Anda di halaman 1dari 3

http://www.wasiwa.

com/2015/02/peneliti-
norwegia-olah-limbah-jadi.html (penting san)

Manfaatkan Limbah Kulit Udang, Dosen Kimia


ITB Kembangkan Membran Elektrolit Polimer
untuk Baterai Lithium
Diviezetha Astrella Thamrin | Jumat, 23 Mei 2014, 00:35:17 | Lihat foto
berita ini

BANDUNG, itb.ac.id - Perkembangan


peralatan elektronik portabel, khususnya telepon pintar dan
komputer notebook berdampak pada kebutuhan yang tinggi akan
baterai berenergi tinggi. Dari berbagai tipe baterai yang ada, baterai
ion lithium merupakan baterai yang paling umum digunakan.
Sayangnya, baterai ion lithium komersil saat ini masih
memanfaatkan elektrolit dalam bentuk cairan dalam
penggunaannya. Selain sangat mudah terbakar, elektrolit cair juga
memiliki banyak dampak negatif dan berbahaya, baik terhadap
pengguna baterai maupun lingkungan.

Salah satu komponen alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai


pengganti elektrolit cair adalah elektrolit polimer padat.
Dibandingkan dengan elektrolit cair, elektrolit polimer padat lebih
aman digunakan serta lebih ramah lingkungan. Terbentuk dari
penggabungan garam lithium dalam matriks polimer, elektrolit
polimer padat yang dimanfaatkan pada baterai lithium diperkirakan
dapat melampaui performansi baterai lithium konvensional yang
masih menggunakan elektrolit cair. Selain itu, baterai lithium yang
menggunakan polimer padat juga memiliki keunggulan dapat diisi
ulang, sehingga sesuai dengan kebutuhan manusia di zaman
modern yang membutuhkan baterai berenergi tinggi untuk
peralatan elektroniknya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Prof. Dr. I
Made Arcana, Ketua dari Kelompok Keilmuan Kimia Fisik dan
Anorganik Program Studi Kimia ITB, menginisiasi sebuah penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah elektrolit polimer
baru. Menyadari bahwa kunci utama dari baterai lithium polimer
terletak pada elektrolitnya, Arcana memanfaatkan polimer yang
dapat terurai untuk menyesuaikan kebutuhan baterai lithium
polimer yang aman digunakan dan ramah lingkungan. Penelitian
dilakukan dilakukan dengan pemilihan komponen yang tepat secara
selektif dari sebuah elektrolit. Pemilihan ini didasarkan pada
konduktivitas ion yang tinggi, sifat-sifat mekanik yang baik, dan
kecocokan dengan material elektrolit.

Chitosan sebagai Material Utama

Telah banyak penelitian yang mempelajari pemanfaatan chitosan


untuk diterapkan pada elektrolit polimer. Chitosan merupakan
sebuah senyawa polimer alami yang dapat diperoleh dari deasetilasi
kitin. Sayangnya, penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya
menunjukkan bahwa chitosan masih memiliki konduktivitas ion yang
rendah, bahkan setelah penambahan garam lithium asetat.

Karenanya, Arcana berusaha mengembangkan


elektrolit polimer baru dengan konduktivitas ion yang memadai.
Meskipun konduktivitas ionnya memadai, baterai dengan elektrolit
polimer baru ini diharapkan tetap dapat memenuhi kebutuhan
baterai lithium polimer yang aman bagi pengguna dan ramah
lingkungan. Bersama dengan rekan penelitiannya yang lain, Dr.
Bunbun Bundjali MS dan Hariyawati D., SSi., MM., penelitian yang
dilakukan Arcana berfokus pada pembuatan membran elektrolit
polimer berbiaya rendah dengan material utama chitosan.

Kembangkan Membran Elektrolit Polimer dari Limbah Kulit


Udang

Arcana melihat melimpahnya limbah kulit udang yang belum


dimanfaatkan secara optimal di Indonesia sebagai sebuah peluang.
Udang yang merupakan hewan berkelas crustacean memiliki kulit
rangka luar yang tersusun dari kitin, sebuah polimer yang paling
melimpah di laut. Deasetilasi kitin dapat menghasilkan sebuah
senyawa polimer alami chitosan, yang telah banyak dimanfaatkan
untuk elektrolit polimer.

S ebagai langkah awal, dilakukan


penghilangan protein pada limbah kulit udang dengan proses
deproteinasi, dan diikuti dengan penghilangan mineral dengan
proses demineralisasi. Kulit udang yang telah mengalami kedua
proses tersebut kini tak mengandung protein dan mineral lagi,
sehingga diperoleh kitin murni yang siap diproses lebih lanjut
melalui proses deasetilasi menjadi chitosan. Chitosan yang
diperoleh dari isolasi limbah kulit udang kemudian dilarutkan
bersama polietilen oksida (PEO) dan lithium perklorat sebagai
garam pengion dalam pelarut yang sesuai, dan dicampur hingga
homogen. Larutan polimer ini kemudian dituangkan di atas cawan
petri sehingga pelarut dapat menguap.

Penelitian yang dilakukan oleh profesor yang juga mengisi mata


kuliah Energetika Kimia ini menunjukkan peningkatan konduktivitas
ion hingga 4 kali dengan penggunaan chitosan yang diperoleh dari
isolasi kulit kerang. Bahkan, konduktivitas membran polimer
campuran chitosan, polietilen oksida, dan lithium ini dapat
dimaksimumkan hingga 10 kali lipat dengan penambahan lithium
perklorat. Membran elektrolit polimer inilah yang dapat
dimanfaatkan secara potensial sebagai elektrolit polimer pada
aplikasi baterai lithium.

Sumber gambar: Dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai