BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS HASANUDDIN JUNI 2015
STRIKTUR URETRA
Oleh :
Pembimbing :
dr. Melky R. Jonas
Supervisor :
Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing
Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K) dr. Melky Jonas
Mengetahui,
Ketua Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Daftar Isi
BAB I
Laporan Kasus
2
kantung kecing selama empat bulan. Setelah dilepas kateter, pasien kemudian dirujuk
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Riwayat Kebiasaan : Pasien memiliki kebiasaan minum air yang kurang baik (jarang
minum). Riwayat minum alkohol disangkal.
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaaran : Compos mentis GCS E4 V5 M6
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg
Nadi 94x/menit
Temperatur 36,8 oC
Pernapasan 21 x/menit
Mata : konjungtiva anemis -/-
Kulit : Tidak tampak ikterik dan sianosis
Kepala : rambut hitam, tidak mudah tercabut
Telinga : simetris, otore (-), tidak ada kelainan anatomi
Mulut : bibir tampak lembab, sianosis (-), pucat (+), mukosa mulut
lembab, papil lidah atrofi (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Cor
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 reguler, tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Auskultasi : suara napas vesikular superior dan medial
Inspeksi : pengembangan dada saat statis dan dinamis simetris,
penggunaan otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : taktil fremitus D=S
Abdomen
Inspeksi : cembung, tidak terlihat pelebaran vena
Auskultasi : bising usus (+)
4
HCT 47 37,0-48,0 %
pH 8,0 4,5-8,0
Epitel 48 lpb
(a)
6
(b) (c)
Gambar 1. (a) Foto Pelvis AP kesan normal, (b) dan (c) Foto Urethrocystography,
tampak striktur uretra pada pars posterior
BAB II
Tinjauan Pustaka
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik. 1,2 Ileus dapat dibagi menjadi dua yaitu
ileus fungsional dan ileus mekanik. Ileus fungsional merupakan keadaan dimana usus
kehilangan kemampuannya untuk peristalsis pada ileus obstruksi terdapat struktur
fisik yang menyebabkan obstruksi.3
Ileus fungsional dapat dibagi menjadi ileus local (sentinel loop) dan ileus
generalisata (ileus paralitik). Sedangkan ileus obstruktif dibedakan menjadi ileus
obstruksi letak tinggi dan ileus obstruksi letak rendah. Hal ini dibedakan dari letak
obstruksi apakah di distal atau proksimal dari valvula ileosekal.3
B. Faring
Organ ini adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Pada faring terdapat tonsil yang adalah kumpulan kelenjar limfe
yang mengandung banyak limfosit sehingga menjadi pertahanan agar kuman
tidak masuk ke dalam tubuh.
C. Esophagus
Organ yang menghubungkan faring dengan gaster. Panjang esophagus
sekitar 25 cm. esophagus terdapat di posterior trakea dan di anterior dari
vertebra. Setelah melalui kavum thorax menembus diafragma dan menuju ke
gaster.
D. Gaster
8
2. Kolon Ascendens
Terletak di region dextra abdomen. Kolon ini ini memanjang keatas hingga
ke bawah hepar dan pada ujungnya membentuk lengkungan ke kolon
transversum yang disebut flexura hepatica. Panjang kolon ini kira-kira 13 cm.
3. Kolon Transversum
Kolon ini terletak memanjang di bawah hepar dan gaster. Disebelah
kanannya terdapat flexura hepatica dan di kirinya ada flexura lienalis.
Panjangnya sekitar 38 cm.
4. Kolon Descendens
Kolon ini ada di flexura lienalis dan akan bermuara ke kolon sigmoid.
Panjangnya sekitar 25 cm.
5. Kolon Sigmoid
Kolon ini berbentuk huruf S dan bagian bawahnya berhubungan
dengan rektum.
6. Rektum
Rektum adalah organ yang menghubungkan kolon dengan anus.
7. Anus
Anus adalah saluran pencernaan makanan paling akhir. Letaknya di
abdomen bagian tengah di dasar pelvis setelah rektum. Ada 3 sfingter yang
terdapat pada otot anus yaitu sfingter ani internus dan eksternus serta sfingter
levator ani.
2. Ileus Paralitikus
A. Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus tidak mampu
melakukan kontraksi 9nteric9c9i. Ileus paralitik ini merupakan akibat dari
berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga
perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos
usus. Gerakan 9nteric9c9i merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi yang diatur oleh neuron inhibitory dan neuron 9nteric9c9 dari
sistem enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan
dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik parasimpatik,
9nteric9c9ic9ter (9nteric9c9, kolinergik, 9nteric9c9ic, dopaminergik), 9nteric
intestinal, dan keseimbangan elektrolit.2
B. Etiologi
10
C. Patofisiologi
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari ileus paralitik antara lain :3
1. Kembung
2. Nyeri perot
3. Mual dan muntah
4. Konstipasi
5. Bising usus menurun atau menghilang
6. Suara timpani pada perkusi abdomen.
11
E. Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi berupa BNO 3 posisi dan
foto polos thorax.
1. BNO 3 posisi
BNO adalah foto polos abdomen tanpa menggunakan media kontras. Organ-
organ yang dapat diperiksa oleh abdomen meliputi hepar, lien, ginjal,
pancreas, intestine, dan os vertebra. Foto BNO 3 posisi yaitu foto BNO yang
diambil dalam 3 posisi : 7
a. Posisi supine
Pasien tidur telentang dengan sinar datang dari arah vertical dengan proyeksi
AP.
b. Posisi erect
Pasien duduk atau berdiri dengan sinar horizontal dan proyeksi AP.
c. Posisi Left Lateral Decubitus (LLD)
Pasien tidur dengan posisi miring ke kiri dan sinar datang dari arah horizontal
dan proyeksi AP.
