Secara etimologi, kata nusantara tersusun dari dua kata, nusa dan antara. Kata
nusa dalam bahasa Sansekerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan dalam bahasa
latin, kata nusa berasal dari kata nesos yang dapat berarti semenanjungan, bahkan suatu
bangsa.
Kata kedua yaitu antara memiliki padanan dalam bahasa latin , in dan terra dan berrarti
antara atau dalam suatu kelompok. Antara juga mempunyai makna yang sama dengan
kata inter dalam bahasa inggris yang berrati antar dan relasi. Sedangkan dalam bahasa
sanskerta , kata antara dapat di artikan sebagai laut, seberang, atau luar . bisa ditafsirkan
bahwa kata antara mempunyai makna anata (antara), relasi, seberang, atau laut. Dari
penjabaran di atas, penggabungan kata nusa dan antara menjadi kata nusantara dapat di
artikan sebagai kepulauan yang dipisahkan oleh laut atau bangsa-bangsa yang pisahkan
oleh laut.
Perkataan nusantara pertama kali ketahui dari bunyi sumpah palapa dari patih gajah mada
yang di ucapakn dalam upacara pengangkatan menjadi patih di kerajaan majapahit tahun
1336 M, tertulis di dalam kitab pararton (kitab raja-raja ).Bunyi sumpah tersebut sebagai
berikan.
Sira Gajah Mada pepatih Amangkubami tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada:
Lamu huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kala ring Gurun, ring Seran,
Pengertian yang dimaksud belumlah menjawab apa itu Wawasan Nusantara secara tuntas.
Diibaratkan diri kita masing-masing, kita memiliki wawasan diri yang dapat diartikan
sebagai cara pandang diri kita terhadap diri beserta lingkungan tempat tinggal kita
sendiri. Sebagai wawasan diri maka kita harus memandang diri kita itu sebagai apa?
Selanjutnya untuk diri bangsa Indonesia, bahwa kita memiliki Wawasan Nusantara. Lalu
kita memandang diri bangsa Indonesia beserta nusantara sebagai lingkungannya itu
sebagai apa? Jawaban akan hal itu adalah hakikat dari Wawasan Nusantara.
a. Kebulatan wilayah nasional, termasuk satu kesatuan bangsa, satu tujuan dan tekad
perjuangan, dan satu kesatuan hukum,
b. Satu kesatuan sosial budaya,
c. Satu kesatuan ekonomi, dan
d. Satu kesatuan hankam.
Wawasan Landasan
Nusantara Visional
Landasan
Konsepsional
Dokumen Rencana Pembangunan
Landasan
Operasional
Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan latar belakang akan lahirnya konsepsi Wawasan
Nusantara.
1. Aspek historis,
2. Aspek geografis dan sosial budaya, dan
3. Aspek geopolitics dan kepentingan nasional.
Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa lain terutama di benua Asia dan Afrika sama-sama
pernah mengalami masa penjajahan bangsa Barat. Bangsa Barat yang pernah menjajah
Indonesia adalah Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda. Selanjutnya dalam kurun
waktu menjelang kemerdekaan, bangsa Indonesia pernah mengalami penjajahan Jepang.
Tidak kurang dari 350 tahun kita hidup dalam jaman penjajahan. Kehidupan sebagai
bangsa yang terjajah adalah penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan, dan kebodohan.
Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri bangsa Indonesia. Politik pecah
belah penjajah terhadap bangsa Indonesia dikenal dengan politik Devide et Impera.
Dengan adanya politik pecah belah ini, orang-orang Indonesia justru melawan bangsanya
sendiri. Dalam setiap perjuangan melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi juga ada
pengkhianat bangsa. Demikianlah bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah bangsa yang
terjajah dan dipecah belah oleh bangsa lain.
Secara historis, wilayah Indonesia adalah wilayah bekas jajahan Belanda atau eks
Hindia Belanda. Wilayah Hindia Belanda yang berbentuk kepulauan merupakan wilayah
yang terpisahkan oleh laut bebas. Bukti bahwa wilayah Hindia Belanda adalah terpisah-
pisah dan bukan merupakan satu kesatuan adalah digunakannya ketentuan bahwa laut
teritorial Hindia Belanda adalah selebar 3 mil, berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie tahun 1939 disingkat Ordonansi 1939. Dengan adanya Ordonansi
1939 maka laut atau perairan yang berada lebih dari 3 mil dari wilayah Indonesia adalah
di luar wilayah teritorial. Perairan itu menjadi lautan bebas dan berlaku sebagai perairan
internasional. Peta wilayah Republik Indonesia berdasar Ordonansi 1939 tersebut dapat
dilihat pada peta 566.
Sebagai bangsa yang berjajah dan terpecah-pecah serta memiliki wilayah yang
terpisah-pisah merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Keadaan tersebut tidak
mendukung upaya kita mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dan untuk
menuju bangsa yang adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD
1945. Berdasar keadaan historis demikian maka bangsa Indonesia berupaya
mengembangkan konsepsi tentang visi bangsa yaitu sebagai bangsa yang bersatu serta
dalam wilayah yang utuh. Konsepsi tersebut dalam kurun waktu berikutnya terumuskan
dalam Wawasan Nusantara.
Untuk bisa keluar dari keadaan bangsa terjajah dan terpecah, kita membutuhkan
semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan melahirkan visi sebagai bangsa yang
bersatu. Tumbuhnya semangat kebangsaan (nasionalisme) menjadi ideologi bagi
perjuangan bangsa Indonesia yang bertitik puncak pada proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia 17 Agustus 1945. Munculnya semangat kebangsaan Indonesia ditandai dengan
era Kebangkitan Nasional, yaitu kemunculan berbagai organisasi perjuangan. Penegasan
akan semangat kebangsaan itu ditandai dengan adanya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
a. Jaman Perintis 1908, yaitu dengan kemunculan Pergerakan Nasional Budi Utomo.
b. Jaman penegas 1928, yaitu dengan ikrar Sumpah Pemuda.
c. Jaman pendobrak 1945, yaitu dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Upaya untuk menjadikan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh tidak lagi
terpisah adalah dengan mengganti Territoriale Zae en Maritieme Kringen Ordonantie
tahun 1939. Pada saat kita medeka tahun 1945, wilayah Indonesia masih dalam keadaan
terpisah-terpisah karena masih berlakunya Ordonansi 1939. Baru setelah 12 tahun
kemudian, yaitu 1957 terjadi perubahan pada wilayah teritorial Indonesia.
Isi pokok deklarasi Djuanda menyatakan bahwa laut teritorial Indonesia adalah
sebesar 12 mil, tidak lagi 3 mil berdasar teori point to point. Berdasar Deklarasi Juanda
ini, menetapkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Deklarasi Juanda dinyatakan
sebagai pengganti Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939 dengan
tujuan:
a. Perwujudan bentuk wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
bulat.
b. Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas negara
kepulauan, dan
c. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Keatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Djuanda dilakukan dalam UU No. 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia, isinya antara lain :
Gambar 6.3 Peta Wilayah Republik Indonesia berdasarkan Deklarasi Djuanda 1957
Pada tahun 1969 negara Indonesia mengeluarkan deklarasi tentang landas kontinen
Indonesia. Deklarasi itu berintikan :
a. Lebar ZEE 200 mil diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia
b. Hak berdaulat untuk menguasai kekayaan sumber alam di ZEEI.
c. Lautan di ZEEI tetap merupakan lautan bebas untuk pelayaran Internasional.
ZEEI diterima oleh hampir seluruh peserta konferensi Hukum Laut Internasional di
Jamaika tahun 1982 dan dikukuhkan oleh Pemerintah RI dengan UU No.5 Tahun 1983 :
Posisi Indonesia yang demikian ini sering dinyatakan memiliki posisi yang strategis.
Seccara positif, dapat dijadikan modal memperkuat bangsa menuju cita-cita. Secara
negative dapat mudah menimbulkan perpecahan, serta infiltrasi pihak luar. Peluang ke
arah gerak sentrifugal (memecah) perlu ditanggulangi, sedangkan peluang gerak
sentripetal (menyatu) perlu diupayakan secara terus-menerus. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan konsepsi Wawasan Nusantara.
Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempo sedikit: Apakah yang
dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?
Menurut Renan (Ernest Renan, pemikir orientalis Perancis-Ed.), syarat bangsa ialah
kehendak akan bersatu. Perlu orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau
bersatu. Ernest Renan menyebut syarat bangsa: le desir detre ensemble, yaitu
Kalau kita lihat definisi orang lain yaitu definisi Otto Bauer (pemikir dan teoritikus
Partai Sosial Demokrat Austria-Ed.) di dalam bukunya, Die Nationalitatenfrage,
di situ ditanyakan: Was ist eine Nation? Dan dijawabnya ialah: Eine Nation ist eine
aus Schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft (bangsa adalah
satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib-Ed.). Inilah menurut
Otto Bauer satu natie. Tetapi kemarin pun, tatkala kalau tidak salah Prof.
Soepomo mensitir Ernest Renan, maka anggota yang terhormat Mr.Yamin berkata:
Verouderd! Sudah tua! Memang Tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah
verouderd, sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab tatkala Ernest Renan
mengadakan definisinya itu, tatkala Otto Bauer mengadakan definisinya itu, tatkala
itu belum timbul satu wetenschap baru, satu ilmu baru, yang dinamakan geo-politik.
Kemarin, kalau tidak salah, Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Tuan
Moenandar, mengatakan tentang persatuan antara orang dan tempat. Persatuan
antara orang dan tempat, Tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan
tempatnya!
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi
yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar melihat
orangnya. Mereka hanya memikirkan Gemeinschaft-nya (persamaan atau
persatuannya, dalam bahasa Jerman-Ed.) dan perasaan orangnya, lame et le desir
(jiwa dan kehendaknya, dalam bahasa Perancis-Ed.) Mereka hanya mengingat
karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia
itu. Apakah tempat itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu
kesatuan. Allah s.w.t membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat
peta dunia, kita dapat menunjukkan di mana kesatuan-kesatuan di situ. Seorang
anak kecil pun jikalau ia melihat peta dunia ia dapat menunjukkan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu
kesatuan gerombolan pulau-pulau di antara 2 lautan yang besar, Lautan Pasifik dan
Lautan Hindia, dan di antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai satu kesatuan pula. Itu
ditaruhkan oleh Allah SWT demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athena saja,
bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athena plus Macedonia plus daeraha
Yunani yang lain-lain segenap kepulauan Yunani adalah satu kesatuan. Maka
manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita? Menurut
geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat bukan Jawa
saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja,
atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah SWT menjadi
suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera itulah tanah air kita!
(Sekretariat Negara, 1998)
Berdasarkan uraian pidato tersebut, bahwa geopolitik bangsa Indonesia adalah satu
kesatuan wilayah dari Sabang sampai Marauke yang terletak antara dua samudra dan dua
benua. Kesatuan antara bangsa Indonesia dengan wilayah tanah air itulah yang
membentuk semangat dan wawasan kebangsaan, yaitu sebagai bangsa yang bersatu.
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan
wilayah ini senantiasa satu dan utuh, kepentingan nasional itu merupakan turunan dari
cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional. Cita-cita nasional nassional
Indonesia sebagainmana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 Alenia II adalah untuk
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Sedangkan tjuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945
Alenia IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Visi nasional Indonesia Masa Depan adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang religious, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri,
serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
2. Teori-Teori Geopolitik
a. Teori geopolitik Frederich Ratzel
Frederich Ratzel (1844-1904) berpendapat, Negara itu seperti organisme yang hidup.
Negara identik dengan ruang yang ditempati oleh sekelompoki masyarakat (bangsa).
Pertumbuhan Negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang
hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Makin luas ruang
hidup maka Negara akan semakin bertahan, kuat dan maju. Oleh kerena itu, jika
Negara ingin tetap hidup dan berkembang butuh ekspansi (perluasan wilayah sebagai
ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis.
f. Teori Geopolitik Guilio Duuhet, William Mitchel, Saversky dan JFC Fuller
Guilio Duuhet (1869-1930) dan William Mitchel (1878-1939) mempunyai pendapat
lain dibandingkan dengan para pendahuluannya, dimana ia lebih melihat kekuaatan
dirgantara sangat berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh.
Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa membangun armada atau angkatan uadar
lebih menguntungkan sebab angkatan udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa
dibantu oleh angkatan lainnya. Disamping itu, angakatan udara dapat menghancurkan
musuh dikandangnya sendiri atau digaris belakang medan peperangan. Berdasarkan
hal ini, munculnya konsepsi Wawasan Dirganatara atau konsep kekuatan diudara.
Tidak ada keinginan bangsa Indonesia untuk memperluas wilayah sebagai ruang
hidupnya. Jadi bangsa Indonesia tidak mengembangkan paham ekspansionisme
sebagaimana teori-teori geopolitik Ratzel, Kejlen , dan Houshpfer.
Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah
Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut tercakup :
aceh, Papua, Riau, dan lainnya. Dengan mengajarkan bahwa gas di Aceh bukan hanya
milik penduduk Aceh, tetapi menjadi milik seluruh bangsa Indonesia yang dalam
kenyataan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat sebagai pemerintahnya seluruh
bangsa Indonesia. Jika dalam penguasaan oleh pemerintah pusat itu diadakan pengaturan,
agar daerah tempat sumber daya alam itu memperoleh bagian yang wajar dan adil dri
hasil pengolahannya sehingga dapat dimanfaatkan rakyat setempat untuk membangun
wilayahnya dalam berbagai aspek kehidupan, pasti tidak timbul ketidakpuasaan. Akan
tetapi, kenyataannyaz sejak pemerintahan presiden Soekarno dan Soeharto, pemerintah
pusat tampak mengabaikan pengaturan yang adil itu. Jangankan daerah luar Jawa, di
pulau Jawa pun begitu, titik berat pembangunan ada di Jakarta dan sekitarnya, dan
beberapa tempat lain yang disukai penguasa.
Oleh karena itu, interpretasi Wawasan Nusantara harus disertai catatan bahwa konsep
kesatuan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, dan hankam memerlukan harmoni anatara
kepentingan pusat dan daerah, serta antar daerah. Tanpa itu konsep kesatuan akan sukar
terwujud, kecuali bila dipaksakan melalui kekuatan. Akan tetapi, itu hanya merupakan
kesatuan yang semu dan mengandung kerawanan bagi eksistensi NKRI. Kata kunci yang
tepat adalah dengan keadilan, bukan dengan kekuatan.
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara adalah GBHN
1998, yaitu dalam Tap. MPR No. II/MPR/1998. Pada GBHN 1999 sebagaimana tertuang
dalam Tap MPR No. IV/MPR/ 1999 tidak lagi ditemukan rumusan mengenai Wawasan
Nusantara.
