Anda di halaman 1dari 102

GAMBARAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA

PENDERITA KANKER DALAM MASA KEMOTERAPI DI


RSU KABUPATEN TANGERANG

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
Syahdah Dinuriah
NIM :1111104000007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyartan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2016

Syahdah Dinuriah
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2016

Syahdah Dinuriah, NIM: 1111104000007

Description of Emotional Mental Disorders in Cancer Patients during


Chemotherapy in General Hospital of Tangerang District

xvii + 60 pages + 5 tables + 2 schemes + 6 attachments

ABSTRACT

Emotional Mental Disorders is a condition that indicates an individual


experiencing emotional changes that can develop into a pathological condition
that need to be anticipated so that mental health is maintained. According to
Health Research (2013), in Indonesia in the last 12 years an increase in the
prevalence of mental disorders emotional 11.6% in people aged> 15 years. Cancer
patients undergoing chemotherapy will experience psychological problems as the
effects of the cancer journey or the side effects of chemotherapy. The purpose of
this study was to determine the characteristics and emotional picture of mental
disorders in cancer patients during chemotherapy in RSU Tangerang Regency.
This study uses a quantitative descriptive design. The sampling method total
sampling with 53 cancer patients who are undergoing chemotherapy. Collecting
data using questionnaires SRQ-20. Analysis of the data used are univariate. The
results showed that 34 patients (64.2%) experiencing mental emotional disorder
with severe mental disorders as much as 39.7%. Suggested to health workers in
order to improve health promotion that community mental health is maintained.

Keyword: Mental Emotional Disorders, Cancer, Chemotherapy, SRQ-20

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2016

Syahdah Dinuriah, NIM: 1111104000007

Gambaran Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam


Masa Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang

xvii + 60 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 6 lampiran

ABSTRAK

Gangguan Mental Emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan


individu mengalami perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi
keadaan patologis sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa tetap
terjaga. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), di Indonesia dalam 12 tahun
terakhir terjadi kenaikan prevalensi gangguan mental emosional sebesar 11,6%
pada penduduk umur >15 tahun. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan
mengalami masalah psikologis sebagai efek perjalanan kanker atau efek samping
dari kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan
gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa
kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan kuantitatif
dengan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel total sampling dengan 53
penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner SRQ-20. Analisis data yang digunakan adalah univariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 34 pasien (64,2%) mengalami gangguan
mental emosional dengan gangguan mental berat sebanyak 39,7%. Disarankan
kepada petugas kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan agar kesehatan
jiwa masyarakat tetap terjaga.

Kata kunci: Gangguan Mental Emosional, Kanker, Kemoterapi, SRQ-20

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SYAHDAH DINURIAH

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Tarumanegara No. 81 RT. 05/09 Cireundeu


Ciputat, Tangerang Selatan

HP : 08568914799

E-mail : syahdahdinuriah@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/


Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : TK Islam Ruhama Ciputat (1997-1999)

SDN Pisangan III Ciputat (1999-2005)

MTs Manbaul Ulum Asshiddiqiyah II (2005-


2008)

SMA Manbaul Ulum Asshiddiqiyah II (2008-


2011)

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah


Jakarta (2011-sekarang)

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,


Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul Gambaran
Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa kemoterapi di
RSU Kabupaten Tangerang telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput
dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal
skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas
diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.Kep.An., selaku Dosen Pembimbing
kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saransaran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun
skripsi.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis
melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis.
7. Ayah (Drs.Amiruddin), ibu (Millati), kakakku (M.Anang Maulana) dan
adik-adikku (Annisa Nabila Zulfa dan M. Azmil Aryq) tersayang yang
selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan
motivasi yang sangat membantu.
8. Orang-orang tersayang (Irawan Dwi purnomo, Laila Muthoharoh, Indah
Dwi Pusparani, dan Listya Nurmalasari) yang telah banyak memberikan
motivasi, dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya


dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu
penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa
penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi
perbaikan di masa mendatang.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Jakarta , Januari 2016

Syahdah Dinuriah

x
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Lembar Pernyataan .......................................................................................... ii

Abstract ........................................................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Pernyataan Persetujuan ................................................................................... v

Lembar Pengesahan ........................................................................................ vi

Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... viii

Kata Pengantar ................................................................................................ ix

Daftar Isi .......................................................................................................... xi

Daftar Tabel .................................................................................................... xv

Daftar Bagan ................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker ................................................................................................. 12

1. Definisi Kanker ....................................................................... 12

2. Penatalaksanaan Kanker .......................................................... 14

3. Patofisiologi Penyakit ............................................................. 14

4. Penyebab Kanker ..................................................................... 15

B. Kemoterapi .......................................................................................... 18

1. Definisi Kemoterapi dan Macamnya ....................................... 15

C. Gangguan Mental Emosional .............................................................. 22

1. Definisi Gangguan Mental Emosional .................................... 22

2. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional ......................... 24

3. Gejala Gangguan Mental Emosional ....................................... 24

4. Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental Emosional ..... 27

5. Pengukuran Gangguan Mental Emosional .............................. 28

6. Stress ........................................................................................ 29

D. Kerangka Teori .................................................................................... 33

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI ILMIAH

A. Kerangka Konsep ................................................................................ 34

B. Definisi Operasional ............................................................................ 35

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................. 26

xii
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 26

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 26

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 28

E. Instrument Penelitian .......................................................................... 29

F. Teknik Pengolahan Data ..................................................................... 31

G. Metode Analisis Data .......................................................................... 32

H. Etika Penelitian ................................................................................... 33

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................................. 47

B. Karakteristik Umum Responden ......................................................... 48

C. Analisis Univariat ................................................................................ 49

1. Penyakit yang di Derita ........................................................... 49

2. Gangguan Mental Emosional .................................................. 50

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gangguan Mental Emosional .............................................................. 53

B. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional ..................................... 55

C. Gejala Gangguan Mental Emosional .................................................. 56

D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 57

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 58

B. Saran .................................................................................................... 58

xiii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 35

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden ..... 48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyakit yang Diderita .................................. 49

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Mental Emosional ........................ 50

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Gangguan Mental Emosional

Berdasarkan Gejala-Gejalanya ....................................................... 51

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 33

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 34

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil Olah SPSS

Lampiran 6. Hasi Olah Mc.Excel dan Mc.Word

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab

kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.

Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup,

urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak

menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker), Diabetes Mellitus,

Gangguan mental, Penyakit Jantung, dan lain-lain (Hendratmo, 2008).

Neoplasma (Kanker) adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan

abnormal sel-sel tubuh. Menurut Prajoko (2013) kanker merupakan penyebab

kematian utama di dunia, lebih kurang terdapat 7,9 juta kematian akibat

kanker selama 2007.

Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat karena

sering menyebabkan kematian. Prevalensi kanker di seluruh dunia terus

mengalami peningkatan, baik di negara-negara barat maupun di negara-negara

bagian Asia. Laporan kanker dunia memperkirakan angka kejadian kanker

akan meningkat menjadi 15 juta kasus baru di tahun 2020 (Ashton et al,

2009). Data Global action against cancer (2005) dari WHO (World Health

Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai

angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi

11,5 juta jiwa kematian.

1
2

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) Badan Litbangkes

Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin

Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Secara nasional prevalensi

penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar

1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta

memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1%.

Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker

terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang

cepat dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari

sel normal. Sel-sel tersebut mampu merusak bentuk dan fungsi organ tempat

sel tumbuh dan berkembang serta menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau

dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Dalimartha, 2004).

Menurut data Kemenkes RI (2015) di Indonesia terdapat lebih dari 30%

dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan

pola makan, yaitu: (1) Indeks massa tubuh tinggi, (2) Kurang konsumsi buah

dan sayur, (3) Kurang aktivitas fisik, (4) Penggunaan rokok, dan (5) Konsumsi

alkohol berlebihan. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang

menyebabkan terjadinya lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia dan

sekitar 70% kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.

Kanker yang menyebabkan infeksi virus seperti virus hepatitis

B/hepatitis C dan virus human papilloma berkontribusi terhadap 20%


3

kematian akibat kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih

dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap

tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.

Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012

menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya.

Di Indonesia, prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan

menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah sroke, tuberkulosis,

hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2007).

Menurut WHO (2009), kanker adalah istilah umum untuk satu

kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh,

yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ

lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama

kematian akibat kanker.

Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian global,

berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer

salah satu lembaga di bawah Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB). Penderita kanker dunia mencapai 12,7 juta orang pada tahun

2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 juta penderita (Napitupulu dalam

Melia, Putrayasa, Aziz, 2013)

Menurut Smeltzer dan Bare (dalam Tasripiyah, 2012) secara garis besar

penatalaksanaan kanker dibagi menjadi dua, terapi lokal (bedah konservatif,

mastektomi radikal yang dimodifikasi, mastektomi radikal dengan

rekonstruksi) dan terapi sistemik (kemoterapi, terapi hormonal, dan

penggantian sumsum tulang).


4

Penanganan terhadap kanker yang biasanya dilakukan adalah operasi,

radioterapi atau terapi radiasi, dan atau kemoterapi. Kemoterapi adalah

penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Di dalam penggunaan

modernnya, istilah kemoterapi hampir merujuk secara eksklusif kepada obat

sitostatik yang digunakan untuk mengobati kanker (Indrawati, 2009).

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an dan biasa diberikan

sebelum atau sesudah operasi. Efek samping dari kemoterapi timbul karena

obat-obatan kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel

kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah

dengan cepat, misalnya sel-sel rambut, sumsum tulang belakang, kulit, mulut

dan tenggorokan serta saluran pencernaan. Akibatnya adalah rambut rontok;

hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih berkurang; tubuh lemah; merasa

lelah, sesak napas; mudah mengalami perdarahan; mudah terinfeksi; kulit

membiru/menghitam, kering, serta gatal; mulut dan tenggorokan terasa kering

dan sulit menelan; sariawan; mual; muntah; nyeri pada perut; menurunkan

nafsu seks dan kesuburan karena perubahan hormon (Rahayu, 2009;

Rachmawati, 2009; dan Sukardja, 2000).

Pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi akan mengalami

masalah psikologis sebagai efek dari perjalanan kanker atau efek samping dari

kemoterapi yang dapat memperkecil peluang kesembuhan dan juga

mengakibatkan pasien tersebut ingin menghentikan pengobatan kemoterapi

(Yenny, 2012).

Oleh karena itu, kemoterapi dilakukan ketika pasien dalam kondisi

terbaik. Beberapa pasien menganggap efek samping kemoterapi yang sangat


5

melemahkan tersebut sebagai sesuatu yang lebih buruk daripada penyakit

kanker itu sendiri (Burish, dkk., 1987). Konsekuensi-konsekuensi yang

menyertai kemoterapi membuat sebagian besar pasien yang telah didiagnosis

menderita kanker diliputi rasa khawatir, cemas dan takut menghadapi

ancaman kematian dan rasa sakit saat menjalani terapi (Purba, 2006).

Kecemasan yang dimaksud dalam konteks ini adalah gangguan mental

emosional yang dimiliki oleh pasien.

Di Asia, dalam 12 tahun terakhir terjadi kenaikan prevalensi gangguan

mental emosional (mental disorder). Di Jepang, prevalensi gangguan mental

berat sebesar 1,5%, gangguan mental sedang 4,1%, dan gangguan mental

ringan 3,2%. Di Indonesia, prevalensi nasional gangguan mental emosional

pada penduduk umur >15 tahun adalah 11,6% (Riskesdas, 2013).

Menurut data dari Global Burden of diseases Study menunjukan

gangguan kesehatan jiwa khususnya depresi merupakan penyebab tertinggi

keempat (4,3%) dalam beban umum diantara seluruh penyakit (WHO, 2008).

Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang

mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat

berkembang menjadi keadaan patologis terus berlanjut sehingga perlu

dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain

gangguan mental emosional adalah distress psikologik atau distress emosional

(Idaiani, Suhardi, Antonius, 2009).

Gangguan mental emosional ditandai dengan perubahan dalam berpikir,

perilaku atau suasana hati (atau beberapa kombinasinya) terkait dengan

tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi selama jangka waktu


6

tertentu. Gejala gangguan mental bervariasi dari ringan sampai

parah,tergantung pada jenis gangguan mental, individu, keluarga dan

lingkungan sosio-ekonomi (Liza, 2012).

Setiap orang berpotensi mengalami gangguan mental emosional yang

salah satu faktor risikonya adalah penyakit fisik yang bersifat kronis. Pasien

dengan penyakit fisik yang serius mempunyai gangguan psikiatri sedikitnya

dua kali lipat dibanding populasi umum. Semua pasien rawat inap dan rawat

jalan di rumah sakit sebanyak 20-40% mengalami gangguan psikiatri.

Penyakit kanker, jantung dan penyakit kronis lainnya sering dianggap menjadi

masalah kesehatan masyarakat hanya untuk Negara-negara berpenghasilan

tinggi padahal sebetulnya tidak. Pada kenyataannya, hanya 20% dari kematian

penyakit kronis terjadi di negara berpenghasilan tinggi, sementara 80% terjadi

di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menjadi sebagian

besar keberadaan penduduk dunia (Giri, 2013).

Hasil penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Giri (2013) yang

menunjukan bahwa sekitar 3,5% penduduk Indonesia usia 15 tahun atau lebih

mengalami salah satu dari enam penyakit kronis, termasuk kanker. Risiko

gangguan mental emosional semakin tinggi bersamaan dengan semakin

banyak jumlah penyakit kronis yang diderita oleh responden. Responden yang

menderita satu penyakit kronis berisiko 2,6 kali lebih besar untuk mengalami

gangguan mental emosional, yang menderita dua penyakit kronis berisiko 4,6

kali, yang menderita tiga penyakit kronis atau lebih berisiko 11 kali. Risiko

gangguan mental emosional lebih besar pada mereka yang mempunyai riwayat

keluarga dengan gangguan jiwa, jenis kelamin perempuan, perokok dan


7

peminum alcohol, pendidikan rendah, tidak bekerja, janda/duda yang cerai

mati atau cerai hidup, dan kelompok usia tua atau diatas 55 tahun.

Beberapa riset lainnya juga menyimpulkan bahwa pada orang

tua/dewasa yang berhadapan dengan penyakit-penyakit yang mengancam

kehidupan dan kondisi kesehatan kronis ternyata ditemukan pengalaman-

pengalaman kecemasan (anxiety), depresi (depression), dan kesulitan-

kesulitan emosional lainnya. Berdasarkan hasil riset ini, wanita-wanita yang

terdiagnosis memiliki penyakit kanker menghadapi banyak keputusan-

keputusan yang sulit. Distress psikologis semakin potensial dan aktual jika

bersinggungan langsung dengan faktor lain seperti bagaimana cara

memberikan penjelasan terhadap anggota keluarga terutama anak di bawah

usia 21 tahun. Ada kecenderungan wanita-wanita tersebut terkesan

menghindari anak-anak dan menyembunyikan kecemasan-kecemasan. Situasi

seperti ini hanya akan mengarah pada pola komunikasi yang menjadi semakin

tidak berarti (Barnes et al., dalam Fathur, 2002).

Hasil studi penelitian di RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal 25

Desember 2014 dimana peneliti melakukan observasi dan wawancara pada

beberapa pasien yang mengidap penyakit kanker dan sedang menjalankan

kemoterapi, diperoleh data bahwa 7 dari 10 pasien belum bisa menerima

penyakit yang dideritanya. Dari hasil wawancara didapat bahwa alasan pasien

belum bisa menerima yaitu takut akan kematian, tidak punya biaya untuk

berobat, dan satu orang lainnya mengatakan belum percaya bahwa dirinya

mengidap penyakit tersebut. Pasien yang seperti ini kemungkinan akan


8

berdampak besar pada gangguan mental emosionalnya, seperti depresi,

ansietas dan sebagainya.

Sesuai latar belakang dan studi penelitian tersebut, peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Gambaran Gangguan Mental

Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa Kemoterapi di RSU

Kabupaten Tangerang.

B. Rumusan Masalah

Penyakit kanker termasuk salah satu penyakit kronis, yakni penyakit

yang mematikan yang sulit disembuhkan. Penderita kanker berisiko tinggi

mengalami gangguan mental emosional yang terdiri dari ansietas, depresi,

gangguan kognitif dan somatik. Pada pasien-pasien kanker mereka memiliki

level distres tinggi akibat dari diagnosis dan proses perawatan kanker

(kemoterapi).

Pada penderita kanker memang tidak dapat dipahami secara pendekatan

skema-kognitif semata, tetapi persoalannya menjadi semakin kompleks

manakala sistem medis mengabaikan potensi dan reaksi emosional pasien.

Tiadanya kepedulian pada realitas emosi pasien berarti tidak menghiraukan

bukti-bukti yang semakin menumpuk yang menunjukan bahwa keadaan emosi

dapat memainkan peran yang amat berarti dalam mengatasi kekhawatiran

terhadap penyakit dalam arah menuju kesembuhan. Berdasarkan uraian diatas

penulis membuat rumusan masalah Bagaimana gambaran gangguan mental

emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten

Tangerang ?
9

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti membuat beberapa

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker

dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang ?

2. Bagaimanakah karakteristik penderita kanker dalam masa kemoterapi di

RSU Kabupaten Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran gangguan mental emosional pada penderita

kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik penderita kanker dalam masa

kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

b. Diketahui adanya gangguan mental emosional pada penderita

kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten

Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


10

1. Bagi pasien

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

status mental emosional diri pasien, sehingga diharapkan pasien dapat

mencegah terjadinya resiko gangguan jiwa yang lebih berat.

2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai

gambaran kejadian gangguan mental emosional pada pasien kanker

dalam masa kemoterapidi RSU Kabupaten Tangerang.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi keperawatan jiwa

yangberguna dalam mengkaji status mental emosional pada pasien

kanker dalam masa kemoterapi.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan metode desain penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian berupakuesioner SRQ (Self Reported questionnaire) yang berisi 20

pertanyaan. Penelitian ini merupakan penelitian terkait gambaran kejadian

gangguan mental emosional pada pasien kanker. Hal yang membedakan

penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel yang diteliti.

Penelitian sebelumnya meneliti berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar


11

(Riskesdas) 2007, dengan prevalensi gangguan mental emosional penduduk

Indonesia yang berusia >15 tahun. Populasi penelitian ini adalah pasien

kanker dalam masa kemoterapi pada tahun 2015 di RSU Kabupaten

Tangerang. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal

diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk

klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengakibatkan sinyal

mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. (Brunner &

Suddarth, 2002)

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit

yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang

digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker adalah

pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas

normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan

menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis (WHO, 2009).

Kanker dalam bahasa Yunani disebut sebagai Carcinos yang

kemudian dalam bahasa Inggris disebut Cancer dan dalam bahasa Belanda

menjadi kanker dan akhirnya diakui sebagai bahasa Indonesia Kanker

yaitu suatu neoplasma yang bersifat ganas dan merupakan tumbuhnya

jaringan kecil-kecil yang dapat menjadi besar dan tidak terkendali

(Saputra, Maat, & Soedoko, 2000).

12
13

Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu

istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa

kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya.

Awalnya kanker tidak menimbulkan keluhan karena hanya

melibatkan beberapa sel. Bila sel kanker bertambah, maka keadaan

bergantung kepada orang yang terkena. Misalnya, pada usus berongga

besar, tumor harus mencapai ukuran besar sebelum memicu keluhan. Pada

taraf stadium lanjut sel kanker menyebar sampai ke organ vital seperti otak

atau paru lalu mengambil nutrisi yang dibutuhkan oleh organ tersebut,

akibatnya organ itu rusak dan mati (Familiys Doctor, 2006).

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan

neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak

bersifat kanker (Price et al., 2006). Kanker secara harfiah berarti

pertumbuhan baru. Suatu neoplasma, sesuai definisi Wills, adalah

massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak

terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus

demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah

berhenti (Kumar et al., 2007).

Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah

neoplasma. Semua istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai

pembengkakan atau gumpalan, dan kadang-kadang istilah tumor sejati

dipakai untuk membedakan neoplasma dengan gumpalan lainnya.

Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya ada yang jinak, ada

pula yang ganas (Price et al., 2006).


14

2. Penatalaksanaan Kanker

Abdul Muthalib (2006) mengatakan bahwa modalitas pengobatan

kanker secara umum terbagi dua, yaitu: terapi lokal berupa pembedahan,

radiasi dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah

kemoterapi dengan obat sitotoksik, terapi hormonal dan terapi biologi.

Selain itu ada juga terapi bantuan yaitu terapi untuk membantu tubuh tetap

dapat mempertahankan kekuatannya, seperti: nutrisi, transfusi darah,

fisioterapi dan psikoterapi. Terapi sekunder digunakan untuk mengatasi

penyakit-penyakit yang menyertai (Sukardja, 2000).

3. Patofisiologi Penyakit

Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan

kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak

berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi

abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan

menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara

menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.

Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut

terutama dalam inti sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel

yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel

ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008).

Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4

fase, yaitu:

a. Fase induksi: 15-30 tahun


15

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai

dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.

b. Fase insitu: 5-10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi pre cancerous yang bisa

ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan

akhirnya juga di payudara.

c. Fase invasi: 1-5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran

sel jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa.

d. Fase desiminasi: 1-5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain.

4. Penyebab Kanker

Ada empat faktor utama penyebab kanker seperti lingkungan,

makanan, biologis, dan psikologis. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

keempat faktor penyebab kanker tersebut, yaitu:

a) Lingkungan

Penyinaran yang berlebihan

Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan

kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau radiasi

dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia (Familys Doctor,

2006).

Merokok

Menurut Yayat Sutratmo (2008), rokok juga bertanggung jawab

90% dari semua kasus kanker paru-paru yang menjadi penyebab

utama kematian baik wanita ataupun pria.


16

Polusi Udara

Menurut Chen Zichou (2010), seorang ahli Institut Penelitian

Kanker mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker

di China disebabkan polusi udara, lingkungan, dan kondisi air yang

kian hari kian memburuk.

Makanan

Para ilmuwan mendapatkan bahwa makanan yang mengandung zat

kimia tertentu adalah sumber kanker. Makanan tersebut adalah

daging yang mengandung hormone sex buatan (DES or

Diethylstilbestrol), bahan pemanis buatan seperti biang gula dan

saccharin, nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, dan

bahan pewarna buatan, yang umumnya dipakai dalam produk

daging, yang telah diproses dan juga banyak dalam produk

makanan kaleng, zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman,

kosmetik, maupun obat obatan, zat radioaktif yang sekarang ini

terdapat hampir di seluruh bulatan bumi sebagai akibat dari

percobaan bom atom serta peledakan bom, yang masuk dalam

tubuh manusia melalui makanan, khususnya susu, kebanyakan

makan garam, dan makanan yang sudah menjadi busuk/ tengik

(Yayat Sutratmo, 2008).

b) Biologi

Virus

Hormon

Faktor Genetik
17

c) Psikologis

Kepribadian

Orang dengan tipe kepribadian tertutup termasuk tipe yang mudah

terkena stress. Akibatnya mereka akan memiliki resiko tinggi untuk

terkena penyakit kanker dan jantung (Namora, 2009).

Stres

Salah satu sebab menurunnya kekebalan tubuh (immunitas) adalah

adanya stres dan kondisi stres ini akan melemahkan respon

imunitas. Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah

masuknya sel-sel kanker menyerang tubuh, karena kemampuan sel

tersebut untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi

secara baik (Namora, 2009).

B. Kemoterapi

1. Definisi Kemoterapi dan Macamnya

Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan

menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat

proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker

dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel

kanker atau menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara

sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005).

Kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal

penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam

perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau


18

disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih

besar (Admin, 2009).

Tindakan kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan

obat anti-kanker (sitostatika) dan hormon terapi dilakukan untuk mengubah

lingkungan hidup kanker sehingga pertumbuhan sel-selnya terganggu dan

akhirnya mati sendiri (Kurnia, 2008). Luwia (2003) mengatakan bahwa

kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker untuk

membunuh sel-sel kanker yang diberikan pada pasien.

Menurut Danielle Gale, (2000), Kemoterapi adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan penggunaan tiga puluh jenis lebih obat yang

berbeda. Akan tetapi, setiap agen neoplastik atau obat kemoterapi mempunyai

kerja dan efek samping yang berbeda. Obat-obat ini diklasifikasikan dalam

beberapa cara yang dapat membantu kita dalam mempelajari kerja mereka dan

efek samping yang umum.

Menurut Bustan (2007), kemoterapi dapat berupa obat makan, obat

infus atau yang lainnya. Obat kemoterapi digunakan baik digunakan baik pada

tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat dilakukan pembedahan).

Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah

satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang

diaktifasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel

kanker saja. Menurut Danielle Gale, (2000) ada enam klasifikasi umum obat

kemoterapi yaitu:
19

a. Agen pengkelat

Agen-agen pengkelat telah diakui efektif dalam pengobatan limfoma,

penyakit Hodgkin, kanker payudara, dan myeloma multiple. Efek samping

utama dari jenis ini meliputi supresi sumsum tulang, mual, muntah, dan

disfungsi gonad.

Efek samping kronis dari agen penkelat ini adalah berkembangnya

malignasi sekunder seperti kanker kandung kemih atau leukemia. Agen

pengekat umum adalah carmustine, (BCNU), lomustine (CCNU),

streptozocin, dan semustine (methyl-CCNU).

b. Antimetabolik membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA

dan RNA.

Agen umum meliputi cytarabine (ARA-C), Floxuridine (FUDR), 5-

fluorourasil (5-FU), hidroxyurea (hydrea), 6-mercaptopurine (6-MP),

methotrexate (Mexate), dan 6-thioguanine. Jenis tumor yang diobati oleh

antimetabolik meliputi; tumor kepala dan leher, kanker payudara, kanker

kolon. Efek samping yang paling umum adalah supresi sumsum tulang,

dan diare.

c. Antibiotik anti tumor adalah obat siklus sel non-spesifik yang bekerja

dengan beberapa mekanisme yang berbeda untuk memproduksi efek

sitotosik. Efek samping meliputi supresi sumsum tulang, mual dan

muntah.

d. Tanaman alkaloid adalah agen siklus sel spesifik yang bekerja dengan

kristalisasi mikrotubular mitotic kumparan protein selama metaphase

dimana mitosis berhenti yang menyebabkan sel mati.


20

e. Agen lain adalah agen yang mekanisme kerjanya berbeda dari kelas-kelas

umum. Jenisnya meliputi L-asparaginase (Elpar), mitoxantrone

(Novantrone), procarbazine (Matulane), Navelvine dan mitotane

(Lysodren).

f. Agen Hormonal bekerja pada tumor yang tergantung pada lingkungan

hormonal spesifik untuk bertumbuh.

2. Tujuan, Manfaat, dan Efek Samping Kemoterapi

a. Tujuan dari kemoterapi ialah:

Pengobatan

Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi

Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup

Mengurangi komplikasi akibat metastase

b. Manfaat dari kemoterapi ialah:

Pengobatan

Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu

jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.

Kontrol

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan

kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.

Mengurangi gejala

Bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka

kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang

timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi


21

perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada daerah

yang diserang.

c. Efek samping yang biasanya timbul pada pasien kemoterapi adalah:

Mual, muntah, tidak nafsu makan

Diare

Sariawan (stomatitis)

Rambut rontok (alopecia)

Hiperpigmentasi kulit

Penurunan jumlah sel darah putih (leukosit)

3. Stadium berdasarkan TNM

Sistem ini pertama kali dikenalkan oleh seorang sarjana Perancis

Piere de Noix, kemudian dipergunakan dan disempurnakan oleh UICC

(Union Internatinale Contre le Cancere) dan sejak 1958 sistem ini

dipergunakan secara luas di berbagai belahan dunia (AJCC, 2002).

Gambar 3.1 Stadium Karsinoma


22

Kategori T = Tumor Primer

o Tx = Syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi

o T is = Tumor in situ

o T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer

o T1 = Tumor dengan f maksimal < 2cm

o T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm

o T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm

o T4 = Tumor invasi keluar organ

Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar regional

o Nx = Nodus limfe regional tidak dapat dinilai

o N0 = Nodul regional negative

o N1 = Nodul regional positif, mobile (belum ada perlekatan)

o N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan

o N3 = Nodul jukstregional atau bilateral

Kategori M = Metastase organ jauh

o Mx = Metastasis jauh tidak dapat dinilai

o M0 = Tidak ada metastase organ jauh

o M1 = Ada metastase organ jauh

C. Gangguan Mental Emosional

1. Definisi Gangguan Mental Emosional

Gangguan mental emosional menurut Dictionary reference adalah

bagian dari gangguan jiwa yang bukan disebabkan oleh kelainan organik

otak dan lebih didominasi oleh gangguan emosi (Disturbace of emotions).

Gangguan mental emosional merupakan perubahan mood dan afek yang


23

dihubungkan kepada pikiran-pikiran spesifik atau kondisi fisik yang sesuai

dengan yang seiring dengan mood dan afek (Kaplan, 2005).

Setiap orang pernah mengalami perubahan dalam hidupnya dimana

perubahan tersebut menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam

mengatasi masalahnya. Perubahan tersebut bisa menjadi kondisi yang

mengancam individu (Siswoyo dalam Suyoko, 2012). Kaplan dan

Saddock (2005) menjelaskan bahwa apabila individu tidak mampu

menemukan penyelesaian terhadap situasi yang mengancamnya maka

individu tersebut mengalami gangguan mental emosional (Suyoko, 2012).

Gangguan mental didefinisikan sebagai ketidakseimbangan jiwa yang

mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang

dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Gangguan mental

emosional ditandai dengan perubahan dalam berpikir, perilaku atau

suasana hati terkait dengan tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi

selama jangka waktu tertentu (Suyoko, 2012).

Gangguan mental emosional dapat berupa gejala depresi, gangguan

psikosomatik, dan ansietas. Tanda-tanda gejala depresi, psikosomatik dan

ansietas menurut ICD-10 (International Classification of Disease Tenth

Edition) dalam WHO, yaitu:

- Perasaan depresif

- Hilangnya minat dan semangat

- Mudah lelah dan tenaga hilang

- Konsentrasi menurun

- Harga diri menurun


24

- Perasaan bersalah

- Pesimistis terhadap masa depan

- Gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri

- Gangguan tidur

- Menurunnya libido

2. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional

a. Gangguan Mental Ringan

Gangguan mental ringan adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya

kerusakan pada anggota tubuh, misal otak, sentral saraf, atau hilangnya

berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk

menjalankan tugasnya (Zakiyah Daradjat, 2012)

b. Gangguan Mental Berat

Gangguan mental berat disebabkan oleh gangguan jiwa yang telah

berlarut larut tanpa ada solusi (penyelesaian) secara wajar. Atau

diakibatkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh,

akibat dari suasana lingkungan yang sangat menekan (tidak bersahabat),

ketegangan batin, dan sebagainya (Zakiyah Daradjat, 2012 ).

3. Gejala Gangguan Mental Emosional

Gejala adalah tanda-tanda yang mendahului suatu problem, atau sesuatu

yang dapat diamati sebelum timbulnya suatu problem, atau keadaan

yang menjadi yang menjadi tanda-tanda akan timbulnya

atau berjangkitnya sesuatu. Berikut gejala gangguan mental menurut

Zakiyah Daradjat (2012):


25

a. Reaksi psikis ditandai oleh unsur kecemasan, yang tidak sadar

diekspresikan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri

(defence of mechanism). Sering kali merasa dirinya itu normal,

bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang

lain.

b. Relasinya dengan dunia luar sedikit sekali, walaupun orang

yang bersangkutan masih memiliki insight/wawasan yang baik.

Seperti kesulitan menyesuaikan diri dengan wajar,

c. Timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung, misalnya:

takut mati, takut kalau jadi gila, dan ketakutan-ketakutan lain

yang tidak rasional, dan tidak bisa dimasukkan dalam kategori

fobia. Dengan gejala emosi tidak stabil, suka marah-marah,

sering dihinggapi perasaan depresi, sering dalam keadaan

excited (gelisah sekali), sering berfantasi, dihinggapi ilusi,

delusi, dan rasa dikejar-kejar, sering merasa mual-mual dan

muntah, badannya merasa sangat letih, sesak nafas, banyak

berkeringat, bergemetaran, tekanan detak jantung meningkat dan

sering menderita diare, dan lain sebagainya.

d. Penderita selalu diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri yang

berpindah-pindah pada setiap bagian badannya, khususnya pada

bagian punggung, dan kepala yang disertai oleh rasa pusing,

sehingga penderita menjadi malas dan segan melakukan

aktivitas atau segan melakukan sesuatu (kehilangan semangat

atau gairah hidup)


26

e. Biasanya diikuti oleh gerakan motorik pada inteleknya lemah.

Seperticepat merasa suntuk, malas berfikir, dan lambat dalam

mengambil keputusan.

f. Sering mengalami depresi emosional yang biasanya disertai

dengan menangis atau suka menangis.

g. Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu makan,

seks, menderita insomnia dan muncul gangguan-gangguan pada

pencernaan.

h. Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan dalam

berkonsentrasi, mudah dipengaruhi, cepat bingung, semangat

sensitive dan sikapnya selalu antagonistic (selalu bertentangan)

dan cenderung negatif.

Manifestasi secara psikis antara lain: khawatir secara berlebihan,

gelisah tidak menentu, takut berlebihan dan tidak tentram. Manifestasi

secara fisik dapat berupa nafas pendek, nyeri perut, tangan bergetar,

diare/konstipasi, penglihatan kabur, otot terasa tegang (Sumiati, 2009).

Menurut hasil Riskesdas (2013) gejala gangguan mental emosional

lebih mengarah kepada gangguan neurosis, yaitu :

a. Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010),

depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia

yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala

penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu


27

makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa

putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

b. Ansietas

Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya (Stuart, 2007). Sumber lain mengatakan bahwa

kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk

hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005).

Kecemasan ditandai dengan perasaan tegang, lesu, cepat merasa

lelah, susah tidur, sukar berkonsentrasi, dan daya ingat yang

mengalami penurunan.

c. Penurunan Energi

Penurunan energi ditandai dengan tidak bergairahnya seseorang

dalam menjalani hidup, merasa mudah lelah, dan sulit untuk

berfikir.

d. Kognitif

Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya adalah

pengertian atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi

secara internaldi dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia

sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).

e. Somatik
28

Gejala somatik ditandai dengan pasien merasa lemah,

ketegangan otot, sensasi panas-dingin, keringet buntat, serta

tangan bergemetar.

4. Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental Emosional

Pada Teori Stimulus Respon oleh Dollard dan Miller (Supratik, 1993),

disebutkan bahwa sebuah perilaku yang merupakan respon dari adanya

suatu stimulus, muncul karena dipengaruhi oleh adanya dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor Internal dalam hal ini bisa disebut juga dengan stimulus

internal. Pada teori stimulus respon faktor internal atau stimulus internal

ini bisa bersifat sebagai dorongan. Seperti kanker itu sendiri, badan yang

semakin kurus dan lemas, serta adanya rasa nyeri akibat reaksi sel kanker

yang mulai berkembang.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang muncul adalah adanya stimulus yang berasal dari

luar diripenderita yang menyebabkan dirinya membentuk suatu respon.

Seperti adanya penyampaian diagnosa dokter dan ada tidaknya dukungan

bersifat sosial.

5. Pengukuran Gangguan Mental Emosional

Gangguan mental dapat diukur dengan menggunakan Self Reporting

Quistionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan, sehingga dikenal

sebagai SRQ-20 dan telah direkomendasikan oleh WHO. (WHO, 1994).

Kuesioner SRQ-20 biasa digunakan untuk skrining masalah kesehatan

jiwa di masyarakat dan memiliki pilihan jawaban ya atau tidak dengan


29

maksud mempermudah masyarakat untuk menjawabnya (Riskesdas,

2013).

Pengukuran gangguan mental emosional sendiri menggunakan SRQ-

20 terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala yang lebih

mengarah kepada gangguan neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir

nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17, gejala cemas pada butir nomor 3, 4, 5,

gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19, gejala kognitif pada butir

nomor 8, 12, 13, serta gejala penurunan energi pada butir 8,11, 12, 13, 18,

20. Masing-masing dari 20 butir pertanyaan skor 0 atau 1. Skor 1

menyatakan bahwa gejala-gejala itu ada dalam sebulan terakhir, skor 0

menyatakan gejala tersebut tidak ada. Responden dinyatakan mengalami

suatu gangguan psikiatri apabila total jawaban ya di atas nilai batas

pisah yang ditetapkan. Di dalam Riskesdas ditetapkan cut off point sebagai

nilai batas pisah, artinya responden yang menjawab ya lebih besar atau

minimal 6 butir pertanyaan akan dianggap mengalami gangguan mental

emosional atau distress yang memiliki potensi adanya gangguan jiwa

apabila diperiksa lebih lanjut oleh psikiater (Riskesdas, 2013).

6. Stress

a. Definisi Stres dan Jenis Stres

Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh

terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and

Health, Rice (1992) mendefinisikan stres dengan tiga pengertian yang

berbeda, yaitu:
30

1) Stres mengarah pada tiap kejadian atau stimulus lingkungan yang

menyebabkan seseorang merasa tertekan atau dibangkitkan. Dalam

hal ini, stres berasal dari eksternal seorang individu. Kondisi yang

dapat menimbulkan stres disebut stressor.

2) Stres mengarah pada respon subjektif. Dalam hal ini, stres

merupakan bagian internal dari mental, termasuk di dalamnya

adalah emosi, pertahanan diri, interpretasi dan proses coping yang

terdapat dalam diri seseorang.

3) Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi ataupun

menghilangkan gangguan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan setiap tekanan atau ketegangan yang dirasakan

membahayakan kesejahteraan fisikdan psikologis seseorang (Marbun,

2011).

Selye menggolongkan stres menjadi dua golongan berdasarkan atas

persepsi individu terhadap stres yang dialami yaitu distress (stres

negatif) dan eustress (stres positif) (Rice, 1992). Eustress merupakan

respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif

(bersifat membangun) yang dapat menyebabkan tubuh mempunyai

kemampuan untuk beradaptasi, dan meningkatkan produktivitas

seseorang sedangkan distress merupakan hasil dari respon terhadap

stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak)

yang dapat menyebabkan sesorang menjadi sakit (Quick et al., 1990).


31

b. Definisi Stressor dan Jenis Stressor

Stressor adalah suatu kejadian, keadaan atau pun sebuah pikiran

yang mengganggu keseimbangan/penyebab timbulnya stres. Stressor

dapat berasal dari luar (kerugian, kematian, jatuh sakit, dan sebagainya)

atau dari dalam individu itusendiri (Maramis, 2006).

Berdasarkan penyebabnya, stressor dibagi menjadi 3 kategori yaitu

fisik, psikologis, dan sosial. Stressor fisik adalah stressor yang berasal

dari luar individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan,

zat kimia, trauma,dan latihan fisik yang terpaksa. Sedangkan pada

stressor psikologis, sumber stress berasal dari tekanan dari dalam diri

individu yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa

bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa

kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. Stressor social adalah

stressor yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari, seperti

kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun,

perceraian, masalah keuangan, dan lain lain. (Nasution, 2007).

Menurut Girdano (2005), terdapat tiga jenis sumber stres yaitu

faktor psikososial, bioekologikal, dan personal:

1. Stres psikososial (Psychosocial Stress)

Stres psikososial ialah stres yang disebabkan oleh tekanan dari segi

hubungan dengan kondisi sosial di sekitar. Hal hal yang dapat

menimbulkan stres secara psikososial ialah perubahan dalam hidup

misalnya berada dilingkungan baru, diskriminasi, terjerat kasus

hukum, atau karena kondisi ekonomi.


32

2. Stres bioekologikal (Bioecological Stress)

Stres bioekologikal terdiri atas dua sumber stres yaitu:

a) Ecological stress ialah stres yang disebabkan oleh kondisi

lingkungan.

b) Biological stress ialah stres yang disebabkan oleh kondisi fisik

tubuh.

3. Stres kepribadian (Personality Stress) Stres kepribadian ialah stres

yang disebabkan oleh permasalahan yang dialami dalam diri sendiri.

c. Pengertian stres psikososial

Direktorat Kesehatan Jiwa mendefinisikan stres psikososial

sebagai perubahan dalam kehidupan. Setiap permasalahan kehidupan

yang menimpa diri seorang disebut stressor psikososial. Pemicu stres

psikososial adalah peristiwa peristiwa sosial atau psikologis yang

membuat seseorang menjadi tertekan seperti pekerjaan, hubungan

sosial, situasi keuangan, keluarga, kelainan psikologis (depresi,

kegelisahan, dan lain - lain), rendahnya rasa percaya diri, masalah

dilingkungan tempat tinggal, dan keterlibatan dalam hukum (Hyman,

2006)
33

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Frankley, Christine (2014), Riskesdas (2013)

PASIEN KANKER

Perubahan Fisiologis Perubahan Psikologis


(Darmodjo, 2006) (Gunarsa, 2009)
1. Anatomik 1. Agresi
2. Gangguan penyakit 2. Marah
3. Gangguan psikososial 3. Kesepian
4. Ketergantungan
5. Kekecewaan
6. Kekacauan

Gangguan mental emosional


(Riskesdas, 2013)
1. Ansietas
2. Depresi
3. Somatik
4. Kognitif
5. Penurunan Energi
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi pusat masalah adalah gangguan

mental emosional yang diidentifikasi pada pasien kanker dalam masa

kemoterapi. Dengan mengarah kepada gejala-gejala yang dapat

menyebabkan gangguan mental emosional, seperti: Ansietas, Depresi,

Kognitif, Somatik dan Penurunan energi. Kerangka konseptual akan

dituangkan dalam bagan berikut.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gangguan Mental Emosional

1. Gejala Ansietas
Pasien Kanker dalam
2. Gejala Depresi
masa Kemoterapi
3. Gejala Kognitif

4. Gajela Somatik

5. Gejala Penuruan Energi

Variabel-variabel tersebut merupakan tanda-tanda gangguan mental

emosional dan dapat terjadi pada penderita kanker yang sedang menjalani

kemoterapi. Hal ini perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga

perawat bisa mengetahui gambaran gangguan mental emosional serta

gejala-gejala pada penderita kanker dalam masa kemoterapi.

34
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1. Gangguan mental Suatu keadaan yang Kuesioner Pengisia n kuesioner 1. Gangguan mental Nominal
emosional mengindikasikan individu Self Reporting emosional
mengalami perubahan emosional Questionnaire 2. Tidak gangguan
(SRQ) yang terdiri mental emosional
dari 20 pertanyaan. (WHO, 1994)
Total score
menggunakan cut off
point minimal 6.
Variabel Independen
2. Usia Lamanya waktu hidup responden Kuesioner Responden mengisi 1. Dewasa awal 26 Rasio
yang terhitung sejak lahir sampai kuesioner 35 tahun
dengan ulang tahun terakhir 2. Dewasa akhir 36
45 tahun
3. Lansia awal 46 55
tahun
(Depkes RI, 2009)

35
NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
3. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang Kuesioner Responden mengisi 1. Laki-laki Nominal
ditentukan secara biologis dan kuesioner 2. Perempuasn
anatomis yang dinyatakan dengan
jenis kelamin laki-laki dan
perempuan
4. Pendidikan Lamanya sekolah atau tingkatan Kuesioner Responden mengisi 1. Tidak sekolah Ordinal
sekolah yang telah diikuti oleh kuesioner 2. SD
responden 3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
5. Jenis kanker Jenis kanker yang diderita Kuesioner Responden mengisi Diagnosis penyakit Nominal
berdasarkan hasil diagnosis lembar kuisioner kanker:
penyakit pasien kanker dengan 1. Kanker kepala dan
kemoterapi leher
2. Kanker payudara
3. Kanker
Gastrointestinal
4. Kanker ginekologi
5. Kanker hematologi
6. Kanker paru-paru

36
NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
(The Clatter Bridge
Cancer Centre, 2012)
6. Derajat keganasan Tingkat keganasan kanker yang Kuesioner Responden mengisi Derajat keganasan Interval
dialami pasien kanker dengan lembar kuesioner kanker:
kemoterapi berdasarkan stadium 1. Stadium I
kanker sistim TNM 2. Stadium II
3. Stadium III
4. Stadium IV
(American Joint
Committee on Cancer
(AJCC), 2009)

7. Banyaknya Banyaknya kemoterapi yang sudah Kuesioner Responden mengisi 1. Siklus 1 Interval
Kemoterapi yang dilakukan penderita kanker selama lembar kuesioner 2. Siklus 2
sudah dilalui masa penyakitnya 3. Siklus 3
4. Siklus 4
(Yeung, 2009)

37
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya

tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan

terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa

banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif

(Morton, 2008). Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh

informasi tentang gambaran gangguan mental emosional pada penderita

kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kabupaten Tangerang, tepatnya di

Paviliun Dahlia, Soka, Mawar, dan Kemo. Peneliti memilih RSU

Kabupaten Tangerang sebagai tempat penelitian dengan alasan bahwa

belum pernah dilakukan sebelumnya penelitian mengenai gangguan

mental emosional pada pasien kanker di RSU Kabupaten Tangerang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang menpunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

38
39

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita

kanker dalam masa kemoterapi yang dirawat di Ruang Rawat Inap

Dewasa (Paviliun Dahlia, Soka, Mawar, dan Kemo) RSU Kabupaten

Tangerang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan sampling tertentu

untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampling jenuh, yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada

anggota populasi untuk menjadi sampel dengan inklusi yang

ditentukan (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah

pasien yang mengidap penyakit kanker dan dalam masa pengobatan

kemoterapi di ruang rawat inap dewasa (Paviliun Dahlia, Soka,

Mawar, dan Kemo) RSU Kabupaten Tangerang. Agar sampel yang

digunakan match, peneliti menentukan kriteria inklusi:

a. Pasien yang mengidap penyakit kanker yang sedang menjalani

kemoterapi

b. Kemoterapi yang dilakukan sudah lebih dari 1x

c. Pasien mampu membaca dan menulis

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian, seperti halnya hambatan etis, menolak menjadi responden


40

atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan

penelitian (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Pasien kemoterapi dengan penyakit kronis lain (jantung, TBC,

DM, hipertensi, stroke)

b. Pasien yang sudah terdiagnosis gangguan jiwa

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota

populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Jadi,

penelitian didasarkan pada total sampling dengan jumlah populasi =

jumlah sampel. Alasan menggunakan total sampling ini adalah agar

hasil penelitian lebih reprepentatif, sehingga penelitian lebih objektif.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan

dua cara, yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana pengumpulan

data dilakukan dengan metode angket atau kuesioner yang dibagikan

kepada responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan (Morton,

2008). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

SRQ-20.
41

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti

mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada

Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan RSU Kabupaten

Tangerang.

3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Direktur

RSU Kabupaten Tangerang, peneliti mengajukan permohonan ijin

penelitian ke Instalasi Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang.

4. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

RSU Kabupaten Tangerang, peneliti diberikan surat pengantar

penelitian oleh Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan dan

Kepala Instalasi Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang untuk

diajukan ke masing-masing Kepala Ruangan Rawat Inap Dewasa

RSU Kabupaten Tangerang.

5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria

inklusi, peneliti melakukan informed consent terhadap calon

responden. Jika bersedia menjadi responden, mereka dapat

membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

6. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner

dan responden diberikan kesempatan bertanya apabila ada

pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.


42

7. Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada responden dan

mempersilahkan untuk menjawab sesuai petunjuk selama kurang

lebih 30 menit.

8. Responden harus menjawab seluruh pertanyaan pada lembar

kuesioner, setelah selesai lembar kuesioner dikembalikan kepada

peneliti.

9. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah menggunakan SPSS

16.0 dan kemudian dianalisa oleh peneliti.

E. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah (Saryono, 2011). Jenis instrument yang digunakan pada penilitian

ini adalah berupa kuesioner. Kuesioner dipilih dengan pertimbangan

jumlah responden yang besar dan jenis penelitian berupa kuesioner untuk

mengukur gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker di

RSUD Tangerang . Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jumlah dan alternatif jawaban

maupun responnya sudah ditentukan (Widoyoko, 2012).

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti melakukan

adopsi dari Sri Idaiani et al. (2009) dalam penelitian Departemen

Kesehatan berupa kuesioner SRQ (Self Reporting questionnaire) yang

berisi 20 pertanyaan dan sudah mendapatkan izin dari Riskesdas. Peneliti


43

menambahkan data demografi yang berisi tentang inisial responden, umur,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat, penyakit yang diderita, dan

lama penyakit. Sedangkan SRQ-20 adalah kuesioner yang dikembangkan

oleh WHO untuk skrining gangguan psikiatri dan keperluan penelitian

yang telah dilakukan di berbagai Negara. SRQ-20 memiliki jawaban ya

atau tidak dengan maksud mempermudah responden untuk

menjawabnya. Pengukuran Gangguan Mental Emosional sendiri

menggunakan SRQ-20 terdiri dari pertanyaan pertanyaan mengenai

gejala yang lebih mengarah kepada gangguan neurosis. Gejala depresi

terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17; gejala cemas pada butir

nomor 3, 4, 5; gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19; gajala kognitif

pada butir nomor 8, 12, 13; gejala penurunan energy pada butir 8, 11, 12,

13, 18, 20. Ke 20 pertanyaan tersebut mempunyai jawaban ya atau

tidak dengan menggunakan sistem cut off point / nilai batas pisah 6 yang

kemudian digunakan pada Riskesdas 2007. Cut off point tersebut diartikan

jika responden menjawab >6 jawaban ya dari pertanyaan yang diajukan

maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental

emosional.

Instrument SRQ-20 yang diadopsi telah dialihbahasakan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan di dalam

penelitian Sri Idaiani et al., (2009) yang berjudul Analisis Gejala

Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. Dalam penelitian ini

uji validitas didapatkan sesuai penelitian uji validitas yang telah dilakukan

oleh Hartono, peneliti pada Badan Litbang Depkes tahun 1995. Pada
44

penelitian tersebut sensitivitas SRQ 88% dan spesifisitas 81%, nilai ramal

positif 60% serta nilai ramal negative 92%.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual atau elektronik

(dengan komputer). Untuk menentukan pengolahan data yang baik,

jawabannya tergantung pada seberapa besar ukuran datanya. Jika ukuran

data yang dikumpulkan sedikit, dapat dilakukan metode pengolahan data

manual. Namun pada umumnya untuk mengolah data penelitian digunakan

metode pengolahan data elektronik (Supranto, 2008). Effendy (2007)

menjelaskan bahwa proses pengolahan data dibagi menjadi enam tahap,

yaitu:

1. Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana

semula seperti apa yang diinginkan. Menurut Hasan (2006) editing

adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,

tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat

pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata

menjadi angka. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau idetitas pada

suatu informasi atau data yang akan dianalisi (Hasan, 2006).

Contoh pengkodean, pada jenis kelamin laki-laki diberikan kode 1

dan jenis kelamin perempuan diberikan kode 2.


45

3. Sorting, adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan

data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Data

diurutkan atau dikelompokkan agar lebih mudah dalam pencarian

data, misalnya disortir menurut abjad nama, jenis kelamin dan

sebagainya.

4. Entering data, adalah memasukkan data dengan cara manual atau

melalui pengolahan komputer. Memindahkan data yang telah

diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data, caranya

dengan membuat coding sheet (lembar kode), direct entry, optical

scan sheet.

5. Cleaning data, adalah pembersihan data. Lihat variable apakah

data sudah benar atau belum dan memastikan bahwa seluruh data

yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah

sesuai. Disini peneliti memrlukan adanya ketelitian dan akurasi

data.

6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan

Muninjaya (2003) menambahkan dalam bukunya bahwa setelah

tahap cleaning, selanjutnya adalah tahap analisis data.

G. Metode Analisis Data

Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan

dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh


46

dilakukan secara deskriptif dengan mengguanakan SPSS (Statistical

Products and Service Solutions) (Dahlan, 2010).

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak

boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini,

peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari

hal-hal yang merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek-

aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially, dan

protection from discomfort (Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed

Consent sebelum penelitian dilakukan. Berikut ini adalah beberapa prinsip

etik yang digunakan peneliti selama penelitian berlangsung:

1. Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua

informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan

menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.

2. Privacy

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan

responden untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymity

Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai

gantinya digunakan inisial dan nomor responden.


47

4. Confidentially

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang

diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

5. Protection from Discomfort

Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Penelitian

menekankan kenyamanan responden selama mengikuti penelitian.

Jika responden merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan

responden untuk menghentikan partisipasinya.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian

gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa

kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan dengan

menyebarkan kuesioner secara langsung kepada bapak/ibu yang berada di RSU

Kabupaten Tangerang. Pemilihan responden dengan menggunakan sistem

sampling jenuh yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada anggota

populasi untuk menjadi sampel dengan inklusi yang ditentukan.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Sejarah

Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang merupakan salah

satu rumah sakit yang terdapat di Kabupaten Tangerang, terletak di Jl.

Jendral Ahmad Yani No.9 Kecamatan Tangerang Banten. Berdiri pada

tahun 1928 dengan menempati sebuah ruangan Bui (penjara) yang bekas

lahannya sekarang menjadi lokasi Masjid Agung Al-iitihad dan mempunyai

12 tempat tidur. Kemudian pada tanggal 5 Mei 1964 RSU Kabupaten

Tangerang pindah ke tempat baru di Jl. Ahmad Yani No.9 dan

menggunakan gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 46

tempat tidur, sedangkan gedung kantor yang baru untuk tata usaha,

poliklinik umum dan bedah, apotik serta laboratorium.

Pada tanggal 21 Maret 2007, Dr. H. MJN. Mamahit, Sp.OG,MARS

dilantik oleh Bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU Kabupaten

48
49

Tangerang. Setelah dikembangkan secara bertahap, saat ini RSU Kabupaten

Tangerang mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701m diatas

tanah 41.615m dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 TT, 27 jenis

keahlian dan dengan jumlah karyawan sebanyak 1065 orang.

2. Pelayanan RSU terhadap kemoterapi

Pelayanan Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang terdapat di

Ruangan Soka lantai 2 dan Ruangan Thalasemia lantai 1. Pelayanan

kemoterapi di Ruang Soka dan Thalasemia adalah bagian dari Paviliun

rawat inap.yang melayani pemberian kemoterapi bagi pasien rawat jalan

maupun rawat inap. Jumlah bed yang tersedia di ruangan untuk pelayanan

kemoterapi sebanyak 15 buah dengan jumlah pasien yang menjalani

kemoterapi di ruangan ini rata-rata 10 orang perhari.

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Soka dan Thalasemia secara umum

sebagian besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan.

Tindakan dalam persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan

adalah pemeriksaan TTV dan pemberian informed consent. Hal ini

dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah

dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi

landasan untuk pasien dapat melakukan kemoterapi. Perawat juga

mengatakan kendala lain rekendala dengan jumlah petuas kesehatan yang

dianggap kurang.

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Soka dan Thalasemia secara umum

sebagian besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan.

Tindakan dalam persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan


50

adalah pemeriksaan TTV dan pemberian informed consent. Hal ini

dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah

dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi

landasan untuk pasien dapat melakukan kemoterapi. Perawat juga

mengatakan kendala lain rekendala dengan jumlah petuas kesehatan yang

dianggap kurang.

Persiapan petugas kesehatan telah dilakukan sesuai dengan SOP. Hal ini

ditunjukan dengan penggunaan APD yang digunakan oleh petugas

kesehatan di ruangan adalah sarung tangan, masker, dan baju pelindung.

Menurut Power 7 Polovich (2003), APD digunakan untuk melindungi kulit

dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan.

Dalam monitoring dan evaluasi kolaborasi petugas kesehatan untuk

tindakan selanjutnya tidak dilaksanakan. Penentuan tindakan selanjutnya

lebih banyak dilakukan oleh dokter sendiri. Hal ini kurang sesuai dengan

pengertian kolaborasi menurut American Medical Association (AMA, 1994)

yang menyatakan bahwa kolaborasi adalah proses dimana dokter dan

perawat merencanakan dan praktek bersama kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan

berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap

orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Penilaian respon dan efek samping kemoterapi sangat penting bagi

petugas kesehatan untuk selalu memperhatikan reaksi atau efek samping

yang timbul pada saat pelaksanaan atau setelah pelaksanaan kemoterapi

berlangsung. Sehingga apabila timbul reaksi yang berlebihan dapat segera


51

dicegah. Respon pasien dapat berupa respon objektif atau respon subjektif

(Sander, 2010).

B. Karakteristik Umum Responden

Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik data demografi responden:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden


(N=53)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia Usia 26 35 tahun 10 18,9


Usia 36 45 tahun 19 35,8
Usia 46 55 tahun 24 45,3

Jenis Laki-laki 8 15
kelamin
Perempuan 45 85

Pendidikan TS 4 7,5
SD 18 34
SMP 13 24,5
SMA/SMK 14 26,4
PT 4 7,5

Total 53 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas

responden yang masuk dalam kelompok rentang usia yaitu, usia 46 - 55 tahun

dengan nilai presentase (45,3%), kemudian berdasarkan kelompok jenis

kelamin mayoritas responden perempuan dengan nilai presentase (85%), dan

berdasarkan kelompok pendidikan sebagian besar responden berada pada

tingkat pendidikan SD dengan presentase sebanyak (34%).


52

C. Analisis Univariat

1. Penyakit yang diderita

Berikut distribusi frekuensi penyakit yang diderita:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyakit yang diderita (N=53)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Jenis Kanker Kepala dan Leher 5 9,4


Payudara 39 73,6
Ginekologi 5 9,4
Hematologi 1 1,9
Gastrointestinal 2 3,8
Paru-paru 1 1,9

Derajat Keganasan Stadium I 5 9,4

Stadium II 18 34
Stadium III 27 50,9
Stadium IV 3 5,7

Banyaknya Kemo Siklus 1 24 45,3


yang sudah dilalui

Siklus 2 19 35,8
Siklus 3 7 13,2
Siklus 4 3 5,7

Total 53 100

Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas penyakit yang

diderita oleh pasien kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten

Tangerang yaitu jenis kanker payudara dengan nilai presentase sebanyak

(73,6%). Dalam kelompok derajat keganasan mayoritas derajat dalam rentang


53

stadium II dengan nilai presentase sebanyak (50,9%) dan mayoritas banyaknya

kemo yang dilakukan pasien yaitu pada siklus 1 (siklus awal selama 1 5 kali)

dengan nilai presentase (45,3%).

2. Gangguan Mental Emosional

Berikut distribusi responsi yang mengalami gangguan mental emosional:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Gangguan Mental Emosional (N=53)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Gangguan mental 34 64,2


Tanpa gangguan 19 35,8

Total 53 100

Hasil penelitian menggambarkan pada pasien kanker dalam masa

kemoterapi terdapat 34 pasien yang mengalami gangguan mental emosional

dengan presentase sebesar (64,2%) dari 53 responden yang diteliti. Pada

penelitian ini juga terlihat data pasien yang tidak mengalami gangguan mental

emosional sebanyak 19 pasien dengan presentase 35,8%.

Tabel 5.4 Distribusi Spesifikasi Responden Gangguan Mental Emosional


(N=53)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Gangguan mental ringan 13 24,5


Gangguan mental berat 21 39,7
Tanpa gangguan 19 35,8

Total 53 100
54

Berdasarkan hasil penelitian di RSU Kabupaten Tangerang

menggambarkan bahwa responden yang mengalami gangguan mental

emosional jauh lebih banyak dengan nilai presentase (64,2%) ditandai dengan

gangguan mental ringan sebesar (24,5%) dan gangguan mental berat sebesar

(39,7%) dibanding yang tanpa ada gangguan mental emosional dengan nilai

presentase (35,8%). Hal ini membuktikan bahwa pada pasien kanker dalam

masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang mayoritas mengalami

gangguan mental emosional. Gangguan Mental Emosional ditandai dengan 5

gejala, yakni gejala ansietas, depresi, somatic, kognotof dan penurunan energy.

Berikut distribusi jumlah responden yang mengalami gangguan mental

emosional berdasarkan gejala-gejalanya.


55

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Gangguan Mental Emosional


Berdasarkan Gejala-Gejalanya (N=34)
Karakteristik F (%)

Ansietas Tidak Ansietas 0 0


Rendah 8 23,5
Sedang 10 29,5
Tinggi 16 47

Depresi Tidak Depresi 4 11,7


Rendah 11 32,3
Sedang 14 41,3
Tinggi 5 14,7

Somatik Tidak Somatik 6 17,6


Rendah 3 8,8
Sedang 13 38,3
Tinggi 11 35,3

Kognitif Tidak Kognitif 4 11,7


Rendah 17 50
Sedang 12 35,2
Tinggi 1 2,9

Penurunan Tidak Penurunan 2 5,8


Energi
Rendah 14 41,2
Sedang 14 41,2
Tinggi 4 11,7

Total 34 100

Berdasarkan data yang didapatkan pada tabel diatas, diketahui responden yang

mengalami gangguan mental emosional, semuanya mengalami gejala ansietas

yang ditandai dengan presentase sebesar 100%. Kemudian gejala penurunan


56

energy pada pasien gangguan mental emosional terbanyak kedua dengan

presentase sebesar 94,2%, lalu kelompok depresi dan kelompok kognitif dengan

nilai presentase 88,3%, dan terakhir gejala somatik pada responden yakni sebesar

82,4%.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

diperoleh. Pembahasan dalam bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi

interpretasi dari hasil penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan

keterbatasan penelitian.

A. Karakteristik Umum

1. Usia

Menurut Depkes 2009, usia biologis adalah perhitungan usia

berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki seseorang.

a) Masa dewasa awal = 26 35 tahun

b) Masa dewasa akhir = 36 45 tahun

c) Masa lansia awal = 46 55 tahun

Hasil statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa pada usia 46 55

tahun lebih banyak yang menderita penyakit kanker dengan presentase 45,3

%. Menurut Riskesdas (2007), prevalensi kanker berdasarkan kelompok

umur di Indonesia membuktikan bahwa angka kejadian kanker meningkat

tajam (mencapai 7 orang per 1000 penduduk) setelah seseorang berusia 35

tahun ke atas. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kejadian kanker

berkolerasi dengan semakin tinggi usia seseorang.

Statistik yang lebih spesifik, memperhitungkan umur wanita

menunjukan hal berbeda, wanita berpeluang terkena kanker 1 banding 36

risiko meningkat secara eksponensial setetelah usia 30 tahun

57
58

(Djamilahnajmuddin, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya juga

dikatakan bahwa ada kecenderungan risiko kejadian kanker payudara

dengan semakin bertambahnya umur seseorang (Nurthalia, 2011).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),

2007, telah ditemukan hubungan yang menyimpulkan bahwa penyakit

kanker lebih banyak menyerang kaum perempuan daripada laki-laki.

Berdasarkan jenis kelamin, angka prevalensi kanker pada perempuan

sebesar 5,7 per 1000 penduduk, sedangkan prevalensi kanker pada laki-laki

2,9 per 1000 penduduk. Hal ini juga dibuktikan dengan data menurut Global

Burden Cancer (GLOBOCAN, 2012), diketahui bahwa kanker payudara

merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol

oleh umur) tertinggi dengan persentase 43,3%.

Hasil statistik dalam penelitian ini menyatakan bahwa perempuan lebih

cenderung menderita penyakit kanker dengan persentase 85% dibandingkan

dengan laki-laki 15%. Hal ini disebabkan karena banyaknya perempuan

yang terkena kanker payudara dan kanker serviks, dibuktikan dari data

Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI yang menyatakan bahwa

kanker payudara dan kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan

prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013.

3. Pendidikan

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa

penderita kanker banyak dialami pada tingkat pendidikan rendah, yaitu

tingkat pendidikan SD sebanyak 34%. Menurut Riskesdas (2007),


59

prevalensi kanker tertinggi terjadi pada penduduk dengan tingkat pendidikan

tamat perguruan tinggi sebesar 8,4 per 1000 penduduk disusul oleh

penduduk tidak bersekolah sebesar 6,6 per 1000 penduduk. Bila dikaitkan

dengan faktor stress, maka dari data ini dapat disimpulkan bahwa orang-

orang yang tidak bersekolah menerima stress yang lebih tinggi, tetapi orang-

orang yang berpendidikan tinggi pun mengalami stress yang tinggi

(mungkin akibat tanggung jawab yang berhubungan dengan rumah tangga

dan pekerjaan).

B. Analisis Univariat

1. Jenis Kanker

Dalam penelitian ini berdasarkan jenis kanker didapatkan kanker

terbanyak di RSU Kabupaten Tangerang ialah kanker payudara sebanyak

73,6%. Berdasarkan ESTIMASI Globocan, International Agency for

Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker

dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian

tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker

payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan, (Kemenkes RI,

2015). Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010,

kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan

maupun rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014).
60

2. Derajat Keganasan

Hasil analisis yang didapat berdasarkan derajat keganasan yang terjadi

pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten

Tangerang pada penelitian ini adalah stadium III sebagai prevalensi

tertinggi sebanyak 50,9%, diikuti dengan stadium II sebanyak 34% dan

sisanya stadium I dan IV. Dapat dipahami kenapa stadium terbanyak pada

penelitian ini adalah stadium III karena umumnya pasien kanker datang

terlambat dan telah mencoba untuk berobat dengan cara lain misalkan cara

alternatif atau cara herbal.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Uchitomi.Y (2008),

yang mendapatkan stage terbanyak adalah stadium I sebesar 77,8% diikuti

stadium III sebesar 15,6%. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh

Lutfah, 2009 yang mengatakan bahwa stadium tertinggi pada pasien kanker

payudara didapatkan pada stadium III dengan presentase 48,3%.

3. Banyaknya Kemoterapi

Menurut penelitian Melia (2008), pemberian kemoterapi pada frekuensi

tertentu sesuai dengan jenis obat kemoterapi dapat mengakibatkan

perubahan pada status fungsional responden akibat efek samping yang

ditimbulkan. Efek kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang, gejala

gastrointestinal seperti mual, muntah, kehilangan berat badan, perubahan

rasa, konstipasi, diare dan gejala lainnya seperti alopesia, fatigue, perubahan

emosi dan perubahan pada sistem saraf, faktor-faktor inilah yang dapat

menyebabkan terjadinya gangguan mental emosional (Naglah, 2010).


61

Hasil penelitian yang didapatkan pada kategori banyaknya kemoterapi

pada pasien kanker di RSU Kabupaten Tangerang adalah pada masa awal

kemoterapi, yakni siklus 1 (1 - 5 kali) dengan nilai presentase 45,3%. Pada

penelitian ini didapatkan bahwa pasien kanker dalam masa kemoterapi awal

akan mengalami gangguan mental emosional lebih tinggi dikarenakan

belum ada pengalaman dan adanya rasa takut akibat efek-efek kemoterapi

yang akan ditimbulkan.

4. Gangguan Mental Emosional

Dalam penelitian yang melibatkan 660.452 responden ini, diketahui

bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun

ke atas di Indonesia adalah 11,58%. Angka ini sama dengan laporan

Riskesdas 2013 yang menyatakan prevalensi gangguan mental emosional

11,6% karena menggunakan data yang sama. Artinya, satu dari sepuluh

penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional. Prevalensi

gangguan mental emosional di Indonesia tidak tidak jauh berbeda dengan

Negara-negara lain di dunia. Di Amerika Serikat menunjukan prevalensi

gangguan mental lebih tinggi. Hasil penelitian Kessler et,. al.

memperlihatkan bahwa prevalensi gangguan mental pada penduduk

Amerika usia 18 54 tahun 2001 2003 sekitar 30,5% dan angka tersebut

tidak mengalami perubahan dalam satu decade terakhir yakni 29,4% pada

periode tahun 1990 1992.

Angka gangguan mental emosional sangat tinggi pada penderita kanker

dalam masa kemoterapi, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pasien

kanker dalam masa kemotereapi yang mengalami gangguan mental


62

sebanyak 64,2%. Dapat dikatakan bahwa dari sepuluh penderita penyakit

kanker yang sedang menjalani kemoterapi, dua sampai lima penderita

mengalami gangguan mental emosional. Hasil penelitian in hampir sama

dengan penelitian Serrano-Blanco et,.al. (2010) pada 3.815 pasien umur 18

tahun atau lebih yang berasal dari 77 Layanan Kesehatan Primer di Spanyol

yang menemukan bahwa 45% responden pernah mengalami gangguan

mental emosional dan 30% mengalami gangguan mental emosional dalam

satu tahun tereakhir. Tingginya kejadian gangguan mental emosional ini

berkaitan dengan kondisi penyakit kanker dan masa kemoterapi yang

dialami oleh responden.

Kondisi ini mengkhawatirkan karena secara fisik maupun sosial

responden yang mengalami gangguan mental emosional dapat memperparah

gangguan fisik yang dialaminya. Kondisi ini juga dapat mengganggu

hubungan individu dengan lingkungannya yang berpotensi menjadikan

individu tersebut mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah suatu

perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada

fungsi jiwa yaitu menimbulkan penderitaan atau hambatan dalam

melaksanakan peran sosial (Maramis, 2009).

Hasil penelitian juga mendapatkan pasien yang mengalami gangguan

mental emosional ringan sebanyak (24,5%) dan gangguan mental emosional

berat (35,8%). Hal ini menunjukan bahwa pasien yang mengidap penyakit

kanker dalam masa kemoterapi di RSU Tangerang terbukti berisiko besar

mengalami gangguan mental emosional akibat penyakit yang dideritanya

serta terapi kemo yang dijalaninya. Oleh karena itu, individu tersebut
63

cenderung menggunakan penyesuaian/pertahanan diri (mekanisme koping)

untuk mengatasi kecemasannya. Akan tetapi, karena mekanisme koping

tersebut berlangsung secara tidak disadari dapat menjadi respons

maladaptive terhadap stress berupa peningkatan risiko gangguan mental

emosional (Stuart, 2007).

C. Gejala Gangguan Mental Emosional

Menurut hasil Riskesdas (2013) gejala gangguan mental emosional lebih

mengarah kepada gangguan neurosis.

1. Ansietas

Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Stuart, 2007). Sumber lain mengatakan bahwa kecemasan merupakan

respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan

dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari

(Suliswati, 2005). Kecemasan ditandai dengan perasaan tegang, lesu, cepat

merasa lelah, susah tidur, sukar berkonsentrasi, dan daya ingat yang

mengalami penurunan.

Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan bahwa ansietas

merupakan gejala gangguan mental emosional tertinggi yang dialami

pasien kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang. Dari

55 responden dengan 34 responden yang mengalami gangguan mental

emosional, 100% mengalami gejala ansietas dengan ansietas tinggi

sebanyak 47% dengan jumlah 16 responden.


64

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Umi dan Arinadi (2008),

dikatakan efek samping yang berat sering timbul pada pasien pasca

kemoterapi dan seringkali tidak dapat ditoleransi oleh pasien. Peneliti

menjelaskan adanya pengaruh adaptasi pasien tentang kemoterapi terhadap

tingkat kecemasan pasien kemoterapi.

2. Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi

merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan

bunuh diri.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil depresi dalam gangguan

mental emosional sebanyak 88,3%, dengan nilai tertinggi pada kategori

depresi sedang sebanyak 41,3%. Hasil penelitian yang didapatkan sesuai

dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian Sukma (2010) pada

pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami peningkatan depresi

karena efek samping kemoterapi, status ekonomi, tidak puas dengan

dukungan keluarga dan lain-lain.

3. Penurunan Energi

Pemberian kemoterapi secara berkala menimbulkan berbagai

macam efek samping (Nagla, 2010). Dalam penelitian Tsao & Stewart

dalam Yeung (2009) gejala kemoterapi yang paling berat dirasakan oleh

pasien adalah kelemahan akibat supresi sumsum tulang, alopecia, mual


65

dan muntah, gejala tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi

fisik dan psikologis pasien. Penurunan energi ditandai dengan tidak

bergairahnya seseorang dalam menjalani hidup, merasa mudah lelah, dan

sulit untuk berfikir.

Hasil penelitian yang didapatkan sejalan dengan penelitian

sebelumnya bahwa penurunan energy termasuk kategori tertinggi kedua,

sebanyak 94,2% mengalami penurunan energi yang signifikan. Pasien

kanker dalam masa kemoterapi akan mengalami penurunan energy dan

kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-harinya yang merupakan

integrasi dari status fungsional pasien (Melia E, 2008).

4. Kognitif

Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya adalah

pengertian atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara

internaldi dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir

(Gagne dalam Jamaris, 2006). Hasil penelitian mendapatkan pasien kanker

dalam masa kemoterapi mengalami gejala kognitif sebesar 88,3%, hal ini

seimbang dengan gejala depresi.

Menurut Ogce & Ozkan (2008) menyatakan gejala fisik, psikologis

serta kognitif ditimbulkan akibat pemberian frekuensi kemoterapi terkait

dengan penurunan kemampuan dalam status fungsional selama menjalani

kemoterapi. Hal ini sejalan dengan beberapa penemuan yaitu penelitian

Watters et al (2003), Lee at al (2005) bahwafungsional pasien sebelum

menjalani kemoterapi mengalami penurunan, baik pada aspek fungsi fisik

yaitu fungsi peran, kognitif, social dan juga kesehatan.


66

5. Somatik

Dalam penelitian Albina (2013), distribusi frekuensi gejala somatic

dari responden yang mengikuti program kemoterapi menunjukan bahwa

umumnya mereka tidak menunjukan gejala somatik. Akan tetapi jika

dilihat secara spesfifik, lebih dari 45% pasien depresi menunjukan gejala

somatic. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan

bahwa gejala somatic mencapai nilai presentase sebesar 82,4%.

Hasil penelitian mendapatkan bahwasanya pasien kanker dalam masa

kemoterapi mengalami gejala-gejala gangguan mental emosional, seperti

ansietas, depresi, somatik, kognitif dan penuruan energi. Gejala-gejala

gangguan mental emosional yang paling sering dialami oleh pasien kanker

dalam masa kemoterapi ialah ansietas sebesar (100%), penurunan energi

(94,2%), depresi (88,3%), kognitif (88,3%), dan somatik (82,4%).

Didapatkan banyaknya pasien kanker dalam masa kemoterapi yang

mengalami gejala-gejala gangguan mental emosional harus lebih diwaspadai

dan ditindak lanjuti agar tidak menjadi risiko gangguan mental emosional

berat yang berujung pada kejiwaan yang tidak sehat.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,

keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya berfokus kepada gangguan mental emosional saja,

tetapi tidak mengkaji lebih dalam tentang mekanisme koping yang harus

diberikan.
67

2. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengacu kepada penelitian

Riskesdas sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat

menggunakan kuesioner lain.

3. Penelitian ini mendapat kendala dalam mencari literatur, terutama untuk

penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, maupun penelitian

yang dijadikan acuan.


68

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Karakteristik terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan (85%) dan

pada usia 46-55 tahun (47%).

2. Jenis kanker terbanyak yang diderita responden adalah kanker

payudara (75,4%), berada pada derjat keganasan, stadium III (50,9%),

dan banyaknya kemo yang dilakukan responden yaitu 1-5 kali

kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang, sebanyak 45,2%.

3. Responden yang mengalami gangguan mental emosional 34

responden (64,2%) dari 55 responden yang diteliti.

4. Responden yang terdiagnosa gangguan mental emosional, 100%

mengalami gejala ansietas tetapi tidak menutup kemungkinan

mengalami gejala-gejala lain seperti depresi, somatic, kognitif dan

penurunan energi.

B. Saran

1. Bagi klien

Diharapkan agar para klien dapat memperhatikan dan mengetahui

gejala-gejala gangguan mental emosional yang terjadi sehingga dapat

68
69

dilakukan pencegahan secara cepat agar tidak terjadi gangguan mental

emosional.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Upaya sosialisasi kepada penderita kanker di kalangan masyarakat

mengenai gejala-gejala gangguan mental emosional yang dapat terjadi

hendaknya dilakukan oleh pihak Puskesmas, Rumah Sakit maupun

instansi lain dengan penyuluhan maupun promosi kesehatan. Hal ini

dilakukan agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga dan dapat

membuat kualitas hidup yang lebih baik.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan peran perawat khusunya perawat

jiwa dalam promosi kesehatan sebagai health educator tentang gejala-

gejala gangguan mental emosional, dapat menjadi evidence based bagi

perkembangan ilmu keperawatan, khususnya mengenai gangguan

mental emosional pasien kanker dalam masa kemoterapi, dan dapat

menambah bahan literature mengenai gambaran gangguan mental

emosional pada pasien kanker dalam masa kemoterapi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini jenis penilitian deskriptif mengenai gangguan mental

emosional penderita kanker dalam masa kemoterapi. Diharapkan

penelitian selanjutnta dapat mengeksplor lebih dalam mengenai

gangguan mental emosional atau pencegahan gangguan mental

emosional atau hubungan gangguan mental emosional dengan kualitas

hidup klien.

69
Daftar pustaka

Abdullah, Kamal, dan Tajudin. The Arabic Self-Reporting Questionnaire (SRQ)


as A Psychiatric Screening Instrument in Medical Patients. Annals of Saudi
Medicine. 1998.

Ahmad, W.DasarDasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.

Aliah, B Purwakania Hasan. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Raja Gairifando.


2006.

Sarafino, E. P. Healthy Psychology : Biopsychosocial Interaction Ed.5. New


York. John Willey & Sons, Inc. 2006.

Australian Government Departmen of Health and Ageing. What is mental illness.


Canberra: National Mental Health Strategy, 2011. Diakses dari
www.health.gov.au/mentalhealth

Braamse et,.al. Distress and quality of life after autogous stem cell
transplantation: a randomized clinical trial to evaluate the outcome of a
web-based stepped care intervention. BMC Cancer. 2010.

Canadian Mental Health Association. A report on mental illness in Canada. 2002.

Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Depkes RI. 2008.

. Laporan hasil riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:


Depkes RI. 2013.

Djiwandono, S.E.W. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. GRASINDO. 2006.

Giri W. Efek Penyakit kronis terhadap gangguan mental emoisonal. Jakarta:


Jurnal kesehatan masyarakat nasional. 2013.

69
70

Hicks JW. Fifty Sigh of Mental Illness a Guide to Understanding of Mental


Health. London: Yale University Press. 2005.

Hamid et,.al. Occupational Mental Health: A Study of Work-related Mental


Health among Clinical Nurses. Journal of Clinical Diagnostic Research.
2014.

Hartono, I. G. Psychiatric Morbidity among Patients Attending The Bangetayu


Community. 2003

Health Centre in Indonesia. Thesis, University of Western Australia. 2005.

Idaiani S, Suhardi, Kristanto AY. Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional


Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009.

Kaplan, Sadock. Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia: Lippincot William


& Wilkins. 2007.

Dahlan, Sopiyudin M. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika. 2010.

Melia. E, Putrayas, Aziz. A. Hubungan antara Frekuensi Kemoterapi dengan


Status Fungsional Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUP
Sanglah Denpasar. Universitas Udayana. 2013. Diakses dari ojs.unud.ac.id

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Meraner et,.al. Monitoring Physical and Psychosocial Symptom Trajectories in


Ovarian Cancer Patients Receiving Chemotherapy. BMC Cancer. 2012.

Rini G.L. Gangguan Mental Emosional pada Ibu dari Skizofrenik yang Berobat
ke Poliklinik Psikiatri BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara. Medam.
Univeritas Sumatera Utara. 2012.

Roosihemati B. Penyakit Kronis dan Gangguan Emosional di Indonesia. Jakarta:


Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatah Depkes RI. 2008.
71

Suyoko. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Gangguan Mental


Emosional pada Lansia di DKI Jakarta (Analisi Data Riskesdas 2007).
FKM UI. 2012.

World Health Organization. The Global Burden of Disease: 2004 update. Geneva:
WHO Library Cataloguing-in- Publication Data. 2008

. User Guides to The Self Reporting Questionnaire


(SRQ). Geneva: WHO Division of Mental Health. 1994.

Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 2012.

Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya. 2008.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2008.

Polit, Dense F Hunger. Data Analisis & Statistics For Nursing Research.
Appleton and Lange: New York. 2006.

Samuel, N Forjuoh., Bernard, Guyer., Donna, M Strobino. Determianants of


Modern Health Care Use By Families After a Childhood Burn In Ghana.
Injury Prevention. 2007.

Sastroasmoro, S. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Israel,


S. Ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CVSagung Seto.
2008.

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


2007.

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 2010.

Tintinalli, Judith E. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. New


York: McGraw-Hill Companies. 2010.
72

Tjiptoherijanto, S. Ekonomi Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.


2008.

Lutfah, U. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien dengan


Tindakan Kemoterapi di Ruang Cendana RSUD Dr. Moewardi. 2009.

Ahlberg K. et., al. Fatigue, Psychological Distress, Coping Resources, and


Functional Status during Radiotherapy for Uterine Cancer. Oncology
Nursing. 2005.

Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas dari PPDGJ. 3rd
ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2003.

Davies T, Craig TK. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2009

Maramis WF, Maramis AA. Ilmu Kedokteran Jiwa. 2nd ed. Surabaya: Airlangga
Press. 2009.

Page A, Taylor R, Hall W, Carter G. Mental disorders and socioeconomic status:


impact on population risk of attempted suicide in Australia. Suicide and
Life-Threatening Behaviour. 2009.

Roosihermati B. Penyakit kronis dan gangguan mental emosional di Indonesia.


Jakarta: Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Depkes RI. 2008.

Stuart G. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2007.

Harter M, et,. Al. Screening for Mental Disorders in Cancer, Cardiovascular and
Musculoskeletal Disease: com-parison of HADS and GHQ-12. Social
Psychiatry and Psychiatric Epidemiology. 2006.

Ogce,F&Ozkan,S. Changesin Functional Status and Physical and Psychological


Symptoms in Women Receiving Chemotherapy for Breast Cancer. Asian
Pacific Journal of Cancer Prevention. 2008
73

Lutfah,U. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien dengan


Tindakan Kemoterapi di Ruang Cendana RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
FIK UMS. 2009

Naglah,etal. The Effector Combining Herbal Therapy With Conventional


Chemotherapy on The Incidence of Chemotherapy Side Effects in 2nd Stage
Breast Cancer Patients. Journal of American Science, Medical Surgical
Nursing Department, Faculty of Nursing. 2010

Melia,E. Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi dengan Status Fungsional


Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2008.

Rahmawati, Evy. Efek Samping Kemoterapi. Kompas. 2009

Eva,A dan Fredy,F. Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks pada Golongan
Ekonomi Rendah yang Mengikuti Program Kemoterapi di RSUD Dr.
Moewardi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana.
2013.
PERMOHONAN PARTISIPASI PENELITIAN

Kepada Yth. :

Bapak / Ibu

Ditempat

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syahdah Dinuriah

NIM : 1111104000007

Institusi : Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

akan melakukan penelitian tentang Gambaran Gangguan Mental Emosional


pada Penderita Kanker dalam Masa Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang .
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya gejala-gejala gangguan mental
emosional yang terjadi sehingga dapat dilakukan pencegahan secara tepat.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil yang baik. Bentuk partisipasi bapak/ibu berupa kesediaan
waktu untuk mengisi angket yang terdiri dari pertanyaan pertanyaan tertutup.
Besar harapan saya untuk bapak/ibu dapat ikut serta sebagai responden
dalam penelitian ini. Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi bapak/ibu.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Syahdah Dinuriah
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( INFORMED CONSENT )

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Inisal :

No Responden :

Usia :

Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, saya menyatakan (bersedia / tidak


bersedia) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas nama Syahdah Dinuriah dengan judul Gambaran Gangguan Mental
Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa Kemoterapi di RSU Kabupaten
Tangerang.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur jujurnya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Jakarta , 2015

Mengetahui,

Peneliti Responden
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015

KUESIONER PENELITIAN

No. Responden : (Diisi oleh peneliti)


Tanggal :
Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda
ceklis () pada kotak pilhan jawaban yang telah
disediakan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan sejujurnya. Kuesioner ini hanya dipergunakan
untuk bahan penelitian semata.

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : .
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia : .
4. Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA
Perguruan Tinggi

B. PENYAKIT YANG DIDERITA


1. Jenis kanker : Kanker kepala dan leher
Kanker payudara
Kanker Ginekologi
Kanker Hematologi
Lain-lain
2. Lama penyakit : > 6 bulan
< 6 bulan
3. Derajat keganasan : Rendah (stadium I)
Sedang (stadium II dan III)
Tinggi (stadium IV)
4. Penyakit kronis lain : Diabetes Mellitus
TBC
Jantung
Stroke
Hepatitis

C. KESEHATAN EMOSIONAL
1. Apakah anda sering menderita sakit kepala ?
Ya Tidak
2. Apakah anda tidak nafsu makan ?
Ya Tidak
3. Apakah anda sulit tidur ?
Ya Tidak
4. Apakah anda mudah takut ?
Ya Tidak
5. Apakah anda merasa tegang, cemas, dan kuatir ?
Ya Tidak
6. Apakah tangan anda gemetar ?
Ya Tidak
7. Apakah pencernaan anda terganggu/buruk ?
Ya Tidak
8. Apakah anda sulit untuk berpikir jernih ?
Ya Tidak
9. Apakah anda merasa tidak bahagia ?
Ya Tidak
10. Apakah anda menangis lebih sering ?
Ya Tidak
11. Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari ?
Ya Tidak
12. Apakah anda sulit dalam mengambil keputusan ?
Ya Tidak
13. Apakah pekerjaan sehari-hari anda terganggu ?
Ya Tidak
14. Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat
dalam hidup ?
Ya Tidak
15. Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal ?
Ya Tidak
16. Apakah anda merasa tidak berharga ?
Ya Tidak
17. Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup ?
Ya Tidak
18. Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?
Ya Tidak
19. Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut ?
Ya Tidak
20. Apakah anda mulai lelah ?
Ya Tidak
Frequencies

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26 2 3.8 3.8 3.8

29 1 1.9 1.9 5.7

31 1 1.9 1.9 7.5

32 2 3.8 3.8 11.3

33 1 1.9 1.9 13.2

35 3 5.7 5.7 18.9

37 2 3.8 3.8 22.6

39 1 1.9 1.9 24.5

40 1 1.9 1.9 26.4

41 2 3.8 3.8 30.2

42 3 5.7 5.7 35.8

43 6 11.3 11.3 47.2

44 3 5.7 5.7 52.8

45 1 1.9 1.9 54.7

46 1 1.9 1.9 56.6

47 1 1.9 1.9 58.5

48 2 3.8 3.8 62.3

50 5 9.4 9.4 71.7

52 2 3.8 3.8 75.5

53 3 5.7 5.7 81.1

54 5 9.4 9.4 90.6

55 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0


Statistics
klasifikasi umur

N Valid 53

Missing 0

klasifikasi umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26 - 35 10 18.9 18.9 18.9

36 - 45 19 35.8 35.8 54.7

46 - 55 24 45.3 45.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin Usia Pendidikan

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 8 15.1 15.1 15.1

Perempuan 45 84.9 84.9 100.0

Total 53 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak sekolah 4 7.5 7.5 7.5

SD 18 34.0 34.0 41.5

SMP 13 24.5 24.5 66.0

SMA 14 26.4 26.4 92.5

Perguruan tinggi 4 7.5 7.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Derajat Banyaknya
Jenis kanker keganasan Kemo

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Jenis kanker

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kepala dan leher 5 9.4 9.4 9.4

Payudara 39 73.6 73.6 83.0

Ginekologi 5 9.4 9.4 92.5

Hematologi 1 1.9 1.9 94.3

Gastrointestinal 2 3.8 3.8 98.1

Paru-paru 1 1.9 1.9 100.0

Total 53 100.0 100.0


Derajat keganasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Stadium 1 5 9.4 9.4 9.4

Stadium 2 18 34.0 34.0 43.4

Stadium 3 27 50.9 50.9 94.3

Stadium 4 3 5.7 5.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Banyaknya Kemo

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Siklus 1 24 45.3 45.3 45.3

Siklus 2 19 35.8 35.8 81.1

Siklus 3 7 13.2 13.2 94.3

Siklus 4 3 5.7 5.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
Gangguan mental emosional

N Valid 53
Missing 6

Gangguan mental emosional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >6 34 57.6 64.2 64.2

<6 19 32.2 35.8 100.0

Total 53 89.8 100.0


Missing System 6 10.2
Total 59 100.0
Frequencies

Statistics

Penurunan
Ansietas Depresi Somatik Kognitif Energi

N Valid 34 34 34 34 34

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Ansietas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 8 23.5 23.5 23.5

Sedang 10 29.4 29.4 52.9

Tinggi 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

Depresi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Depresi 4 11.8 11.8 11.8

Rendah 11 32.4 32.4 44.1

Sedang 14 41.2 41.2 85.3

Tinggi 5 14.7 14.7 100.0

Total 34 100.0 100.0


Somatik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Somatik 6 17.6 17.6 17.6

Rendah 3 8.8 8.8 26.5

Sedang 13 38.2 38.2 64.7

Tinggi 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

Kognitif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Kognitif 4 11.8 11.8 11.8

Rendah 17 50.0 50.0 61.8

Sedang 12 35.3 35.3 97.1

Tinggi 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Penurunan Energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Penurunan 2 5.9 5.9 5.9

Rendah 14 41.2 41.2 47.1

Sedang 14 41.2 41.2 88.2

Tinggi 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai