Oleh:
112011101003
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1. BISING USUS
Auskultasi Abdomen
Tempatkan ujung membran dari stetoskop secara lembut pada abdomen pasien.
Dengarkan buyi usunya dan perhatikan frekuensi serta sifatnya. Bunyi normal terdiri atas
bunyi dentingan (click) dan gemericik (gurgles) yang terdengar dengan frekuensi yang
diperkirakan sekitar 5-34 kali permenit. Kadang-kadang anda dapat mendengar
borborignti-bunyi gemericik (gurgles) yang panjang dan lama karena hiperperistaltis.
Karena bunyi usus menjalar secara meluas ke seluruh abdomen, biasanya auskultasi
dengan mendengarkan bunyi tersebut pada satu titik saja seperti pada kuadra kanan
bawah, sudah cukup.
Jika pasien menderita penyakit hipertensi, dengarkan daerah epigastriumnya dan
setiap kuadran atas untuk menemukan bruits. Kemudian pada akhir pemeriksaan, ketika
pasien duduk, dengarkan pula daerah angulus kostovertebra. Epigrastric bruits yang
terbatas pada sistole dapat didengar pada orang yang normal.
Jika kita mencurigai kemungkinan insufisiensi arteri pada tungkai, dengarkan
bruits di daerah aorta, arteri iliaka dan arteri femoralis. Namun, bruits yang terbatas pada
sistol relatif sering dijumpai dan tidak selalu menandakan penyakit [enyumbatan
pembuluh darah.
Jika mencurigai kemungkinan tumor hepar, infeksi gonokokus di sekitar hepar
atau infark pada lien, dengarkan daerah hepar dan lien untuk menemukan bunyi gesekan
atau friction rubs.
6. POLIURIA, POLIDIPSI
Patofisiologi
Poliuria merupakan hasil dari satu dari empat mekanisme ini :
(a) peningkatan cairan yang masuk,
(b) peningkatan GFR (glomerular filtration rate),
(c) peningkatan bahan seperti sodium chlorida dan glukosa yang keluar, dan
(d) ketidakmampuan ginjal untuk mereabsorpsi air di tubulus distal.
Etiologi
Intake cairan berlebih.
Misalnya pada polidipsia primer, kondisi ini terjadi pada orang dengan gangguan
psikologis yang mana orang tersebut tidak sadar minum air begitu banyak.
Kondisi ini bisa terjadi karena ada trauma kepala, atau tumor pada hipotalamus
maupun hipofisis sehingga terjadi gangguan produksi ADH. Disebut juga diabetes
insipidus kranial.
Kalau yang ini, ADH-nya berhasil diproduksi. Cuma sayangnya tidak bisa direspon.
Akibatnya terjadi hiperkalsemia, menurunnya kadar kalium, toksisitas lithium, dan
bisa diwariskan ke keturunannya karena dapat bertaut dengan kromosom X. Kondisi
ini disebut juga diabetes insipidus nefrogenik.
Poliuria juga bisa terjadi karena orang tersebut baru saja sembuh dari obstruksi
(penyumbatan) saluran kemih sehingga urinenya baru bisa keluar dan langsung
tergolong banyak jika dibandingkan normal.
Psikogenik
POLIDIPSI
Polidipsi (banyak minum). Gejala ini sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk menghindari
kekurangan cairan (dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan air (dalam bentuk
urine), secara otomatis menimbulkan rasa haus untuk mengganti cairan yang keluar.
Banyaknya air yang diminum penderita diabetes adalah lebih dari 3 liter/24jam. Selama kadar
gula dalam darah belum terkontrol balk, akan timbul terus keinginan untuk terus-menerus
minum. Sebaliknya minum yang banyak akan terus menimbulkan keinginan untuk selalu
kencing. Dua hal ini merupakan serangkaian sebab akibat yang akan terus terjadi selagi tubuh
belum dapat mengendalikan kadar gula dalam darahnya.