. Benang Nylon 5.0
17. Elektrokauter
B. Langkah-langkah
1. Masukkan Gentamicin 1 cc ke dalam cairan RL 500 cc
2. Desinfeksi dengan Betadine
3. Anestesi local dengan lidocain HCl subkonjungtiva
4. Massase bolamata 5-10 menit
5. Pasang eye speculum
6. Pasang rectus suture dengan nylon 5.0
7. Buat flap konjungtiva limba based dari posisi jam 10.00-14.00
Kontrol perdarahan dengan elektrokauter.
8. Buat grooving limbus kornea dengan diamond knife superior
jam 10.30-13.30.
9. Kapsulotomi anterior can opener dengan jarum spoit 1 cc
10. Perdalam insisi grooving sampai menembus bilik mata depan
dengan diamond knife dilanjutkan dengan gunting kornea
11. Pasang jahitan preplace pada kornea-sklera jam 12.00
12. Keluarkan nucleus lensa katarak secara tuto hard maneuver
13. Bersihkan sisa-sisa lensa dengan aspirasi/irigasi simcoe
14. Buat jahitan kornea-skera dengan nylon 10.0 atau vicryl 8.0
pada posisi jam 11.00 dan jam 13.00
15. Injeksi cairan viskoelastis ke bilik mata depan
16. Insersi lensa intra okuler posterior chamber
17. Aspirasi/irigasi sisa lensa dan cairan visko-elastis
18. Jahit luka operasi dengan vycril 8.0 atau nylon 10.0
19. Injeksi Subkonjungtiva, Gentamisin + Dexametason
20. Bebat Mata
UNIT TERKAIT 1. OK
2. Instalasi Rawat Jalan
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO INSISI KALAZION
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengeluarkan jaringan lipid/lipogranuloma pada kelenjar


meibom di kelopak mata.
TUJUAN Untuk mengeluarkan jaringan lipid/granuloma pada kelenjar meibom
dikelopak mata dan sebagai tindakan terapeutik.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR A. Persiapan Alat/Bahan
1. Forseps Kalazion
2. Raizon Blade + Razor Blade Holder
3. Lidokain HCl 1 amp
4. Spoit 1 cc
5. Kuret Kalazion
6. Betadin, Cotton Bad, Kasa, Plaster
7. LUP
8. Lampu Sorot
9. Pantacain 0,5 ED
B. Langkah-langkah
1. Teteskan Pantacain 0,5 ED pada mata yang akan diinsisi
2. Desinfeksi daerah kalazoin + sekitarnya
3. Anestesi local daerah kalazoin dengan injeksi lidocain
subkutan
4. Jepit kalazoin dengan forceps kalazoin
5. Indentifikasi kelenjar meibon yang akan diinsisi
6. Insisi kalazoin dengan arah vertical
7. Keretase sampai jaringan kalazion bersih
8. Oleskan zalef mata di daerah bekas insisi
9. Bebat mata
UNIT TERKAIT Instalasi rawat jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO INSISI HORDEOLUM INTERNUM
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan mengeluarkan pus (nanah) pada kelenjar zeis di kelopak


mata
TUJUAN Untuk mengeluarkan pus (nanah) pada kelenjar meibom di kelopak
mata dan sebagai tindakan terapeutik.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR A. Persiapan Alat/Bahan :
1. Forseps Hordeolum
2. Razor Blade + Razor Blade Holder
3. Lidokain HCl 1 amp
4. Spoit 1 cc
5. Betadin, Cotton Bad Kasa, Plaster
6. LUP
7. Lampu Sorot
8. Pantacain 0,5 ED
B. Langkah-langkah
1. Teteskan Pantacain 0,5 ED pada mata yang akan diinsisi
2. Desinfeksi daerah kalazion + sekitarnya
3. Anestesi local daerah hordeolum dengan injeksi lidocain
subkutan
4. Jepit Hordeolum dengan forceps hordeolum
5. Identifikasi kelenjar meibom yang akan diinsisi
6. Insisi hordeolum dengan arah vertical
7. Mengeluarkan pus (nanah) sampai bersih
8. Oleskan salef mata di daerah bekas insisi
9. Bebat mata
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO INSISI HORDEOLUM
RSUD NUNUKAN
EKSTERNUM

PENGERTIAN Tindakan mengeluarkan pus (nanah) pada kelenjar zeis di kelopak


mata
TUJUAN Untuk mengeluarkan pus (nanah) pada kelenjar zeis di kelopak mata
dan sebagai tindakan terapeutik.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR A. Persiapan Alat/Bahan :
1. Forseps Hordeolum
2. Razor Blade + Razor Blade Holder
3. Lidokain HCl 1 amp
4. Spoit 1 cc
5. Betadin, Cotton Bad, Kasa, Plaster
6. LUP
7. Lampu Sorot
8. Pantacain 0,5 ED
B. Langkah-langkah
1. Teteskan Pantacain 0,5 ED pada mata myang akan diinsisi
2. Desinfeksi daerah kalazion + sekitarnya
3. Anestesi local daerah hordeolum dengan injeksi lidocain
subkutan
4. Jepit Hordeolum dengan Forseps Hordeolum
5. Identifikasi kelenjar zeis yang akan diinsisi
6. Insisi Hordeolum dengan arah horizontal sesuai lipatan kulit
palpebra
7. Mengeluarkan pus (nanah) sampai bersik
8. Oleskan salef mata di daerah bekas insisi
9. Bebat mata
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EKSIS + GRAFT KONJUNGTIVA
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan memotong jaringan perigium dengan menutup bekas


jaringan pterigium dengan selaput konjungtiva.
TUJUAN Untuk menghilangkan jaringan pterigium dan menutup bekasnya
dengan konjungtiva untuk mengurangi resiko rekurensi pterigium.
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai Indikasi dan Standar pelayana Medis.
PROSEDUR A. Persiapan Alat/Bahan :
1. Pterigium Set
2. Benang bylon 10.0
3. Elektrikauter
4. Cotton Bud
5. Kasa Steril, Betadin
6. Lidokain HCl
7. Spoit 1 cc, 10 cc
8. Aqua Pro Injeksi
B. Langkah-langkah :
1. Desinfeksi
2. Anestesi local dengan lidokain subkonjungtiva
3. Bebaskan Pterigium dari kornea
4. Undermind jaringan subkonjungtiva, lalu digunting sejauh
mungkin
5. Potong/Eksisi Pterigium sampai 10 mm dari limbus kornea
sampai tengah Sclera (Bare Sclera).
6. Keret sisa Pterigium di sekitar limbus kornea
7. Kontrol perdarahan dengan elektrokauter
8. Buat flap konjungtiva (Limbah Base) dibagian superior kira-
kira selebar dacros Bare Sclera lalu bebaskan untuk dijadikan
graft.
9. Jahit graft konjungtiva di daerah bare sclare dengan nylon 10.0.
10. Jahit konjungtiva daerah graft dengan nylon 10.0.
UNIT TERKAIT 1. OK
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
PROSEDUR TETAP
BAGIAN THT

BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO BENDA ASING DIKANALIS
RSUD NUNUKAN
AUDITORIUS EKSTERNA

PENGERTIAN Suatu benda asing ( Korpus alienum) yang terdapat/masuk ke liang


telinga luar
TUJUAN Melakukan pengambilan korus alienum pada liang telinga bagian luar
KEBIJAKAN Benda asin ditelinga luar yang dapat diambil dengan anestesi lokal.
Kontra indikasi:
Adanya inflamasi pada kanalis auditorius
Adanya inflamasi/oedema pada kanalis auditorius
PROSEDUR A. Personalia : Dokter, Perawat
B. Persiapan:
Alat : Spekulum telinga, tang tampon, forsep buaya, kuret telinga
bengkok, aplikator, lampu kepala,alat irigasi,pompa hisap.
Bahan : larutan adrenalin 1 : 1000, sprey xilocain larutan salin,
aguades dengan suhu 37C, tampan kapas
C. Cara kerja :
Penderita duduk didepan pemeriksa, lakukan pemeriksaan
otoskopi.
Bila dijumpa binatang masih hidup, dimatikan lebih dahulu
dengan larutan antiseptic atau disemprotkan xilocain sprey,
kemudian dilakukan pengambilan dengan forsep buaya. Bila
ukuran kecil dilakukan dengan irigasi, dengan syarat membrane
timpani tidak perforasi.
Bila tidak berhasil dilakukan pengambilan dengan anestesi umum
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar Operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO BENDA ASING DALAM HIDUNG
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu benda asing ( korpus alienum yang terdapat / masuk kedalam
lubang /rongga hidung
TUJUAN Melakukan pengambilan korus alienum dalam rongga hidung
KEBIJAKAN Benda asing di dalam rongga hidung harus dikeluarkan
PROSEDUR A. Personalia : Dokter, perawat
B. Persiapan:
- Alat : Tang tampon bengkak, lampu kepala, pompa hisap,
hak/alat pengait berbagai ukuran, tang buaya, speculum
hidung.
- Bahan: Larutan adrenalin 1:1000, spay xilocain, tampon kapas
C. Cara kerja:
Penderita duduk didepan pemeriksa, kemudian dilakukan
pemeriksaan pada daerah hidung, diidentifikasi benda
asing yang ada, kemudian diambil dengan alat pengait
yang sesuai atau dengan tang buaya.
Kemudian diatasi perdarahan yang terjadi dengan kapas
tamonyang dibasahi adrenalin encer
Pada anak anak , posisi dipangku dengan kepala difiksasi
oleh seorang asisten, setelah tenang baru dilakukan
tindakan. Bila tidak berhasil dilanjutkan dengan
menggunakan snestesi umum di kamar operasi
UNIT TERKAIT 1. Insatlasi rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EPISTAKSIS
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Perdarahan dari hidung yang dapat terjasi akibat sebab local maupun
umum
TUJUAN Mengatasi perdarahan dari hidung.
KEBIJAKAN Perdarahan hidung anterior/ posterior harus ditampon.
PROSEDUR A. Personalia: Dokter,perawat
B. Persiapan :
- Alat : tampon hidung,tang tampon,lampu kepala, spatel lidah
- Bahan: tampon hidung, larutan adrenalin 1:1000, sprey
xilocain,albotil atau triklor asam asetat 10 % salep antibiotic,
betadine,tampon bellock,kapas,plaster,kain kasa.
C. Cara kerja
Penderita duduk didepan pemeriksa, kemudian dilakukan
tampon kapas aderenalin kedalam hidung ditunggu 5 menit,
kemudian diangkat diperhatikan rongga hidung,dicari
sumber perdarahan, bila dari aterior,dengan cara
memasukkan tampon padat betadin yang tela diolesi salep
antibiotik.
Bila perdarahan dari posterior ringga hidung, dilakukan
pemasangan tampon bellock, dengan cara memasukkan
kateter kaert ke salah satu lubang hidung keluar dari rongga
mulut, kemudian lubang kateter diikat dengan kedua ujung
dari tampon bellock, kemudian kateter ditarik kembali
melalui rongga hidung sambil dituntun dengan tangan
pemeriksa.Sesudah posisi tampon terfiksasi dengan baik.
Dimasukkan tampon anterior dari rongga hidung. Kemudian
ujung tali tampon yang keluar dari hidung difiksasi pada
pipa, ujung tali yang dari mulut difiksasi dengan plaster.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar Operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO INSISI ABSES PERITONSILER
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Kumpulan nanah duantara kapsula palatine dan dinding lateral farings
(muskulus konstriktor faring superior)
TUJUAN Mengeluarkan isi abses dan membuat drainage sehingga isi abses
keluar sampai habis
KEBIJAKAN Dilakukan pada abses dengan fluktuasi maksimum atau percobaan
pungsi untuk menilai abses atau infiltrat.
Kontra indikiasi :
Selulitis peritonsilir
Tumor tonsil
PROSEDUR A. Personalia : dokter, perawat
B. Persiapan :
Alat : mouth gag, spoit disposable 3 cc, tang tampon, spatel lidah,
scalpel/cunam, lampi kepala, bengkok, suction.
Bahan ; nlarutan adrenalin 1:1000, sprey xilacain, kasa tampon,
betadine, spongistan, gaas, obat kumur antiseptik.
C. Cara Kerja:
Penderita duduk di depan pemeriksa. Mulut dibuka, bila trismus
dapat disemprotkan dengan sprey xilocain, kemudian dipasang
mouth gag, lidah ditekan dengan spatel lidah. Kemudian
dilakukan pungsi di daerah mana terdapat fluktuasi maksimum
(daerah pada pertengahan garis yang ditarik di pangkal uvula ke
gigi molar III atau pada sisi yang sakit), dilakukan aspirasi dengan
spoit 3 cc bila terdapat pus yang adalah abses diteruskan dengan
insisi melebarkan bekas tempat pungsi dengan memakai
scalpel/cunam. Luka insisi diperlebar kearah vertical, pus yang
keluar ditekan dan dihisap dengan suction, diawasi jangan sampai
teraspirasi. Setelah selesai, pasien diberi kumur mulut dengan
antiseptik mulut.
Bila pasien kurang kooperatif dipertimbangkan dengan anestesi
umum.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar Operasi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO MODIFIKASI RADIKAL
RSUD NUNUKAN
MASTOIDEKTOMI

PENGERTIAN Tindakan membuka antrum mastoid dan seluler korteks mastoid,


kemudian dilanjutkan membuka kavitas timpani untuk dijadikan satu
ruangan untuk membersihkan jaringan patologis.
TUJUAN Untuk terapeutik.
KEBIJAKAN Dilakukan pada ototita media supurativa kronik maligna, ototitas
media supurative benigna yang tidak sembug dengan pengobatan non
operatif.
Kontra indikasi : kelainan perdarahan
PROSEDUR A. Personalia : 1 orang operator dan 2 orang sisten
B. Persiapan :
- Alat : 1 Set mikroskop operasi, 1 set instrument
mastoidektomi, 1 set elektrik bor, hair drier, 1 set instrumen
untuk timpanoplasti.
- Bahan, Larutan adrenalin 1 : 1000,NaCl/agua steril, alcohol 70
%, perhidro 3 %, salep Kloramfenikol, kain kasa untuk
tampon, gel foam, tropodermin cream
C. Persiapan:
Penderita ditidurkan diatas meja operasi, kepala miring ke
kanan jika operasi telinga kiri, dan sebaliknya. Dilakukan
disinfeksi dengan betadine dan alkohol 70 % pada medan
operasi kemuian itutup duk steril.
Infiltrasi daerah posterior aurikula dengan larutan adrenalin
yang diencerkan, kemudian dilakukan insis retroaurikuler lapis
demi lapis dampai mencapai periosteum. Perisosteum diiris
sejajar dinding kanalis posterior lalu dievaluasi sehingga
planum mastoideum tampak jelas, segitiga macewen
diidentifikasi sebagai petunjuk melakukan pengobatan
(membuka antrum mastoidea).
Antrum mastoidea dibuka dengan bor atau pahat, seluler
bersama semua jaringan patologis dibersihkan dengan
menggunakan bor, penghisap atau kuretase sampai kavum
mestoid terbuka dan dibatasi sebelah superior oleh tegmen
antri, sebelah anterior oleh dinding kanalis auditorius eksternus
dan posterior oleh sigmoid plate. Indentitas segitiga Traitmann
s
Dinding laterial epitimpanum dibuka dengan bor dimulai dari
aitus ke depan sampai kita dapat melihat muara tuba. Jaringan
paologis dibuang sampai ruang epitimpanum bersih.
Dining superior dan posterior kanalis dibutuhkan tetapi annulus
timpanikus dan pars tensi m. Timpano dipertahankan.
Dibuat meatoplasti sesuai kebutuhan.
Dipasang tampon yang dibasahi betadine dan dioleskan salep
kloramfenikol dengan ujung atampon keluar melalui liang
telinga luar irisan ditutu[ lapis demi lapis.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar operasi
5. Radiologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO SIMPLE MASTOIDEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan membuka antrum mastoid dan seluler korteks mastoid, untuk
membersihkan jaringan patologis
TUJUAN Untuk terapeutik.
KEBIJAKAN Dilakukan pada ototis media akuta stadium koalesen mastoiditas,
neoplasma pada mastoid, initial stage trans mastoid surgery.
Kontra indikasi : kelainan perdarahan
PROSEDUR A. Personalia : 1 orang operator dan 2 orang asisten
B. Persiapan :
- Alat : 1 Set mikroskop operasi, 1 set instrument mastoidektomi,
1 set elektrik bor, hair drier, 1 set instrumen untuk timpanoplasti.
- Bahan, Larutan adrenalin 1 : 1000,NaCl/agua steril, alcohol 70
%, perhidro 3 %, salep Kloramfenikol, kain kasa untuk tampon,
gel foam, tropodermin cream
C. Persiapan:
Penderita ditidurkan diatas meja operasi, kepala miring ke kanan
jika operasi telinga kiri, dan sebaliknya. Dilakukan disinfeksi
dengan betadine dan alkohol 70 % pada medan operasi kemuian
tutup duk steril.
Infiltrasi daerah posterior aurikula dengan larutan adrenalin yang
diencerkan, kemudian dilakukan insis retroaurikuler lapis demi
lapis dampai mencapai periosteum. Perisosteum diiris sejajar
dinding kanalis posterior lalu dievaluasi sehingga planum
mastoideum tampak jelas, segitiga macewen diidentifikasi
sebagai petunjuk melakukan pengobatan (membuka antrum
mastoidea).
Antrum mastoidea dibuka dengan bor atau pahat, seluler
bersama semua jaringan patologis dibersihkan dengan
menggunakan bor, penghisap atau kuretase sampai kavum
mestoid terbuka dan dibatasi sebelah superior oleh tegmen antri,
sebelah anterior oleh dinding kanalis auditorius eksternus dan
posterior oleh sigmoid plate. Indentitas segitiga Traitmann
kavum mastoid kemudian dicuci dengan perhidro 3 %
Dipasang tampon yang dibasahi betadine dan dioleskan salep
kloramfenikol dengan ujung atampon keluar melalui liang
telinga luar irisan ditutu[ lapis demi lapis.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Kamar operasi
5. Radiologi
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO AUDIOMETRI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Merupakan pengukuran pendengaran dengan menggunakan


