Anda di halaman 1dari 34

Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta

Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik sistemik selali bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah asas asas tettentu. Landasan landasan pendidikan
tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia indonesia, dan
serentak dengan itu mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa dari
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis dan kultural yang
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan
ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian
berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Pemahaman landasan dan asas pendidikan serta ketepatan wawasan yang
menyertainya akan memberi peluang yang luas dalam pengambilan keputusan dan tindakan
yang tepat. Pengkajian landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada
upaya dan permasalahan penerapannya.

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah suatu yang bersifat universal dan berlangsung terus menerus dari generasi
ke generasi berikutnya. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat
hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat termasuk di Indonesia. Kajian ketiga
landasan itu ( filosofis, sosiologis dan kultural ) akan membekali setiap tenaga kependidikan
dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah masalah pokok seperti : apakah pendidikan
itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, tujuannya apa dan lain lainnya. Landasan filosofis
bersifat filsafat ( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya
mencintai dan sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat menelaah sesuatu secara menyeluruh
yang menghasilkan konsepsi konsepsi mengenai kehidupan dan dunia yang bersumber dari
dua faktor :

1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.


2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya.

Istilah filsafat dapat dalam dua pwndekatan yakni :


Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberikan makna kepada ilmu pengetahuan itu.
Filasafat sebagai kajian khusus yang formal yang mencangkup logika, tentang benar dan
salah, etika,estetika,metafisika, serta sosial dan politik.

a. Pengertian tentang Landasan Filosofis


Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sedangkan filsafat mencoba menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti apa, mengapa, ke mana dan bagaimana
dari pendidikan itu sendiri. Peranan filasafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan
dengan hasil kajian antara lain tentang :

a) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini sebagai Zoon politicon,
homo sapiens, animal educandum dan sebagainya.
b) Masyarakat dan kebudayaannya
c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
d) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan.

Berbagai pandangan filosofis tentang manusia secara historis terdapat dua aliran yang saling
bertentangan yakni idealisme dan naturalisme ( Abu Hanifah 1950 ). Selain itu berkembang
beberapa aliran yang lain sehinga terdapat aliran aliran filsafat materi, cita, hidup, hakikat,
eksistensi dan wujud ( Beerling, 1951 : 40 ). Sedangkan Wayan Ardhana dan kawan kawan
mengemukakan bahwa aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan tetapi
melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a) Idealisme
b) Realisme
c) Perenialisme
d) Esensialisme
e) Pragmatisme dan progesivisme
f) Eksistensialisme

Sedangkan Waini Rasyidin ( dalam Redja Mudyahardjo, et. Al. 1992: 140-150 ) membedakan
aliran filsafat dengan mazhab filsafat pendidikan yakni : aliran filsafat yang besar
pengaruhnya terhadap pendidikan adalah idealisme, realisme, neothomisme dan
pragmatimisme. Sedangkan mazhab filsafat pendidikan adalah esensialisme, perenialisme,
progresivisme dan rekonstruksionisme.
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa
ditangkap pancaindra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini disebut pula : realisme
menekankan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif, di luar manusia.
Positivisme mengemukakan bahwa kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu pasti
dapat diamati dan atau di ukur.
Bertentangan dengan aliran di atas, idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah
ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan dari
ide sabagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Pragmatisme merupakan aliran filsafat
yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis atau
ukuran kebenaran suatu barabg didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia
( Abu Hanifah, 1950: 136 ). Salah seorang tokoh pragmatisme, john Dewey mengemukakan
bahwa penerapan konsep pragmatisme eksperimental melalui lima tahap :
1) Situasi tak tentu, yakni timbulnya situasi ketegangan di dalam pengalaman yang perlu
dijabarkan secara spesifik.
2) Diagnosis, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3) Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4) Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya.
5) Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.

Bagi pragmatisme pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang
penting adalah metode pemecahan masalah. Namun ada progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional serta mengembangkan prinsip prinsip antara lain :

1) Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.


2) Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
3) Guru harus menjadi peneliti dan pembingbing kegiatan belajar.
4) Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
5) Sekolah proggresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan eksperimentasi
( Wayan Ardhana, 1986 : 16 17 ).

Selain itu filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran pendidikan
walaupun antara agama dan filsafat terjadi sedikit pertentangan. Selanjutnya perlu
dikemukakan mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Keempatnya itu ( Redja Mudyahardjo, et. Al. 1992: 144 150; Wayan Ardhana,
1986: 14 18 ) adalah :

1. Esensialisme
Essensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Mazhab essensialisme mulai dominan di Eropa sejak ada
pertentangan di antara para pendidik sehingga mulai timbul pemisahan antara pelajaran
pelajaran teoritik ( liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan pelajaran pelajaran
praktek ( praktical arts ). Yang termasuk the liberal arts, yaitu :

a. Penguasaan bahasa termasuk retorika.


b. Gramatika.
c. Kesusastraan.
d. Filsafat.
e. Ilmu kealaman.
f. Matematika.
g. Sejarah.
h. Seni keindahan.

2. Perenialisme
Perenialisme memiliki sedikit persamaan dengan essensialisme karena sama sama membela
kurikulum tradisional. Adapun perbedaannya perenialisme menekankan teori kehikmatan
yaitu :

o Pengetahuan yang benar ( truth ).


o Keindahan ( beauty ).
o Kecintaan pada kebaikan ( goodnes ).

Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perenial.
Prinsip pendidikan itu antara lain :

Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yaitu kemampuan berpikir.
Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
Pendidikan merupakan persiapan untuk kehidupan sebenarnya.
Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran dasar.

