Anda di halaman 1dari 19

0

BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS HASANUDDIN JUNI 2015

STRIKTUR URETRA

Oleh :

Rudi C. Lado 1008011045


Berlan Chandra 1008012031
Sri Hikmawaty Zainal C111 11 296

Pembimbing :
dr. Melky R. Jonas

Supervisor :
Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa :

1. Rudi C. Lado 1008011045


2. Berlan Chandra 1008012031
3. Sri Hikmawaty Zainal C111 11 296

Dengan judul laporan kasus Striktur Uretra , telah menyelesaikan tugas


dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2015

Supervisor Pembimbing

Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K) dr. Melky Jonas

Mengetahui,
Ketua Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K)


1

Daftar Isi

Halaman Judul ....................................................................................................i


Lembar Pengesahan ...........................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................1
BAB 1 Laporan Kasus .....................................................................................2
1.1 Identitas Pasien .............................................................................................2
1.2 Anamnesis dan pemeriksaan Fisik ...............................................................3
1.3. Pemeriksaan laboratorium ..........................................................................4
1.4. Pemeriksaan Radiologis ..............................................................................5
BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................................................7
2.1 Anatomy sistem Urogenitalia........................................................................7
2.2 Striktur Uretra ..............................................................................................9
A. Definisi .........................................................................................................9
B. Etiologi .........................................................................................................10
C. Patofisiologi ..................................................................................................10
D. Gambaran klinis ...........................................................................................12
E. Gambaran Radiologi .....................................................................................12
F. Diagnosa banding...........................................................................................13
G. Penanganan.....................................................................................................17
H. Prognosis .......................................................................................................19
I. Media Kontras ...............................................................................................19
BAB 3. Pembahasan ........................................................................................22
3.1 Diskusi ..........................................................................................................22
3.2 Kesimpulan ..................................................................................................23
Daftar Pustaka ....................................................................................................24

BAB I
Laporan Kasus
2

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. AN
No RM : 713854
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Agama : Islam
Status : Menikah
MRS : Tanggal 1 Juni 2015 Poli bedah RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Lontara 2 bedah urologi, kamar 10 bed 4.

Ruang perawatan : Lontara 2 bedah urologi kamar 10 bed 4.

Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2015

1.2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Anamnesis
Keluhan Utama : kencing sedikit- sedikit sejak empat tahun yang lalu
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien Laki-laki usia 42 tahun, dirujuk dari Rumah sakit Umum daerah
kabupaten Barru, Sulawesi selatan , pasien mengeluhkan sulit kencing sejak empat
tahun sebelum masuk rumah sakit. Setiap kali kencing keluar hanya sedikit-sedikit,
kadang-kadang hanya menetes, sehingga harus mengedan untuk kencing, juga
mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah, terutama saat mengedan. Tidak ada darah,
tapi terkadang menetes cairan putih seperti nanah. Keluhan ini kadang disertai
demam. Pasien telah berobat sejak tahun 2014 sebagai pasien rawat jalan di rumah
sakit umum daerah kabupaten Barru karena keluhan tersebut, sempat dirawat dua hari
di rumah sakit karena kencing tidak keluar, pasien dipasangi kateter urin pada
3

kantung kecing selama empat bulan. Setelah dilepas kateter, pasien kemudian dirujuk
untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit dahulu : Riwayat trauma (-),

Riwayat Kebiasaan : Pasien memiliki kebiasaan minum air yang kurang baik (jarang
minum). Riwayat minum alkohol disangkal.

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaaran : Compos mentis GCS E4 V5 M6
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg
Nadi 94x/menit
Temperatur 36,8 oC
Pernapasan 21 x/menit
Mata : konjungtiva anemis -/-
Kulit : Tidak tampak ikterik dan sianosis
Kepala : rambut hitam, tidak mudah tercabut
Telinga : simetris, otore (-), tidak ada kelainan anatomi
Mulut : bibir tampak lembab, sianosis (-), pucat (+), mukosa mulut
lembab, papil lidah atrofi (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Cor
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 reguler, tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Auskultasi : suara napas vesikular superior dan medial
Inspeksi : pengembangan dada saat statis dan dinamis simetris,
penggunaan otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : taktil fremitus D=S

Abdomen
Inspeksi : cembung, tidak terlihat pelebaran vena
Auskultasi : bising usus (+)
4

Palpasi : Supel, Ballotement (-), nyeri tekan regio suprapubic


Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-)

1.3 Pemeriksaan Laboratorium :


Tabel 1.1 Darah Rutin, GDS, fungsi ginjal Tanggal 1 Juni 2015
Item Hasil Nilai Rujukan Satuan

WBC 6,8 4,0-10,00 10^3/uL

RBC 5,38 4,00-6,00 10^6/uL

PLT 218 150-400 10^3/uL

Hb 15,5 12,0-16,0 gr/dl

HCT 47 37,0-48,0 %

GDS 87 140 mg/dL

Ureum 24 10-50 mg/dL

Kreatinin 1 L (<1,3);P(< 1,1) mg/dL

Tabel 1.2 Urin Rutin (tgl 1/6/2015)


Item Hasil Nilai Rujukan Satuan

Warna Kuning keruh Kuning muda

pH 8,0 4,5-8,0

Leukosit +++/500 negatif WBC/ul

Nitrit Positif negatif

Eritrosit - <5 Lpb

Protein Negatif negatif mg/dL

Epitel 48 lpb

Keton Negatif Negatif mg/dL


5

1.4 Pemeriksaan Radiologis

Foto pelvis AP (tanggal 1/6/2015)

- Alignment Pelvis intak, tidak tampak dislokasi


- Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
- Mineralisasi tulang baik
- Kedua SI dan hip joint baik
- Jaringan lunak sekitar baik.
- Kesan : tidak tampak kelainan radiologis pada foto pelvis

Foto Urethrocystography (1/6/2015)

- Kontras iodium sebanyak 30 cc dimasukkan kedalam meatus uretra eksternum


- Dengan fluoroscope, tampak kontras mengisi uretra pars anterior, pars
posterior dan sampai ke vesica urinaria
- Tampak penyempitan pada uretra pars posterior
- Mukosa reguler, tidak tampak additional shadow dan ekstravasasi kontras
- Kesan : Striktur uretra pars posterior

(a)
6

(b) (c)

Gambar 1. (a) Foto Pelvis AP kesan normal, (b) dan (c) Foto Urethrocystography,
tampak striktur uretra pada pars posterior

BAB II
Tinjauan Pustaka

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik. 1,2 Ileus dapat dibagi menjadi dua yaitu
ileus fungsional dan ileus mekanik. Ileus fungsional merupakan keadaan dimana usus
kehilangan kemampuannya untuk peristalsis pada ileus obstruksi terdapat struktur
fisik yang menyebabkan obstruksi.3

Ileus fungsional dapat dibagi menjadi ileus local (sentinel loop) dan ileus
generalisata (ileus paralitik). Sedangkan ileus obstruktif dibedakan menjadi ileus
obstruksi letak tinggi dan ileus obstruksi letak rendah. Hal ini dibedakan dari letak
obstruksi apakah di distal atau proksimal dari valvula ileosekal.3

1. Anatomi Sistem Pencernaan


7

Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan

Organ-organ yang terlibat dalam sistem pencernaan antara lain adalah :4


A. Mulut
Mulut terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (vestibula) yang terletak
diantara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi sertaBagian dalam (rongga
mulut) yang dibatasi oleh os maksillaris dan semua gigi. Di dalam rongga
mulut terdapat 3 kelenjar saliva yaitu kelenjar parotis, kelenjar submaksilaris,
dan kelenjar sublingualis.

B. Faring
Organ ini adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Pada faring terdapat tonsil yang adalah kumpulan kelenjar limfe
yang mengandung banyak limfosit sehingga menjadi pertahanan agar kuman
tidak masuk ke dalam tubuh.

C. Esophagus
Organ yang menghubungkan faring dengan gaster. Panjang esophagus
sekitar 25 cm. esophagus terdapat di posterior trakea dan di anterior dari
vertebra. Setelah melalui kavum thorax menembus diafragma dan menuju ke
gaster.
D. Gaster
8

Setelah melewati esophagus, makanan akan dicerna di gaster. Bagian-


bagian gaster antara lain kardiak, fundus, korpus, kurvatura minor, kurvatura
mayor, dan antrum pylori. Fungsi gaster adalah :
1. Tempat pencernaan makanan melalui gerak peristaltic dan getah
lambung.
2. Mempersiapkan makanan untuk dicerna usus dengan cara makanan
dicairkan dan dicampur dengan asam hidroklorida.
3. Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin.
4. Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
E. Usus halus ( intestine minor )
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Duodenum
Setelah melewati gaster makanan akan dicerna di duodenum. Pada
duodenum ada papila vateri yang merupakan muara dari duktus
choleduchus dan duktus pancreaticus. Pada duodenum juga terdapat
kelenjar Brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah usus halus.
2. Jejenum
Jejenum memiliki panjang sekitar 2-3 m. batas antara jejenum dan ileum
tidak tegas.
3. Ileum
Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus dengan panjang 4-5 m.
ileum ini berhubungan dengan sekum melalui orificium ileoseikalis.
Orificium ini memiliki sfingter ileoseikalis dan valvula baukini. Valvula
ini berfungsi untuk mencegah cairan atau isi kolon ascendens tidak
kembali ke ileum.
F. Kolon ( intestine mayor )
Fungsi kolon antara lain adalah :
a. Tempat menampung sisa makanan yang telah diabsorpsi usus halus.
b. Menyerap air dari sisa makanan.
c. Tempat tinggal bakteri E. Coli yang berperan dalam proses pembusukan.
Adapun bagian-bagian dari kolon antara lain :
1. Sekum
Tempat bermuaranya sisa makanan dari usus halus melalui valvula
baukini. Di sisi inferior dextra dari sekum terdapat appendiks
vermiformis.
9

2. Kolon Ascendens
Terletak di region dextra abdomen. Kolon ini ini memanjang keatas hingga
ke bawah hepar dan pada ujungnya membentuk lengkungan ke kolon
transversum yang disebut flexura hepatica. Panjang kolon ini kira-kira 13 cm.
3. Kolon Transversum
Kolon ini terletak memanjang di bawah hepar dan gaster. Disebelah
kanannya terdapat flexura hepatica dan di kirinya ada flexura lienalis.
Panjangnya sekitar 38 cm.
4. Kolon Descendens
Kolon ini ada di flexura lienalis dan akan bermuara ke kolon sigmoid.
Panjangnya sekitar 25 cm.
5. Kolon Sigmoid
Kolon ini berbentuk huruf S dan bagian bawahnya berhubungan
dengan rektum.
6. Rektum
Rektum adalah organ yang menghubungkan kolon dengan anus.
7. Anus
Anus adalah saluran pencernaan makanan paling akhir. Letaknya di
abdomen bagian tengah di dasar pelvis setelah rektum. Ada 3 sfingter yang
terdapat pada otot anus yaitu sfingter ani internus dan eksternus serta sfingter
levator ani.

2. Ileus Paralitikus
A. Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus tidak mampu
melakukan kontraksi 9nteric9c9i. Ileus paralitik ini merupakan akibat dari
berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga
perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos
usus. Gerakan 9nteric9c9i merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi yang diatur oleh neuron inhibitory dan neuron 9nteric9c9 dari
sistem enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan
dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik parasimpatik,
9nteric9c9ic9ter (9nteric9c9, kolinergik, 9nteric9c9ic, dopaminergik), 9nteric
intestinal, dan keseimbangan elektrolit.2
B. Etiologi
10

Ileus paralitikus bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut :5


1. post operasi intraabdominal.
2. sepsis
3. obat-obatan ( anestesi, opioid, psikotropika, antikolinergik, antasida, warfarin,
amitriptyline, chlorpromazine)
4. gangguan sistem endokrin (diabetes, insufisiensi hormone adrenal, hipotiroid).
5. ganguan metabolik seperti rendahnya kadar potassium, magnesium, atau
sodium.
6. cardiopulmonary failure
7. pneumonia
8. trauma (fraktur costa atau fraktur vertebra)
9. kolik empedu atau kolik renal.
10. Peritonitis

C. Patofisiologi

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya


sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya
melalui dua cara yaitu pertama pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung
norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya),
dan kedua pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin
pada neuron-neuron sistem saraf 10nteric. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem
simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.6

D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari ileus paralitik antara lain :3
1. Kembung
2. Nyeri perot
3. Mual dan muntah
4. Konstipasi
5. Bising usus menurun atau menghilang
6. Suara timpani pada perkusi abdomen.
11

E. Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi berupa BNO 3 posisi dan
foto polos thorax.
1. BNO 3 posisi
BNO adalah foto polos abdomen tanpa menggunakan media kontras. Organ-
organ yang dapat diperiksa oleh abdomen meliputi hepar, lien, ginjal,
pancreas, intestine, dan os vertebra. Foto BNO 3 posisi yaitu foto BNO yang
diambil dalam 3 posisi : 7
a. Posisi supine
Pasien tidur telentang dengan sinar datang dari arah vertical dengan proyeksi
AP.
b. Posisi erect
Pasien duduk atau berdiri dengan sinar horizontal dan proyeksi AP.
c. Posisi Left Lateral Decubitus (LLD)
Pasien tidur dengan posisi miring ke kiri dan sinar datang dari arah horizontal
dan proyeksi AP.
Hal-hal yang dapat dinilai pada foto BNO 3 posisi antara lain :
Posisi Supine :
1) Dinding abdomen, lemak praperitoneal kanan dan kiri baik atau menghilang.
2) Garis psoas kanan dan kiri : baik, menghilang atau tampak pelembungan.
3) Gambaran udara usus : normal, pelebaran lambung/ usus halus/ kolon,
penyebaran dari usus-usus yang melebar, keadaan dinding usus, jarak antara 2
dinding usus yang berdampingan.
4) Gambaran cairan di luar usus atau massa tumor.
Posisi LLD :
1) Gambaran udara dan cairan di dalam maupun diluar usus, misalnya abses.
2) Gambaran udara bebas antara hati atau pelvis dengan dinding abdomen.
3) Gambaran cairan di pelvis atau abdomen bawah.

Pada foto polos abdomen dapat dibedakan antara usus halus dengan usus
besar dengan melihat valvulla conniventes dan haustra.3

Gambaran radiologis pada pasien dengan ileus paralitik antara lain :3


1. Gambaran udara tampak pada seluruh usus baik usus halus maupun kolon.
2. Lambung seringkali ikut distensi.
3. Air fluid level lebih sedikit daripada ileus obstruksi. Bila ada berbentuk
memanjang.
12

4. Gambaran udara di rektum atau kolon sigmoid tetap ada karena bersifat
fungsional.

Gambar 2. Gambaran radiologi ileus paralitik

F. Diagnosa Banding
Ileus obstruktif letak rendah
Gambaran klinis :3
- Nyeri kram abdominal bawah biasanya berkembang secara diam-diam dan
disertai gejala konstipasi.
- Distensi abdomen tampak lebih nyata dibandingkan dengan obstruksi usus
halus. Muntah-muntah ada gejala lanjut obstruksi usus besar dan terjadi bila
katup ileosekal inkompeten.
- Nyeri local dengan tanda-tanda peritonitis.
13

Gambaran Radiologi :3
- Pada foto polos abdomen terlihat usus besar akan berdilatasi di perifer.
- Lengkungan usus halus yang berdilatasi terlihat pada keadaan katup ileosekal
yang inkompeten.
- Distensi sekum > 8 cm.
- Gambaran air fluid level sedikit.
- Tidak ada gambaran udara di rektum jika obstruksi sudah berlangsung lama.

G. Penanganan
Penanganan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati
kausa atau penyakit primer, dan pemberian nutrisi yang adekuat. Untuk
dekompresi dilakukan pemasangan pipa NGT ( bila perlu pasang juga rectal
tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit, dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian
nutrisi parenteral. Obat yang dapat dipakai adalah metoclopramide bermanfaat
untuk gastro paresis, sisaprid bermanfaaat untuk ileus paralitik pasca operasi, dan
klonidin untuk ileus paralitik karena obat-obatan.1

H. Prognosis
Ileus paralitik prognosisnya baik bila penyakit primernya dapat diatasi.1

Dapus
1.
2. Djumhana A. Ileus Paralitik. Sub bagian gastroentero-hepatologi,
bagian ilmu penyakit dalam, fakultas kedokteran UNPAD. Bandung.
2011.
3. Soetikno Ristaniah. Radiologi emergensi. PT. Refika Aditama.
Bandung. 2013
4. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Salemba
Medika. Jakarta. 2009.
14

5. Cagir Burt. Postoperative Ileus. Medscape. 2015. Tersedia dari :


http://emedicine.medscape.com/article/2242141-overview#a7
6. Rindy Alpriyando. Diagnosis dan Penatalaksanaan Ileus Paralitik.
Referat. 2013.
7. Murti Sekar Lukitoningrat Indra. Evaluasi foto BOF posisi AP
dan posisi LLD dalam mendeteksi ileus serta udara bebas intra
abdominal di instalasi rawat darurat RSU dr. Soetomo Surabaya.
Universitas Airlangga. Surabaya. 2014
15

BAB III
Pembahasan

3.1Diskusi
Pasien Laki-laki usia 42 tahun, mengeluhkan sulit kencing sejak empat tahun
sebelum masuk rumah sakit. Setiap kali kencing keluar hanya sedikit-sedikit, kadang-
kadang hanya menetes, sehingga harus mengedan untuk kencing, juga nyeri saat
kencing atau mengedan di perut bagian bawah. Tidak ada darah, tapi terkadang
menetes cairan putih seperti nanah. Keluhan ini kadang disertai demam. Keadaan ini
sesuai dengan manifestasi klinis dari adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah,
yaitu kesulitan buang air kecil, sampai adanya retensi urin, serta nyeri pada daerah
saluran kemih. Pasien telah berobat sejak tahun 2014 sebagai pasien rawat jalan
karena keluhan tersebut, sempat dirawat dua hari di rumah sakit karena kencing tidak
keluar, pasien dipasangi kateter urin pada kantung kecing selama empat bulan.
Keluhan demam yang menyertai gejala ini selama hampir empat tahun dapat
menunjukan kemungkinan faktor penyebab adalah adanya infeksi saluran kemih yang
telah berlangsung lama. Penyebab tersering obstruksi saluran kemih bawah dalam hal
ini striktur uretra adalah faktor infeksi dan trauma. Ini didukung juga oleh faktor
resiko yang dimiliki pasien yaitu kebiasaan minum yang jelek, serta pekerjaan yang
cenderung rentan infeksi.

Pemeriksaan Radiologis dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjang


striktur, serta derajat penyempitan dari lumen uretra. Dilakukan pemeriksaan foto
polos Pelvis AP dan foto uretrosistografi. Pada foto polos Pelvis AP tidak didapatkan
kelainan radiologis, dimana tulang-tulang dan jaringan lunak sekitar saluran kemih
baik sehingga kemungkinan adanya tanda trauma sebelumnya atau adanya obstruksi
akibat abnormalitas jaringan sekitar uretra dapat dikesampingkan. Foto
uretrosistografi diperoleh gambaran kontras mengisi uretra pars anterior, pars
posterior dan sampai ke vesica urinaria. Tampak penyempitan pada uretra pars
posterior. Mukosa reguler, tidak tampak additional shadow dan ekstravasasi kontras.
Gambaran ini menunjukkan suatu striktur uretra di bagian posterior. Derajat striktur
16

uretra berdasarkan kriteria Jorden (1987) dengan hasil urethrosistografi adalah


derajat 2.

Sebagai tindak lanjut, pasien diberikan Terapi antibiotik ciprofloxacin 3 x 500


mg, dan anti nyeri asam mefenamat 3 x 500 mg. Selanjutnya direncanakan untuk
dilakukan penanganan operatif.

3.2Kesimpulan

Telah dilaporkan sebuah kasus pasien atas nama Tn. Amirudin umur 42 tahun
dengan diagnosa akhir striktur uretra pars posterior. Pasien masuk dengan keluhan
susah kencing, dan nyeri saat kencing sejak empat tahun sebelum masuk rumah sakit.
Gejala kadang disertai tanda infeksi, serta pasien memiliki faktor resiko terjadinya
obstruksi saluran kencing karena infeksi. Pasien menjalani pemeriksaan radiologi foto
pelvis AP, USG dan foto urethrosistografi. Dari hasil pemeriksaan foto pelvis dan
USG normal, sedangkan foto urethrosistografi didapatkan kesan adanya striktur
uretra. pasien diberikan Terapi antibiotik dan anti nyeri selanjutnya direncanakan
untuk dilakukan penanganan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Striktur Uretra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi kedua.


Malang : Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2003
17

2. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua.


Badan penerbit FKUI. Jakarta. 2007
3. A.A. Ngr. Agung Wistara Widya, A.A. Gde Oka, DIAGNOSIS DAN
PENANGANAN STRIKTUR URETRA Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar
4. Vilanova J. C, Antonio L, Pablo R, Learning Genitourinary and Pelvic
Imaging. www.urologyhealth.com
5. Daryanto B, Purnomo Basuki, Seputra P. pedoman diagnosis dan terapi smf
urologi laboratorium ilmu bedah. Malang : Penerbit RSU Dr. Saiful Anwar
fakultas kedokteran Universitas Brawijaya ; 2010
6. Broghammer JA, uretral stricture in male, www.emedicine.medscape.com.
7. Ahidjo A. Abdulkadir. Evaluation of radiographyc pattern of Male Uretral
Strictures in Nigeria: A preliminary Report of a Proposed new Scoring System
for Developing Country. Iranian Journal of Radiology. Koswar Corp. 2010.
8. Dr. Yuranga Weerakkody and Radswiki et. Al. Uretral Stricture.
www.Radiopedia.org
9. Sutton D, Young J. A Concise Textbook of Clinical Imaging, 7th edition,
Mosby. 2006
10. Patel P. Lectures Notes Radiologi. Erlangga. Jakarta 2007
11. Shrestha GK, Chehetri RK, et al. Management of Uretral Strictures and their
Outcome. Nepal Med Coll. Vol 11. 2009
12. Adnan M, Diktat Radiologi Jilid IV, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar. Makassar. 1987

Anda mungkin juga menyukai