audiometer, yaiut perkakas elektro akustik yang mampu menghasilkan
bunyi yang menghasilkan suara sebagai bahan test.
TUJUAN Untuk diagnostik
KEBIJAKAN Dilakukan untuk : Chek-Up kesehatan, penderita dengan penurunan
pendengaran seperti tinnitus nada rendah maupun nada tinggi.
PROSEDUR A. Personalia : Dokter,Perawat terlatih timppannometri.
B. Perlengkapan : Alat:audiometri.
C. Cara Kerja
Pemeriksaan hantaran udara
1. Tempatkan penderita sedemikian rupa sehingga
penderita tidak dapat melihat tangan atau mata
pemeriksaan, tetapi pemeriksaan harus tetap dapat
mengawasi penderita.
2. Pemeriksaan dilakukan diruang yang tersunyi, bila
memungkinkan pemeriksaan dilakukan di ruang kedap
suara
3. Berikan instruksi lengkap sesingkat mungkin.
Contohnya: anda diminta untuk mendegarkan bunyi
pada satu telinga untuk setiap pemeriksaan.Bunti
tersebut seperti tiik-tiik atau tuut-tuut, kadang kadang
keras dan kadang kadang lemah. Bila terdengar bunyi
tersebut acungkan jari tangan anda atau tekan tombol
isyarat. Segera setelah bunti tidak terdengar turunkan
jari tangan anda atau lepaskan tombol isyarat.
4. Letakkan headphon dengan hati hati pada kepala
penderita, warna merah disebelah kanan dan biru
disebelah kiri. Tiap headphone harus terletak
5. Sebagai prosedur standar, periksalah telinga kanan
terlebih dahulu, kecuali telinga kiri mempunyai
kemampuan pendengaran lebih baik. Pada keadaan ini
telinga yang berfungsi lebih baik diperiksa terlebih
dahulu.
6. Pemeriksaan jangan menyajikan nada test dengan irama
yang konstan. Lamanya bunyi diberikan dan interval
antara tiap dua bunyi harus memberikan dan interval
antara tiap dua bunyi harus selalu diubah ubah.
Penderita harus memberikan respons pada saat
permulaan bunyi sampai terakhir bunyi dapat
didengarny. Reapons yang tidak memenuhi syarat ini
tidak dapat diterima.
7. Jangan memutar tombol ( dial_) pengatur selama tombol
Penyaji di tekan.
8. Lakukan pemeriksaan pertama pada frekwensi 1000 Hz
oleh karena nada ini dapat memberi hasil akurat yang
konsisten. Kemudian periksa nadanada 2000, 3000,
4000, 6000, dan 8000, Hz. Setelah itu diperiksa kembali
nada 1000 Hz lalu disusul pemrikasa nada-nada rendah
(500, 250 dan 125 Hz)
9. Tentukan nilai ambang tiap-tiap frekuensi dengan cara
berilkut :
- Putar tombol (Dial) pada kedudukan 40 Db dan
sajikan bunyi tersebut selama 12 detik .
- Bila tidak respoms. Naikkan intensitas sebesar 20 dB
menjadi 60 dB. Bila masih belum ada respons,
naikkan lagi intensitas 20 db sampai penderita
memberikan responnya.
- Bila sudah ada respons, turunkan intensitas sebesar 20
Db sampai penderita tidak dapat merespon lagi,
- Kemudian naikkan intensitas berturut-turut 5 dB
sampai penderita tidak dapat mendengar bunyi lagi.
Intensitas inilah yang merupakan ambang respons
ascending pertama.
- Turunkan kembali intensitas sebesar 10 dB, lalu
berikan bunyi pada penderita.
- Ulangi menurunkan intensitas 10 dB lalu naikkan
kembali berturut-turut 5 dB.
- Dengan demikian pada akhirnya kita mendapatkan 3
ambang respon ascending.Bila ketiganya tidak
berbeda lebih dari 10 dB, maka nilai ambang yang
paling sesuai untuk frekuensi tersebut adalah rata- rata
ketiganya.Bila abang respons berbeda 15- 20 dB,
maka lakukan pemeriksaan nenurut cara bargg dan
collins, yaiut dengan memberikan intensitas pendek
pendek secara terputus putus 1,2,3,4,dan 5 kali.
Intensitas terendah dimana penderita dapat
menyatakan jumlah yang tepat dari sinyal sinyal
yang diberikan diambil sebgaia nilai ambang untuk
frekwensi tersebut.
Pemeriksaan hantaran tulang
- Letakkan vibrator pada palum mastoid atau dapat
jugadiletakkan di garis tengah tengorokan, tetapi cara
ini tidak dipakai secara luas
- Prosedur pemeriksaaan sama dengan pemeriksaaan
hantaran udara
Masking
- Dilakukan apabila terjadi cross hearing, artinya bunyi
yang disajikan pada telinga yang dites, terdengar pada
telinga yang tidak dites.
- Masking noise hantaran udara tidak boleh lebih dari 50
dB diatas intensitas nada yang dites
- Pada pemeriksaan tulang, besarnya masking noise
minimum yang efektif adalah sama dengan intensitas
nada test + nilai ambang telinga yang tidak ditest
- Masking noise diberikan secara terusmenerus yang
bertujuan agar ada perbedaan dengan nada test yang
diberikan secara konstan
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat jalan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO BELLOQUE TAMPON
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Adalah suatu tampon posterior yang bertujuan untuk menghentikan


perdarahan posterior.
TUJUAN Terapi
KEBIJAKAN Pasien yang menderita epistaksis posterior
PROSEDUR A. Personalia: 1 orang dokter dan I orang perawat
B. Persiapan:
- Alat: Spekulum hidung, tang tampon, firsep bayonet, kateter
karet 16 f, spatel lidah.
- Bahan: tampon kasa 10 x10 cm, bening sutera agak besar, salep
antibiotic.
C. Cara kerja
Buat tampon dari kassa gulung ukuran 3x2x2cm dan
mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi
pada sisi lainnya.
Kateter karet dimasukkan lewat lubang hidung ke nasofaring
sampai tampak di orofaring dan kemudian diatrik keluar hidung.
Pada ujung kateter di mulut diikatkan salah satu ujungnya yang
terdapat pada satu sisi tampon belloque, selanjutnya diatrik
keluar hidung.
Benang yang telah keluar hidung diatrik sedang jari telunjuk
tangan lainnya membantu menempatkan dan mendorong tampon
ini kearah nasofaring. Jika masih keluar dapat dibantu dengan
tampon anterior.
Satu atau kedua benang yang keluar dari nares anterior kemudian
diikatkan pada sebuah kain kassa yang diletakkan pada sebuah
kain kassa yang diletakkan didepan lubang hidung sehingga
tampon posterior terfiksasi.Sehelai benang lagi dikeluarkan
melalui mulut dan diikatkan pada sisi pipi.
Tampon dilepas 2-5 hari, setiap pasien dengan tampon belloque
harus dirawat.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Intalasi gawat darurat
3. Ruang Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TRACHEOSTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Adalah suatu tindakan operasi dengan membuat lubang pada diinding
trachea bagian anterior disertai pemasangan kanul pada lubang stoma
sehingga jalan napas terbebas dari hambatan. Dapat dilakukan dengan
anestesi local maupun dengan anestesi umum.
TUJUAN Terapi
KEBIJAKAN Pasien yang menderita epistaksis posterior Indikasi:
1. Obstruksi mekanis jalan udara pernapasan bagian atas.
2. Prolonged Intubation
3. Mengurangi dead space
4. Pembersihan paru ( Bronchial Washing)
5. Pengambilan corpus alienum pada trachea.
6. Persiapan operasi dalam keadaan kesulitan intubasi
PROSEDUR A. Personalia: seorang operator, minimal 1 orang asisten, 1 orang
instrumentator
B. Perlengkapan:
1. Set tracheostomi steril, bila memnungkinkan ruangan dan
pakaian lengkap steril.
C. Cara kerja:
1. Posisi pasien terlentang, ekstensi kepala
2. Toilet area operasi dengan betadine dan alcohol
3. Daerah operasi dilakukan anestesi local dengan lidocain
4. Irisan klit vertical atau horizintal di linea mediana kartilago
krikoid dan menubrium sternii, diusahakan setinggi kartilogi
trachea 3-4
5. Mencari traches dengan cara menyiangi jaringan di bawah kulit
secara tumpul lapis demi lapis sampai menemukan cicin trachea
6. Dilakukan evaluasi dengan spoti berisis cairan untuk
membuktikan sudah mencapai trachea
7. Membuat lubang tracheostomi dengan cara buat irisan U terbalik
atau irisan berlubang atau irisan vertical pada cincin kattilago 2-
5 ( Biasanya cicin 3 -4 )
8. Kanul dipasng sampai yakni kedalam lumen trachea, perdarahan
yang ada diatas.
9. Setelah diberikan has sterill dan betadine, tube difiksasi dengan
tali sekeliling leher.
UNIT TERKAIT 1. THT
2. Anestesi
3. Intalasi Bedah Sentral
4. Unit Gawat Darurat

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO POLIPEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Adalah tindakan operasi terencana untuk pengangkatan polip pada


hidung dan atau di sinus paranasal dengan anestesi local maupun
umum.
TUJUAN Terapi
KEBIJAKAN Indikasi
1. Polip hidung yang tidak sembuh dengan terapi konservatif
2. Polip hidung yang bukann tipe neoplastik
3. Polip nattrekonal.
PROSEDUR - Personalia : seorang opertor, asisten, Insturkmentator.
- Perlengkapan : Satu set polipektomi
- Cara kerja;
1. Pasien posisi terlentang
2. Amarti pangkal sprculum hidung, polip ditelusuri sampai
pangkalnya.
3. Snare dikuatkan dan diangkat, sisa polip dibersihkan
dengannforcep cetelli, polip yang kecil diambil dengan polip
tang
4. Untuk polip antrochoanal, snare dipasang dengan bantuan
tang yang dimasukkan melalui mulut, stetelah polip
dilepaskan massa polip dileuarkan melalui mulut,bila terlalu
besar.
5. Control perdarahan dan pasang tampon yang dibasahi dengan
betadine dan salep.
6. Bila diperlukan tindakan yang lebih lanjut, dilakukan
tindakan antrostomi atau cald well luc atau ethmoidektomi
UNIT TERKAIT 1. THT
2. Anestesi
3. Instalasi Bedah Sentral

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TONSILEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Adalah tindakan terencana, untuk mengangkat jariangan tonsila


palatine dari fossa tonsilaris kanan maupun kiri.
TUJUAN Terapi
KEBIJAKAN Indikasi tonsillitis kronis atau tonsillitis hipertropi
PROSEDUR Personalia : seorang opertor, asisten dasn instrumentator.
Perlengkapan : Satu set polipektomi
Cara kerja;
1. Cara Guillotine
- Pasien tidur terlentang dalam keadaan teranestesi.
- Dilakukan toilet diarea operasi, mulai dari orofarings,
mulut sampai kedua pipi.
- Dilakukan pemasangan Duk steril, lalu dipasang mouth
gauge, bila perlu dipasang pack dengan kassa,
dipangkal lidah.
- Dengan suction, lender do irifarings dihisap, sambil
dilakukan indentifikasi.
- Sluder Ballenger dipegang dengan tangan kanan, lalu
dimasukkan kearah orofrings, sejajar dengan lidah,
tonsil kanan dimasukkan kedalam sluder, mulai dari
pole bawah, lalu tonsil didorong kedalam suler dengan
ujung telunk jari kiri, bila sudah masuk semua, lalu
sluder dikunci, sluder digerakkan kearah kraniodorso
medial, sedang telunjuk jari kiri bergerak berlawanan
sampai tonsil dapat dilepas dari fossa tonsil dapat
dilepas dari fossa tonsilaris, perdarahan diatasi, bila
perlu dijahit
- Tonsil kiri dilepas dengan cara yang sama, hanya sluder
Ballenger dipegang dengan tangan kiri
2. Cari Diseksi
- Pasien tidur terlentang diatas meja operasi dalam
keadaan teranestesi
- Dilakukan pemasangan doek steril, lalu dipasang mauth
gauge. Bila perlu dipasang pack dengan kassa, di
pangkal lidah.
- Dengan suction, lender di orofarings dihisap sambil
dilakukan indentifikasi. Dilakukan tiolet dimedan
operasi, mulai dari orofarings
- Tonsil kanan di klem dengan elise klem, lalu dengan
pisau disektor, tonsil kanan dilepas dengan kapsulnya
dengan cara disayat, mulai dari pola atas ke bawah baik
diplika anterior maupun poisterior, kemudian
dilanjutkan dengan diseksi tampul, tonsil dilepaskan
dari nkapsulnya, mulai dari pole atas ke bawah secara
perlahan, lalu pedikel diklem, terus diputus dengan
senar tonsil, atau diguntung, lalu pedikel dijahit.
Perdarahan diatasi, bila perlu dijahit
- Tonsil kiri diambil dengan cara yang sama

UNIT TERKAIT 1. THT


2. Anestesi
3. Intalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Rawat Inap

SPO SMF GIGI


BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENCABUTAN GIGI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Pencabutan gigi adalah tindakan pengeluaran, pengambilan gigi


dengan tang ekstraksi atau dibantu dengan penggunaan bein/elevantor.
TUJUAN 1. Untuk menghilangkan focus infeksi
2. Untuk keperluan pembuatan gigi tiruan
3. Untuk mendapatkan ruang dalam perawatan ortodonsi
4. Untuk keperluan estetik
KEBIJAKAN Prosedur pencabutan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan
dilakukan oleh dokter gigi umum.
INDIKASI
1. Karies sangat besar
2. Kelainan periodontal berat
3. Gigi malposisi
4. Gigi patah
5. Untuk alas an prostetik
6. Gigi impaksi
7. Gigi berlebiha
8. Alasan estetik
9. Alasan ekonomi
10. Alasan ortodonti
11. Gigi berhubungan dengan fraktur rahang

KONTRA INDIKASI A. Sistemik


1. Diabetes tidak terkontrol
2. Kelainan ginjal
3. Leukemia
4. Kelainan jantung
5. Hipertensi
6. Kehamilan
7. Kelainan Darah
8. Konsumsi anti koagulan
B. Lokal
1. Gigi yang ada didaerah tumor (Ganas)
2. Perikoronitis berat
3. Dentoalveolar abses akut
PROSEDUR 1. Diagnose
2. Pembuatan foto rontgent (dila diperlukan)
3. Tindakan sterilisasi alat yang digunakan
4. Tindakan asepsis daerah pencabuatan
5. Anestesi local
6. Tindakan pencabuatan gigi dengan teknik lukasi/rotasi
7. Penempatan tampon
8. Intruksi pada pasien

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO OPERKULEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Operkulektomi adalah pemotongan dan pembuangan operculum yang


menutupi permukaan oklusal gigi mular ketiga bawah.
TUJUAN Mencegah atau mengatasi kemungkinan inveksi yang dapat terjadi
akibat food impaction serta membantu erupsi gigi yang bersangkutan.
KEBIJAKAN Dikerjakan oleh dokter gigi umum sesuai dengan indikasi dan
prosedur yang sudah ditetapkan.
INDIKASI Operculum tebal yang menutupi sebagian permukaan oklusal gigi
molar ketiga bawah sehingga tidak dapat erupsi sempurna.
KONTRA INDIKASI 1. Perikoronitis akut
2. Ruang untuk erupsi gigi molar tidak mencukupi
3. Penderita dengan keadaan umum yang buruk
PROSEDUR 1. Pesiapan alat-alat bedah minor
2. Anestesi local blok mendibula
3. Jepit operkulum dengan pinset bedah, kemudian insisi dengan
scalpel sampai batas maksimal.
4. Irigasi dengan larutan antiseptic
5. Beri tampon
6. Post medikasi (analgesic, anti inflamasi)
7. Pemberian instruksi pada pasien