Namun sebaiknya harus ada satu sistem pendidikan yang berlaku umum dan terbuka kepada
umum yang mencangkup :

Bahasa
Matematika
Logika
Ilmu pengetahuan alam
Sejarah

3. Pragmatisme dan Progresivisme


manusia dapat berkembang dengan baik apabila dapat berinteraksi dengan lingkungannya
berdasarkan pemikiran, dan melalui pendidikan. Dalam proses pendidikan siswa harus belajar
secara aktif dengan cara memecahkan masalah pendidik hanya sebagai fasilitator.
Progresivisme mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain :
a. Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar.
b. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
c. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembingbing kegiatan belajar.
d. Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan pedagosis dan
eksperimentasi

4. Rekonstruksionisme
Mazhab rekonstruksionisme merupakan kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif
dalam pendidikan. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan
yang demokratis. Uniknya mazhab ini teorinya mengenai peranan guru yakni pemimpin
dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam proses
pendidikan.

c. Pancasila sebagai Landasan Filosifis Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas )


Pasal dua UU RI No 2 tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pacasila dan Undang undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum
dalam penjelasan UU RI No 2. Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan
nasional termasuk di bidang pendidikan, adalah pengamalan Pancasila dan untuk itu
pendidikan nasional mengusahakan antara lain : pembentukan manusia Pancasila sebagai
manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri ( Undang Undang 1992:
24 ). Sedangkan MPR RI No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) menegaskan pula Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan dasar
Negara Republik Indonesia. P4 atau Ekaprasetya sebagai petunjuk operasional pengamalan
Pancasila dalam kehidupan sehari hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Pengamalan
Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu.
Petunjuk pengamalan Pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai nilai
Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


1. Percaya dan takwa kepada Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan
yang berbeda beda sehingga terbina kerukunan.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia.
6. Saling mencintai sesama manusia.
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
8. Tidak semena mena terhadap orang lain.
9. Menjungjung tinggi nilai kemanusiaan.
10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
11. Berani membela kebenaran dan keadilan.
12. Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh unat manusia sehingga
sikap menghormati dan kerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
13. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
14. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
15. Cinta tanah air dan bangsa.
16. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber Bhinneka Tunggu
Ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan
18. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
19. Tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain.
20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
22. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
23. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
24. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan,
menjungjung tinggi hatkat dan martabat serta nilai nilai kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


25. Mengembangkan perbuatan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan bergotong royong.
26. Bersikap riil.
27. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
28. Menghormati hak hak orang lain.
29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
30. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
31. Tidak bersifat boros.
32. Tidak bergaya hidup mewah.
33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
34. Suka bekerja keras.
35. Menghargai hasil karya orang lain.
36. Bersama sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
2. Landasan Sosiologis
Baik hewan atau manusia pasti hidup berkelompok atau sosial. Namun pengelompokan
manusia jauh lebih sulit dari hewan. Menurut Wayan Ardhana hewan hidup berkelompok
menurut ciri ciri :

a. Ada pembagian kerja yang tetap pada anggotanya.


b. Ada ketergantungan antar anggota.
c. Ada kerja sama antar anggota.
d. Ada komunikasi antar anggota.
e. Ada diskriminasi antar individu yang hidup dalam satu kelompok dengan individu pada
kelompok lainnya.

Kesemua ciri tersebut juga dapat ditemukan pada manusia. Filsafat sosial sering membedakan
manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Sosiologi lahir di eropa pada abad
ke 19. Nama sosiologi pertama kali dignakan oleh August Comte ( 1798 1857 ) pada
tahun 1839. Dimana sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas
sosial sehingga banyak tumbuh cabang sosiologi yang lain seperti : Sosiologi kebudayaan,
ekonomi, agama, pendidikan dan lainnya.

a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis


Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu sabagai pendidik
dan peserta didik yang memungkinkan peserta didik sebagai generasi yang lebih muda untuk
mengembangkan dirinya. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses
sosial dan pola pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari di sini meliputi :

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :


a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau status.
e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan,
atau kelompok kelompok dalam masyarakat.

2. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :


a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang meliputi :
a) Peranan sosial guru
b) Sifat kepribadian guru
c) Pengaruh keprbadian guru terhadap tingkah laku siswa
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak anak

4. Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi
sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas
kaum tidak terpelajar.
c) Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya.
d) Faktor faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.

Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat essensial sebagai sarana untuk memahami
sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat ( Wayan Ardhana,
1986 : modul 1/67 )

b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional


( Sisdiknas )
Masyarakat mencangkup sekelompok orang yang berinteraksi anter sesamanya dan terikat
oleh norma dan nilai nilai serta adat istiadat dan tinggal di suatu wilayah tertentu, ada
kalanya memiliki hubungan darah dan kepentingan bersama. Masyarakat sebagai kesatuan
hidup memiliki ciri utama antara lain :
Ada interaksi antara warga warganya.
Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma norma, hukum dan aturan
aturan yang khas.
Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada waraganya. Kesatuan wilayah, adat istiadat,
rasa identitas, dan loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari kesatuan bangsa.
( Wayan Ardhana, 1986 : 1/68 ).

Begitu pula halnya dengan masyarakat di Indonesia, sampai saat ini masih ditandai oleh dua
ciri yang unik, yakni :
1. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan kesatuan sosial atau komunitas
berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat dan kedaerahan.
2. Secara vertikal ditandai dengan adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan,
menengah dan rendah.
Tetapi pada saat zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah :

1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial jajahan yang
sering kali memiliki sub kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi bagi.
3) Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus di antara
mereka terhadap nilai nilai yang bersifat mendasar.
4) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
5) Adanya nominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok kelompok sosial yang lain.
6) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh ( Wayan Ardhana, 1986: modul 1/70 ).

3. Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan menusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Dalam UU RI Nao.2 Tahun 1989 pasal 1
ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan Sistem Pendidikan Nasional pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undand Undang
Dasar 1945. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa
norma norma, nilai nilai, kepercayaan, tingkah laku dan teknologi yang dipelajari dan
dimiliki semua anggota masyarakat.

a. Pengertian tentang Landasan Kultural


Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut berwujud :
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan lainnya.
Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
Fisik yakni benda hasil karya manusia ( Koentjaningrat, 1975 : 15 22 )

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena dan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi dapat diwujudkan melalui
proses pendidikan. Berbagai masyarakat ataupun suku bangsa yang ada di Indonesia
mempunnyai cara tersendiri untuk mewariskan kebudayaannya, khususnya mengajarkan
tingkah laku kepada generasi baru. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan yaitu informal, nonformal dan formal. Cara infomal terjadi dalam keluarga.
Nonformal dalam masyarakat dan kehidupan sehari hari dan formal dalam lembaga khusus
yang bergerak di bidang pendidikan. Pada masyarakat primitif transmisi kebudayaan
dilakukan secara informal dan nonformal sedangkan pada masyarakat yang lebih maju
dilakukan secara informal, nonformal dan formal.

b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas )


Yang dimaksudkan dengan Sisdiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia ( UU-RI No 2/1989 ) ayat 1 dan 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai
pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat mejemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia
tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara yang beragam. Pada awal
perkembanganya suatu kebudayaan terbentuk berkat kemampuan manusia mengatasi
kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi
kehidupannya.
Salah satu upaya penyesuaian jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial budaya di
Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam kurikulum sekolah sekolah
di seluruh Indonesia. Belakangan ini makin kuat pendapat bahwa pendidikan seharusnya lebih
diupayakan agar menjamin adanya rasa keterikatan antara peserta didik dengan
lingkungannya. Peserta didik diharapkan tidak hanya mengenal lingkungannya baik alam,
sosial dan budaya tetapi dapat mengembangkan lingkungannya itu sendiri.

4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umunya
landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia,
khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan
tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan,
yakni strategi disposisional, behavioral, dan strategi phenomenologis/humanistik. Strategi
disposisional terutama pandangan konstitusional dari Kretschmer dan Sheldon memberikan
tekanan pada peranan faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Pada strategi behavioral
dan strategi phenomenologis ditekankan peranan faktor belajar dalam perkembangan tersebut,
akan tetapi keduanya mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar
itu terjadi. Perbedaan pandangan tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang
pendidikan.

a. Pengertian tentang Landasan Psikologis


Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan. Hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan, contohnya pengetahuan tentang aspek aspek
pribadi dan ciri ciri pertumbuhan setiap aspek juga konsep tentang cara cara paling tepat
untuk mengembangkannya. Untuk maksud itu psikologis menyediakan sejumlah informasi
tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi atau individu. Perbedaan individu terjadi karena adanya perbedaan
berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan
dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan untuk
membantu mengembangkan kepribadian kita karena salah satu tujuan pendidikan adalah
terbentuknya kepribadian yang mantap dan mandiri.
Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan
potensi yang harus dikembangkan. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
itu, semakin kuat pula proses yang terjadi dan pada gilirannya akan semakin tinggi hasil
belajar yang dapat dicapainya. Berbagai pendapat tentang motivasi tersebut didominasi oleh
konsep konsep nafsu atau kebutuhan. S. Freud menekankan peranan nafsu ( drive ) terhadap
perilaku manusia, baik nafsu hidup ( libido ) maupun nafsu mati atau agresif ( thanatos ).
Yang lainnya menurut A. Maslow kategorisasi kebutuhan kebutuhan itu menjadi enam
kelompok, mulai dari yang sederhana dan mendasar meliputi :

a) Kebutuhan fisiologis : kebutuhan untuk mempertahankan hidup.


b) Kebutuhan rasa aman : kebutuhan secara terus menerus merasa aman dan bebas dari
ketakutan.
c) Kebutuhan akan cinta dan pengakuan : kebutuhan berkaitan dengan kasih sayang dan cinta.
d) Kebutuhan harga diri : kebutuhan berkaitan dengan pengakuan oleh orang lain sebagai
orang yang berkehendak baik.
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri : kebutuhan untuk dapat melakukan sesuatu dan
mewujudkan potensi potensi yang dimiliki.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami : kebutuhan yang berkaitan dengan iptek.

Menurut Maslow kebutuhan yang paling utama adalah kebutuhan fisiologis, dan individu
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini sebelum mengejar kebutuhan akan rasa aman.
Adapun kajian psikologis yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan
dengan kecerdasan, berpikir dan belajar. Kecerdasan umum banyak dipengaruhi oleh
kemampuan potensial : namun kemampuan potensial itu hanya akan aktual apabila
dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya
pengalaman. Pengembangan kecerdasan itu akan terwujud dalam berbagai bentuk
kemampuan berpikir, baik berpikir konvergen dan divergen, maupun berpikir intuitif dan
reflektif. Berpikir konvergen ( memusat ) terutama bersifat logis konvensional, sedangkan
berpikir divergen ( memencar ) terutama bersifat inovatif kreatif. Berpikir reflektif dapat
dipakai untuk memecahkan masalah. Dewey ( 1910, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 )
mengajukan lima langkah pokok untuk memecahkan masalah :

1. Menyadari dan merumuskan suatu kesulitan.


2. Mengumpulkan informasi yang relavan.
3. Merakit dan mengklarifikasi data serta merumuskan hipotesis hipotesis.
4. Menerima atau menolak hipotesis tentatif.
5. Merumuskan kesimpulan dan mengadakan evaluasi.