Hal-hal yang dapat dinilai pada foto BNO 3 posisi antara lain :
Posisi Supine :
1) Dinding abdomen, lemak praperitoneal kanan dan kiri baik atau menghilang.
2) Garis psoas kanan dan kiri : baik, menghilang atau tampak pelembungan.
3) Gambaran udara usus : normal, pelebaran lambung/ usus halus/ kolon,
penyebaran dari usus-usus yang melebar, keadaan dinding usus, jarak antara 2
dinding usus yang berdampingan.
4) Gambaran cairan di luar usus atau massa tumor.
Posisi LLD :
1) Gambaran udara dan cairan di dalam maupun diluar usus, misalnya abses.
2) Gambaran udara bebas antara hati atau pelvis dengan dinding abdomen.
3) Gambaran cairan di pelvis atau abdomen bawah.
Pada foto polos abdomen dapat dibedakan antara usus halus dengan usus
besar dengan melihat valvulla conniventes dan haustra.3
4. Gambaran udara di rektum atau kolon sigmoid tetap ada karena bersifat
fungsional.
F. Diagnosa Banding
Ileus obstruktif letak rendah
Gambaran klinis :3
- Nyeri kram abdominal bawah biasanya berkembang secara diam-diam dan
disertai gejala konstipasi.
- Distensi abdomen tampak lebih nyata dibandingkan dengan obstruksi usus
halus. Muntah-muntah ada gejala lanjut obstruksi usus besar dan terjadi bila
katup ileosekal inkompeten.
- Nyeri local dengan tanda-tanda peritonitis.
13
Gambaran Radiologi :3
- Pada foto polos abdomen terlihat usus besar akan berdilatasi di perifer.
- Lengkungan usus halus yang berdilatasi terlihat pada keadaan katup ileosekal
yang inkompeten.
- Distensi sekum > 8 cm.
- Gambaran air fluid level sedikit.
- Tidak ada gambaran udara di rektum jika obstruksi sudah berlangsung lama.
G. Penanganan
Penanganan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati
kausa atau penyakit primer, dan pemberian nutrisi yang adekuat. Untuk
dekompresi dilakukan pemasangan pipa NGT ( bila perlu pasang juga rectal
tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit, dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian
nutrisi parenteral. Obat yang dapat dipakai adalah metoclopramide bermanfaat
untuk gastro paresis, sisaprid bermanfaaat untuk ileus paralitik pasca operasi, dan
klonidin untuk ileus paralitik karena obat-obatan.1
H. Prognosis
Ileus paralitik prognosisnya baik bila penyakit primernya dapat diatasi.1
Dapus
1.
2. Djumhana A. Ileus Paralitik. Sub bagian gastroentero-hepatologi,
bagian ilmu penyakit dalam, fakultas kedokteran UNPAD. Bandung.
2011.
3. Soetikno Ristaniah. Radiologi emergensi. PT. Refika Aditama.
Bandung. 2013
4. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Salemba
Medika. Jakarta. 2009.
14
BAB III
Pembahasan
3.1Diskusi
Pasien Laki-laki usia 42 tahun, mengeluhkan sulit kencing sejak empat tahun
sebelum masuk rumah sakit. Setiap kali kencing keluar hanya sedikit-sedikit, kadang-
kadang hanya menetes, sehingga harus mengedan untuk kencing, juga nyeri saat
kencing atau mengedan di perut bagian bawah. Tidak ada darah, tapi terkadang
menetes cairan putih seperti nanah. Keluhan ini kadang disertai demam. Keadaan ini
sesuai dengan manifestasi klinis dari adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah,
yaitu kesulitan buang air kecil, sampai adanya retensi urin, serta nyeri pada daerah
saluran kemih. Pasien telah berobat sejak tahun 2014 sebagai pasien rawat jalan
karena keluhan tersebut, sempat dirawat dua hari di rumah sakit karena kencing tidak
keluar, pasien dipasangi kateter urin pada kantung kecing selama empat bulan.
Keluhan demam yang menyertai gejala ini selama hampir empat tahun dapat
menunjukan kemungkinan faktor penyebab adalah adanya infeksi saluran kemih yang
telah berlangsung lama. Penyebab tersering obstruksi saluran kemih bawah dalam hal
ini striktur uretra adalah faktor infeksi dan trauma. Ini didukung juga oleh faktor
resiko yang dimiliki pasien yaitu kebiasaan minum yang jelek, serta pekerjaan yang
cenderung rentan infeksi.
3.2Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus pasien atas nama Tn. Amirudin umur 42 tahun
dengan diagnosa akhir striktur uretra pars posterior. Pasien masuk dengan keluhan
susah kencing, dan nyeri saat kencing sejak empat tahun sebelum masuk rumah sakit.
Gejala kadang disertai tanda infeksi, serta pasien memiliki faktor resiko terjadinya
obstruksi saluran kencing karena infeksi. Pasien menjalani pemeriksaan radiologi foto
pelvis AP, USG dan foto urethrosistografi. Dari hasil pemeriksaan foto pelvis dan
USG normal, sedangkan foto urethrosistografi didapatkan kesan adanya striktur
uretra. pasien diberikan Terapi antibiotik dan anti nyeri selanjutnya direncanakan
untuk dilakukan penanganan operatif.
DAFTAR PUSTAKA