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO ALVEOLEKTOMI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Alveolektomi adalah suatu perbedahan yang meliputi penggabungan


dari sebagian atau beberapa bagian prosesus alveolaris yang
mengalami penonjolan (exostosis).
TUJUAN Menghilangkan alveolar rigde yang tajam, yang dapat menyebabkan
neuralgia, protesa tidak stabil dan sakit pada waktu dipakai atau
menggangu penyembuahan luka pasca pencabuatan gigi.
KEBIJAKAN Dapat dilakukan oleh dokter gigi umum dan dikerjakan sesuai dengan
prosedur yang telah dibuat.
INDIKASI Tulang alveolar yang tajam atau menonjol/exostosis
KONTRA INDIKASI Pasien dengan keadaan umum yang jelek
PERSIAPAN ALAT A. Persipan alat
DAN BAHAN 1. Set alat diagnistik dasar
2. Set bedah minor sederhana
3. Bur tulang/fraser
4. Rontgent foto periapikal/panoramic
B. Persiapan Bahan
1. Anestesi Lokal
2. Analgetik/antibiotic
3. Anti septic/desinfektan
CARA KERJA 1. Diagnosis
2. Rontgent
3. Sterilisasi alat
4. Anestesi local
5. Insisi flap
6. Pembuangan tulang alveolar
7. Tulang dihasulkan
8. Penutupan flap
9. Penjahitan
10. Post-op pasca bedah
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PERAWATAN DRY SOCKET
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Perawatan Dry Socket adalah tindakan medis pada salah satu
komlikasi pencabuatan gigi karena terganggunya proses pembekuan
darah dalam socket bekas pencabutan karena adanya bakteri.
TUJUAN Sebagaian acuan dalam melakukan terapi kuratif atau terapi
simptomatik dalam perawatan salah satu komplikasi pada pasien.
KEBIJAKAN Penatalaksanaan dry socket pada pasien dilakukan oleh dakoter gigi
umum
INDIKASI Socket bekas pencabuatan yang terganggu penyembuahannya
KONTRA INDIKASI ---
PROSEDUR 1. Siapkan alat diagnostik
2. Anestesi local (kalau perlu)
3. Pembersihan socket
4. Irigasi socket dengan larutan antiseptic
5. Pengeringan socket
6. Aplikasi obat dalam socket/iodoform tampon/soffatule
7. Pemberian analgetik/antibiotik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO RESTORASI SEMEN IONOMER
RSUD NUNUKAN
KACA

PENGERTIAN Penumpatan gigi yang mengalami karies dengan menggunakan bahan


plastis semen ionomer kaca.
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya karies yang berlanjut
2. Memperbaiki fungsi pengunyahan dan estetis
INDIKASI Karies email atau dentin pada permukaan oklusal atau proksimal gigi
sulung dan permanen.
KONTRA INDIKASI 1. Gigi yang mengalami karies luas dan melibatkan beberapa
permukaan gigi.
2. Karies mencapai pulpa
3. Gigi sulung yang telah waktunya tanggal
PERSIAPAN ALAT A. Alat
DAN BAHAN 1. Alat diagnostik
2. Alat Preparasi
3. Alat Restorasi
4. Alat poles
5. Spatula dan Paper Pad
B. Bahan
1. Semen Ionomer Kaca
2. Dentin Kondisioner
3. Varnish
4. Matriks Strip
5. Articulating Paper
CARA KERJA 1. Pemberian jaringan karies
2. Preparasi kavitas
3. Kavitas dibersihkan, dikeringkan serta diisolasi
4. Aplikasi dentin kondisioner kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan, lakukan isolasi gigi dengan gulungan kapas.
5. Lakukan pencampuran likuid dan bubuk GIC dengan takaran
sesuai anjuran pabrik.
6. Untuk kavitas dibagian proksimal dipasang matriks strip
7. GIC dimasukkan kedalam kavitas, bentuk tumpatan sesuai bentuk
anatomis, lepas matriks, periksa oklusi.
8. Aplikasi varnish pada permukaan restorasi

SPO SMF OBSIGN


BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

PROSEDUR TETAP
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO KURETASE PADA ABORTUS
RSUD NUNUKAN DI DEPARTEMEN OBGIN

PENGERTIAN Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viatel (<28 mg atau


berat janin 100 gr), disertai atau tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
Catatan : viabel mengacu pada kemampuan sumber daya yang tersedia
di suatu tempat, untuk melaksanakan perawatan bagi keberlangsungan
hidup janin diluar kandungan.
TUJUAN Membersihkan sisa konsepsi dari rongga rahim
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan fasilitas medis berupa alat keret, infuse,
cairan kristaloid, uterotonika dan obat-obat anestesi.
PROSEDUR 1. Penilaian awal
2. Stabilisasi, evaluasi medik dan determinasi jenis abortus
3. Konseling pra-tindakan dan persetujuan tindakan medic
4. Persiapan sebelum tindakan
Pasien :
- Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
- Lampu sorot
- Infus set dan cairan infuse
- Alat resusitasi kardiopulmuner dan oksigen
- Jarun dan tabung suntik (3 ml dan 5 ml), kapas dan
kasa.
- Obat-obatan anestesi, antiemetik,uterotonika
- Kain alas bokong
- Larutan antiseptic
Instrument :
- Cunam tampon : 1
- Tenakulum : 1
- Klem ovum lurus : 2
- Abortus tang
- Sendok kuret : 1 set
- Sondage : 1
- Spekulum sims : 1
- Kateter : 1
- Dilator
- Penampung darah dan jaringan
Penolong
- Masker
- Apron
- Kaca mata pelindung
- Sarung tangan
- Alsa kaki (sepatu boot)
- Tensimeter dan stetoskop
- Handuk bersih dan kering
- Air mengalir dan sabun
5. Tindakan kuret
Persilahkan ibu berkemih, bila berkemih, bila tidak
memungkinkan lakukan pengosongan kandug kemih
dengan kateter
Baringkan pasien dalam posisi litotomi
Pasang kain alas bokong
Pastikan alur cairan dan darah masuk pada tempatnya
Pasang tensimeter, siapkan instrument dan alat
resusitasi
Bila diperlukan lakukan tindakan anestesi
Cuci tangan dan lengan dengan sabun dibawah air
mengalir
Keringkan tangan dan lengan dengan handuk bersih
Pakai secara benar sarung tangan
Beritahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
Bersihkan vulva, perineum dan lipatan paha dengan air
dan sabun
Lakukan tindakan aseptic-antiseptik pada vulva dan
sepertiga luar vagina
Pasang speculum bawah secara halus dan benar
Atur speculum sedemikian rupa sehingga dapat
menampakkan dengan jelas lumen vagina, serviks dan
forniks, minta asisten mempertahankan posisi
Usap serviks dan dinding vagina dengan larutan
antiseptik, perhatikan bukaan serviks, sumber
perdarahan, jaringan,secret berbau atau trauma
Jepitkan gigi tenakulum pada bibir atas serviks (posisi
jam 11.00 atau 13.00), bila bukaan serviks, cukup besar,
bibir atas jepit dengan klem ovum
Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkung uterus
dengan sondage
Bila di latasi serviks cukup besar lakukan pengambilan
jaringan abortus tang atau klem ovum sampai bersih
Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan
telunjuk, masukkan ujung sendok kuret melalui kanalis
servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus
uteri
Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan
searah jarum jam hingga bersih
Keluarkan semua jaringan dan bersihkan daerah yang
mengenai lumen vagina bagian belakang
Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks
Lepaskan speculum bawah
6. Dekontaminasi
7. Cuci tangan pascatindakan
8. Perawatan pascatindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
dan beri instruksi apabila terjadi kelaianan/komplikasi
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan
4. Beritahu pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
dilakukan
5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih
diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang harus
dilaporkan.

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO KURETASE POST PARTUM KARENA
RSUD NUNUKAN SISA PLASENTA DI DEPARTEMEN
OBGIN

PENGERTIAN Perdarahan pervaginam melebihi 500 cc atau terjadi ketidakstabilan


hemodinamik setelah bersalin. Bila dalam 24 jam pertama disebut
perdarahan pasca persalinan primer. Bila terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan primer. Bila terjadi setelah 24 jam pasca persalinan disebut
perdarahan pasca persalinan sekunder. Salah satu penyebabnya adalah
sisa plasenta yang masih tertinggal dalam rongga rahim. Gejalanya
keluar darah dari rongga rahim dan ditandai dengan kontraksi rahim
masih baik.
TUJUAN Membersihkan sisa plasenta dari rongga rahim
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan fasilitas medis berupa alat keret, infuse,
cairan kristaloid, uterotonika dan obat-obat anestesi.
PROSEDUR 1. Penilaian awal
2. Stabilisasi dan evaluasi medic
3. Konseling pra-tindakan dan persetujuan tindakan medic
4. Persiapan sebelum tindakan
Pasien :
- Cairan dan selang infus sudah terpasang, perut bawah
dan lipat paha sudah dibersihkan pake air dan sabun
- Pastikan alat resusitasi kardiopulmuner dan oksigen
sudah siap
- Kain alas bokong
- Obat-obat anestesi, antiemetic, uterotonika
- Larutan antiseptic.
- Instrument :
Cunum tampon : 1
Klem ovum lurus : 2
Sendok kuret pasca persalinan : 1 set
Spekulum sim : 1
Kateter : 1
Jarum suntik
Penolong
- Masker
- Apron
- Kaca mata pelindung
- Sarung tangan
- Alas kaki (sepatu boot)
- Instrumen
Lampu sorot
Mangkok lobang
Penampung darah dan jaringan
5. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
6. Tindakan kuret
Persilahkan ibu berkemih, bila tidak memungkinkan
lakukan pengosongan kandung kemih dengan kateter
Baringkan pasien dalam posisi litotomi
Bila diperlukan lakukan tindakan anestesi
Lakukan pemeriksaan bimanual, tentukan besar uterus
dan bukaan serviks
Pasang kain alas bokong
Pakai sarung tangan
Pasang spekulum sims bawah secara halus dan benar
Atur spekulum sedemikian rupa sehingga dapat
menampakkan dengan jelas lumen vagina, serviks dan
forniks, minta asisten mempertahankan posisi
Dengan cumen tompan, ambil kapas yang telah dibatasi
dengan larutan antiseptic, kemudian bersihkan lumen
vagina dan porsio.
Ambil klem ovum yang lurus, jempi bagian atas
Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum,
letakkan telapak tangan pada fundus uteri
Masukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan
lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan
dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara
sistematis keluarkan jaringan plasenta dari kavum uteri.
Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis
keluarkan jaringan plasenta dari kavum uteri. Lakukan
kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah
jarum jam hingga bersih
Kembalikan sendok kuret ke tempat semula
Ambil kapas dengan cunam tampon, bersihkan darah
dan jaringan pada lumen vagina
Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio
Lepaskan speculum bawah
Lepas alas bokong masukkan kewadah yang telah
tersedia
Bersihkan cemaran darah dengan larutan antiseptic
7. Dekontaminasi
8. Cuci tangan pascatindakan
9. Perawatan pascatindakan
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO MANUAL PLASENTA
RSUD NUNUKAN
DI DEPARTEMEN OBGIN

PENGERTIAN Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat


implementasi pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum
uteri secara manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan
tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.
TUJUAN Melahirkan plasenta dari kavum uteri sehingga perdarahan pasca
persalinan dapat terhindarkan
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan fasilitas medis berupa alat keret, infuse,
cairan kristaloid, uterotonika dan obat-obat anestesi.
PROSEDUR 1. Persetujuan tindakan medic
2. Persiapan sebelum tindakan
Pasien :
- Cairan dan selang infuse sudah terpasang, perut
bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air
dan sabun
- Pastikan alat resusitasi dan oksigen sudah siap
- Kain alas bokong
- Medikamentosa
- Analgetik (pethidin 1-2mg/kg BB)
- Sedative (diazepam 10 mg
- Uterotonika
- Set infuse
- Cairan NaCL 0,9% dan RL
- Penolong
- Masker
- Apron
- Kaca mata pelindung
- Sarung tangan
- Alas kaki (sepatu boot)
- Instrumen :
Lampu sorot
Kocher 2, spuit 5 ml
Mangkok logam
Kateter karet dan penampung air kemih
Benang jarit
Set partus
3. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
4. Tindakan penetrasi ke kavum uteri
Bila diperlukan instruksi asisten untuk memberikan
sedative dan analgetik melalui selang infuse
Lakukan pengosongan kandung kemih dengan kateter
Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali
pusat sejajar lantai
Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung
tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri
tali pusat bagian bawah.
Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta
asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan lain
penolong menahan fundus uteri
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam
ke kavum uteri sehingga mecapai tempat implementasi
plasenta.
Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam
(ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)
5. Melepas plasenta dari dindang uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang
paling bawah.
- Bila berada dibelakang, tali pusat tetap disebelah atas.
Bila di bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan
tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas
- Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari
tempat implementasinya dengan jalan menyalipkan
ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan
punggung tangan menghadap ke dinding dalam uterus.
- Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama
(punggunng tangan pada dinding kevum uteri) tetapi tali
pusat berada dibawah telapak tangan kanan.
2. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan.
6. Mengeluarkan plasenta
Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan tali
pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar.
Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar.
Letakkan plasenta kedalam tempat yang telah disediakan
Lakukan sedikit pendorongan uterus ke dorsokranial setelah
plasenta lahir.
7. Demontaminasi pascatindakan
8. Cuci tangan pascatindakan
9. Perawatan pascatindakan
Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan
tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan
Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
Buat instruksi pengobatan lanjutan
Beritahu pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai tapi pasien masih memerlukan perawatan
Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang
masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang telah
perlu dilaporkan.

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN ATONIA
RSUD NUNUKAN UTERI DI DEPARTEMEN OBGIN
PENGERTIAN Atoria uteri adalah suatu keadaan dimana miometrium tidak
berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah
bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Atoria uteri merupan
penyebab tersering perdarahan post partum.
TUJUAN Mengupayaklan agar uterus dapat berkontraksi dengan baik sehingga
tidak terjadi perdarahan post partum yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas.
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan fasilitas medis berupa alat keret, infuse,
cairan kristaloid, uterotonika dan obat-obat anestesi.
PROSEDUR 1. Dilakukan secara simultan
2. Persetujan tindakan medic
3. Masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan lkiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras), maksimal 15 detik
4. Jika kontraksi uterus masih tidak baik, evaluasi/bersihkan
bekuan darah/selaput ketuban
5. Lanjutkan dengan Kompresi Bimanual Intena (KBI), maksimal
5 menit
6. Jika kontraksi uterus masih tidak baik, lakukan Kompresi
Bimanual Eksterna(BME)
7. Keluarkan tangan (KBI) secra hati-hati
8. Suntikan methyl ergometrin 0,2 mg i.m
9. Masukkan 20 IU oksitosin pada cairan infuse
10. Mesoprostol 400 mg per rectal
11. Lakukan KBI lagi
12. Jika kontraksi uterus masih tidak baik, siapkan laparotomi,
ligasi arteri uterine/hipogastrika, B-Lynch method
13. Perdarahan berlanjut, lakukan histerektomi

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes, Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO EKSTRAKSI VAKUM
RSUD NUNUKAN
DI DEPARTEMEN OBGIN

PENGERTIAN Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetric yang bertujuan untuk


mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi. Tarikan pada kulit kepala bayi dilakukan
dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan
negtif (vakum). Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu
tekanan intrauterine (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal
(tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).
TUJUAN Melahirkan janin dengan mempercepat kala II
KEBIJAKAN Tersedianya tenaga medis dan fasilitas medis berupa alat kuret, infuse,
cairan kristaloid, uterotonika dan obat-obat anestesi.
PROSEDUR 1. Penilaian awal
2. Stabilisasi dan evaluasi medic
3. Konseling pra-tindakan dan persetujuan tindakan medic
4. Persiapan sebelum tindakan
Pasien :
- Cairan dan selang infuse sudah terpasang, perut bawah dan
lipat paha sudah dibersihkan pake air dan sabun
- Pastikan alat resusitasi kardiopulmuner dan oksigen sudah siap
- Kain alas bokong
- Obat-obat anestesi, antiemetic, uterotonika
- Larutan antiseptic.
- Instrument :
Cunam tampon :1
Klem ovum lurus : 2
Sendok kuret pasca persalinan :1 set
Speculum sims : 1
Kateter :1
Jarum suntik
Penolong
- Masker
- Apron
- Kaca mata pelindung
- Sarung tangan
- Alas kaki (sepatu boot)
- Instrumen
Lampu sorot
Mangkok logam
Penampun g darah dan jaringan
5. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
6. Tindakan
Menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia
Periksa dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
ekstraksi vakum
7. Pemasangan mangkok Vakum
Masukkan mangkok vakum melalui intraitus vagina secara
miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada
kepala bayi
Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada
posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain,
lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk
memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang
terjepit diantara mangkok dan kepala.
Setelah hasil pemeriksan ternyata baik, kelurkan jari tangan
pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada
posisinya
Intruksikan asisten untuk menurunkan tekanan
Pompa hingga tekanan 10 (silastik) atau-2 (malmstroom)
setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastil) atau-6
(malstroom) dan tunggu 2 menit.
Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his
puncak pasien harus mengedan sekuat dan selama
mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan
abdomen menjadi lebih efektif.
8. Penarikan
Pada fase puncak dari his, minta pasien untuk mengedan,
secar simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkuk,
dengan arah sejajar lantai.
Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada
tarikan kedua. Episiotomy dilakukan pada saat kepala
mendorong perineum dan tidak masuk kembali
Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan
keatas hingga lahirlah berturut- turut dahi, muka dan dagu.
9. Melahirkan bayi
Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan kebawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian gerakan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh
tubuh bayi.
Bersihkan muka (hidung dan muka) bayi dengan kain
bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas
bagian anak
10. Lahirkan plasenta
Suntikan oksitosin, lakukan traksi terkendali, lahirkan
plasenta dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus
kearah dorsokranial.
Periksa kelengkapan plasentanya
Masukkan ke dalam tempatnya
11. Eksplorasi jalan lahir
Masukkan speculum Sims atas dan bawah vagina
Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka
episiotomi atau robekan pada dinding vagina ditempat lain.
Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan
secara bergantian kearah samping, searah jarum jam,
perhatikan ada tidaknya robekan porsio
Bila terjadi robekan diluar luka episiotomy, lakukan
penjahitan.
12. Penjahitan episiotomy
Pasang penopang bokong, suntikkan lidokain pada sisi
dalam luma episiotomy bagian atas dan bawah
Masukkan tampon vagina
Dimulai dari ujung luka bagian dalam jahit otot dan
mukose secara jelujur bersimpul kearah luar kemudian
tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur
matras.
Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlaha-lahan
hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan
kandung kemih
Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air jetuban dengan
kapas yang telah diberi larutan antiseptic
Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon Iodin pada
tempat jahitan episiotomy
13. Dekontaminasi
14. Cuci Tangan Pascatindakan
15. Perawatan Pascatindakan
Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan
beri instruksi lanjut bila diperlukan
Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan
tindakan
Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan
instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera
bila terjadi perubaha-perubahan.
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATA LAKSANAAN KEHAMILAN
RSUD NUNUKAN EKTROPIK TERGANGGU DI
DEPARTEMEN EMERGENCY/OBGIN

PENGERTIAN Kehamilan ektropik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
beimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektropik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
periatiwa ini disebut sebagai kehamilan ektropik terganggu. Sebagian
bvesar kehamilan ektropik terdapat di tuba uterine. Gejalanya yang
khas yaitu terdapat trias KET (amenorrhea, akut abdomen, perdarahan
pervaginam), tanda yang lain pasien lemah, pucat, cairan bebas intra
abdomen, nyeri goyang serviks, dan sampai syok.
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah perdarahan
intra abdomen lebih banyak sampai mencegah terjadinya syok.
KEBIJAKAN Penanganan pertamanaya adalah mengatasi syok, konsultasikan segera
dengan dokter Obgin
PROSEDUR 1. Pasien di tidurkan, observasi keadaan umumnya (kesadaran , vital sign,
perdarahan)
2. Dokter melakukan pemeriksaaan didampingi perawat
3. Tatalaksana
ABC
Ajak bicara dan observasi pasien
02
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yangb besar (no 18)
Beri cairan Kristaloid di guyur
Pemeriksaan lab : DL, UL, (test Pack)
Ambil 5contoh darah dan siapkan darah untuk tranfusi
Segera hubungi dokter obgin
4. USG abdomen
5. Keluarga pasien diberitahui tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
6. Persiapan pasien untuk tindakan cito oprasi
7. Hubungi tim operasi (kamar operasi, dokter anestesi)
UNIT TERKAIT 1. Unit Admision
2. Unit medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Kamar Operasi
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN PREEKLAMSI
RSUD NUNUKAN BERAT DI DEPARTEMEN EMERGENCY

PENGERTIAN Preeklamsi Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


kenaikan tekanan darah 160/100 mmHg dan disertai protein uri pada
usia kehamilan > 20 minggu
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya
KEBIJAKAN mencegah terjadinnya Eklamsi, konsultasikan segera dengan dokter Obgin.
PROSEDUR 1. Pasien ditidurkan, observasi keadan umumnya (kesadaran, vital sign)
2. Dokter melakukan pemeriksaan didampingi perawat
3. Tatalaksana
ABC
Ajak bicara dan observasi pasien
O2
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yang besar (no 18)
Beri cairan RL
Pemeriksaan lab : DL, UL (protein), ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,
factor-faktor pembukaan
Ambil contoh darah untuk persiapan transfuse
Segera hubungi dokter obgin sesuai surat konsul dari dokter jaga
Sambil menunggu dokter obgin untuk antisipasi kejang berikan MgSO 4
20%, 4 gr (20 cc) i.v, jika tidak ada MgSO 4 20%, larutkan 10cc MgSO4
40% dengan 10 cc aqua, disuntikkan secara iv dengan waktu 5-15
menit. Dosis pemeliharaan : MgSO4 40 %, 1 gr/jam sampai 24 jam
pasca tindakan, caranya sisa 15 cc MgSO 4 40% dicampurkan ke cairan
RL 500 cc diberikan secara infuse dengan tetesan 20 tts/mnt.
MgSO4 20% diberikan jika kehamilannya mau di terminisi/cukup
bulan, jika di konservatif cukup MgSO4 40%.
Selalu tersedia Calsium glukosa 10% sebagai antidotum.
8. Pasang dower cateter untuk monitor produksi urin
9. Pemeriksaan denyut jantung janin dengan dopler
10. Keluarga pasien diberitahu tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
UNIT TERKAIT 1. Unit Admision
2. Unit medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Obgins
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN PREEKLAMSI
RSUD NUNUKAN BERAT DI DEPARTEMEN OBGIN

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN EKLAMPSI
RSUD NUNUKAN DI DEPARTEMEN EMERGENCY

PENGERTIAN Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukan gejala gejala pre-eklamsia
(Hipertensi,proteinuria).
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya
KEBIJAKAN mencegah terjadinnya Eklamsi, konsultasikan segera dengan dokter Obgin.
PROSEDUR 1. Pasien ditidurkan, observasi keadan umumnya (kesadaran, vital sign)
2. Dokter melakukan pemeriksaan didampingi perawat sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
3. Tatalaksana
Jika pasien tidak bernapas:
- Bebaskan jalan nafas
- Beri O2 dengan masker
- Intubasi jika perlu
Jika pasien tidak sadar/koma:
- Bebaskan jalan nafas
- Baringkan pada satu sisi
- Ukur suhu
- Periksa apa ada kaku tengkuk
Jika pasien kejang
- Baringkan pada satu sisi
- Bebaskan jalan nafas
- Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
- Fiksasi untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yang besar (no 18)
Beri cairan RL
Pemeriksaan lab : DL,UL (protein), ureum, kreatinin, globulin, SGOT,
SGPT,factor-faktor pembekuan
Ambil contoh darah untuk persiapan transfuse
Segera hubungi dokter obgin sesuai surat konsulk dari dokter jaga
Sambil menungguy dokter obgin berikan MgSO4 20%, 4 gr(20 cc) i.v,
jika tidak MgSO4 20%, larutkan 10 cc MgSO4 40 % dengan 10 cc aqua,
disuntikkan secara iv dengan waktu 5-15 menit. Disis pemeliharaan
:MgSO4 40%, 1 gr/jam sampai 24 jam pasca tindakan, caranya sisa 15
ccMgSO4 40%, 1 gr/jam sampai 24 jam pasca tindakan, caranya sisa 15
cc MgSO4 40 % dicampurkan ke cairan RL 500 cc diberikan secara
infuse dengan tetesan 20 tts/mnt.
Selalu tersedia Calsium glukonas 10% sebagai antidotum.
4. Pasang dower cateter untuk monitor produksi urin
5. Pemeriksaan denyut jantung janin dengan dopler
6. Keluarga pasien diberitahu tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya

UNIT TERKAIT 1. Unit admission


2. Unit Medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Obgin
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA PENATALAKSANAAN EKLAMSI
NAMA SPO DI DEPARTEMEN ...
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN PERDARAHAN
RSUD NUNUKAN ANTEPARTUM DI DEPARTEMEN
EMERGENCY

PENGERTIAN Perdarahan Ante Partum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada
umur kehamilan 28 minggu, pada umumnya disebabkan oleh implantasi
plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh
darah pada selaput amnion (vasa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi
lahir.
TUJUAN Memberikan pertolongan secara cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya
KEBIJAKAN Mencegah terjadinnya mortalitas ibu, konsultasikan segera dengan dokter
Obgin.
PROSEDUR 1. Pasien ditidurkan, observasi keadan umumnya (kesadaran, vital sign)
2. Dokter melakukan pemeriksaan didampingi perawat sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
3. Tegakkan diagnose kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat
mempengaruhi hasil peatalaksanaan perdarahan artepartum
4. Tatalaksana
ABC
Pasang jalur intra vena dengan ukuran jarum yang besar (no 18)
Pasang cairan RL
Pemeriksaan lab : DL,factor-faktor pembekuan
Ambil contoh darah untuk persiapan transfusi
Segera hubungi dokter obgin sesuai surat konsul dari dokter jaga
Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk
memenuhi deficit dan tingkat gawat darurat yang terjadi.
Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan
dan mengacu pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi
yang dikandung
Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan
pertimbangan utama
5. Pasang dower cateter untuk monitor produksi urin
6. Pemeriksaan denyut jantung dengan dopler
7. Keluarga pasien diberitahu tentang keadaan pasien dan tindakan
selanjutnya
UNIT TERKAIT 1. Unit admission
2. Unit Medical Record
3. Unit Laboratorium
4. Unit Perawatan
5. Unit Obgin
6. Unit Emergency
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO OPERASI BEDAH SESAR
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Cara melahirkan bayi dengan cara melakukan pembedahan/oprasi lewat


dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan anak yang tidak bisa
dilakukan pervaginam atau oleh karena keadaan lain yang mengancam ibu
atau bayi yang mengharuskan kelahiran dengan cara segera, sedangkan
persyaratan pervaginam tidak memungkinkan.
TUJUAN Melahirkan anak yang tidak bias dilakukan pervaginam
KEBIJAKAN Pelayanan Medis Pasien sesuai kebutuhan
PROSEDUR A. PERSETUJUAN MEDIK
B. MENETAPKAN INDIKASI SEKSIO SESARIA
C. MENENTUKAN JENIS SEKSIO SESARIA
D. MEMPERSIAPKAM TIM
E. PENCEGAHAN INFEKSI DAN PERSIAPAN OPERASI
Indikasi:
1. APB (Ante Partum Bleeding)
2. CPD, Dostosia oleh karena bayi dan panggul
3. Kelainan letak
4. Ruptura Uteri Iminens dan atau gawat janin sedangkan
persyaratan lahir pervaginam tidak memungkinkan
5. Distosia Servikalis
6. Distosia karena tumor jalan lahir
7. Distosia pada kehamilan pasca operasi bedah sesar (Bekas
Seksio)
8. Kasus Infertilitas dan atau anak mahal
9. Insufisiensi Utero Placenta dengan skor pelvis yang buruk
F. PERSIAPAN OPERASI
Pasien:
1. Untuk Operasi berencana, Pasien puasa 6 jam, untuk
cito/Emergency Pasien tidak perlu puasa.
2. Diperiksa ulang apakah sudah lengkap pemeriksaan yang
diperlukan seperti Darah Rutin, Kimia darah Lengkap. Untuk
Seksio Sesaria emergenci cukup pemeriksaan Hb,Ht,Golda.
3. Baju pasien diganti dengan baju Khusus untuk dipakai ke ruang
tunggu kamar operasi.
4. Pasang Infus, RL Atua NaCI 0,9%
5. Sebelum masuk ke kamar operasi diganti dengan baju/tutup
badan untuk dikamar koprasi.
6. Baringkan pasien pada posisi tidur, ( pasang
tensimeter/stetoskop pre cordial)
7. Dipasang Folley kateter
Penolong:
1. Memakai baju khusus kamar operasi lengkap dengan topi,
masker dan sandal.
2. Mempersiapkan alat-alat/instrument operasi termasuk: alat
pengisap darah/cairan.alat resusitasi bayi, oksigen dan
sebagainya.
3. Menyiapkan obat obatan yang diperlukan durante operasinum.
4. Periksa ulang persedian darah (bila diperlukan) dan
periksa/cocokkan register darah
5. Penolong cuci tangan
6. Memakai baju/jas oprasi dan sarung tangan steril
7. Pasien pada posisi terlentang keadaan sudah dinarkose,
dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic
8. Dipasang kain penutup 4-5 buah yang sesuai dengan kebutuhan

G. LANGKAH-LANGKAH OPERASI
1. Lakukan insisi mediana/pfannenstiel dengan pisau secara benar.
2. Perdalam seyatan pada dinding abdomen sampai menembus
peritoneum dan perlebar hingga sekitar 12 cm.
3. Observasi kondisi ataupun kelainan pada uterus, adneksa dan
parametrium dengan jalan menarik dinding abdomen ke kiri dan
kanan.
4. Angkat dinding perut dengan retractor, selipkan kasa lebar basah
melingkupi sisi uterus gravidus untuk menampilkan dinding depan
uterus dan menyisihkan usus, ovarium, tube dan organ intrabdominal
lainnya.
5. Dengan pisau, sayat segmen bawah uterus (sehingga mudah ditembus
dan diperlebar dengan jari), kemudian pecahkan ketuban dan hisap
cairan ketuban yang keluar. (segmen bawah uterus dibuka dengan jari
operator sesuai dengan arah insi tajam)
6. Lukis keluar kepala janin, kemudian lahirkan seluruh tubuh dengan
cara yang sesuai. Bersihkan seluruh nuka janin dengan kain kasa
lembab
7. Tali pusat dijepit pada jarak 10-15 cm dari ambilicus dan digunting,
bayi diserahkan kepada dokter anak untuk perawat selanjutnya
8. Plasenta dilahirkan dengan melepasnya secara manual dari tempat
implantasi, kemudian tarik talipusat dan sedikit menekan fundus
9. Tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dijeput dengan klem
Fenster/Foerter, terutama pada kedua ujung luka sayatan
10. Dilakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri dengan kasa yang
dijepitkan pada klem Fenster atau dengan kasa. Pastikan tidak ada
bagian placenta tertinggi
11. Dilakukan jahitan hemostatis dengan simpul 8 pada kedua ujung
robekan uterus dengan menggunakan benang polglycilic atau kromik
cat gut no 0/1/0 dilanjutkan dengan penjahitan segmen bawah secara
jelujur terkunci
12. Patikan tidak adanya pendarahan melalui evaluasi ulang luka jahitan
13. Keluarkan kasa basah, bersihkan rongga abdomen ulang luka jahitan
14. Fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan dijepit
dengan kocher dan dijahit hingga subkutis dengan polyglycolic
15. Kulit dijahit dengan nylon atau polyglycolic acid secara subkutikuler
16. Luka oprasi ditutup dengan kasa dan povidon iodine
17. Kain penutup abdomen dilepas hati hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka oprasi
18. Vagina dibersihkan dari sisa darah dan bekuan dengan mengunakan
kasa yang dijepit pada Fenster/Forester Klem
19. Daerah Vulva sampai paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan
tubuh.

H. DEKONTAMINASI
I. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
J. PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Periksa tekanan darah, Frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah
urin yang tertampung dikantong urin, periksa/ikur jumlah perdarahan
selama oprasi
2. Buat Laporan oprasi dan cantumkan hasil pemeriksaan di atas pada
lembar laporan, catat lama oprasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan
kondisi bayi saat lahr, lembar operasi ditandatangani oleh operator
3. Buat intruksi perawatan yang meliputi:
Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan intruksi pemberian obat yang jelas

K. NASEHAT/KONSELING PASCA OPERASI


a. Kepada Keluarga Pasien:
1. Beritahukan bahwa:
Operasi telah selesai dan sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat
ini dan apa yang diharapkan minimal mencakup 24 jam pascoaperasi
Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan
bayi
Resiki fungsi reproduksi pasien dan kehamilan/persalinanan yang
akan dating
Kontrasepsi
2. Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien dapat dipulangkan
3. Mintakan pada keluarga untuk ikut mengawasi pasien khususnya terhadap
resiko fungsi reproduksi berupa bekas seksio sesaria
b. Kepada pasien
1. Beritahukan bahwa:
2. Lakukan, konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan kehamilan,
jelaskan hingga pasien memahami, menerima dan dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai
3. Jelaskan kembali resiko yang dihadapi oleh pasien, berikan cukup waktu
untuk berdiskusi hingga diyakinkan bahwa pasien telah cukup mengerti
dan paham
UNIT TERKAIT 1. IRNA
2. VK
3. OK
4. Anastesi