Sedangkan James Conant ( 1951, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 ) mengajukan enam
langkah dalam pemecahan masalah yaitu:

1. Menyadari dan merumuskan sesuatu.


2. Mengumpulkan informasi yang relavan.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Mengadakan proses deduksi dari hipotesis.
5. Menguji hipotesis dalam situasi aktual.
6. Menerima, mengubah atau menolak hipotesis.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Peserta didik selalu dalam proses perubahan baik karena pertumbuhan atau perkembangan.
Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat kematangan dari proses
pendewasaan, sedangkan perkembangan karena pengaruh dari lingkungan. Perkembangan
manusia berlangsung sejak konsepsi ( pertemuan ovum dan sperma ) sampai saat kematian,
sebagai perubahan maju atau pun kemunduran. Tumbuh kembang manusia sepanjang
hidupnya sering dikelompokkan menjadi beberapa periode, yaitu : masa pranatal atau
sebelum lahir dan postnatal atau sesudah lahir yang meliputi masa bayi, anak anak, sekolah,
remaja, pendewasaan, tua dan kemudian kematian. Salah satu aspek dari pengembangan
manusia seutuhnya adalah berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat
diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Di bawah ini beberapa prinsip umum
mengenai perkembangan kepribadian, disebut prinsip umum karena :

Prinsip itu mungkin dirumuskan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu karena kepribadian
itu unik.

Salah satu prinsip perkembangan kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian


mencangkup aspek behavioral maupun aspek motivasional : dengan perkembangan
kepribadian, bukan hanya perubahan dari tingkah laku yang tampak, tetapi juga perubahan
dari yang mendorong tingkah laku itu sendiri. Prinsip kedua dari perkembangan kepribadian
adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang menerus dan tidak terputus putus,
meskipun pada suatu periode tertentu akan mengalami perkembangan yang cepat
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Seperti yang diketahui bersama perkembangan
kepribadian pertama kali dipengaruhi faktor keluarga yang juga dipengaruhi oleh faktor
hereditas saperti fisik, inteligensi dan lainnya. Alexander tegas mengemukakan tiga faktor
utama yang bekerja dalam menentukan pola kepribadian seseorang yakni :

1. Bekal hereditas individu.


2. Pengalaman awal keluarga.
3. Peristiwa penting dalam hidupnya di luar lingkungan keluarga ( Hurlock, 1974 : 19 ).

Selanjutnya ada dua hal tentang kepribadian yang penting ditinjau dari konteks perkembangan
kepribadian yaitu :

1) Terintegrasinya seluruh komponen kepribadian ke dalam struktur yang terorganisir secara


sistemik.
2) Terjadinya pola pola tingkah laku yang konsisten dalam menghadapi lingkungannya.
Di bawah ini bagan berbagai pengaruh dalam pembentukan konsep diri ( L.D. Crow dan A.
Crow. 1962, Child Development and Adjustment, dikutip dari Hurlock, 1974 : 20 ).

Dari bagan di atas terdapat sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan konsep
diri diri anak dan dengan demikian ikut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Selain faktor keluarga dan hereditas faktor sekolah dalam hal ini pendidik dan lingkungan
sekitar juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti
yang diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, sehingga pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dengan perkembangan
iptek dan kebutuhan masyarakat yang semakin komplek maka pendidikan dalam segala
aspeknya mau tak mau harus mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek
maupun perkembangan masyarakat. Selanjutnya karena kebutuhan pendidikan yang sangat
mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara
pendidikan itu.

a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )


Terdapat istilah yang berkaitan dengan pendidikan yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan,
teknologi serta istilah lain yang terkait dengannya. Pengetauan atau knowledge adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran, intuisi
dan wahyu. Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis, dan
aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu pengetahuan atau science.
Landasan antologis berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah apa yang ingin
diketahui oleh ilmu, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, dan bagaimana
hubungannya dengan daya tangkap manusia?. Seperti diketahui ilmu membatasi objeknya
pada fakta yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung ataupun bantuan dari
alat lain. Untuk itu ilmu mempunyai tiga asumsi tentang objek empiris itu yakni :

1. Objek objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan
dilakukan klasifikasi.
2. Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3. Adanya determinasi, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap ( Jujun S. Suriasumantri, 1978 : 5-8 ).
Landasan epistemologis dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yakni bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar
diperoleh kebenaran, sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan.
Landasan aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat pengetahuan ilmiah itu, yaitu : untuk
apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan, bagaimana kaitannya dengan nilai moral ? ilmu
telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan
manusia. Seperti telah dikemukakan pengetahuan yang memenuhi ketiga landasan itu yang
disebut ilmu atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu
dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi
itu. Ketiganya harus mendapat perhatian yang seimbang agar pendidikan akan dapat
mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah


Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk kehidupan yang lebih baik, yang
telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pada zaman mesir, babylonia, hindu,
yunani kuno, perkembangan islam, perkembangan teknologi telah terlihat pada kehidupan
masyarakatnya. Sekarang ini keterampilan harus diberikan sedini mungkin mulai dari
keluarga dan sekolah dasar agar keterampilan dan sikap ilmiah tersebut serentak akan
meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar iptek dan calon calon pakar
teknologi yang baru.

B. Asas Asas Pokok Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidika. Khusus untuk pendidikan di
Indonesia terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Dari berbagai asas tersebut, akan dibahas tiga asas yaitu tut wuri handayani,
asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam belajar. Ketiga asas itu dipandang
sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini atau masa depan. Setiap tenaga
kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya
dengan semestinya dalam penyelenggaraan pendidikan sehari harinya.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas Tut Wuri Handayani yang sekarang menjadi semboyan dari Depdikbud, pada awalnya
merupakan salah satu asas 1992 yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa yang didirikan pada 3 Juli 1992. Sebagai asas pertama tut wuri handayani merupakan
sistem among dari perguruan itu. Asas ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara,
mendapat tanggapan positif dari seorang ahli bahasa Drs. R.M.P. Sostrokartono yang
menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing
Madya Mangun Karsa ( Raka Joni, et. Al. 1985 : 38; Wawasan Kependidikan Guru, 1982 :
93 ). Dan saat ini ketiga semboyan itu tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan,
yakni :

Ing ngarsa sung tulada ( jika di depan menjadi contoh )


Ing madya mangun karsa ( jika di tengah tengah memberikan motivasi )
Tut wuri handayani ( jika di belakang mengikuti dengan awas )

Agar diperoleh latar keberlakuan dari asas tut wuri handayani, perlu dikemukakan ketujuh
asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat
disebut asas 1992 sebagai berikut :

1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat
tertibnya persatuan dalam perkehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan
bathin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh penuhnya lahir maupun batin
hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dan dari siapa
pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir dan batin.
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak
anaknya.

Dimana dari ketujuh asas tersebut, asas tut wuri handayani menjadi inti dari asas pertama
yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur diri sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Jadi ketiga asas itu : ing ngarsa
sung tulada, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani telah menjadi asas penting
pendidikan Indonesia.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat ( life long learning ) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup ( life long education ). Pendidikan ini merupakan a
concept ( P. Lengrand 1970 )yang new significance of an old idea ( Dave, 1973 ) tetapi
universally acceptable definition is difficult ( Cropley,1979 ). UNESCO institute for
education ( UIE Hamburg ) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup
adalah pendidikan yang harus :

1. Meliputi seluruh hidup setiap individu.


2. Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan secara
sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
5. Mengakui kontribusi dari semua pangaruh pendidikan yang mungkin terjadi termasuk yang
formal, nonformal dan informal ( Cropley, 1970: 2-3; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26 ).

Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogianya
mengemban sekurang kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan
efisien dan efektif dan serentak dengan itu meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar
mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang mendukung terwujudnya
belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua
dimensi ( Hameyer, 1979: 67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 28-30 ) sebagai berikut:

a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi : di samping keterkaitan dan
kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta
didik di masa depan. Termasuk dalam dimensi vertikal itu antara lain tentang :

1. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan
ajaran dengan masa depan dan pengintregasian masalah kehidupan nyata dalam kurikulum.
2. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan: kurikulum semestinya memungkinkan
antipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan itu peserta didik justru akan hidup dalam
sosial kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya.
3. the forecasting curriculum yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu prognosis,
baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia
dalam sistem yang sedang berlaku, maupun saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di
masa depan.
4. Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan terutama dalam kaitannya
dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk
memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu.
5. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam
bidang sosial, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama sama membangun
masyarakatnya.
6. Pengintregasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di
keluarga untuk pendidikan dasar dan seterusnya.
7. Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat
melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti
kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan dan pengembangan kepribadian.

b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Yang termasuk dimensi horizontal antara lain :
1. Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah : kehidupan di luar sekolah
menjadi objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran sekolah, sehingga peserta didik lebih
mengalami persoalan persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah.
2. Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah dijadikan tempat
kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar terjadi di dalam dan luar sekolah.
3. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar, baik sebagai
narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.

Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber sumber belajar yang tersedia itu akan
memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Kedua asas sebelumnya yaitu asas tut wuri handayani dan asas belajar sepanjang hayat erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya
bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada
asumsi pesereta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin
seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila terus tergantung pada orang lain. Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utamanya sebagai
fasilitator dan motivator di samping peran lainnya. Guru dalam memberikan pengajaran
terdapat beberapa strategi belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian dalam
belajar. Salah satunya adalah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ) yang dapat memberi peluang
bagi siswa untuk bertangung jawab terhadap hal tertentu dalam belajar mengajar di lembaga.
Hal itu akan dapat terlaksana dengan baik bila setiap lembaga pendidikan umpama sekolah
memiliki Pusat Sumber Belajar ( PSB ) yang memadai. Karens PSB itu memberi peluang
tersedianya berbagai sumber belajar baik cetak ataupun elektronik. Dengan dukungan PSB itu
asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

SOAL Landasan Pendidikan

I.
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat, jelas dan menyasar.
II.
1.
Lengkapilah dengan sistematis Landasan Fundamental dalam
Pendidikan : (skor 15)
2.
1.
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam ....
2.
3.
Undang undang Guru dan Dosen diatur dalam ....
4.
5.
Peraturan pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan ....
6.
7.
Dalam UUD RI th 1945, pasal berapa yang mengatur tentang pendidikan?
Jelaskan (satu pasal saja)
8.
3.
Dalam Ketentuan Umum SISDIKNAS apa yang dimaksud dengan: (skor
20)
4.
1.
Jenjang Pendidikan
2.
3.
Jenis Pendidikan
4.
5.
Standar Nasional Pendidikan
6.
7.
Kurikulum
8.
1.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) apa yang dimaksud
dengan : (skor 20)
2.
1.
Kualifikasi
2.
3.
Kompetensi
4.
5.
Sertifikasi
6.
7.
Kode etik
8.
1.
Jelaskan secara singkat bagaimana kebijakan dan praktek pendidikan
yang diselenggarakan : (skor 15)
2.
1.
R.A Kartini, Rd Dewi Sartika, dan Rohana Kudus
2.
3.
Budi Utomo
4.
5.
Muhammadiyah
6.
1.
Setelah indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan
tumbuhnya proses demokrasi. Demokrasi juga telah memasuki dunia
pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya UU No 20 Th 2003.
Jelaskan bagaimana usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia melalui pendidikan di zaman reformasi? (skor 15)
2.
3.
Jelaskan secara singkat hasil observasi mengenai pelaksanaan UUGD
pasal IV tentang profesi guru disekolah tempat anda melakukan
observasi? (skor 15)
4.

INGAT: KUNCI UTAMA KEBERHASILAN ADALAH KEJUJURAN

HASIL TIDAK JUJUR AKA SIA-SIA dan TIDAK MENDAPAT


KEBERKAHAN DARI ALLAH SWT

SELAMAT MENGERJAKAN
KUNCI JAWABAN SOAL UAS

PROGDI BIOLOGI GASAL 2011/2012

I.
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat, jelas dan menyasar.
II.

1.
Melengkapi Landasan Fundamental: (Sjor 15)
2.
1.
UU RI No. 20 Tahun 2003
2.
3.
UU RI No. 14 Tahun 2005
4.
5.
PP No. 19 Tahun 2005
6.
7.
Pasal 31 ayat 1 dan 2, ayat (1): tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran; (2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Serta pasal
32 pemerintah memajukan kebudayaan Indonesia
8.
1.
Dalam SISDIKNAS yang dimaksud dengan: (skor 20)
2.
1.
Jenjang Pendidikan : tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasar tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.
2.
3.
Jenis Pendidikan: kelompok yang didasarkan atas kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan
4.
5.
Standar Nasional Pendidikan : kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
6.
7.
Kurikulum: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
8.
1.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) yang dimaksud dengan :
(skor 20)
2.
1.
Kualifikasi: kualifikasi akademik, yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik
yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan
satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
2.
3.
Kompetensi: seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
4.
5.
Sertifikasi: proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen
6.
7.
Kode etik: norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
8.
1.
Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan : (skor 15)
2.
1.
R.A Kartini, Rd Dewi Sartika, dan Rohana Kudus : mereka melihat
kepincangan dalam masyarakat dan ketidakadilan terhadap wanita, sehingga
menghambat kemajuan kaum wanita. Mereka memiliki keinginan untuk bebas
dari ketertinggalan dan adat kebiasaan, berdiri sendiri dan mengejar kemajuan
melalui upaya pendidikan.
2.
3.
Budi Utomo: tujuannya untuk kemajuan yang selaras untuk bangsa Indonesia
terutama memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, dagang, teknik
industri, dan kebudayaan (dalam kongres 4 Okt 1908) sehingga mendirikan
Darmo Woro Studiefonds.
4.
5.
Muhammadiyah: didirikan tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan
di Yogjyakarta. Didirikan untuk mengatasi Kristenisasi, membentuk manusia
muslim berakhlaq mulia sesuai Al-Qur`an dan Al Hadist. Berdiri pada masa
pendudukan Jepang.
6.
1.
usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
melalui pendidikan di zaman reformasi (skor 15):
2.

senantiasa meningkatkan kualitas dan terbuka dalam proses pendidikan


dengan menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada pemerintah daerah
sebagaimana diatur dalam UU No 32 th 2004tentang pemerintah daerah,
hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat.
Mengubah dari sistem sentralistis ke desentralistis, hal ini diharapkan akan
berdampak positif pada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia dengan
munculnya: Kelas Imersi, Sekolah Bertaraf Internasional, Program Percepatan
Belajar (Akselerasi), Pendidikan Inklusi, sertifikasi guru dalam jabatan,
penyusunan portofolio guru yang bersertifikasi dalam jabatan, pendidikan dan
latihan profesi guru, peningkatan kualifikasi guru dalam program penyetaraan
dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

1.
Hasil observasi mengenai pelaksanaan UUGD pasal IV tentang profesi
guru (skor 15):
2.

Analisis pelaksanaan pasal IV UUGD No. 14 th 2005 tentang GURU :

Bagian Pertama : Kualifikasi, kompetensi dan Sertifikasi


Bagian Kedua : Hak dan Kewajiban

Bagian Ketiga : Wajib Kerja dan Ikatan Dinas

Bagian Keempat : pengangjatan, penempatan, pemindahan dan


pemberhentian

Bagian kelima : pembinaan dan pengembangan

Bagian keenam : penghargaan

Bagian ketujuh : perlindungan

Bagian kedelapan : cuti

Bagian kesembilan : organisasi Profesi dan Kode etik

(berupa kesimpulan yang bersangkutan dengan pembahasan yang ada di atas

Minggu, 28 Desember 2014

TUGAS SOAL-JAWAB LANDASAN PENDIDIKAN

SOAL JAWAB LANDASAN PENDIDIKAN

1. Jelaskan 7 aspek kompetensi pedagogik guru !

Jawab :

7 aspek kompetensi pedagogik guru adalah :

a. Mengenal karakteristik peserta didik

b. Menguasai teori belajardan prinsip-prinsip pembelajaran

c. Pengembangan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

e. Pengembangan potensi peserta didik

f. Komunikasi dengan peserta didik

g. Penilaian dan evaluasi

2. Jelaskan perbedaan dari istilah-istilah pendidikan berikut.

a. Mendidik

b. Mengajar

c. Melatih

d. Membimbing

Jawab :

a. Mendidik berkaitan dengan moral dan kepribadian.

b. Mengajar berkaitan dengan bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan

c. Melatih berkaitan dengan keterampilan atau kecakapan hidup (life skills).

d. Membimbing berkaitan dengan norma dan tata tertib.

3. Jelaskan tentang tujuan pembelajaran !

Jawab :

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan mengenai keterampilan atau konsep


yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir periode
pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari
rangkaian aktiviatas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

4. Jelaskan macam-macam landasan pendidikan !

Jawab :
Macam-macam landasan pendidikan yaitu :

1. Landasan Filosofis yaitu landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah),
yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan.

2. Landasan Sosiologis yaitu landasan yang berdasarkan proses interaksi antar dua
individu, bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk
mengembangkan diri.

3. Landasan Kultural yaitu landasan yang berdasarkan kebudayaan dan pendidikan yang
mempunyai hubungan timbal balik, sehingga kebudayaan dapat diwariskan dari
generasi ke genarasi penerus dengan jalan pendidikan baik secara informal maupun
formal.

4. Landasan Psikologis yaitu landasan yang berdasarkan pemahaman peserta didik yang
berkait dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan dalam untuk
pendidikan.

5. Jelaskan 3 landasan filosofis pendidikan !

Jawab :

Landasan filosofis pendidikan :

1. Landasan Idealisme

Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena
manusia itu adalah makhluk yang berfikir, yang memiliki tujuan hidup dan yang
hidup dalam aturan moral yang jelas.

2. Landasan Realisme

Para filosof realisme memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan
sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia.

3. Landasan Pragmatisme

Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode dan suatu
filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu ide dan kebenaran
sesuatu keyakinan secara praktis.
6. Bagaimanakah implikasi landasan psikologi dalam pendidikan ?

Jawab :

Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan :

1. Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya memberikan kemungkinan untuk


membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap
diperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.

2. Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan tugas


perkembangan pada setiap masa perkembangan anak.

7. Jelaskan mengapa Aliran Empirisme menganggap penting pendidikan !

Jawab :

Perkembangan seorang anak menjadi dewasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman


atau lingkungan dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Pada dasarnya
manusia itu bisa dididik apa saja menurut kehendak lingkungan atau
pendidikannya. Apabila manusia mendapatkan pendidikan yang baik , maka ia
akan tumbuh menjadi manusia yang bermutu. Sebaliknya, apabila dalam
pertumbuhannya ia menerima pendidikan yang buruk, maka ia akan tumbuh
menjadi manusia yang buruk. Pendidikan itu bisa bersumber dari pendidikan
formal maupun non formal.

8. Jelaskan perbedaan pandangan Aliran Nativisme dan Naturalisme tentang


pembawaan manusia !

Jawab :

Aliran Nativisme berpandangan bahwa pembawaan itu tergantung pada orang


tuanya dan tidak percaya bahwa lingkungan membawa pengaruh sedangkan
Aliran Naturalisme berpandangan bahwa pembawaan manusia semuanya
dilahirkan baik dan percaya bahwa lingkungan sangat berpengaruh pada
perkembangan anak.

9. Jelaskan perbedaan pandangan Aliran Empirisme dan Aliran Konvergensi tentang


peranan pembawaan terhadap perkembangan individu !

Jawab :
Aliran Empirisme berpandangan bahwa pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan sangatlah penting dan menentukan perkembangan individu dan
kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir tidak menentukan sedangkan Aliran
Konvergensi berpandangan bahwa faktor pembawaan dan faktor lingkungan
sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan manusia.

10. Mengapa manusia perlu dididik ?

Jawab :

Manusia perlu dididik karena sebagai makhluk sosial dan mempunyai agama,
manusia dididik tentang tujuan hidup sehingga perkembangan hidupnya pun akan
terarah, sifat dan sikapnya dapat dikembangkan menjadi lebih baik, karakter atau
bakat yang dimilikinya dapat diwujudkan.

11. Apa saja peran penting guru di tengah masyarakat?


Jawab : Guru memiliki beberapa peran penting di tengah masyarakat antara lain ;
1. Pendidik
2. Penggerak Potensi
3. Pengatur Irama
4. Penengah Konflik
5. Pemimpin Kultural
12. Jelaskan komponen-komponen pada sistem pendidikan !

Komponen-komponen sistem pendidikan meliputi :

a. Input pada sistem pendidikan, yang meliputi dasar pendidikan, tujuan pendidikan,
dan anak didik atau peserta didik

b. Process pada sistem pendidikan yang merupakan kegiatan mobilisasi segenap


komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan

c. Enviromental pada sistem pendidikan yaitu lingkungan yang ada di sekitarnya baik
yang menunjang maupun menghambat pencapaian tujuan pendidikan.

d. Output pada sistem pendidikan yaitu hasil keluaran dari proses yang terjadi di dalam
sistem pendidikan

13. Jelaskan tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal !

Jawab :
Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal antara lain :

1. Tempat sumber ilmu pengetahuan

2. Tempat untuk mengembangkan bangsa

3. Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal
kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.

14. Jelaskan fungsi pendidikan non formal !

Jawab :

Pendidikan non formal berfungsi untuk membelajajarkan individu atau kelompok


agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya sehingga mampu
beradaptasi terhadap perubahan atau perkembangan zaman.

15. Mengapa keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama ?

Jawab :

Keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama karena anak lahir dalam
pemeliharaan orang tua dan dibesarkan di dalam keluarga. Orang tua tanpa ada
yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik , baik bersifat sebagai
pemelihara, sebagai pengasuh, pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai
guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap
manusia.

16. Jelaskan manfaat ilmu pendidikan sebagai teori !

Jawab :

1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang
akan dicapai

2. Sebagai tolok ukur mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan

3. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan

17. Jelaskan dua wilayah kajian ilmu pendidikan !


Jawab :

1. Kajian pendidikan teoretis

Cabang teoretik sebagai ilmu dasar dari pedagogik. Kajian pada landasan-landasan
konseptual dan teoretik secara universal serta berbagai teori yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan.

2. Kajian pendidikan praktis

Kajian yang fokus pada aplikasi teori pendidikan dalam praktik penyelenggaraan
pendidikan.

18. Jelaskan hubungan antara pendidikan teoretis dan pendidikan praktis !

Jawab :

Pendidikan teoretis dan pendidikan praktis saling berhubungan erat karena ilmu
pendidikan itu bersumber dari teori dan pemikiran-pemikiran yang kemudian
diimplementasikan dalam sebuah praktek yang nyata.

19. Bagaimana pernyataan lengkap dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional ?

Jawab :

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

20. Apa misi pendidikan nasional menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003?

Jawab :

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan


Nasional, misi pendidikan nasional adalah : (1). Mengupayakan peluasan dan
pemeataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bemutu bagi seluruh
rakyat Indonesia; (2). Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar; (3). Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas poses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepibadian yang bermoal; (4).
Meningkatkan kepofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keteampilan,pengalaman, sikap, dan nilai
bedasarkan standar nasional dan global; dan (5). Membedayakan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaaan pendidikan berdasakan pinsip otonomi dalam
konteks Negara Kesatuan RI.

21. Jelaskan dasar hukum pendidikan nasional !

Jawab :

Dasar hukum pendidikan nasional adalah hukum yang mendasari pelaksanaan


kegiatan pendidikan, yaitu :

a. Pendidikan menurut Undang-undang 1945, yang tersirat dan tersurat pada pasal 27,
29, 31, 32, 34 dan 35.

b. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional, diantaranya


pasal 1 ayat 2 dan ayat 7.

Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang


berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang
Undang Dasar 45

c. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

d. Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

22. Jelaskan jenjang dan satuan pendidikan !

Jawab :

1. Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan


menengah dan diatur dalam pasal 17 ayat 2 UU Sisdiknas, terdiri atas SD, MI.

2. Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang diatur pada pasal
18 ayat 3 UU Sisdiknas, terdiri atas SMA, MA.
3. Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor.

23. Sebutkan 3 bentuk pendidikan yang diakui dalam pasal 13 ayat (1) UU Sisdiknas !

Jawab :

1. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

2. Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang

3. Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

24. Berikan contoh satuan pendidikan Nonformal !

Jawab :

Satuan pendidikan Nonformal terdiri dari :

1. Pendidikan kecakapan hidup

2. Pendidikan kepemudaan

3. Pendidikan pemberdayaan perempuan

4. Pendidikan kesetaraan

5. Pendidikan pelatihan kerja

6. Pendidikan anak usia dini

25. Jelaskan pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan !

Jawab :

Pendidikan karakter berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan


berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan
semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa
membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak
ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa
meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi,
tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama,
serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme.

26. Apa tujuan dari pengembangan manajemen berbasis sekolah ?

Jawab :

Tujuan pengembangan manajemen berbasis sekolah antara lain :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan


pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, pemerintah tentang mutu
sekolah.

4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah lain untuk mencapai mutu
pendidikan yang diharapkan.

27. Jelaskan yang dimaksud pendidikan profesi dan contohnya !

Jawab :

Pendidikan profesi adalah sistem pendidikan tinggi setelah program pendidikan


sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk menguasai keahlian khusus. Lulusan
pendidikan profesi mendapat gelar profesi. Contoh : Setelah bergelar S.E,
seseorang menempuh pendidikan profesi Akuntan, maka dia bergelar S.E.Ak.

28. Jelaskan tiga pilar kebijakan pendidikan !

Jawab :

Tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu :

1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan;


2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan;

3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan.

29. Jelaskan fungsi kebijakan pendidikan nasional !

Jawab :

Fungsi kebijakan pendidikan nasional yaitu dibuat untuk menjadi pedoman dalam
bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

30. Jelaskan kriteria dan indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi sekolah
berstandar nasional !

Jawab :

Kriteria dan indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi Sekolah Standar
Nasional, yaitu :

a) Luas tanah minimal sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, dan rombel
minimal 9 rombel

b) Memiliki dokumen Kurikulum yang berlaku secara lengkap.

c) Memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap, dari silabus sampai dengan RPP
untuk semua kelas/mata pelajaran.

d) Menerapkan pembelajaran kontektual untuk kelas semua mata pelajaran.

e) Rata-rata gain score minimal 0,6 dari tahun 1 sampai tahun 3 untuk semua mata
pelajaran

f) Rata-rata pencapaian ketuntasan kompetensi minimal 75 %

g) Kondisi guru 90 % minimal berpendidikan S-1 pada tahun ke-3

h) Penguasaan kompetensi, 30% guru bersertifikat kompetensi

i) Rasio jumlah rombel dan jumlah kelas 1 : 1 (tidak boleh double shift)
j) Jumlah siswa per rombel maksimal 32 untuk semua kelas

k) Rata-rata jam mengajar guru berkisar antara 22 26

l) Jumlah laboratorium minimal 1 lab IPA, lab. Bahasa, lab. Multimedia dan lab.
Keterampilan

m) Memiliki telpon dan akses internet pada lab komputer, guru, dan kepala sekolah

n) Memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BP, ruang Tata Usaha, kamar kecil
yang cukup dan memadai (sesuai Peremendiknas)

o) Memiliki ruang perpustakaan (termasuk ruang baca) sesuai SPM

p) Sudah melaksanakan secara konsisten aspek-aspek dalam manajemen berbasis


sekolah (otonomi/kemandirian, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas dan
sustainabilitas)

q) Memiliki perangkat media pembelajaran untuk semua mata pelajaran sesuai


denganPermendiknas.

r) Sudah melaksanakan sistim penilaian yang komprehensif (ulangan harian, UTS, UAS,
ulangan kenaikan kelas) dengan teknik penilaian yang variasi (sesuai PP 19 tahun
2005)

Anda mungkin juga menyukai