Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik sistemik selali bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah asas asas tettentu. Landasan landasan pendidikan
tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia indonesia, dan
serentak dengan itu mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa dari
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis dan kultural yang
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan
ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian
berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Pemahaman landasan dan asas pendidikan serta ketepatan wawasan yang
menyertainya akan memberi peluang yang luas dalam pengambilan keputusan dan tindakan
yang tepat. Pengkajian landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada
upaya dan permasalahan penerapannya.
A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah suatu yang bersifat universal dan berlangsung terus menerus dari generasi
ke generasi berikutnya. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat
hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat termasuk di Indonesia. Kajian ketiga
landasan itu ( filosofis, sosiologis dan kultural ) akan membekali setiap tenaga kependidikan
dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah masalah pokok seperti : apakah pendidikan
itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, tujuannya apa dan lain lainnya. Landasan filosofis
bersifat filsafat ( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya
mencintai dan sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat menelaah sesuatu secara menyeluruh
yang menghasilkan konsepsi konsepsi mengenai kehidupan dan dunia yang bersumber dari
dua faktor :
a) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini sebagai Zoon politicon,
homo sapiens, animal educandum dan sebagainya.
b) Masyarakat dan kebudayaannya
c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
d) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan.
Berbagai pandangan filosofis tentang manusia secara historis terdapat dua aliran yang saling
bertentangan yakni idealisme dan naturalisme ( Abu Hanifah 1950 ). Selain itu berkembang
beberapa aliran yang lain sehinga terdapat aliran aliran filsafat materi, cita, hidup, hakikat,
eksistensi dan wujud ( Beerling, 1951 : 40 ). Sedangkan Wayan Ardhana dan kawan kawan
mengemukakan bahwa aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan tetapi
melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a) Idealisme
b) Realisme
c) Perenialisme
d) Esensialisme
e) Pragmatisme dan progesivisme
f) Eksistensialisme
Sedangkan Waini Rasyidin ( dalam Redja Mudyahardjo, et. Al. 1992: 140-150 ) membedakan
aliran filsafat dengan mazhab filsafat pendidikan yakni : aliran filsafat yang besar
pengaruhnya terhadap pendidikan adalah idealisme, realisme, neothomisme dan
pragmatimisme. Sedangkan mazhab filsafat pendidikan adalah esensialisme, perenialisme,
progresivisme dan rekonstruksionisme.
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa
ditangkap pancaindra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini disebut pula : realisme
menekankan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif, di luar manusia.
Positivisme mengemukakan bahwa kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu pasti
dapat diamati dan atau di ukur.
Bertentangan dengan aliran di atas, idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah
ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan dari
ide sabagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Pragmatisme merupakan aliran filsafat
yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis atau
ukuran kebenaran suatu barabg didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia
( Abu Hanifah, 1950: 136 ). Salah seorang tokoh pragmatisme, john Dewey mengemukakan
bahwa penerapan konsep pragmatisme eksperimental melalui lima tahap :
1) Situasi tak tentu, yakni timbulnya situasi ketegangan di dalam pengalaman yang perlu
dijabarkan secara spesifik.
2) Diagnosis, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3) Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4) Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya.
5) Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Bagi pragmatisme pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang
penting adalah metode pemecahan masalah. Namun ada progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional serta mengembangkan prinsip prinsip antara lain :
Selain itu filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran pendidikan
walaupun antara agama dan filsafat terjadi sedikit pertentangan. Selanjutnya perlu
dikemukakan mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Keempatnya itu ( Redja Mudyahardjo, et. Al. 1992: 144 150; Wayan Ardhana,
1986: 14 18 ) adalah :
1. Esensialisme
Essensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Mazhab essensialisme mulai dominan di Eropa sejak ada
pertentangan di antara para pendidik sehingga mulai timbul pemisahan antara pelajaran
pelajaran teoritik ( liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan pelajaran pelajaran
praktek ( praktical arts ). Yang termasuk the liberal arts, yaitu :
2. Perenialisme
Perenialisme memiliki sedikit persamaan dengan essensialisme karena sama sama membela
kurikulum tradisional. Adapun perbedaannya perenialisme menekankan teori kehikmatan
yaitu :
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perenial.
Prinsip pendidikan itu antara lain :
Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yaitu kemampuan berpikir.
Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
Pendidikan merupakan persiapan untuk kehidupan sebenarnya.
Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran dasar.
Namun sebaiknya harus ada satu sistem pendidikan yang berlaku umum dan terbuka kepada
umum yang mencangkup :
Bahasa
Matematika
Logika
Ilmu pengetahuan alam
Sejarah
4. Rekonstruksionisme
Mazhab rekonstruksionisme merupakan kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif
dalam pendidikan. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan
yang demokratis. Uniknya mazhab ini teorinya mengenai peranan guru yakni pemimpin
dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam proses
pendidikan.
3. Persatuan Indonesia
13. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
14. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
15. Cinta tanah air dan bangsa.
16. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber Bhinneka Tunggu
Ika.
Kesemua ciri tersebut juga dapat ditemukan pada manusia. Filsafat sosial sering membedakan
manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Sosiologi lahir di eropa pada abad
ke 19. Nama sosiologi pertama kali dignakan oleh August Comte ( 1798 1857 ) pada
tahun 1839. Dimana sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas
sosial sehingga banyak tumbuh cabang sosiologi yang lain seperti : Sosiologi kebudayaan,
ekonomi, agama, pendidikan dan lainnya.
4. Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi
sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas
kaum tidak terpelajar.
c) Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya.
d) Faktor faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat essensial sebagai sarana untuk memahami
sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat ( Wayan Ardhana,
1986 : modul 1/67 )
Begitu pula halnya dengan masyarakat di Indonesia, sampai saat ini masih ditandai oleh dua
ciri yang unik, yakni :
1. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan kesatuan sosial atau komunitas
berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat dan kedaerahan.
2. Secara vertikal ditandai dengan adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan,
menengah dan rendah.
Tetapi pada saat zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah :
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial jajahan yang
sering kali memiliki sub kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi bagi.
3) Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus di antara
mereka terhadap nilai nilai yang bersifat mendasar.
4) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
5) Adanya nominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok kelompok sosial yang lain.
6) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh ( Wayan Ardhana, 1986: modul 1/70 ).
3. Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan menusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Dalam UU RI Nao.2 Tahun 1989 pasal 1
ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan Sistem Pendidikan Nasional pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undand Undang
Dasar 1945. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa
norma norma, nilai nilai, kepercayaan, tingkah laku dan teknologi yang dipelajari dan
dimiliki semua anggota masyarakat.
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena dan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi dapat diwujudkan melalui
proses pendidikan. Berbagai masyarakat ataupun suku bangsa yang ada di Indonesia
mempunnyai cara tersendiri untuk mewariskan kebudayaannya, khususnya mengajarkan
tingkah laku kepada generasi baru. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan yaitu informal, nonformal dan formal. Cara infomal terjadi dalam keluarga.
Nonformal dalam masyarakat dan kehidupan sehari hari dan formal dalam lembaga khusus
yang bergerak di bidang pendidikan. Pada masyarakat primitif transmisi kebudayaan
dilakukan secara informal dan nonformal sedangkan pada masyarakat yang lebih maju
dilakukan secara informal, nonformal dan formal.
4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umunya
landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia,
khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan
tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan,
yakni strategi disposisional, behavioral, dan strategi phenomenologis/humanistik. Strategi
disposisional terutama pandangan konstitusional dari Kretschmer dan Sheldon memberikan
tekanan pada peranan faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Pada strategi behavioral
dan strategi phenomenologis ditekankan peranan faktor belajar dalam perkembangan tersebut,
akan tetapi keduanya mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar
itu terjadi. Perbedaan pandangan tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang
pendidikan.
Menurut Maslow kebutuhan yang paling utama adalah kebutuhan fisiologis, dan individu
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini sebelum mengejar kebutuhan akan rasa aman.
Adapun kajian psikologis yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan
dengan kecerdasan, berpikir dan belajar. Kecerdasan umum banyak dipengaruhi oleh
kemampuan potensial : namun kemampuan potensial itu hanya akan aktual apabila
dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya
pengalaman. Pengembangan kecerdasan itu akan terwujud dalam berbagai bentuk
kemampuan berpikir, baik berpikir konvergen dan divergen, maupun berpikir intuitif dan
reflektif. Berpikir konvergen ( memusat ) terutama bersifat logis konvensional, sedangkan
berpikir divergen ( memencar ) terutama bersifat inovatif kreatif. Berpikir reflektif dapat
dipakai untuk memecahkan masalah. Dewey ( 1910, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 )
mengajukan lima langkah pokok untuk memecahkan masalah :
Sedangkan James Conant ( 1951, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 ) mengajukan enam
langkah dalam pemecahan masalah yaitu:
Prinsip itu mungkin dirumuskan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu karena kepribadian
itu unik.
Selanjutnya ada dua hal tentang kepribadian yang penting ditinjau dari konteks perkembangan
kepribadian yaitu :
Dari bagan di atas terdapat sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan konsep
diri diri anak dan dengan demikian ikut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Selain faktor keluarga dan hereditas faktor sekolah dalam hal ini pendidik dan lingkungan
sekitar juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.
1. Objek objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan
dilakukan klasifikasi.
2. Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3. Adanya determinasi, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap ( Jujun S. Suriasumantri, 1978 : 5-8 ).
Landasan epistemologis dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yakni bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar
diperoleh kebenaran, sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan.
Landasan aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat pengetahuan ilmiah itu, yaitu : untuk
apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan, bagaimana kaitannya dengan nilai moral ? ilmu
telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan
manusia. Seperti telah dikemukakan pengetahuan yang memenuhi ketiga landasan itu yang
disebut ilmu atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu
dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi
itu. Ketiganya harus mendapat perhatian yang seimbang agar pendidikan akan dapat
mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Agar diperoleh latar keberlakuan dari asas tut wuri handayani, perlu dikemukakan ketujuh
asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat
disebut asas 1992 sebagai berikut :
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat
tertibnya persatuan dalam perkehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan
bathin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh penuhnya lahir maupun batin
hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dan dari siapa
pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir dan batin.
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak
anaknya.
Dimana dari ketujuh asas tersebut, asas tut wuri handayani menjadi inti dari asas pertama
yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur diri sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Jadi ketiga asas itu : ing ngarsa
sung tulada, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani telah menjadi asas penting
pendidikan Indonesia.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogianya
mengemban sekurang kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan
efisien dan efektif dan serentak dengan itu meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar
mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang mendukung terwujudnya
belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua
dimensi ( Hameyer, 1979: 67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 28-30 ) sebagai berikut:
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi : di samping keterkaitan dan
kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta
didik di masa depan. Termasuk dalam dimensi vertikal itu antara lain tentang :
1. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan
ajaran dengan masa depan dan pengintregasian masalah kehidupan nyata dalam kurikulum.
2. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan: kurikulum semestinya memungkinkan
antipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan itu peserta didik justru akan hidup dalam
sosial kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya.
3. the forecasting curriculum yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu prognosis,
baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia
dalam sistem yang sedang berlaku, maupun saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di
masa depan.
4. Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan terutama dalam kaitannya
dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk
memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu.
5. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam
bidang sosial, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama sama membangun
masyarakatnya.
6. Pengintregasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di
keluarga untuk pendidikan dasar dan seterusnya.
7. Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat
melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti
kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan dan pengembangan kepribadian.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Yang termasuk dimensi horizontal antara lain :
1. Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah : kehidupan di luar sekolah
menjadi objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran sekolah, sehingga peserta didik lebih
mengalami persoalan persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah.
2. Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah dijadikan tempat
kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar terjadi di dalam dan luar sekolah.
3. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar, baik sebagai
narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber sumber belajar yang tersedia itu akan
memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat.
I.
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat, jelas dan menyasar.
II.
1.
Lengkapilah dengan sistematis Landasan Fundamental dalam
Pendidikan : (skor 15)
2.
1.
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam ....
2.
3.
Undang undang Guru dan Dosen diatur dalam ....
4.
5.
Peraturan pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan ....
6.
7.
Dalam UUD RI th 1945, pasal berapa yang mengatur tentang pendidikan?
Jelaskan (satu pasal saja)
8.
3.
Dalam Ketentuan Umum SISDIKNAS apa yang dimaksud dengan: (skor
20)
4.
1.
Jenjang Pendidikan
2.
3.
Jenis Pendidikan
4.
5.
Standar Nasional Pendidikan
6.
7.
Kurikulum
8.
1.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) apa yang dimaksud
dengan : (skor 20)
2.
1.
Kualifikasi
2.
3.
Kompetensi
4.
5.
Sertifikasi
6.
7.
Kode etik
8.
1.
Jelaskan secara singkat bagaimana kebijakan dan praktek pendidikan
yang diselenggarakan : (skor 15)
2.
1.
R.A Kartini, Rd Dewi Sartika, dan Rohana Kudus
2.
3.
Budi Utomo
4.
5.
Muhammadiyah
6.
1.
Setelah indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan
tumbuhnya proses demokrasi. Demokrasi juga telah memasuki dunia
pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya UU No 20 Th 2003.
Jelaskan bagaimana usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia melalui pendidikan di zaman reformasi? (skor 15)
2.
3.
Jelaskan secara singkat hasil observasi mengenai pelaksanaan UUGD
pasal IV tentang profesi guru disekolah tempat anda melakukan
observasi? (skor 15)
4.
SELAMAT MENGERJAKAN
KUNCI JAWABAN SOAL UAS
I.
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat, jelas dan menyasar.
II.
1.
Melengkapi Landasan Fundamental: (Sjor 15)
2.
1.
UU RI No. 20 Tahun 2003
2.
3.
UU RI No. 14 Tahun 2005
4.
5.
PP No. 19 Tahun 2005
6.
7.
Pasal 31 ayat 1 dan 2, ayat (1): tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran; (2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Serta pasal
32 pemerintah memajukan kebudayaan Indonesia
8.
1.
Dalam SISDIKNAS yang dimaksud dengan: (skor 20)
2.
1.
Jenjang Pendidikan : tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasar tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.
2.
3.
Jenis Pendidikan: kelompok yang didasarkan atas kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan
4.
5.
Standar Nasional Pendidikan : kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
6.
7.
Kurikulum: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
8.
1.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) yang dimaksud dengan :
(skor 20)
2.
1.
Kualifikasi: kualifikasi akademik, yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik
yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan
satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
2.
3.
Kompetensi: seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
4.
5.
Sertifikasi: proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen
6.
7.
Kode etik: norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
8.
1.
Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan : (skor 15)
2.
1.
R.A Kartini, Rd Dewi Sartika, dan Rohana Kudus : mereka melihat
kepincangan dalam masyarakat dan ketidakadilan terhadap wanita, sehingga
menghambat kemajuan kaum wanita. Mereka memiliki keinginan untuk bebas
dari ketertinggalan dan adat kebiasaan, berdiri sendiri dan mengejar kemajuan
melalui upaya pendidikan.
2.
3.
Budi Utomo: tujuannya untuk kemajuan yang selaras untuk bangsa Indonesia
terutama memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, dagang, teknik
industri, dan kebudayaan (dalam kongres 4 Okt 1908) sehingga mendirikan
Darmo Woro Studiefonds.
4.
5.
Muhammadiyah: didirikan tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan
di Yogjyakarta. Didirikan untuk mengatasi Kristenisasi, membentuk manusia
muslim berakhlaq mulia sesuai Al-Qur`an dan Al Hadist. Berdiri pada masa
pendudukan Jepang.
6.
1.
usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
melalui pendidikan di zaman reformasi (skor 15):
2.
1.
Hasil observasi mengenai pelaksanaan UUGD pasal IV tentang profesi
guru (skor 15):
2.
Jawab :
c. Pengembangan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
a. Mendidik
b. Mengajar
c. Melatih
d. Membimbing
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Macam-macam landasan pendidikan yaitu :
1. Landasan Filosofis yaitu landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah),
yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan.
2. Landasan Sosiologis yaitu landasan yang berdasarkan proses interaksi antar dua
individu, bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk
mengembangkan diri.
3. Landasan Kultural yaitu landasan yang berdasarkan kebudayaan dan pendidikan yang
mempunyai hubungan timbal balik, sehingga kebudayaan dapat diwariskan dari
generasi ke genarasi penerus dengan jalan pendidikan baik secara informal maupun
formal.
4. Landasan Psikologis yaitu landasan yang berdasarkan pemahaman peserta didik yang
berkait dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan dalam untuk
pendidikan.
Jawab :
1. Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena
manusia itu adalah makhluk yang berfikir, yang memiliki tujuan hidup dan yang
hidup dalam aturan moral yang jelas.
2. Landasan Realisme
Para filosof realisme memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan
sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia.
3. Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode dan suatu
filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu ide dan kebenaran
sesuatu keyakinan secara praktis.
6. Bagaimanakah implikasi landasan psikologi dalam pendidikan ?
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Aliran Empirisme berpandangan bahwa pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan sangatlah penting dan menentukan perkembangan individu dan
kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir tidak menentukan sedangkan Aliran
Konvergensi berpandangan bahwa faktor pembawaan dan faktor lingkungan
sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Jawab :
Manusia perlu dididik karena sebagai makhluk sosial dan mempunyai agama,
manusia dididik tentang tujuan hidup sehingga perkembangan hidupnya pun akan
terarah, sifat dan sikapnya dapat dikembangkan menjadi lebih baik, karakter atau
bakat yang dimilikinya dapat diwujudkan.
a. Input pada sistem pendidikan, yang meliputi dasar pendidikan, tujuan pendidikan,
dan anak didik atau peserta didik
c. Enviromental pada sistem pendidikan yaitu lingkungan yang ada di sekitarnya baik
yang menunjang maupun menghambat pencapaian tujuan pendidikan.
d. Output pada sistem pendidikan yaitu hasil keluaran dari proses yang terjadi di dalam
sistem pendidikan
Jawab :
Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal antara lain :
3. Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal
kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.
Jawab :
15. Mengapa keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama ?
Jawab :
Keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama karena anak lahir dalam
pemeliharaan orang tua dan dibesarkan di dalam keluarga. Orang tua tanpa ada
yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik , baik bersifat sebagai
pemelihara, sebagai pengasuh, pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai
guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap
manusia.
Jawab :
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang
akan dicapai
2. Sebagai tolok ukur mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
3. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan
Cabang teoretik sebagai ilmu dasar dari pedagogik. Kajian pada landasan-landasan
konseptual dan teoretik secara universal serta berbagai teori yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan.
Kajian yang fokus pada aplikasi teori pendidikan dalam praktik penyelenggaraan
pendidikan.
Jawab :
Pendidikan teoretis dan pendidikan praktis saling berhubungan erat karena ilmu
pendidikan itu bersumber dari teori dan pemikiran-pemikiran yang kemudian
diimplementasikan dalam sebuah praktek yang nyata.
Jawab :
20. Apa misi pendidikan nasional menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003?
Jawab :
Jawab :
a. Pendidikan menurut Undang-undang 1945, yang tersirat dan tersurat pada pasal 27,
29, 31, 32, 34 dan 35.
Jawab :
2. Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang diatur pada pasal
18 ayat 3 UU Sisdiknas, terdiri atas SMA, MA.
3. Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor.
23. Sebutkan 3 bentuk pendidikan yang diakui dalam pasal 13 ayat (1) UU Sisdiknas !
Jawab :
1. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
2. Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
Jawab :
2. Pendidikan kepemudaan
4. Pendidikan kesetaraan
Jawab :
Jawab :
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, pemerintah tentang mutu
sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah lain untuk mencapai mutu
pendidikan yang diharapkan.
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Fungsi kebijakan pendidikan nasional yaitu dibuat untuk menjadi pedoman dalam
bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
30. Jelaskan kriteria dan indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi sekolah
berstandar nasional !
Jawab :
Kriteria dan indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi Sekolah Standar
Nasional, yaitu :
a) Luas tanah minimal sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, dan rombel
minimal 9 rombel
c) Memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap, dari silabus sampai dengan RPP
untuk semua kelas/mata pelajaran.
e) Rata-rata gain score minimal 0,6 dari tahun 1 sampai tahun 3 untuk semua mata
pelajaran
i) Rasio jumlah rombel dan jumlah kelas 1 : 1 (tidak boleh double shift)
j) Jumlah siswa per rombel maksimal 32 untuk semua kelas
l) Jumlah laboratorium minimal 1 lab IPA, lab. Bahasa, lab. Multimedia dan lab.
Keterampilan
m) Memiliki telpon dan akses internet pada lab komputer, guru, dan kepala sekolah
n) Memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BP, ruang Tata Usaha, kamar kecil
yang cukup dan memadai (sesuai Peremendiknas)
r) Sudah melaksanakan sistim penilaian yang komprehensif (ulangan harian, UTS, UAS,
ulangan kenaikan kelas) dengan teknik penilaian yang variasi (sesuai PP 19 tahun
2005)