Adanya wilayah merupakan salah satu syarat berdirinya Negara. Konstitusi Negara
Indonesia merumuskan wilayah Negara dengan cara menjelaskan kondisi
kewilayahannya. Kondisi wilayah Indonesia digambarkan sebagai wilayah yang
bercirikan nusantara. Perumusan wilayah Indonesia dalam pasal tersebut menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia mengakui pentingnya wilayah sebagai salah satu unsur Negara,
sekaligus ruang hidup bagi bangsa Indonesia yang telah menegara. Keetentuan ini juga
mengukuhkan kedaulatan wilayah wilayah NKRI di tengah potensi perubahan batas
geografis sebuah Negara akibat gerakan separatisme, sengketa perbatasan antar Negara,
dan pendudukan oleh Negara asing (MPR RI, 2012)
Undang-undang yang mengatur lebih lanjut ketentuan Pasal 25A UUD 1945 ini
antara lain UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara yang sebelumnya telah
berlaku juga UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang sampai sekarang
masih tetap berlaku.Dalam bagian konsiderans UU No. 43 Tahun 2008, dikatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang berciri nusantara
mempunyai kedaulatan atas wilayahnya, serta memiliki hak-hak berdaulat di luar wilayah
kedaulatannya dan kewenangan tertentu lainnya untuk dikelola dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia sebagaimana
diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Bahwa
pengaturan mengenai wilayah Negara meliputi wilayah daratan, perairan,
pedalaman,perairan kepulauan, laut territorial beserta dasar laut, dan tanah di bawahnya,
serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di
dalamnya.
b. Wilayah perairan
Wilayah perairan Indonesia meliputi laut territorial Indonesia, perairan kepulauan,
dan perairan pedalaman. Laut territorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua
belaas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia. Perairan
kepulauan Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis
pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan keedalaman atau jaraknya dari pantai.
Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari
garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia , termasuk di dalamnya semua bagian
dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup. Penentuan batas
perairan khususnya yang berbatasan dengan Negara tetangga dilakukan dengan
c. Wilayah udara
Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan
(perairan) negara itu. Seberapa jauh kedaulatan negara terhadap wilayah udara di
atasnya terdapat beberapa aliran, yaitu:
1) Teori udara bebas
a) Kebebasan ruang tanpa batas, ruang udara dapat digunakan oleh siapapun.
Negara tidak berhak dan berdaulat di ruang udara.
b) Kebebasan ruang terbatas, terbagi dua:
(1) Negara kolong berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihara
keamanan dan keselamatan.
(2) Negara kolong hanya berhak terhadap suatu wilayah tertentu.
a. Persoalan garis batas/wilayah Indonesia dengan negara lain, yaitu batas darat,
laut, dan udara. Persoalan penarikan garis batas dapat menimbulkan konflik
dengan negara lain oleh karena negara akan saling klaim mengenai wilayah.
Misalnya, Indonesia dengan Malaysia mengenai pulau Sipadan dan Ligitan,
dean kasus Ambalat. Indonesia dengan Austrilia mengenai pulau pulau kecil
di sekitar kepulauan Roti, Nusa Tenggara Timur.
b. Masuknya pihak luar ke dalam wilayah yuridiksi indonesia yang tidak
terkendali dan terawasi. Misalnya, masuknya nelayan asing ke wilayah
perairan Indonesia, kasus perompakan di laut, keluarnya nelayan Indonesia ke
wilayah tetangga, dan melintasnya pesawat perang negara lain di wilayah
udara Indonesia.
c. Adanya kerawanan-kerawanan di pulau-pulau terluar di Indonesia. Pulau-
pulay ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai daerah pencarian ikan secara
ilegal, tempat/ transit kejahatan lintas negara, daerah pendudukan asing,
keterbatasan komunikasi dan transportasi, serta rawan kemiskinan dan
ketidakadilan. Ada 12 pulau yang diidentifikasikan sebagi pulau terluar di
indonesia (Tempo, 2005), yaitu:
1) Pulau Rondo, ujung paling barat Indonesia berbatasan dengan
India dan Thailand.
2) Pulau sekatung, ujung utara berbatasan dengan Vietnam,
3) Pulau Nipah, berbatasan dengan Malaysia,
4) Pulau Berhala, berbatasan dengan Malaysia,
5) Pulau Marore, berbatasan dengan Filiphina,
6) Pulau Mingias, berbatasan dengan Filiphina,
7) Pulau Merampit, berbatasan dengan Filiphina,
8) Pulau Batek, berbatasan dengan Timor Leste,
9) Pulau Dana, berbatasan dengan Australia,
10) Pulau Fani, berbatasan dengan republik Palau, ujung utara Papua,
11) Pulau Fanildo, berbatasan dengan republik palau, dan
12) Pulau Bras, berbatasan dengan republik palau.
d. Sentimen kedaerahan yang suatu saat berkembang yang dapat melemahkan
pembangunan berwawasan nusantara. Misanya, suatu daerah tertutup bagi
Dengan demikian, daerah memiliki hak atau kewenangan untuk mengurus dan
mengatur daerahnya sendiri karena sudah diserahi wewenang dari pemerintah pusat.
Daerah memiliki hak otonomi atau otonomi daerah. Otonomi daerah diartinya sebagai
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, otonomi daerah dapat juga diartikan sebagai hak dan kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Yang dimaksud daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas daerah tertentu, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyrakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
Daerah otonom selanjutnya disebut dengan daerah.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahn Daerah, adalah daerah yang
bersifat otonom atau daerah otonom meliputi 3 daerah, yaitu :
a. Daerah provinsi,
b. Daerah kabupaten, dan
c. Daerah kota.
Selain asas desentralisasi, daerah otonom dalam hal ini daerah provinsi, menganut
pula asas dekonsentrasi. Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan adanya
pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan atau kepada instansi vertical diwilayah tertentu.
Setiap daerha dipimpin oleh kepala daerah sebagai kepala eksekutif yang dibantu oleh
seorang wakil kepala daerah. Kepala daerah provinsi adalah gubernur. Kepala daerah
kabupaten adalah bupati, sedangkan kepala daerah kota adalah walikota. Sedangkan
perangkat daerah otonom terdiri atas Sekretaris Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga
Teknis Daerah lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
a. Pendidikan,
b. Kesejahteraan,
c. Kesehatan,
d. Perumahan,
e. Pertanian, dan
f. Perdangangan, dan lain-lain.
Urusan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten atau kota banyak
sekali. Hal ini karena provinsi, kabupaten atau kota memiliki hak otonomi dari
`Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa
perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian ak dan kewenangan
kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan,
pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar
daerah dalam rangka menjada keutuhan NKRI.
Pada akhirnya, otonomi daerah tidak bertentangan dengan Visi Wawasan Nusantara.
Otonomi dan desentralisasi adalah cara atau strategi yang dipilih agar penyelenggaraan
NKRI ini dapat menciptakan pembangunan berkeadilan dan merata diseluruh wilayah
tanah air. Pengalaman penyelenggaraan bernegara yang dilakukan secara tersentralisai
justru banyak menimbulkan ketidakadilan di daerah. Keadilan adalah pasyarat bagi
terwujudnya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah sebagai hakikat dari wawasan
Nusantara.
kesatuan wilayah Indonesia dapat terjaga dan terpelihara apabila rakyat mendapat
keadilan dalam pembangunan yang dilaksanakan. Sebaliknya, kita tentu sulit merasa satu
bangsa dan satu wilayah apabila justru ketidakadilan pembangunan yang didapatkan.
Oleh karena itu, keberlangsungan Wawasan Nusantara harus diiringi dengan
Walaupun demikian, kebijakan otonomi daerah, yang telah berlangsung selama ini
harus mampu meminimalisir munculnya ekses-ekses yang justru dapat mencedarahi rasa
keadilan dan kebersamaan sebagai satu bangsa. Misalnya, kecenderungan tindak korupsi
yang mewabah hingga didaerah dan merebut sumber daya antar daerah.
DAFTAR PUSTAKA