SPO SMF PENYAKIT DALAM / NON


BEDAH
(PENYAKIT DALAM, PARU, SARAF,
KULIT DAN KELAMIN, JIWA)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN

PROSEDUR TETAP
BAGIAN PENYAKIT DALAM
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN SELANG
RSUD NUNUKAN
NASOGASTRIK
PENGERTIAN Pemasangan selang nasogastrik (NGT/flacare) ke dalam lambung
melalui hidung pada keadaan pasien tidak dapat menelan makanan
oleh berbagai sebab untuk menjamin pemberian nutrisi enternal.
Pemasangan NGT juga dilakukan pada pasien dengan pendarahan
saluran cerna bagian atas, pankreatitis akut, ileus paralitik/obstruksi
untuk tujuan dekompresi.
TUJUAN Pemberian nutrisi enternal pada pasien yang tidak dapat menelan
oleh berbagai sebab
Dekompresi/menyalurkan cairan lambung keluar pada ileus
paralitik/obstruktif dan pankreatitis akut.
Bilas lambung pada pendarahan SCBA
INDIKASI
Pasien tidak dapat menelan oleh berbagai sebab, pendarahan saluran
cerna bagian atas, pankreatitis akut, ileus obstruktif/paralitik.
KONTRAINDIKASI
Pasien tidak kooperatif
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pasien posisi terlentang atau miring ke kiri/kanan dengan sedikit
di tekuk ke depan
2. Selang dimasukkan ke hidung setelah ujungnya diberi jeli
3. Setelah mencapai lambung, biasanya pada tansa 3 strip hitam
yaitu kira-kira 50 cm dari lambung dimasukkan udara melalui
selang. Hal ini bisa menimbulkan suara yang dapat di dengar
dengan stetoskop yang ditempelkan kira-kira di atas lambung
(perut kiri atas/sedikit di atas epigastrium). Jika terdapat banyak
cairan lambung, biasanya cairan lambung keluar melalui selang.
KOMPLIKASI
Erosi pada esofagus dan lambung
LAMA TINDAKAN
15 menit
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PARASENTESIS ABDOMINAL
RSUD NUNUKAN
PENGERTIAN Suatu tindakan pengangkatan cairan dari dalam rongga peritoneum
TUJUAN Untuk Diagnostic dan Trapeutik dalam menangani pasien dengan
Asites
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medik
profesi
PROSEDUR Penderita berbaring terlentang dengan sedikit miring ke sisi
lateral, supaya dapat mengumpulkan cairan asites dalam jumlah
paling banyak pada tempat kateter akan dimasukkan
Siapkan peralatan Kanula intervena dengan ukuran besar, spuit 20
ml, cabang 3 (three way), infuse set dan wadah penampung cairan
Bersihkan daerah tempat insersi (sebuah titik yang terletak dari
sebuah garis yang ditarik antara umbicilius dan spina iliaka
superior interior)
Infiltrasi dengan anastesi local sampai ke peritoneum
Masukkan kanula dan jarum dengan spuit ke dalam rongga
peritoneum tegak lurus terhadapa kulit
Bila cairan acites dapat ditarik, secara perlahan masukkan kanula
lebih dalam melewati jarum dan kemudian jarum diangkat
Bila akan diisap sejumlah cairan, hubungkan cabang tiga dengan
sebuah infuse set.
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Inap

PROSEDUR TETAP
BAGIAN PARU
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMASANGAN KATETER
RSUD NUNUKAN
TORAKS
PENGERTIAN Merupakan prosedur drainase udara atau cairan dalam rongga pleura
dengan pemasangan pipa melalui sela antar iga.
TUJUAN Pneumotoraks tension
Pneumotoraks totalis
Pneumotoraks parsial dengan kolaps paru lebih dari 20%
Pneumotoraks simtomatis
Pneumotoraks bilateral
Empiema
Kilotoraks
Hematotoraks
Paska torakotomi
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medic
profesi.
PROSEDUR 1. Alat dan Bahan :
Duk lubang steril
Kasa steril
Pisau insisi
Kateter toraks
Pipa plastik dan penyambung
Botol drainase + air steril
Lidocain
Alkohol 70%
Betadin
Jarum kulit
2. Penderita
Pada insersi di daerah aksila, penderita disandarkan dengan
kemiringan 30 60 derajat. Tangan pada sisi dimana insersi
akan dilakukan, diletakkan di atas kepala. Penderita dapat
dibaringkan dengan tangan pada kedua sisi badan jika insersi
dilakukan pada interkosta II mid clavicular line.
3. Penetuan tempat insersi
Ruang antar iga IV atau V dari mid axillary line atau ruang
antar iga II anterior mid clavicular line.
4. Operator
Operator menggunakan tutup kepala, tutup mulut, skot plastic,
alas kaki dan sarung tangan steril.
5. Desinfeksi
Menggunakan betadin, kemudian diulangi dengan alcohol
70%. Caranya dengan menggunakan kasa steril dan pinset, dari
dalam kea rah luar. Pasang duk steril dengan lubang pada
tempat dimana akan dilakukan insersi kateter.
6. Anastesi
Pada tempat dimana akan dilakukan insersi kateter, diberikan
anestesi local dengan lidocain 2% 2-4 cc dengan spuit 5 cc.
Suntikan bahan anestesi intradermal samapi terjadi benjolan.
Tunggu sesaat, kemudian anestesi dilanjutkan kea rah dalam
sampai mencapai pleura parietalis. Jarum dimasukkan ke
rongga pleura dan dilakukan aspirasi. Jika tidak ditemukan
cairan atau udara, lokasi insersi dapat diubah.
7. Insersi
Sebelum insersi dimulai, panjang kateter yang akan
masuk ke rongga pleura diperkirakan terlebih dahulu.
Insisi kulit sepanjang 2-4 cm, kemudian diperdalam
secara tumpul samapau pleura parietalis.
Disiapkan jahitan matras mengelilingi kateter dengan
menggunakan benang sutera ukuran 0 atau 1.
Satu tangan mendorong kateter toraks dan tangan yang
lain memfiksir kateter toraks untuk membatasi
masuknya alat ke dalam rongga pleura.
Setelah kateter toraks masuk ke rongga pleura, main
drain dicabut dan ujung kateter toraks diklem. Kateter
toraks diarahkan ke anteroapikal pada pneumotoraks
dan posterobasal pada cairan pleura/empiema.
Klem dilepas dan kateter dihubungkan dengan botol
WSD.
Jahitan matras disimpul secara surgeon knot (ikatan
berputar ganda).
Selanjutnya ujung bebas jahitan matras dilingkarkan
secara berulang pada kateter sambil sekali-kali dibuat
simpul surgeon knot.
Dipasang kasa bentuk Y untuk menutup luka,
kemudian ditemplkan plester lebar untuk membantu
fiksasi kateter.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. OK
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PLEURODESIS
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu prosedur untuk meletakkan pleura parietalis dan pleura


visceralis dengan instilasi bahan sklerosan.
TUJUAN Efusi pleura maligna
Pneumotoraks berulang
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medic
profesi
PROSEDUR 1. Alat dan Bahan :
Spuit 50 cc
Bahan sklerosan (glukosa 40%, tetrasiklin HCl steril, talk steril,
Bleomycin, 5 FU, Betadin)
Klem
Lidokain 2% 5 sampul
2. Operator : memakai sarung tangan steril
3. Penderita
Rongga pleura telah dikosongkan dari cairan pleura
Pada pneumotoraks, paru sudah mengembang
Tindakan
Pleurodesis dengan tetrasiklin HCl pada penderita yang sudah
terpasang kateter toraks.
Kateter toraks diklem
Desinfeksi kulit sekitar kateter dengan povidon iodine 10%,
dilanjutkan dengan alcohol 70%.
Instalasi rongga pleura dengan lidokain 2% 5 sampul melalui
kateter (hanya untuk pleurodesis dengan tetrasiklin/talk)
Penderita diminta mengubah posisi tubuh dengan cara miring
ke kanan, ke kiri, terlentang dan tengkurap masing-masing
selama 5 menit.
Tetrasiklin HCl 20 mg/kg BB diencerkan dengan larutan
garam fisiologis 50 cc, diinstalasikan ke dalam rongga pleura.
Selanjutnya 50 cc garam fisiologis dinstalkan lagi ke dalam
rongga pluera untuk membilas sisa obat yang terdapat dalam
kateter.
Setelah 2 jam, klem dilepas, kateter toraks dihubungkan WSD.
Pada pneumotoraks, kateter dilepas jika paru sudah
mengembang sempurna dan tidak ada kebocoran udara. Pada
efusi pleura kateter dilepas bila produksi cairan kurang dari
150 cc/hari.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMERIKSAAN FAAL PARU
RSUD NUNUKAN
DENGAN SPIROMETRI

PENGERTIAN Pemeriksaan fungsi paru yang dikerjakan dengan fasilitas minimal


untuk mengukur Kapasitas Vital Paksa (KVP/FVC) dan Volume
Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP-1/FEV-1).
TUJUAN Indikasi diagnostik (normal, retriksi, obstruksi, campuran)
Evaluasi hasil pengobatan
Memantau perjalanan penyakit
Persiapan operasi untuk menentukan toleransi tindakan bedah
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan medik
profesi
PROSEDUR 1. Alat : Spirometri merk datespir
2. Penderita
Usahakan penderita dalam kondisi terbaik dan sudah makan pagi
Pakaian harus longgar
Berikan intruksi manuver pemeriksaan dengan sejelas-jelasnya
Karet mulut (mouth piece) harus rapat dimasukkan antara gigi dan
bibir sehingga udara tidak bocor
Hidung dijepit dan bernapas dari mulut
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3 kali dan diambil hasil
pemeriksaan yang terbaik.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan

PROSEDUR TETAP
BAGIAN NEUROLOGI
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO LUMBAL PUNGSI
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Tindakan Lumbal Pungsi adalah suatu tindakan untuk memperoleh


likuor serebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintasan likuor.
TUJUAN 1. Indikasi diagnostic, dengan cara memeriksa : komposisi LCS,
dinamik LCS dan bakteriologis, neuroradiologis:
caudo/myelografi (memasukkan zat kontras).
2. Indikasi terapeutik : Pemberian antibiotik, kortikostroid
3. Untuk follow up suatu penyakit
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar pelayanan kedokteran
PROSEDUR ALAT DAN BAHAN
1. Jarum LP (Spinal needle) no. 18, 20
2. Kapas lidi beberapa buah
3. Larutan betadin, alcohol
4. Larutan Nonne dan Pandy (bila ada) dan 2 buah tabung reaksi
5. Botol kecil steril untuk menampung LCS
6. Sarung tangan steril
7. Nierbecken
8. Spuit 2,5 cc, aqua steril 25 cc
9. Kasa steril, plester dan korentang serta duk berlubang steril

PROSEDUR
1. Baringkan miring sisi kiri, bawa sedekat mungkin ke sisi kanan
tempat tidur
2. Posisikan penderita seolah mencium lututnya
3. Punggung berada pada posisi vertical
4. Desinfeksi daerah punggung bawah berpusat di tempat yang telah
ditandai sebagai tempat melakukan LP celah vertebra L3-4 atau
L4-5. Lakukan penusukan jarum spinal mengarah ke umbilicus.
5. Sampai terasa sensasi sperti menembus kertas, cabut mandren,
bila LCS keluar periksa aspek warna, kecepatan tetesan, lakukan
Quickenstedt test dengan menekan kedua vena jugularis.
6. Ambil tabung Nonne dan Pandy lalu teteskan LCS ke dalamnya
dan dinilai, ambil tabung steril dan diisi dengan LCS untuk
diperiksa ke laboratorium (jumlah sel, glukosa, protein, hitung
jenis leukosit).
7. Cabut jarum spinal lalu tutup dengan kasa steril lubang bekas LP
UNIT TERKAIT Instalasi Laboratorium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENILAIAN MBO
RSUD NUNUKAN
(MATI BATANG OTAK)

PENGERTIAN Mati batang otak adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
menghilangnya fungsi batang otak, berupa :
1. Tidak terdapat sikap tubuh yang abnormal (dekortikasi atau
deserebrasi)
2. Tidak terdapat sentakan epileptik
3. Tidak terdapat refleks-refleks batang otak
4. Tidak terdapat nafas spontan
TUJUAN -
KEBIJAKAN Melakukan tindakan sesuai indikasi dan standar Pelayanan Kedokteran
PROSEDUR Memastikan hilangnya refleks batang otak dan henti nafas yang
menetap, yaitu :
1. Tidak ada respon terhadap cahaya
2. Tidak ada refleks kornea
3. Tidak ada refleks vestibuo-okuler
4. Tidak ada respon motor terhadap rangsang adekuat pada area
somatic
5. Tidak ada refleks muntah (gas refleks) atau refleks bauk karena
rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea
6. Tes henti nafas positif, yang dilakukan dengan cara :
Preoksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit
Pastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 torr dengan
memakai kapnograf dan atau analisa gas darah
Lepaskan pasien dari ventilator, insuflasikan trakea dengan O2
100% 6 liter/menit melalui kateter intatrakeal melewati karina
Lepaskan ventilator selama 10 menit
Bila pasien tetap tidak bernafas, tes dinyatakan positif (henti nafas
menetap)
Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyatakan positif, tes
diulangi lagi 25 menit kemudian
Bila tes tetap positif, pasien dinyatakan mati, kendatipun jantung
masih berdenyut
UNIT TERKAIT ICU
PROSEDUR TETAP
BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO KOMPRES TERTUTUP
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Kompres tertutup adalah suatu tindakan mengoklusi suatu kelainan


kulit dengan bahan yang impermiabel yang bertujuan untuk
memanaskan.
TUJUAN Sebagai acuan dalam membersihkan kelainan kulit berupa keropeng /
sisik yang tebal.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Mencuci tangan
2. Memberikan penjelasan pada penderita tentang tindakan yang
akan dilakukan.
3. Atur posisi penderita sesuai kebutuhan.
4. Buat kain kasa 3 lapis seukuran kelainan kulit.
5. Tuangkan cairan kompres ke dalam kom
6. Oles kelainan kulit dengan base cream.
7. Celupkan kain kasa kedalam kom yang berisi cairan kompres.
8. Peras kain kasa sampai tidak ada yang menetes lagi.
9. Tempelkan kain kasa pada kelainan kulit yang telah diolesi base
cream.
10. Diamkan selama 1 jam.
11. Ambil kain kasa lalu buang kedalam mangkok.
12. Bersihkan base cream dan keropeng yang terlepas / kelainan kulit
dengan kain katun dan minyak zaitun.
13. Ulangi beberapa kali dalam sehari.
UNIT TERKAIT Keperawatan

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMERIKSAAN JAMUR
RSUD NUNUKAN
DENGAN KOH

PENGERTIAN Pemeriksaan jamur dengan KOH adalah suatu tekhnik pemeriksaan


untuk memastikan adanya ineksi jamur pada penderita dengan
menggunakan larutan KOH 10-20%.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan pemeriksaan KOH pada
penderita terinfeksi jamur.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Sapa pasien dengan ramah dan sopan, perkenalkan diri.
2. Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan
di lakukan.
3. Lengkapi formulir inform consent.
4. Persiapan alat:
Kaca Objek
Scalpel
Pita selopan
Larutan KOH 10 20 %
Bunsen
Mikroskop
5. Pelaksanaan
Pilih lesi yang tampak paling aktif
Kulit dikerok tipis dari arah dalam keluar menggunakan
scalpel no. 15 atau dengan pita selopan.
Ditempatkan pada kaca objek
Preparat ditetesi larutan KOH 10 20 % sebanyak 1 2
tetes
Dilakukan pemanasan kuraang lebih 15 30 detik atau
sampai bagian bawah kaca onjek terasa hangat.
Di lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400X.
Pemeriksaan dikatakan positif bila ditemukan hifa panjang,
bersepta, antrospora, hifat pendek, spora bulat, atau sel
tunas.
UNIT TERKAIT 1. Unit Terkait
2. Loket Pembayaran
3. Dokter Poliklinik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO UJI TEMPEL KULIT
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Uji tempel kulit adalah suatu jenis uji kulit untuk membuktikan adanya
reaksi hipersensivitas tipe IV pada kulit.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan uji tempel kulit.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan
di lakukan.
2. Lengkapi formulir inform consent
3. Persiapan penderita
Menghentikan pengobatan anthistamin dan kortikosteroid
minimal 3 hari sebelum tes.
Tempat uji harus bebas lesi.
Tempat uji tidak boleh kena air, dan banyak berkeringat.
Pasien dilarang menggaruk bagian yang diberi bahan tes atau
minum obat selama dilakukan pengujian.
Bila tempelan lepas atau sobek, pasien dianjurkan untuk
menambahkan plester yang sudah ada.
Untuk alergen non standar perlu pengenceran 1 / 1000, 1 / 100,
1 / 10.
Persiapan alat :
Finn chamber
Plester micropore
Pinset kecil
Gunting
Tissue
Kapas alkohol 70 %
Kapas naCl 0,9 %
Bahan bahan alergan baku tes tempel
Spidol berwarna
Kaca pembesar
Tekhnik pelaksanaan :
Pasien diberitahu tentang cara uji yang akan dilakukan.
Pasien mengisi inform consent.
Tes sampel dilaksanakan dengan posisi pasien duduk atau
berbaring tengkurap.
Desinfeksi dengan kapas alkohol 70 % pada area punggung.
Bersihkan area tersebut dengan kapas NaCl 0,9 %.
Biarkan mengering.
Disiapkan unit tes yaitu bahan alergen baku yang akan di ujikan
di isikan pada unit tempel sesuai dengan nomor urut alergen,
unit tes tempel tersebut diberi perekat tambahan berupa plester
micropore, dengan masing masing lembar plester terdiri dari
6,6,6 dan 5 unit tes.
Unit tes tempel ditempelkan pada punggung pasien sesuai
nomor urut dan diberi tanda dengan spidol berwarna.
Pasien diizinkan pulang dengan diberi pesan agar lokasi tes
tidak basah kena air, dan disarankan melakukan aktifitas yang
mengeluarkan keringat.
Pembaca dilakukan pada hari ke dua (48 jam) dan hari ke-3 (72
jam).
Setelah penilaian terakhir, daerah tes dibersihkan dengan kapas
alkohol 70 %.
Hasil tes tempel yang positif bermakna dinilai relevansinya
dengan anamnesis dan gambaran klinis.
Berikan lembaran hasil penilaian kepada pasien dan dijelaskan
satu per satu.
Penilaian :
Kriteria internasional contact dermatitis research group
(ICDRG)
Tidak bereaksi (-)
Eritem ringan (+)
Eritem dan vesikel (++)
Bula (+++)
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter poliklinik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO UJI TUSUK KULIT
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Uji tusuk kulit adalah suatu jenis uji kulit untuk membuktikan adanya
reaksi hipersentivitas tipe I.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan uji tusuk kulit.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Lengkapi inorm consent.
Persiapan penderita :
Menghentikan pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
minimal 3 hari sebelum dilakukan uji kulit.
Lesi kulit dalam keadaan tenang.
Persiapan alat :
Jarum suntik steril ukuran 26 G atau 27 G 35 buah.
Spidol berwarna.
Kapas alkohol 70 %
Kapan NaCl 0,9 %
Tissue
Bahan alergen baku tes tusuk sebanyak 35 macam
Kaca pembesar
Lembaran hasil penilaian
Tehknik pelaksanaan :
Pasien diberitahu tentang cara tes yang akan dilakukan.
Pasien mengisi inform consent.
Desinfeksi dengan kapas alkohol 70 % pada area volar kedua
lengan bawah.
Bersihkan area tersebut dengan larutan NaCl 0,9 %.
Tandai area yang akan di tetesi dengan spidol berwarna untuk
pembatasan allergen dan mempermudah penilaian.
Teteskan ekstrak allergen kontrol yaitu histamin / kontrol positif
dan larutan buffer / control negativ pada area yang telah diberi
tanda.
Toreh tetesan allergen tersebut dengan sudut kemiringan 45
derajat menggunakan jarum ukuran 26 G atau 27 G atau
blood lancet.
Tes dibaca setelah 15 20 menit dengan menilai bentol yang
timbul.
Apabila timbul bentol di daerah control positif, tes untuk semua
allergen dapat dilanjutkan dengan cara yang sama.
Teteskan allergen satu persatu pada area yang telah di beri
tanda.
Toreh tetesan allergen tersebut dengan sudut kemiringan 45
derajat menggunakan jaru ukuran 26 G atau 27 G atau blood
lancet yang berbeda beda.
Penilaian dilakukan setelah 15 20 menit , dengan
membersihkan tempat tes dengan tissue dan bentol yang timbul
dilihat dengan kaca pembesar.
Berikan lembaran hasil penilaian kepada pasien dan terangkan
satu persatu secara jelas.
Penilaian :
The standardization committee of northern ( scandinavian )
society of allergology dengan membandingkan bentol yang
timbul akibat allergen dengan bentol positiv histamin dan bentol
negativ larutan control. Adapun penilaiannya sebagai berikut :
- Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)
- Bentol larutan control dinilai negative (-)
- Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol
yang timbul besarnya antara bentol histamin dan larutan
control
- Untuk bentol yang ukurannya 2x lebih besar dari diameter
bentol histamine dinilai ++++ (+4).
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter poliklinik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMERIKSAAN VENEROLOGIK DAN
RSUD NUNUKAN PENGAMBILAN SPECIMEN PADA
WANITA

PENGERTIAN Pemeriksaan venerologik dan pengambilan specimen pada wanita


merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada wanita dengan duh
tubuh vagina.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan pemeriksaan venerologik
dan pengambilan specimen pada wanita.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Sapalah pasien dengan ramah
2. Berikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
3. Lengkapi inform contsent.
4. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan.
5. Tahap pemeriksaan.
Pemeriksaan suprarubis
Pasien dalam posisi litotomi, melakukan palpasi, adakah distanten
bladder.
Pemeriksaan inguinal
Limfadenopati
Periksa ukuran , konsistensi nyeri tekan
Kulit dan rambut pubis
Lesi moloskum , kutu , telur kutu.
Pemeriksaan genetelia
Vulva :
Labia mayora dan minora : adakah eritema, edema, fisura,
erosi, ulkus dan kutil
Pisahkan ke 2 labia mayora : adakah duh tubuh : jumlah,
warna, konsistensi ?
Infeksi uretra dan periuretra : adakah eritema, edema, duh
tubuh : jumlah, warna, konsistensi ?
Infeksi uretra dan periuretra adakah eritema, edema, duh
tubuh, jumlah, warna, konsistensi ?
Dilakukan milking uretra melalui penekanan secara
perlahan oleh ibu jari dari atas kebawah : adakah duh
tubuh, jumlah, warna, konsistensi ?
Palpasi kelenjar bartholin : adakah massa, pus, nyeri
tekan ?
Vagina dan serviks
Pemeriksaan ispekulo :
Bersihkan permukaan luar introitus dengan menggunakan
kain kasa basah.
Pisahkan kedua libia mayora dengan menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
Gunakan speculum dengan ukuran yang sesuai,
dihangatkan dengan air hangat atau sudah dibasahi dengan
air.
Speculum dimasukkan ke intoroitus vagina dengan posisi
tertutup dan dalam posisi oblik dengan memberi penekanan
melawan preneum, tekanan pada uretra harus dihindari.
Speculum dimasukkan sepanjang dinding posterior vagina,
sambil di rotasikan arahnya menjadi horizontal dan baru
kemudian speculum dibuka dan difiksasi, lakukan
maneuver pada speculum hingga ostium serviks dapat
terlihat jelas diantara kedua blades speculum.
Infeksi dinding vagina : adakah eritema, erosi, ulkus, kutil,
atau duh tubuh, jumlah warna, konsistensi ?
Infeksi serviks : adakah eritema, erosi, ulkus, kutil atau duh
tubuh : jumlah, warna, konsistensi ?
Pengambilan specimen dilakukan menggunakan sengkelit
yang steril.
Buat 3 sediaan apus pada gelas objek yang bersih.
Specimen dari kanalis servikalis diperiksa dengan pewarna
garam.
Specimen dari dinding vagina untuk pemeriksaan dengan
larutan KOH 10 %.
Specimen dari forniks posterior dilakukan pemeriksaan
sediaan langsung NaCl.
Pengambilan specimen ke 2 dari kanalis servikalis ditanam
pada media untuk kultur gonokokus.
Gunakan kertas lakmus untuk memeriksa pH.
Setelah pemeriksaan selesai, fiksasi speculum dikendurkan
kemudian blades speculum ditutup dan speculum
dikeluarkan secara perlahan sambil dirotasikan sehingga
keluar dalam posisi oblik.
Pada speculum di teteskan larutan KOH 10 % untuk tes
urine.
Bersihkan kembali permukaan luar introtius dengan kain
kasa.
Pemeriksaan bimanual
Masukkan jari telunjuk dan jari tengah kedalam vagina untuk
mempalpasi serviks dan gerakkan.
Normal : tidak sakit.
Pewarnaan :
Untuk N. Gonnor hoea :
Lakukan pewarnaan garam
Lihat dibawah mikroskop dengan minyak emersi dan
pembesaran 100 X
Cari diplokokus gram negative intraselular dan
ekstraselular.
Untuk C trachomatis
Pengambilan specimen dengan kapas lidi steril dimasukkan
kedalam uretra, kemudian diputar 360 derajat. Di diamkan
selama 15 detik kemudian dikeluarkan.
Pemeriksaan dilakukan dengan PCR atau tes antigen
klamida.
Untuk T vaginalis
Sediaan di tetesi larutan NaCl fisiologi :
Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 X
Cari sel tunas
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter poliklinik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMERIKSAAN VENERLOGIK DAN
RSUD NUNUKAN PENGAMBILAN SPESIMEN PADA PRIA
PENGERTIAN Pemeriksaan venerlogik dan pengambilan specimen pada pria
merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada pria dengan duh
tubuh uretra.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan pemeriksaan Venerlogik dan
pengambilan specimen pada pria.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Sapalah pasien dengan ramah.
2. Berikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
3. Lengkapi formulir infrom consent.
4. Pemeriksaan menggunakan sarung tanggan.
5. Tahap-tahap pemeriksaan :
1) Pemeriksaan suprapubis :
Pasien dalam posisi terlentang, lakukan palpasi, adakah
distanded bladder?
2) Pemeriksaan inguinal :
Limfadenopati
Periksa ukuran, konsistensi, nyeri tekan.
Kulit dan rambut pubis
Lesi moluskum,kutu,telurr kutu?
Hernia
Dalam keadaan berdiri dilihat apakah ada hernia ?. lakukan
palpasi dengan memasukkan jari telunjuk keleher dari
skrotum telusuri searah duktus spermatikus.
3) Pemeriksaan genetelia :
Penis
Pada pria tidak disunat, tarik preputium kebelakang,
adakah : kutil, vesikel, erosi, ulkus, balanitis, poshitis,
filmosis, tumor ?
Gians penis dan permukaan dalam preputium di periksa
adalah: ulkus, nodul, vesikel, striktur?
Meatus uretra di periksa dengan palpasi diantara ibu jari
dan telunjuk, adakah lesi intrauretral,
hisposida,meantal,stenosis,duh tubuh : warna, konsistensi,
jumlah.
Batang penis dan uretra di palpasi, dengan cara pengurutan
uretra dan pangal hingga meatus, cari kutil,
vesikel,erosi,ulkus,peyronies disease.
Pemeriksaan skrotum testis.
Skrotum : periksa : adalah kista sebasea : multi
memperbesar?
Tesits.
Palpasi ; ukuran, masa, indurasi, nyeri tekan ? Tes
transiluminasi Epididimis (posteroir testis ), palpasi
ukuran,nyeri tekan, industri.
Spermatic cord
Palpasi dengan ibu jari dan telunjuk : masa sulit seperti tali
/ kabel, nyeri tekan penenbalan, asimetris ?
Perianal : adalah kutil versikel, erosi lesi ./
Pemeriksaan rekrutum : adalah hemorrhoid, fisura,
fistula,lesi lain ?
4) pemeriksaan dalam
Rectal toucher
Masukkan jari telunjuk kedalam kanalis ani setelah
menggunakan sarung tanggan yang sudah di beri pelumas.
Nilai : tonus sfingter, indurasistenisis, rectal massa ?
Pemeriksaan prostat ( ukuran normal : panjang dan lebar
kira kira 4 cm). Palpasi melalui dinding rektum antirior
Permukaan : licin / tidak ?
Konsistensi : kenyal? Tidak?
Dapat digerakkan atau tidak ?
Pemeriksaan vesikula seminalis
(sebelah atas dari prostast)
Palpasi melalui dinding rectum anterior
Konsitensi : lembut / tidak?
5) pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboraturium.
Pengambilan duh tubuh utera;
Bersihkan meatus dengan kassa steril.
Masukkan cotton swab kedalam uretra sampai melewati
fossa navikularis untuk pengambilan specimen.
Buat 3 sediaan apus pada gelas objek yang bersih.
Pengambilan specimen ke 2 di tanam pada media untuk
kultur onokokus.
Bila duh uretra tidak ditemukan, lakukan pijatan uretra ke
arah orifisium (milking).
Penawaran
Untuk N. Gonnorhoeae :
Lakukan pewarnaan gram
Lihat dibawah mikroskop dengan minyak emersi dan
pembesaran 100X
Cari diplokokus gram-negatif intraselular dan ekstraselular.
Untuk C. Trachomatis
Pengambilan specimen dengan kapas lidi steril, dimasukkan
kedalam uretra, kemudian diputar 360 derajat, di diamkan
selama 15 detik kemudian dikeluarkan.
Pemeriksaan dilakukan dengan PCR atau tes antigen
klamidia.
Untuk T. Vaginalis :
Sediaan di tetesi larutan Nacl fisiologis
Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 X
T. Vaginalis terlihat bentuk buah pir dan motil.
Untuk balanitas / balanopotisis :
Sediaan di tetesi larutan KOH 10 %
Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 X
Cari sel tunas.
UNIT TERKAIT 1. Loket Pembayaran
2. Dokter Poliklinik

NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMBUATAN BUBUR JARINGAN
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Suatu pemeriksaan sediaan yang di peroleh lewat irirsan kecil pada
kulit yang kemudian di beri pewarnaan tahan asam untuk mencari
mycobacterium leprae (batang tahan asam).
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan pembuatan bubur jaringan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR o sapa pasien dengan ramah dan sopan, perkenalkan diri.
o Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang
akan dilakukan.
o Lengkapi formulir inform consent
o Persiapan alat
Kaca objek
Pensil kaca
Penjepit kaca objek
Scalpel ( tangkai pisau ukuran no. 3 dan pisau no. 15)
Kapas
Bunsen
Mikroskop
o Lokasi pengambilan Skin Smear :
Ambil Skin Smear dari 2 atau 3 tempat ( kedua cuping
telinga dan lesi aktif ).
Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif
( lesi meninggi dan berwarna kemerahan ). Jika tidak
ada lesi kulit yang sesuai, ambil dari lokasi yang
sebelumnya diketahui aktif atau lokasi dimana
pemeriksaan BTA sebelumnya positif.
Kulit muka sebaiknya di hindarkan karena alasan
kosmetik.
Kecuali tidak ditemukan kelainan kulit ditempat lain.
Pada pemeriksaan ulangan dilakukan di tempat
kelainan kulit yang sama dan bila perlu ditambah
dengan lesi kulit baru yang timbul.
Sebaiknya petugas yang mengambil dan memeriksa
sediaan apus dilakukan oleh orang yang berlainan, hal
ini untuk menjaga pengaruh gambaran klinis terhadap
hasil pemeriksaan bakteriologi.
o Cara pengambilan sediaan :
Cuci tangan lalu kenakan sarung tangan.
Ambil kaca objek sediaan yang baru, bersih, dan tidak
tergores, beri tanda pada bagian bawah objek atau label
kaca objek sesuai identitas pasien.
Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan Skin Smear
dengan kapas alkohol, biarkan mengering.
Nyalakan api spritus.
Pasang Bisturi pada gagangnya.
Jepit kulit dengan erat menggunakan jempol dan
telunjuk dengan kuat agar darah tidak keluar.
Buatlah irisan pada kulit dengan panjang 5mm dan
dalam 2 mm. Kulit tetap dijepit agar tidak ada darah
yang keluar.
Putar pisau scalpel 90 derajat dan pertahankan pada
sudut yang tepat pada irisan. Keroklah irisan 1 atau 2
kali menggunakan scalpel guna mengumpulkan cairan
dan bubur jaringan. Jangan ada darah pada specimen
karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan.
Lepas jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas
alkohol.
Buat apusan dari kerokan kulit tersebut diatas kaca
objek, pada sisi yang sama dengan letak identitas.
Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan diameter
8mm.
Hapus kerokan pada mata pisau scalpel dengan kapas
alkohol. Lewatkan mata pisau diatas nyala api Bunsen
selama 3-4 detik. Biarkan dingin tapi jangan sampai
menyentuh sesuatu.
Ulangi langkah diatas untuk lokasi apusan lain. Buat
apusan disisi dekat dengan apusan sebelumnya, tapi
jangan sampai bersentuhan.
Lepas pisau scalpel dengan hati hati.
Tutup luka.
Biarkan kaca objek mengering beberapa saat dengan
temperature ruangan, tetapi dibawah cahaya matahari
langsung.
Fiksasi apusan dengan melewatkan diatas nyala api
Bunsen 3 kali, jangan sampai terlalu panas.
Taruh kaca objek dikotak kaca dan kirimkan ke
laboratorium di sertai dengan form permintaan
pemeriksaan.
o Cara melakukan pembacaan Skin Smear setelah pewarnaan
Ziehl-Nielsen.
Dengan menggunakan mikroskop, hitung lapang
pandang dengan menggunakan zig zaf huruf Z,
setengah atau seperempat lingkaran.
Carilah keberadaan BTA, BTA akan nampak sebagai
batang merah dengan latar belakang biru. Bentuknya
dapat lurus atau melengkung, dan warna merah dapat
merata (solid) atau tidak merata (fragmentasi atau
granuler).
Indeks Bakteri (IB)
Merupakan ukuran semi kuantatif kepadatan
BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid.
1+ : bila 1-10 BTA dalam 100
LP
2+ : bila 1-10 BTA dalam 10
LP
3+ : bila 1-10 BTA dalam 1
LP
4+ : bila 1-10 BTA dalam 1
LP
5+ : bila 101-1000 BTA dalam 1 LP
6+ : bila > 1000 BTA dalam 1 LP
Indeks Morfologi (IM)
Merupakan teknik standar yang dipakai untuk
memperkirakan proporsi kuman yang hidup
diseluruh kuman.
IM = Jumlah seluruh kuman utuh x 100%
Jumlah seluruh kuman diperiksa
UNIT TERKAIT 1. Loket Pembayaran
2. Dokter Poliklinik
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TINDAKAN INJEKSI
RSUD NUNUKAN
KORTIKOSTEROID INTALESI

PENGERTIAN Injeksi kortikosteroid intralesi adalah suatu tindakan memasukkan


kortikosteroid intralesi.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan kortikosteroid intralesi.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Sapa klien dengan ramah dan sopan,perkenalkan diri.
2. Lakukan konsultasi awal untuk :
Memahami harapan klien dan membina hubungan baik.
Mengidentifikasi apa yang menjadi keluhan dan perhatikan
klien.
Mengidentifikasi adanya kontraindakasi atau keadaan yang
menjadi perhatian khusus.
Mengevaluasi penerimaan klien terhadap segala resiko
tindakan.
Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakanyang
akan dilakukan.
3. Jelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan meliputi :
Tujuan dilakukan injeksi kortikosteroid intralesi.
Penjelasan mengenai frekuensi dan kapan tindakan
penyuntikan harus di ulang.
Penjelasan mengenai resiko / komplikasi dan
keuntungannya.
Kemunkinan ketidak nyaman pada saat dan seudah
dilakukan penyuntikan.
Informasi bagaimana keadaan lesi selama
NOMOR SPO :
PEMERINTAH TANGGAL PEMBUATAN :
KABUPATEN TANGGAL REVISI :
NUNUKAN TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman L, M.Kes,Sp.OG


NIP : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO BEDAH LASER CO 2
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Bedah laser merupakan suatu tekhnik pengobatan menggunakan


sekumpulan energy yang berasal dari radiasi elekromagnetik, yang
terdiri dari satu panajang gelombang yang bersifat monokromatik,
kolimasi, dan koheran.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan tindakan bedah laser co 2
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang
dilakukan.
2. Lenkapi formulir inform consent
3. Dilakukan tindakan a dan antispetik pada daerah yang akan di
obati dengan alkohol 70 % dan larutan povidom yodin.
4. Dilakukan tindakan, local atau topical pada daerah yang akan
dilakukan tindakan.
5. Laser yang ditambah kan dengan gelombang continue sehingga
menguap kan lapis demi lapis jaringan dengan gerakan linear atau
sirkuler secara overlapping.
6. Setiap kali seluruh lapisan jaringan terbakar bagian yang hangus
dilepaskan dengan cara menggosokkan menggunakan kasa yang
telah di beri larutan natrium klorida 0,9 %
7. Proses ini diulang sampai tampak jaringan kulit ynag normal.
8. Setelah tindakan laser selesai, luka diberi antibiotika topical,
(krim gentamisin 0,1 %)
9. Dan tutup dengan kasa steril.
UNIT TERKAIT 1. Loket pembayaran
2. Dokter spesialis kulit dan kelamin

PROSEDUR TETAP
BAGIAN PSIKIATRI
BAGIAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2015

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN DEMENSIA
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Demensia adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/


gangguan sistematik/otak yang bersifat kronik.
Sub diagnostik Demensia seperti: Demensia pada penyakit Alzheimer,
Demensia Vaskuler, Demensia pada penyakit lain dan Demensia YTT.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penatalaksanaan
demensia.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang.
2. Memberikan terapi :
Untuk Demensia reversibel,penanganan pada problem medik
yang mendasari.
Terapi psikiatri disesuaikan dengan masalah/gejala psikopatologi
mendasari.
Anti psikotik: Haloperidol 2-5 mg im,dapat diulang sesudah 1
jam bila masih gelisah,kemudian dilanjutkan po dengan dosis 1-
40 mg/hari.Atau mulai po 1-15 mg/hari.Atau Risperidone po 2-
6 mg/hari.
Untuk pasien usia lanjut dimulai dari dosis rendah,dinaikkan
perlahan-lahan.
Anti ansietas: golongan benzodiazepine short acting misalnya
Alprazolam dengan dosis 0,5-4 mg/hari.
Anti depresan: diberikan golongan SSRI yang mempunyai efek
antikolinergik rendah seperti Fluoxetine dengan dosis 20-80
mg/hari dengan dosis awal 10-20 mg/hari.
Mengupayakan support bagi ADL: stimulasi dan aktifitas
Sosialisasi
Dukungan bagi keluarga/orang yang merawat ( carers )
Rawat inap
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. IGD
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN SINDROMA
RSUD NUNUKAN NEUROLEPTIK MALIGNA ( SNM)

PENGERTIAN Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi


idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis (khususnya pada long acting
dimana resiko ini lebih besar).
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah penatalaksanaan
Sindroma NeuroleptikMaglina (SNM)
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang terdiri dari :
- Kimia Darah : SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali, Fosfatase,
Bilirubin
- Elektrolit : Ca, Mg, Fosfat, Serum Iron
- Urine rutin dan protein
- Cairan otak : dalam batas normal
- EEG : bila perlambatan difus tanpa focus abnormal
- Biopsi otot
Konsultasi : spesialis yang terkait
Perawatan di RS : rawat inap segera,biasanya ICU.
2. Terapi :
a. Hentikan segera neuroleptik
b. Perawatan suportif :
- Meredakan demam dengan segera, misalnya dengan kompres e,
selimut dingin atau kipas angin.
Cara lain dengan memberikan cairan i.v yang di dinginkan terlebih
dahulu
- Mengobati instabilitas kardiovaskuler.
- Mengoreksi insufiensi penafasan, bila perlu intubasi endotrakeal
atau ventilasi.
- Mengoreksi keseimbanga cairan dan elektrolit, memperbaiki
nutrisi.
- Medikamentosa ;
- Bromokriptin, suatu dopamine agonis, dosis 2.5 5 mg dibagi 3
dosis, bisa sampai 60 mg/hari atau pilihan obat lain :
a. L dopa 2 x 100 mg.
b. Amantadin, 200 mg/hari
c. Lorazepam.
d. Diezepam inj. 5 10 mg i.v/i.m
e. ECT
3. Informed consent : bila dirawat.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. IGD
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN DELIRIUM
RSUD NUNUKAN

PENGERTIAN Hendaknya kesadaran dan perhatian


Gangguan kognitif secara umum
Gangguan psikomotor
Gangguan siklus tidur bangun
Gangguan emosional
Onset biasanya cepat,perjalanan penyakitnya hilang timbul
sepanjang haridan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan Delirium.
KEBIJAKAN Penatalaksanaanya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan
anmnesa,pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjangmeliputi :
- Pemeriksaan laboratorium
- Foto rongent thoraks
- EEG,CT-scan otak
Konsultasi : spesialis yang terkait
Perawatan di RS : rawat inap segera
Terapi :
Terapi kausal terhadap penyebab organiknya
Simptomatik : stabilisasi vital sign,menjaga keadaan umum,
keamanan, lingkungan agar tidak menimbulkan rangsang yang
berlebihan
Bila ada gejala psikotik,diberikan Haloperidol 2-5 mg im,dapat
diulang sesudah 1 jam bila masih gelisah.
Kemudian dilanjutkan dengan po dengan dosis 1-40 mg/hari
Bila ada insomnia dapat ditambahkan short acting
benzodiazepine misalnya Lorazepam po dosis 2-6 mg/hari
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat jalan
2. Instalasi rawat Inap
3. IGD
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMBERIAN HALOPERIDOL
RSUD NUNUKAN DECANOAT ( DEPOT) INJEKSI

PENGERTIAN Haloperidol Decanoat (Depot) injeksi bersifat jangka panjang.


Pemberian Haloperidol Decanoat (Depot) injeksi diindikasikan pada
penderita Skizofrenia yang tidak patuh minum obat.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pemberian
Haloperidol injeksi.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar pelayanan Medis.
PROSEDUR Sebelum diberikan haloperidol decanoat (depot) injeksi sebaiknya
pasien diberi haloperidol per oralpaling sedikit 1 kali pemberian,
disarankan sampai pasien stabil (1 minggu). Bila pasien tidak ada
reaksi alergi efek samping lain bisa diberikan:
- Haloperidol Decanoat injeksi 50 mg (1cc) IM pada otot besar
(pantat).
- Bila tidak ada keluhan, obat injeksi dapat diulang setiap 4 -6
mg tergantung kebutuhan penderita sesuai dengan hasil
observasi.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PEMBERIAN KARBAMAZEPIN PADA
RSUD NUNUKAN PASIEN GANGGUAN JIWA

PENGERTIAN Pemberian karbamazepin dapat mengakibatkan efek samping Steven


Jonhson Syndrome yang bisa mengakibatkan kematian. Oleh karena
itu mencegah terjadinya hal ini maka perlu diperhatikan reaksi awal
(reaksi alergi) yang mungkin timbul setelah pemberian karbamazepin
yaitu berupa makula eritematosus pada kulit.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pemberian
karbamazepin.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR Dokter bersama perawat mengobservasi secara khusus:
1. Setiap pasien yang terapi dengan karbamazepin
2. Bila timbul gejala seperti tersebut diatas:
- Karbamazepin distop
- Berikan: parenteral: injeksi Dexamethasone/Dyphenhidramin 2
x sehari 1 ampul
- Oral: Prednison 3x2 tab, CTM 3x1 tab
3. Bila gejala tersebut diatas masih berlanjut setelah 6 jam
pemberian terapi,persiapan rujukan ke RSU bagian kulit
4. Bila gejala mulai berkurang (membaik) terapi diteruskan sampai
gejala hilang
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PERSIAPAN ELECTRO
RSUD NUNUKAN CONVULSI THERAPHI ( ECT )

PENGERTIAN ECT adalah suatu tindakan pengobatan dengan menggunakan listrik


yang menimbulkan kejang Gran Mal.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah sebelum pelaksanaan ECT.
KEBIJAKAN ECT dapat dilakukan oleh dokter yang telah diberikan kewenangan
atau persetujuan dari Psikiater sebagai konsultan.
PROSEDUR 1. Dokter (baik rawat inap,rawat jalan,IGD) menentukan apakah
pasien tersebut ada indikasi untuk dilakukan ECT.
2. Jika ada indikasi dan syarat-syarat ECT telah terpenuhi, dokter
tersebut menulis surat persetujuan ECT kepada psikiater sebagai
konsultan.
3. Jika disetujui oleh Psikiater maka dokter tersebut melaksanakan
ECT.
4. Dokter menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pelaksanaan
ECT dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk
dapat dilakukan ECT, yang dibuktikan dengan bersama-sama
menandatangani blangko Inform Consent.
5. Dokter menyiapkan pasien sebelum dilakukan ECT (misalnya
memberikan obat-obatan/premedikasi sebelum dilakukan ECT,
menghentikan obat-obatan yang tidak boleh diberikan sebelum
ECT, pasien dipuasakan 6-8 jam).
6. Petugas ECT mempersiapkan alat ECT.
7. Pelaksanaan ECT dilakukan sesuai dengan prosedur
melaksanakan ECT.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PELAKSANAAN ELECTRO
RSUD NUNUKAN CONVULSI THERAPHI (ECT)

PENGERTIAN ECT adalah suatu tindakan pengobatan dengan menggunakan listrik


yang menimbulkan kejang Grand Mal.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah sebelum pelaksanaan ECT.
KEBIJAKAN ECT dapat dilakukan oleh dokter yang telah diberikan kewenangan
atau persetujuan dari Psikiater sebagai konsultan.
PROSEDUR 1. Pasien berbaring terlentang diatas permukaan yang datar dan agak
keras, pakaian yang ketat (sabuk, kutang dan sebagainya)
dilonggarkan.
2. Bagian kepala yang ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya
dengan alkohol) agar minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu
menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda ialah daerah antara
os frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis
dan tidak terdapat banyak rambut. Daerah ini dibasahi dengan
bahan pengantar aliran listrik misalnya air garam atau pasta
khusus.
3. Diantara rahang atas dan bawah ditempat gigi-gigi yang masih
kuat (biasanya diantara morales) diberi bahan yang lunak
(misalnya sepotong kain yang dilipat-lipat) disuruh gigit oleh
pasien. Harus diperhatikan bibir atau pipi tidak terjepit.
4. Dagu pasien harus ditahan, hati-hati dengan lengan pasien yang
dapat memukul karena tiba-tiba terjadi fleksi pada permulaan fase
tonik. Ekremitas dapat dipegang tetapi tidak boleh terlalu keras
seperti hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur
dan luksasio).
5. Mengatur voltage listrik biasanya digunakan 100-150 Volt dan
0,2-0,3 detik.
6. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya
rambut tebal dikesampingkan sedapat-dapatnya (pelipis kiri dan
kanan).
7. Setelah pasien mengalami konvulsi yang mirip dengan serangan
epilepsi jenis grand mal dengan fase tonik kira-kira 10 detik
diikuti oleh fase klonik yang lebih lama (30-40 detik).
8. Setelah fase klonik timbul fase relaksasi otot dengan pernapasan
yang dalam dan keras.
9. Kepala pasien dimiringkan agar tidak tersedak saliva pasien.
10. Pasien tidak sadar kira-kira 5 menit kemudian dalam waktu 5-10
menit kesadaran timbul kembali.
11. Pasien harus dijaga baik-baik (terjadi kebingungan pasca
konvulsi) agar jangan sampai jatuh dan melukai dirinya sendiri.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN HIPOTENSI ORTOSTATIK

PENGERTIAN Penurunan tekanan darah pada waktu perubahan posisi duduk,


biasanya akibat pemberian Chlorpromazine baik tablet maupun
injeksi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam penanganan
hipotensi ortostatik
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien. (biasanya
riwayat pemberian suntikkan chlorpromazine).
2. Memberikan terapi :
Injeksi Nor adrenaline atau dengan Norepinephrine
bitartrate (LEVOPHED atau RAIVAS atau VASCON )
ampul 4mg/4cc dalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan
kecepatan infus 2 -3 cc/menit. Hipotensi ortostatik sering
kali dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah
mendapat suntikkan dan dibiarkan tiduran selama sekitar
5-10 menit.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN SINDROM
RSUD NUNUKAN PARKINSON /EKSTRAPIRAMIDAL

PENGERTIAN Parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas.Ekstrapiramidal : distonia


akut, akathisia.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
sindromParkinson/ekstrapiramidal.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien.(biasanya
riwayat pemberian anti psikosis yang kuat (haloperidol).
2. Memberikan terapi :
3. Dengan tablet Trihexyphenidyl (Artane) 3-4 x 2mg/hari, Sulfas
Atropin 0,5-0,75 mg (IM).
4. Apabila sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara
bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan
penggunaan obat antiparkinson.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN GANGGUAN
RSUD NUNUKAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA
PENGERTIAN Merupakan gangguan psikotik yang ditandai oleh onset yang akut
yaitu kurang dari 2 minggu, Sindroma yang beraneka ragam dan
berubah cepat (polimorfik) dan adanya stressor yang jelas.
1. Gangguan Psikotik Polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia.
2. Gangguan Psikotik polimorfik Akut dengan gejala Skizofrenia.
3. Gangguan Psikotik lir Skizofrenia.
4. Gangguan Psikotik Akut dengan Predominan waham.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langka penatalaksanaan gangguan
Psikotik akut dan Sementara.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar Pelayan Medis.
PROSEDUR Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan
anamnesa,pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang terdiri dari :
Evaluasi kepribadian/masalah psikososial dan lingkungan.
Terapi :
A. Farmakoterapi.
Bila diperlukan sedasi : Chlorpromazine 200 800 mh/hari.
Bila tidak diperlukan sedasi pilihan obat sebagai berikut:
1. Haloperidol :1 40 mg/hari dengan dosis awal 1-15
mg/hari.
2. Trifluoperazine :15 20 mg/hari dengan dosis awal 2 5
mg/hari.
3. Perfenazine :12 24 mg/hari dengan dosis awal 4 8
mg/hari.
4. Risperidone : 2 8 mg/hari.
B. Psikoterapi Suportif
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi gawat Darurat
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN GANGGUAN
RSUD NUNUKAN AFEKTIF EPISODE MANIK
PENGERTIAN Afek/mood yang meningkat (elasi, euphoria, grandiosity)
Peningkatan aktifitas fisik (psikomotorik meningkat)
Peningkatan aktifitas mental (logorea, flight of idea)
Subdiagnostik:
1. Hipomania
2. Mania dengan Gejala Psikotik
3. Mania tanpa gejala Psikotik
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan Gangguan
Afektif Episode Manik.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, meliputi evaluasi
kepribadian/masalah psikososial dan lingkungan.
Terapi :
A. Farmakoterapi.
Dapat diberikan pilihan terapi sebagai berikut:
- Lithium carbonat 1800 mg/hari (akut),900-1200 mg/hari
(maintenance) dengan dosis awal 600-900 mg/hari.
Catatan: perlu pemantauan kadar obat dalam darah (0,6-
1,2 meq/L).
- Carbamazepine 400-1200 mg/hari, hati-hati dengan efek
samping Steven Johnson Syndrome.
- Asam Valproat 1200-1500 mg/hari dengan dosis awal
250-500 mg/hari.
- Selain obat-obatan tersebut diatas dapat ditambahkan
neuroleptika yang mempunyai sedasi kuat:
Chlorpromazine 200-800 mg/hari atau Haloperidol 1-40
mg/hari atau Risperidone 2-8 mg/hari.
B. ECT (Electro Convulsive Therapy) 3x/minggu 3-12x sambil
dievaluasi.
C. Psikoterapi: Terapi Suportif.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat Jalan
2. Instalasi rawat Inap
3. IGD
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN GANGGUAN PANIK
PENGERTIAN Harus ditemuan adanya beberapa kali serangan angsietas berat severe
attacks of autonomic anxiet) dalam masa kira-kira satu bulan yang
berupa : palpitasi, nyeri dada, perasaan tercekik, pusing kepala dan
tidak riil ( depersonalisasi dan derealisasi) yang onsetnya mendadak
dan berfariasi dari masing-masing orang.
Secara sekunder ada rasa takut mati, kehilangan kendali atau menjadi
gila. Hal-hal tersebut :
a. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya;
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah di ketahui atau tidak dapat
diduga sebelumnya;
Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala ansietas pada
periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian,
umumnya daoat terjadi juga ansietas antisipatorik, yaitu ansietas yang
terjadi setelah membayangkan sesuatu yang menghawatirkan akan
terjadi).
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan gangguan
panik
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar pelayanan medis
PROSEDUR Dokter menegakkan diagnosa dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, meliputi evaluasi
kepribadian/masalah pisikososial dan lingkingan.
Terapi:
A. Farmakoterapi :
Yaitu dengan pemberian antidepresan dan antiansietas, dengan obat
pilihan sebagai berikut :
1. Antiansietas golongan benzodiazepien seperti alpraziolam dosisi
1 4 mg/hari
2. Anti-depresan terutama golongan SSRI seperti Fluoxetin dosisi
20 80 mg/hari
3. Untuk serangan panik diberikan : diazepan i.v/i.m 10 mg, bila
diperlukan dapat diulang dengan interval 10 15 menit.
B. Psikoterapi :
1. Terapi suportif
2. Terapi insight oriented
3. Terapi perilaku.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap.

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
RSUD NUNUKAN NAMA SPO PEMBERIAN PROFILAKSIS
KONTRIMOKSASOL

PENGERTIAN Prifilaksis Kotrimoksasol adalah pemberian kotrimoksasol kepada


ODHA untuk mencegah terjadinya infeksi oportumistik (IO)
TUJUAN Sebagai acuan dan penerapan langkah-langkah dalam pemberian
profilaksis kotrimoksasol.
KEBIJAKAN Profilaksis kotrimoksasol diberikan kepada ODHA yang memenuhi
kriteria untuk trerapi ARV
PROSEDUR 1. Semua ODHA dewasa dan remaja yang memenuhi kriteria klinis
dan imunitas untuk terapi ARV harus pula diberi profilaksis
kotrimoksasol untuk mencegah serangan PCP dan
toksoplasmosis.
2. Kotrimoksasol diberikan pertama kali pada :
Stadium klinis 2,3,4 (termasuk semua pasien dengan TB ) jika
tidak ada tes CD4
Semua stadium klinis dengan CD4<200/mm3 atau
Stadium klinis 3 atau 4 tanpa memandang jumlah CD4
3. Profilaksis skunder ditunjukkan untuk mencegah kekambuhan,
diberikan kepada ODHA yang baru sembuh setelah pengobatan
pneumonia pneumocystis jiroveci (PCP)
4. Profilaksis kotrimoksasol diberikan terlebih dahulu 2 minggu
sebelum terapi ARV dimulai.
5. Dosis kotrimoksasol untuk dewasa dan remaja 1 tablet forte
sekali sehari atau dua tablet dewasa / hari. Dosis harian total
adalah 960mg ( 800mg silfametokzasol (SMZ) + 160 trimetropim
( TMT)).
6. Perempuan yang sudah memenuhi kriteria untuk terapi
kotrimoksasol harus meneruskannya selama masa kehamilannya
dan menyusui.
7. Bila seorang wanita hamil memerlukan terapi kotrimoksasol
profilaksis, harus segera di mulai tanpa memandang usia
kehamilannya.
UNIT TERKAIT 1. VCT
2. CST
3. Instalasi Laboratorium
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TATALAKSANA KLINIS PASIEN HIV-
RSUD NUNUKAN AIDS ASIMTOMATIS

PENGERTIAN Pasien HIV AIDS Asimtomatis adalah orang yang telah terinfeksi
virus HIV tapi belum menunjukkan gejalah gejalah klinis.
TUJUAN Sebagai acuan dan penerapan langkah langkah dalam menangani
pasien HIV-AIDS asimtomatis.
KEBIJAKAN Pasien HIV AIDS Asimtomatis dilakukan pemeriksaan klinis
lengkap dan monitoring.
PROSEDUR Setiap pasien yang terinfeksi HIV- AIDS dilaksanakan :
1. Pemeriksaan klinis lengkap dengan anamnesis,pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan njang yang dilakukan :
- Darah Lengkap
- Urinalisis
- Tes Fungsi Hati (SGOT,SGPT)
- Tes Fungsi Ginjal (Uerum,kreatinin)
- Virus Hepatitis B dan Hepatitis C
- Rontgen dada (thoraks foto)
2. Pemantauan jumlah CD4 atau limfosit total setiap 6 bulan
sekali
3. Pemantapan kemungkinan terjadinya infeksi oportunistik
4. Penilaian kesiapan pasien untuk mulai terapi ARV yang
meliputi pemberian informasi yang lengkap tentang ARV, Efek
samping yang sering terjadi dan jaminan kepatuhan berobat
yang tinggi.
UNIT TERKAIT 1. VCT
2. CST
3. Instalasi Laboraturium

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO TERAPI ARV PADA ODHA
RSUD NUNUKAN DEWASA DAN REMAJA

PENGERTIAN Terapi ARV adalah pemberian obat-obatan Anti Retro Viral kepada
ODHA Dewasa dan Remaja yang sudah memenuhi indikasi untuk
mulai terapi.
TUJUAN Sebagai acuan dan penerapan langkah-langkah dalam pemberian
terapi ARV pada ODHA dewasa dan remaja.
KEBIJAKAN Terapi ARV diberikan kepada ODHA yang sudah memenuhi kriteria.
PROSEDUR 1. ARV diindikasikan untuk ODHA yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Keputusan untuk mulai terapi ARV diambil setelah pasien
dan keluarga/pendamping mendapat informasi yang
lengkap tentang dana yang dibutuhkan, jaminan kepatuhan
berobat yang tinggi, efek samping yang mungkin terjadi,
dll.
b. Indikasi klinis atau laboratorium sbb:
- HIV stadium IV WHO tanpa memandang jumlah
CD4.
- CD4 < 350/mm3 tanpa memandang stadium klinik
pasien.
- Jika tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, ARV
dimulai pada HIV stadium II demgan limfosit total
dibawah 1200 atau stadium III WHO tanpa
memandang jumlah limfosit total.
- Pada kehamilan atau TB:
o Mulai terapi ARV pada semua ibu hamil
dengan CD4 <350/mm3.
o Mulai terapi ARV pada semua ODHA dengan
CD4, 350/mm3 dengan TB paru atau infeksi
bakteri berat.
2. Jangan memulai ARV pada infeksi oportunistik (IO) yang
masih aktif. IO harus diobati terlebih dahulu.
3. ARV lini pertama yang diberikan:
1). Lamivudin (3TC) 150 mg dosis dua kali sehari ditambah.
2). Salah satu obat dari golongan nucleoside reserve
transcriptase inhibitor (NRTI) azidovidun (AZT) 300 mg
atau stavidun (d4T) 30 mg dosis dua kali sehari ditambah.
3). Salah satu obat dari golongan non-nucleoside reserve
transcriptase inhibitor (NNRTI), nevirapine (NVP) 200 mg
sekali sehari selama 2 minggu, selanjutnya bila tidak ada efek
samping yang timbul diberikan dua kali sehari.
4. Melakukan pemantauan pengobatan ARV sebulan setelah
pengobatan dimulai dan selanjutnya setiap 3 bulan untuk
melihat kepatuhan berobat dan gejala baru yang timbul akibat
efek samping obat maupun dari perjalanan penyakit itu sendiri.
5. Pemantauan keberhasilan dan keberhasilan dan toksisitas ARV
i. Secara klinis:
- Berat badan meningkat
- Tidak terkena IO atau kalau terkena infeksinya
tidak berat.
- Anamnesis gejala yang berhubungan dengan HIV
seperti batuk lebih dari 2 minggu, panas, diare,dll
disertai pemeriksaan fisik.
ii. Pemeriksaan Laboratorium :
- Darah lengkap
- Tes fungsi hati (SGOT,SGPT)
- Tes fungsi ginjal (Ureum,Kreatinin)
- Gula Darah
- Kolesterol dan Trigliserida
- CD4 setiap 6 bulan sekali
UNIT TERKAIT 1. VCT
2. CST
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Farmasi

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN INTOKSIKASI ALKOHOL

PENGERTIAN Intoksikasi alcohol :


Gejala Psikis:
Agresif
Impulsif
Emosi yang labil
Gangguan fungsi pertimbangan
Gejala Fisik:
Muka kemerahan
Pembicaraan yang kasar
Inkoordinasi motorik
Nystagmus
Sakit kepala
Hipersalivasi
Berkeringat
Sakit perut
Diare
Kenaikan nadi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam penanganan
intoksikasi alkohol.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar pelayanan medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa,pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang,
2. Terapi umum:Diutamakan keselamatannya, pernafasan:
bebaskanj alan nafas, kendorkan baju dan ikat pinggang, bila
perlu pernafasan buatan dan oksigen.
3. Terapi spesifik :Kompres panas dan dinggin berganti ganti
diberi minum kopi, diikat,diberi banyak aktifitas:
- Bila keadaan gawat darurat, tindakan medis spesialistik perlu
diberikan ; 5 mg diazepam iv, jika perlu dapat diulangi sampai
2 kali dalam 30 menit pertama.Diazepam iv harus diberikan
pelan pelan agar tidak terjadi apnea dalam jangka waktu 2 3
menit setelah pemberian. Kemudian berikan 1 20 mg
diazepam pelan pelan setiap 6 jam dengan dosis
pemeliharaan 1 5 mg per jam melalui infus. Pasien dirawat di
ruang khusus. Sesudah 24 jam dapat di ganti dosis oral 10 20
mg diazepam setiap 6 jam dan di turunkan sampai selesai
dalam 3 5 hari.
- Perhatian perlu diberikan secara khusus pada kondisi : penyakit
hati kronis dan gangguan pernafasan kronis.
- Neuroleptik di berikan sebagai pembantu diazepam dalam
mengontrol halusinasi , ide paranoid dan agitasi berat.
Diberikan Haloperidol pada gejala yang berat: 1 40 mg/hari dengan
dosis awal 1 15 mg/hari. Jika perlu berikan dalam suntikan im atau
iv dosis 2 5 mg perkali dapat diulang per jam.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN INTOKSIKASI OPIOID

PENGERTIAN Intoksikasi opioid:


Gejala Psikis:
Disfori/efori diikuti dengan apati
Retardasi psikomotor
Gangguan fungsi pertimbangan
Drowsiness
Gangguan perhatian
Gangguan daya ingat
Gejala Fisik:
Kontraksi/dilatasi pupil sebagai akibat anoksia
Pemberian yang kasar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
intoksikasi opioid.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi umum:
Bila ada Cardiac Arrest diberi adrenalin 0,3 cc intracardial
Massage eksternal jantung
Bila ada hipotensi diberi infus NaCl.
3. Terapi Spesifik:
Diberikan antagonis opioida Naloxon HCl 0,4 mg atau 0,01mg/kg
BB iv, im atau subkutan. Dapat diulang 0,4 mg sesudah 2-3 menit
sampai 2-3 kali.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI
RSUD NUNUKAN SEDATIV ATAU HIPNOTIKA

PENGERTIAN Intoksikasi sedative atau hipnotika


Gejala Psikis:
Agresif
Implusif
Efek yang labil
Gangguan fungsi pertimbangan
Gangguan perhatian dan daya ingat
Gejala fisik :
Pembicaraan kasar
Inkoordinasi motorik
Unsteady gait
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam penanganan
intoksikasi sedative atau hipnotika.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik,pemeriksaan penunjang.
2.Terapi umum :
Bila ada kejang,diberi diazepam 20 mg iv
Untuk diuresis dipakai furosemide
3. terapi spesifik:
Ajak pasien bicara terus menerus dan berikan rangsangan fisik
(ditepuk tepuk atau dicubit) supaya pasien tetap sadar sambil
menunggu pengurangan kadar obat dalam darah.
UNIT TERKAIT 1.Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN INTOKSIKASI KOKAIN

PENGERTIAN Instoksisasi kokain


Gejala Psikis :
Euforia
Melawan
Perasaan Melambung
Waspada berlebih
Agistasi psikomotor
Gangguan fungsi pertimbangan
Halusinasi raba dan penglihatan
Gejala Fisik:
Mual dan mudah
Berkeringat berlebihan
Kedinginan
Kenaikan tekanan darah
Takikardi
Dilatasi pupil
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam penanganan
intoksikasi kokain.
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan standar pelayan medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi Umum:
Kuras lambung dapat dilakukan bila pasien menggunakan zat
tidak lebih dari 90 menit kecuali keracunan P.C.P tidak lebih dari
6 jam.
3. Terapi Spesifik:
Diberikan diazepam 10 30 mg p.o atau p.e atau
chlordiazepoxide 10 25 mg oral, di ulangi - 1 jam.(untuk
agitasi? Untuk severe anxiety 60 100 mg/hari.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN
RSUD NUNUKAN INTOKSIKASI STIMULANSIA

PENGERTIAN Intoksikasi stimulansia


Gejala Psikis:
Melawan
Perasaan melambung
Waspada berlebihan
Agitasi psikomotor
Gangguan fungsi pertimbangan
Gejala Fisik:
Mual dan muntah
Berkeringat berlebihan
Kedinginan
Kenaikan tekanan darah
Takikardi
Dilatasi pupil
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
intoksikasi stimulansia.
KEBIJAKAN Penatalaksanaanya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi Umum:
Kuras lambung tidak dianjurkan bila pasien menggunakan zat-zat
korosif seperti minyak tanah atau bila timbul gejala psikotik.
3. Terapi Spesifik:
Diberikan Diazepam 10-30 mg p.o atau p.e atau
Chlordiazepoxide 10-25 mg oral, bila perlu diulangi sesedah -1
jam.
Yang menjadi pokok bahasan: AMFETAMINE.
Prinsip Penatalaksanaan.
Tindakan suportif:
- Usahakan pernafasan berjalan lancar
- Usahakan peredaran darah berfungsi baik
- Pasang infus kecepatan rendah, sampai ada indikasi untuk
mengatasi dehidrasi
- Bila pasien koma perhatikan keseimbangan elektrolit dan
cairan, perawatan mata, dekubitus, tenggorokan/mulut
Tindakan medik:
- Bila perlu dapat diberikan diazepam 10-30 mg p.o atau p.e,
dapat diulangi sesudah 30-60 menit.
Tindakan Evaluatif:
- Evaluasi terhadap apakah ada pendarahan atau trauma yang
membahayakan.
- Observasi timbulnya kejang
- Ambil darah 40 cc untuk pemeriksaan toksikologi urine
untuk urine analisis.
- Monitoring terus-menerus vital sign, mula-mula tiap 15
menit selama 4 jam, setelah itu tiap 2-4 jam selama 24-48
jam.
Tindakan Korektif:
- Antagonis diberikan bila sudah diketahui zat apa yang
digunakan pasien
- Kuras lambung bila obat yang dipakai pasien jam. Jangan
dilakukandilakukan bila pasien dengan perilaku psikotik atau
menelan bahan yang korosif.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL EFEKTIF :

Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI
RSUD NUNUKAN HALUSINOGENIKA

PENGERTIAN Intoksikasi Halusinogenika


Gejala Psikis:
Cemas/depresi
Idea of reference
Ketakutan akan kesepian
Ide paranoid
Gangguan fungsi pertimbangan
Depersonalisasi
Derealisasi
Ilusi
Delusi
Synesthesia
Gejala Fisik:
Dilatasi pupil
Takikardi
Berkeringat
Gemetar
Mata kabur
Tremor
Inkoordinasi motorik
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
intoksikasi halusinogenika.
KEBIJAKAN Penatalaksanaanya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi Umum:
Pada keadaan panik/cemas ajak pasien bicara dengan tenang bila
perlu diberi diazepam 10-30 mg oral.
Pada kondisi psikotik:
Haloperidol 1-40 mg/hari dengan dosis awal 1-15 mg/hari atau
Chlorpromazine 200-800 mg/hari.
3. Terapi Spesifik:
Diberikan diazepam 10-30 mg p.o atau p.e atau chlordiazepoxide
10-25 mg oral, diulangi sesudah -1 jam.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

NOMOR SPO :
PEMERINTAH
KABUPATEN TANGGAL PEMBUATAN :
NUNUKAN
TANGGAL REVISI :

TANGGAL EFEKTIF :
Direktur RSUD Nunukan

DISAHKAN OLEH

dr. H. Dulman. L, M.Kes, Sp.OG


Nip : 19740623 200312 1 004
UNIT KERJA
NAMA SPO PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI
RSUD NUNUKAN PELARUT YANG MUDAH MENGUAP

PENGERTIAN Gejala Psikis:


Kecenderungan berkelahi
Mudah menyerang
Apati
Euforia
Gangguan fungsi pertimbangan
Gejala Fisik:
Dizziness
Nistagmus
Inkoordinasi motorik
Bicara kasar
Menurunnya reflek-reflek
Tremor
Kelemahan otot secara umum
Mata kabur atau diplopia
Retardasi psikomotor
Stupor/koma
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
intoksikasi halusinagenika
KEBIJAKAN Penatalaksanaannya harus sesuai dengan Standar Pelayanan Medis.
PROSEDUR 1. Dokter menegakkan diagnosa dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi bersifat simptomatis, secara khusus tidak ada.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai