Anda di halaman 1dari 12

[Type text]

ISBN: 978-602-14894-0-6

PROSIDING
SEMINAR ILMIAH TAHUNAN Ke-2
Langgur, 26 Februari 2015

PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN


(Meretas Kebuntuan Informasi dan Teknologi Untuk Kemaslahatan Bersama)

UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL
2015
ISBN: 978-602-14894-0-6 1
PROSIDING
Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2
PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
(Meretas Kebuntuan Informasi dan Teknologi Untuk Kemaslahatan Bersama )
Langgur, 26 Februari 2015

DEWAN REDAKSI

Pelindung : Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual

Penasehat : Pembantu Direktur I Politeknik Perikanan Negri Tual

Penanggung Jawab : Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat


Politeknik Perikanan Negri Tual

Reviewer : Dr. C. Putnarubun, S.Pd., M.Si


Dr. Martha Rettob, S.Pi., M.Si

Redaksi Pelaksana/Panitia : Moses Tjoanda, S.Pi., M.Si (Ketua)


Yuliana Anastasia Ngamel, S.Pi, M.Si (Sekretaris)
Santi P. T. Rahantoknam, S.IK., M.Si (Bendahara)
Saul S. Serpara, ST., M.Si A (Anggota)
Wellem A. Teniwut, SE., MM (Anggota)
Eygner G. Talakua, S.Pi., M.Si (Anggota)

Alamat Redaksi : Gedung Perpustakaan Lantai Dasar, Unit Penelitian dan


Pengabdian Kepada Masyarakat (UPPM), Politeknik
Perikanan Negeri Tual. Jalan Langgur-Sathean Km 6.
Kabupaten Maluku Tenggara.
Email: sitpolikant2014@gmail.com, dan
blog: www.sitpolikant2014.wordpress.com

Diterbitkan oleh:
Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Perikanan Negeri Tual
Langgur, 2015

Cetakan pertama: April 2015

Buku ini diterbitkan sebagai Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Politeknik Perikanan Negeri
Tual, yang diselenggarakan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
tanggal 26 Februari 2015.

ISBN: 978-602-14894-0-6

Gambar Sampul: Pulau Sepuluh, Kabupaten Maluku Tenggara.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


DEWAN REDAKSI .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv

1. Model Pengelolaan Sumberdaya Pantai Berbasis Kearifan Lokal di Kecamatan Kei


Besar Utara Timur Kabupaten Maluku Tenggara
Agmi S. P. Beruat ....................................................................................................... 1
2. Analisis Jaringan Syaraf Tiruan Berbasis Metode Sidik Jari Untuk Identifikasi dan
Kuantifikasi Terumbu Karang
Jusron Ali Rahajaan, Indra Jaya, dan Totok Hestirianoto ................................... 4
3. Kualitas Air Perairan Dobo Kepulauan Aru
Marsya J. Rugebregt dan Damianus Y. Walewowan ............................................. 10
4. Praktek Penangulangan Illegal Fishing di Laut Arafura
Maimuna Renhoran ................................................................................................... 15
5. Kepadatan Lola (Trochus niloticus) di Kei Besar Utara Timur Maluku Tenggara
Dedy Kurnianto .......................................................................................................... 23
6. Analisis Potensi Sumber Daya Laut dan Pesisir Kepulauan Kei (Sebuah Kajian
Dalam Perspektif SDA Wilayah dan SDM Masyarakat Pesisir)
Bernard Farneubun ................................................................................................... 27
7. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Dalam Konsentrasi Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Mikroalga Chlorella pyronoidosa Chick
Domitila Ohoiulun ...................................................................................................... 31
8. Sebaran Intensitas Cahaya Reflektor Lampu Untuk Peningkatan Hasil Tangkapan
Bagan Apung
Imanuel M. Thenu ...................................................................................................... 36
9. Studi Penambahan Es Ekstrak Rumput Laut Caulerpa Racemosa Terhadap Kadar
Histamin Ikan Layang Decapterus Sp
Saul Abraham Serpara .............................................................................................. 40
10. Pembuatan Agar Bakto Dari Rumput Laut Gelidium Sp Dengan Khitosan Sebagai
Absorben
Indah Rosulva, Pipih Suptijah, dan Ruddy Suwandi .............................................. 45
11. Pemanfataan Tepung Sagu (Metroxylon sago) Sebagai Makanan Tradisional Dalam
Pembuatan Mutu Bakso Ikan Layang (Decapterus russelli) Sebagai Cemilan
Kesehatan
Monike W. N. Betaubun ............................................................................................ 50
12. Studi Empiris Evaluasi Kendala Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten
Maluku Tenggara
Wellem Anselmus Teniwut dan Jamaludin Kabalmay .......................................... 56
13. Sikap Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Teluk
Ambon
Eygner G. Talakua dan Frishchilla Pentury ............................................................ 62
14. Strategi Komunikasi Pemasaran Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara
Untuk Mendorong Pemasaran Produk-Produk Kelautan dan Perikanan
Anggiat M. Manullang ............................................................................................... 69
15. Struktur Ukuran dan Hubungan Panjang Berat Ikan Selar Kuning Selaroides
leptolepis di Kepulauan Kei
Johny Dobo dan Eka Anto Supeni ............................................................................ 72
16. Pertumbuhan Gracilaria sp yang Dipelihara Pada Kantung Jaring di Perairan
Sathean Maluku Tenggara
Pitjont Tomatala ......................................................................................................... 79
17. Toksisitas Insektisida Malathion Terhadap Konsumsi Oksigen Pada Juvenil Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Muznah Toatubun ...................................................................................................... 84
18. Pertumbuhan Individu Abalon Haliotis squamata Dengan Pakan Yang Berbeda di
Perairan Amahusu, Kota Ambon
Moses Tjoanda ............................................................................................................ 88

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PADA KEGIATAN SEMINAR ......... 94


FOTO KEGIATAN SEMINAR ...................................................................................... 99
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

STRUKTUR UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELAR


KUNING Selaroides leptolepis DI KEPULAUAN KEI

Johny Dobo1 dan Eka Anto Supeni2


1)
Program Studi Teknologi Kelautan, Politeknik Perikanan Negeri Tual
2)
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Politeknik Perikanan Negeri Tual
Email: johnydobo@gmail.com1); ekaantosupeni@gmail.com2)

ABSTRAK ABSTRACT
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) termasuk Yellowstripe scad is an economic pelagic fishes that
salah satu jenis ikan pelagis yang banyak most catched in Kai Islands. Besides the
ditangkap di Kepulauan Kei. Upaya penangkapan economical advantages, utilization of this species
ikan ini tidak hanya menguntungkan secara could be negative impact on the population of fish.
ekonomi tapi juga dapat berdampak negatif bila The objectives of this research are to determine
tidak memperhatikan aspek keberlanjutannya. length frequencies, cohort and length-weight
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebaran relationship. Sampling were carried out during
frekuensi panjang, kelompok ukuran dan November to December 2014 at Sathean, Kai
hubungan panjang berat. Pengumpulan data islands, Maluku Tenggara. Determination of length
dilakukan selama November hingga Desember frequencies using sturgess law separation of size
2014 di Desa Sathean, Kepulauan Kei, Maluku group (cohort) using NORMSEP method, while
Tenggara. Sebaran frekuensi panjang ditentukan analysis of length-weight relationship by Effendie
dengan sturgess law, pemisahan kelompok ukuran (2002). The result showed that the length of
menggunakan metode NORMSEP. Hubungan yellowstripe scad was 110 to 190 mm with
panjang berat dianalisis bersadarkan Effendie dominant catch ranged from 134 to 141 mm and
(2002). Panjang ikan selar kuning yang tertangkap 150 to 157 mm. The length-weight relationship by
berkisar 110 hingga 190 mm dengan ukuran equation: W=0,000013L2,955. Growth index is
dominan berada pada selang kelas 134 hingga 141 isometric. This study concluded that the population
mm dan 150 hingga 157 mm. Hubungan panjang of yellowstripe scad in this area consisted of two
berat ikan membentuk persamaan cohort with the catch size support for sustainability.
W=0,000013L2,955 dengan pola pertumbuhan
isometrik. Populasi ikan selar kuning di lokasi Keywords: Yellowstripe scad, length frequencies,
penelitian terdiri dari dua kelompok umur dengan Kai Islands
ukuran yang tertangkap umumnya berada dalam
kisaran yang dapat menunjang keberlanjutan
populasi.

Kata kunci: Selar kuning, frekuensi panjang,


Kepulauan Kei.

I. PENDAHULUAN informasi penting mengenai biologi, ekonomi dan


Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) pengkajian stok. Informasi stok meliputi data total
termasuk salah satu jenis ikan pelagis yang banyak hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan dan
ditangkap di Kepulauan Kei. Di daerah ini, usaha hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) dan
penangkapan terhadap ikan selar umumnya aspek biologi meliputi ukuran panjang dan berat,
dilakukan dengan alat tangkap bagan apung (lift tingkat kematangan gonad, rasio kelamin dan lain-
net) maupun pukat cincin (purse seine). Menurut lain (Gulland, 1983 dalam Prihartini, 2006).
DKP (2013), ikan selar termasuk salah satu Walaupun demikian, informasi mengenai tampilan
pemberi kontribusi terbesar jumlah hasil tangkapan biologis (biological performance) maupun aspek
ikan pelagis di Maluku Tenggara. Laporan statistik dinamika populasi lainnya dari ikan selar di
DKP tahun 2012 juga menyebutkan bahwa wilayah ini masih sangat terbatas, oleh karena itu
produksi ikan selar mencapai 958,40 ton. Dalam diperlukan adanya kajian untuk mendukung upaya
kelompok ikan pelagis, produksi ini termasuk pengelolaan sumberdaya ikan sehingga dapat
tertinggi kedua setelah ikan layang. Upaya dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
penangkapan ikan ini tidak hanya menguntungkan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
secara ekonomi tapi juga dapat berdampak negatif sebaran frekuensi panjang, mengidentifikasi
bila tidak memperhatikan aspek keberlanjutannya. kelompok ukuran dan mendeterminasi hubungan
Dalam upaya penangkapan ikan di suatu panjang berat serta pola pertumbuhan ikan selar
perairan, idealnya didukung oleh beberapa kuning (Selaroides leptolepis) di lokasi penelitian.

ISBN: 978-602-14894-0-6 72
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

Hasil dari kegiatan ini diharapkan menjadi dapat dievaluasi melalui sebaran frekuensi
informasi bagi kebijakan pengelolaan sumberdaya panjangnya. Sharfina (2014) menyatakan bahwa
ikan selar khususnya maupun sumberdaya ikan sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran
pelagis di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. panjang pada kelompok panjang tertentu.
Ditambahkan, analisis ini dilakukan dengan
II. TINJAUAN TEORI memplotkan masing-masing kelompok panjang ke
Ikan selar kuning Selaroides leptolepis dalam grafik untuk melihat distribusi normal.
termasuk salah satu spesies dari famili Carangidae Jumlah puncak yang terbentuk menggambarkan
dan merupakan kelompok ikan meso-pelagis yang kelompok umur (kohort). Pergeseran sebaran
hidup di bagian dekat permukaan perairan frekuensi panjang juga menggambarkan jumlah
(Sudrajat, 2006), hidup bergerombol. menyebar kohort. Bila terjadi pergeseran modus sebaran
hingga kedalaman 80 meter dan banyak tertangkap frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu
di perairan pantai (Djuhanda, 1981 dalam Febrianti, kohort. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka
2013). Daerah penyebaran ikan ini meliputi dilakukan pemisahan distribusi normal. Sparre dan
perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Venema (1999) menyatakan bahwa metode
Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan bhattacharya dan normal separation dapat
dan perairan tropis Australia (Genisa, 1999). digunakan untuk memisahkan distribusi komposit
Ciri khusus pada ikan selar kuning yaitu ke dalam distribusi normal.
punggung biru metalik, dengan suatu pita kuning Hubungan panjang dan berat ikan
terang yang lebar berjalan dari sisi atas mata ke umumnya mengikuti pola hukum kubik dari
belakang tubuh hingga ke batang ekor. Sebuah panjang dan berat ikan dimana setiap pertambahan
noktah hitam besar menonjol di bagian atas tutup panjang akan menyebabkan pertambahan berat 3
insang, dekat bahu. Sisi tubuh dan perut berwarna kali lipatnya. Namun pada kenyataannya tidak
perak. Sirip-sirip punggung, sirip dubur, dan sirip demikian, karena panjang dan bobot ikan berbeda
ekor kuning pucat atau kuning kelabu; sirip perut pada setiap spesies ikan (Effendie, 2002).
putih (Carpenter & Niem, 1999).
III. METODOLOGI
A. Pengumpulan data
Pengambilan data ikan selar kuning
dilakukan selama bulan November hingga
Desember 2014. Data yang dikumpulkan berasal
dari hasil tangkapan yang didaratkan di Desa
Sathean, Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Desa
Gambar 1. Ikan selar kuning Selaroides Sathean ini merupakan salah satu sentra produksi
leptolepis perikanan pelagis yang penting di Kepulauan Kei.
Data ikan selar yang dikumpulkan berupa data
Selar kuning termasuk ikan yang penting panjang total dengan ketelitian alat ukur 1 mm serta
bagi nelayan, baik untuk memenuhi konsumsi lokal berat ikan yang diukur menggunakan timbangan
maupun diperniagakan (FAO, 2014). Ikan ini digital ohauss dengan ketelitian mencapai 0.1 gr.
biasanya diperniagakan dalam bentuk segar (basah) Identifikasi terhadap jenis ikan ini dilakukan
maupun dibekukan (Abdullah & Yean, 1985), asin- dengan menggunakan petunjuk Kuiter (1992),
kering (Irianto, et al. 2000; Phomajun & Allen (1999), Kuiter & Tonozuka (2001) dan
Kijroongrojana, 2005), tepung ikan (Huda et al. Kuiter & Debelius (2006).
1998) atau surimi (Arfat & Benjakul, 2012).
Laporan statistik FAO (2014) mencatat B. Analisis data
bahwa selama tahun 2000 hingga 2010 jumlah hasil Sebaran frekuensi panjang
tangkapan selar kuning di Indonesia berkisar antara Penentuan sebaran frekuensi panjang ikan
129.000 hingga 180.000 ton, produksi ini dilakukan berdasarkan petunjuk Walpole (1992)
merupakan yang tertinggi di dunia. Menurut dalam Munira (2010) dengan tahapan: 1)
Sudrajat (2006), dalam rangka optimalisasi menentukan jumlah kelas menggunakan kaidah
pemanfaatan sumberdaya ikan untuk meningkatkan sturgess law dengan rumus K (jumlah kelas) = 1+
produksi dan mempertahankannya pada tingkat (3,32 Log n); 2) menentukan interval (lebar selang
hasil yang stabil mendekati optimum, dibutuhkan kelas) dengan rumus LK (lebar kelas) = rentang
informasi mengenai aspek biologi, sosial ekonomi, data dibagi jumlah kelas; dan 3) menentukan
dan kelembagaan. Dalam aspek biologi, informasi frekuensi tiap kelas dengan memasukkan data
yang terpenting adalah dinamika stok ikan meliputi panjang masing-masing ikan contoh ke dalam
pertumbuhan, mortalitas, rekruitmen dan biologi selang kelas yang telah ditentukan.
reproduksi, termasuk juga struktur ukuran serta
hubungan panjang berat ikan.
Struktur ukuran dari suatu populasi ikan

ISBN: 978-602-14894-0-6 73
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

Identifikasi kelompok ukuran Selama penelitian, telah dikumpulkan


Pendugaan kelompok ukuran dilakukan sampel ikan selar kuning sebanyak 596 ekor
dengan menganalisis frekuensi panjang ikan. Data dengan ukuran berkisar antara 110 mm hingga 190
frekuensi panjang dianalisis menggunakan metode mm. Nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median)
NORMSEP (Normal Separation). Metode ini dan modus panjang ikan selar yang terhitung
memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi masing-masing sebesar 145,28 cm, 145 cm dan 150
normal. Sebaran frekuensi panjang dikelompokkan cm. Dengan menggunakan sturgess law, frekuensi
ke dalam beberapa kelompok umur yang panjang ikan yang terbentuk sebanyak 11 kelas,
diasumsikan menyebar normal, masing-masing dengan nilai tengah masing-masing kelas yaitu
dicirikan oleh rata-rata panjang baku, simpangan 113,5 cm, 121,5 cm, 129,5 cm, 137,5 cm, 145,5
baku dan indeks separasi (Sparre & Venema, 1999). cm, 153,5 cm, 161,5 cm, 169,5 cm, 177,5 cm,
Metode ini terintegrasi dalam perangkat lunak 185,5 cm dan 193,5 cm. Gambaran distribusi
FISAT II (FAO-ICLARM Fish Assesment Tool) frekuensi panjang selengkapnya ditampilkan dalam
versi 1.2.2. gambar berikut.

Hubungan panjang berat


Analisis hubungan panjang berat ikan
dilakukan dengan mengikuti persamaan (Effendie,
2002):
W = L
W adalah berat ikan (gr), L adalah panjang total
ikan (mm), a adalah konstanta atau intersep dan b
adalah eksponen atau sudut tangensial.
Korelasi parameter dari hubungan panjang
berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (sebagai
penduga tingkat kedekatan hubungan kedua
parameter). Jika b = 3 maka pertambahan berat
seimbang dengan pertambahan panjang (isometrik),
Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang total
jika b < 3 maka pertambahan panjang lebih cepat
ikan selar kuning (Selaroides
dibanding pertambahan berat (alometrik negatif)
leptolepis) selama penelitian.
dan jika b > 3 maka pertambahan berat lebih cepat
dibanding pertambahan panjangnya (alometrik
Hasil penghitungan sebaran frekuensi panjang
positif). Menurut Nurdin dkk. (2012), pengujian
ikan selar kuning menunjukkan bahwa selama
nilai b = 3 atau b 3 dilakukan uji-t (uji parsial)
bulan November dan Desember 2014, sampel yang
dengan hipotesis:
dianalisis umumnya didominasi oleh kelas ukuran
134-141 mm dan 150-157 mm. Hasil ini relatif
H0:b=3, hubungan panjang dengan berat adalah
hampir sama dengan Yuda, dkk. (2012) yang
isometrik
menemukan hasil tangkapan ikan selar kuning
H1:b3, hubungan panjang dengan berat adalah
terbanyak di Pelabuhan Ratu berada dalam kelas
allometrik
ukuran 130160 mm, tetapi lebih kecil dibanding
modus frekuensi panjang ikan selar kuning di
1 0
= ; 1 Kepulauan Riau yang berada pada tengah kelas 243
1 mm dan 273 mm (Sapira, dkk. 2013) dan 185 dan
1 2 225 mm (Febrianti, dkk. 2013).
= 0 2 Nilai kisaran panjang ikan yang dijumpai
2
berbeda dengan hasil penelitian di lokasi lain.
Menurut Boer (1996), perbedaan ukuran ikan yang
b1 adalah nilai b (dari hubungan panjang berat), b 0 diperoleh dari beberapa perairan diduga karena
adalah 3, Sb1 adalah simpangan koefisien b. struktur data panjang sangat bervariasi tergantung
Perbandingan nilai thitung dengan ttabel dilakukan letaknya baik secara geografis, habitat maupun
pada selang kepercayaan 95%. Kaidah keputusan tingkah laku. Effendie (2002) juga menyebutkan
yang diambil adalah: bahwa perbedaan ukuran panjang dapat disebabkan
Jika thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0) oleh beberapa kemungkinan seperti perbedaan
Jika thitung < ttabel : terima hipotesis nol (H0) lokasi pengambilan contoh ikan. Ditambahkan,
spesies yang sama tetapi hidup di lokasi yang
berbeda akan mengalami pertumbuhan yang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN berbeda karena pertumbuhan dipengaruhi oleh
A. Sebaran frekuensi panjang ikan selar faktor luar yaitu suhu dan makanan.
kuning

ISBN: 978-602-14894-0-6 74
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

Tabel 1. Perbandingan kisaran panjang ikan ekor. Menurut Sparre dan Venema (1999),
selar kuning (Selaroides leptolepis) di walaupun ikan contoh yang digunakan merupakan
beberapa lokasi. contoh acak yang sempurna, nilai observasi akan
Panjang tetap mengalami fluktuasi seputar distribusi dari
Lokasi (mm) Sumber populasi yang sesungguhnya.
Min Max
Paparan Sunda 45 170 Sudrajat & Tabel 2. Indeks separasi kelompok ukuran ikan
Nugroho (1978) selar kuning (Selaroides leptolepis) di
dalam
lokasi penelitian selama bulan
Sumadiharga &
Hukom (1991) November Desember 2014.
Perairan India 88 101 Reuben, et al. Panjang Jumlah
Standar Indeks
(1992) Bulan rata-rata populasi
deviasi separasi
Teluk Jakarta 270 Damayanti (mm) (ekor)
(2010) November 120.36 4.00 41 n.a
Rembang-Jateng 110 180 Sharfina (2011) 145.24 13.68 241 2.81
Karangantu, Banten 86 180 Putri (2013) Desember 120.72 4.00 20 n.a
Tanjungpinang, 145 310 Febrianti, dkk. 150.94 14.51 294 3.27
Kepri (2013) Total 596
Bintan, Kepri 190 280 Sapira, dkk.
(2013)
Selat Sunda 75 174 Sharfina (2014)
Kepulauan Kei 110 190 Penelitian ini

Dominansi frekuensi panjang ikan yang


tertangkap di suatu perairan juga dapat dijadikan
indikator peluang reproduksi dari suatu jenis ikan.
Putri (2013) melaporkan bahwa di perairan banten,
50% ikan selar kuning yang berukuran 146 mm
telah matang pertama kali. Sementara itu, ikan selar
kuning di Selat Sunda matang pertama kali pada
selang ukuran 131,9-134,64 (betina) dan jantan
pada selang ukuran 156,10-159,75 (Sharfina, 2014).
Bila diasumsikan bahwa ikan selar kuning di
Kepulauan Kei juga matang pertama kali pada Gambar 3. Pergeseran modus frekuensi panjang
selang ukuran yang relatif sama dengan kedua ikan selar kuning (Selaroides
lokasi di atas, maka sebagian besar ikan yang leptolepis) di lokasi penelitian.
tertangkap selama penelitian telah matang pertama
kali, hal ini berarti setidaknya ikan-ikan tersebut Nilai indeks separasi yang teridentifikasi
pernah memijah sebelum ditangkap. Kondisi ini >2 (Tabel 2), sehingga berdasarkan Sparre dan
sangat penting dalam memberikan peluang bagi Venema (1999) maka hasil pemisahan ini dapat
populasi ikan selar kuning untuk bereproduksi. diterima dan digunakan untuk analisis selanjutnya.
Walaupun demikian, dugaan ini masih perlu Metode NORMSEP (normal separation)
ditelaah lebih jauh. yang digunakan dalam pemisahan kelompok umur
juga menghasilkan kurva normal yang
B. Kelompok ukuran ikan selar kuning menggambarkan jumlah kohort (kelompok umur)
Sampel ikan yang diukur selama dari sebaran frekuensi panjang yang ada, seperti
penelitian berjumlah 282 pada November dan 314 yang ditampilkan dalam Gambar 3. Dari gambar
ekor pada Desember. Hasil pengelompokkan tersebut juga terlihat bahwa selama bulan
ukuran ikan dengan metode NORMSEP (normal November dan Desember terjadi pergeseran modus
separation) menunjukkan adanya dua kelompok panjang ke arah kanan. Menurut Sajina et al.
ukuran atau kelompok umur ikan selar kuning yang (2011), pergeseran kurva ke kanan menunjukkan
tertangkap oleh nelayan di lokasi penelitian. Hasil adanya pertumbuhan sedangkan pergeseran ke kiri
analisis kelompok ukuran ikan ditampilkan pada menunjukkan adanya rekruitmen.
Tabel 2.
Rata-rata panjang, simpangan baku dan C. Hubungan panjang berat ikan selar kuning
jumlah populasi dari kelompok ukuran yang Ukuran panjang dan berat ikan selar
teridentifikasi telah ditampilkan dalam Tabel 2. kuning dari sampel yang dikoleksi dalam penelitian
Dari hasil tersebut terlihat bahwa jumlah total ikan ini masing-masing berkisar antara 110-190 mm
contoh (nilai teoritis) sama dengan jumlah total (145,30,65) dan 14,2-68,9 gr (33,40,46). Hasil
ikan contoh sebenarnya (nilai observasi) yakni 596 analisis hubungan panjang berat ditampilkan dalam

ISBN: 978-602-14894-0-6 75
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

Gambar 4. Adanya perbedaan pola pertumbuhan ikan


Model hubungan panjang berat ikan selar selar kuning di lokasi penelitian dengan lokasi lain
kuning yang dijumpai di lokasi penelitian adalah dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut
W=0,000013L2,955 dengan koefisien determinasi Bagenal dalam Febrianti dkk. (2013), perbedaan
sebesar 92,5%. Hasil uji-t (=0,05) terhadap nilai pola pertumbuhan ikan antara lain dapat disebabkan
b yang diperoleh menunjukkan bahwa pola oleh perbedaan jumlah dan variasi ukuran ikan
pertumbuhan ikan ini adalah isometrik. Hal ini yang diamati, faktor lingkungan, berbedanya stok
berarti bahwa pertumbuhan panjang seimbang ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan
dengan pertumbuhan beratnya. ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad,
bahkan perbedaan waktu dalam hari karena
perubahan isi perut. Jennings et al. (1998) dalam
Mulfizar dkk. (2012) menyebutkan bahwa teknik
sampling dan letak geografis juga dapat
menyebabkan perbedaan pola pertumbuhan dari
suatu jenis ikan.

V. KESIMPULAN
Ukuran panjang total ikan selar kuning
(Selaroides leptolepis) berkisar antara 110 hingga
190 cm dengan hasil tangkapan terbanyak berada
dalam selang kelas 134-141 mm dan 150-157 mm.
Populasi ikan selar kuning yang tertangkap berasal
Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Selar dari dua kelompok ukuran (kohort). Model
Kuning (Selaroides leptolepis) hubungan panjang berat W=0.000013L2,955 dengan
Selama Penelitian. koefisien determinasi 92,5%. Pada selang
kepercayaan 95%, pola pertumbuhan ikan selar
Pola pertumbuhan ikan selar kuning yang kuning adalah isometrik. Berdasarkan data
isometrik di lokasi ini juga serupa dengan yang frekuensi panjang, ukuran ikan yang tertangkap
pernah dijumpai Reuben, et al. (1992) di perairan umumnya berada dalam kisaran yang dapat
India dan Putri (2013) di perairan Banten. menunjang keberlanjutan populasi.
Walaupun demikian, pola pertumbuhan ikan selar
kuning yang alometrik (negatif) juga banyak DAFTAR PUSTAKA
dijumpai seperti di perairan Tuticorin, India (Kasim Allen, G. 1999. Marine fishes of South- East Asia;
& Hamsa, 1994), Teluk Jakarta (Damayanti, 2010), a guide for Abdullah, M.I. and Y.S. Yean,
perairan Rembang (Sharfina, 2011), Kepulauan 1985. Quality changes in fish caught off the
Riau (Febrianti, dkk. 2013) dan Selat Sunda coast of Peninsular Malaysia: Frozen storage
(Sharfina, 2014). of chub mackerel (Rastrelliger kanagurta),
yellow-banded trevally (Selaroides
Tabel 3. Perbandingan model hubungan leptolepis) and threadfin bream (Nemipterus
panjang berat ikan selar kuning tolu). Proceedings of a Symposium Held in
(Selaroides leptolepis) di beberapa Conjunction with the Sixth Session of the
lokasi Indo-Pacific Fishery Commission Working
Pola Party on Fish Technology and Marketing
Lokasi W=aLb Sumber
pertumbuhan (Melbourne Australia: Royal Melbourne
2,3732
Perairan W=0,00031 L Alometrik Kasim & Institute of Technology): 162176.
India negatif Hamsa
Allen, G. 1999. Marine fishes of South- East Asia;
(1994)
Teluk W=0,00002 L2,858 Alometrik Damayanti a guide for anglers and divers. Periplus
Jakarta negatif (2010) Editions. Singapore.292p
Rembang- W=0,000040 Alometrik Sharfina Arfat, Y.A. and S. Benjakul (2012). Gelling
Jateng L2,7436 negatif (2011) characteristics of surimi from yellow stripe
Tanjungpina W=0,0073L2,19 Alometrik Febrianti, trevally (Selaroides leptolepis). International
ng, Kepri negatif dkk. (2013) Aquatic Research, 4(5): 113.
Selat W=0,0188 L2,534 Alometrik Sharfina Boer, M., 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan
Sunda negatif (2014) (L, K, t0) berdasarkan data frekuensi
Perairan W=0,000017L2,8932 Isometrik Reuben, et
panjang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
India al. (1992)
Karangant W=0,000007L3,1366 Isometrik Putri Perikanan Indonesia. 4(1): 75 84.
u, Banten (2013) Carpenter, K.E. and V.H. Niem (eds.), 1999. FAO
Kepulauan W=0,000013L2,955 Isometrik Penelitian Species Identification Guide for Fishery
Kei ini Purposes. The Living Marine Resources of
the Western Central Pacific, 4(2) (Mugilidae

ISBN: 978-602-14894-0-6 76
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

to Carangidae). FAO, Rome, pp. 2069 Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
2790p. Depik. 1(1) : 1-9.
Damayanti, W., 2010. Kajian Stok Sumberdaya Munira, 2010. Distribusi dan potensi stok ikan
Ikan Selar (Caranx Leptolepis Cuvier, 1833) beronang (Siganus canaliculatus) di padang
di Perairan Teluk Jakarta dengan lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda,
Menggunakan Sidik Frekuensi Panjang. Maluku. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB.
Departemen Manajemen Sumberdaya Bogor.
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Nurdin. E., A.A. Taurusman, dan R. Yusfiandayani,
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Struktur ukuran, hubungan panjang-
70 hal. berat dan faktor kondisi ikan tuna di perairan
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Prigi, Jawa Timur. Widya Riset Perikanan
Maluku Tenggara, 2013. Laporan Statistik Tangkap BAWAL, 4(2):67-73.
Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara. Phomajun, P.; K. Kijroongrojana (2005). Water
Maluku Tenggara. activity reduction of intermediate moisture
Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan.Yayasan yellowstrip trevally. Songklanakarin Journal
Pustaka Nusatama: Yogyakarta. of Science and Technology, 27 (3): 617631.
[FAO] Food and Agricultural Organisation, 2014. Prihartini, A., 2006. Analisis tampilan biologis ikan
Global Production Statistics 1950-2010, layang (Decapterus spp.) hasil tangkapan
Yellowstripe trevally. FAO. Diakses purse seine yang didaratkan di PPN
Desember 2014. Pekalongan. [Tesis] Program Pascasarjana,
Febrianti, A., T. Efrizal, dan A. Zulfikar, 2013. Universitas Diponegoro. Semarang. 90 hal.
Kajian kondisi ikan selar (Selaroides Putri, A.K., 2013. Kajian stok sumber daya ikan
leptolepis) berdasarkan hubungan panjang selar kuning Caranx (Selaroides) leptolepis
berat dan faktor kondisi di Laut Natuna yang Cuvier dan Valenciennes yang didaratkan di
didaratkan di tempat pendaratan ikan PPN Karangantu, Banten. Departemen
Pelantar KUD Tanjungpinang. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK
Universitas Maritim Raja Ali Haji, 1: 1 8. IPB. Bogor.
Genisa, A.S., 1999. Pengenalan jenis-jenis ikan laut Reuben, S., H. Kasim, S. Sivakami, P.N.
ekonomis penting di Indonesia. Oseana, Radhakrishnan Nair, K.N. Kurup, M.
24(1): 17-38. Sivadas, A. Noble, K.V. Somasekharan Nair,
Huda, N.; F.R. Zakaira, D. Muchtadi and D. and sg Raje. 1992. Fishery, biology and
Suparno (1998). Functional properties of fish stock ssessment of carangid resources from
powder from yellowstrip trevally (Selaroides the Indian seas. Indian Journal of Fisheries,
leptoleptis). Jurnal Penelitian Perikanan 39 (3,4): 195 234.
Indonesia, 4(2): 4957. Sajina, A.M., S.K. Chakraborty, A.K. Jaiswar, D.G.
Irianto, H.E., S. Sugiyono and N. Indriati, 2000. Pazhayamadam, and D. Sudheesan, 2011.
Study on the processing of dried fish snack Stock structure analysis of indian mackerel
from yellow stripe travelly (Selaroides Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1816 along
leptolepis). Jurnal Penelitian Perikanan the Indian Coast. The Journal of the Asian
Indonesia, 4(3-4): 101. Fisheries Society, 24(1): 331 342.
Kasim, H.M., and K.M.S.A. Hamsa, 1994. Sapira, T.S. Razai, dan A. Zulfikar, 2013. Kajian
Carangid fishery and yield per recruit kondisi ikan selar kuning (selaroide
analysis of Caranx carangus (block) and leptolepis) berdasarkan hubungan panjang
Caranx leptolepis Cuvier and Valenciennes berat dan faktor kondisi di tempat pendaratan
from Tuticorin waters. Journal Marine ikan Dusimas Desa Malang Rapat. e-Jurnal
Biological Association of India 36 (1&2): 63 Universitas Maritim Raja Ali Haji.
71. Sharfina, M., 2011. Aspek biologi ikan selar kuning
Kuiter, R.H and T. Tonozuka, 2001. Pictorial guide (Selaroides leptolepis) yang didaratkan di
to: Indonesia reef fishes. Australia: TPI Tasik Agung I Rembang. Program Studi
Zoonetics, 865p. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Kuiter, R.H. and H. Debelius, 2006. World atlas of Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
marine fishes. Frankfurt: Diponegoro. Semarang.
IKANUnterwasserarchiv, 358p Sharfina, M., 2014. Dinamika populasi dan biologi
Kuiter, R.H., 1992. Tropical reef fishes of the reproduksi ikan selar kuning (Selaroides
western Pacific Indonesia and adjacent leptolepis) di perairan Selat Sunda. Sekolah
waters. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pascasarjana IPB. Bogor.
Mulfizar, Z.A. Muchlisin, dan I. Dewiyanti, 2012. Sparre, P., dan S.C. Venema, 1999. Introduksi
Hubungan panjang berat dan faktor kondisi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Pusat
tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
438h.

ISBN: 978-602-14894-0-6 77
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Ke-2, PERIKANAN DAN PEMBANGUNAN
Politeknik Perikanan Negeri Tual, Kamis 26 Februari 2015

Sudrajat, A., 2006. Studi pertumbuhan, mortalitas


dan tingkat eksploitasi ikan selar kuningn
Selaroides leptolepis (Cuvier &
Valenciennes) di perairan Pulau Bintan,
Riau. Jurnal Perikanan (J. Fish Sci.),
8(2):223-228.
Sumadhiharga, K. dan F.D. Hukom, 1991.
Penelitian beberapa aspek biologi ikan
kawalinya (Selar crumenopthalmus) di
perairan Pulau Ambon dan sekitarnya.
Balitbang SDL-LIPI Ambon: 31 37.
Yuda, L.K., I. Dulmiad I, M. Alexander dan A.
Khan, 2012. Tingkat keramahan lingkungan
alat tangkap bagan di perairan Pelabuhan
Ratu, Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 3(3): 7 13

ISBN: 978-602-14894-0-6 78

Anda mungkin juga menyukai