Anda di halaman 1dari 13

Nama : Umi Fauziyyah

NIM : 09031181419120

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HAFIDZ HAFIDZOH


DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP)
1. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mencetak manusia yang berilmu pengetahuan,
beriman, dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
sehat rohani dan jasmani. Menciptakan manusia indonesia seutuhnya, termasuk mental
spiritual manusia hanya dapat dicapai melalui pembangunan mental spiritual dan agama, baik
dikalangan masyarakat awam maupun perguruan tinggi. Mesjid Persatuan Islam selain tempat
untuk beribadah umat islam khususnya yang bertempat tinggal di bojongsoang, termasuk juga
salah satu tempat yang memfasilitasi para santri/santriwati dalam menimba pendidikan ilmu
agama demi menciptakan mental spiritual dan agama sesuai kaidah. Salah satu sarana untuk
mewujudkan hal tersebut adalah dengan menyelenggarakan kegiatan Musabaqah Hifdzil
Quran (MHQ). lomba Musabaqah Hifdzil Quran (MTQ) yang diselenggarakan di Masjid
Irsyadul Umam untuk menentukan pemenang dilakukan proses penilaian sesuai kriteria, akan
tetapi sistem yang berjalan dalam penilaian untuk perhitungan masih dilakukan dengan
pencatatan dan tidak terdapat suatu penyimpanan pada database. Oleh sebab itu untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan dan informasi yang baik dan teratur, maka diperlukan suatu
sistem yang terkomputerisasi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka diperlukan
suatu sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi yang dapat berfungsi sebagai
penilai dengan perhitungan 2 otomatis dari data masing masing peserta yang mengikuti
perlombaan menghafal ayat suci Al-Quran dengan kriteria yang telah ditentukan, Kecepatan
dan ketepatan dalam mendapatkan suatu informasi dapat didukung oleh sistem komputerisasi
yang dapat memudahkan dalam pengumpulan, pengolahan, data akan tersimpan baik dalam
sebuah database. Dari uraian di atas maka dirasa perlu untuk mengangkat masalah ini,
sehingga diharapkan dengan adanya sistem pendukung keputusan menentukan juara lomba
MHQ dengan perhitungan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) mampu
menghasilkan informasi yang tepat, akurat, dan cepat.

Dari latar belakang di atas, maka dilakukan identifikasi terhadap masalah yang
muncul. Adapun identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan penilaian peserta lomba MHQ di Masjid Irsyadul Umam masih
dilakukan dengan mencatat dilembar penilaian, hal tersebut dapat mengakibatkan
adanya kerusakan data penilaian lomba.
2. Pembuatan laporan penilaian peserta lomba MHQ di Masjid Irsyadul Umam
membutuhkan waktu yang lama, sehingga panitia harus mengurutkan nilai peserta
satu persatu.

Agar pembahasan dalam sistem pendukung keputusan pemilihan pemenang peserta


perlombaan Penghafal ayat suci Al-Quran tidak terlalu luas, namun dapat dicapai
hasil yang optimal, maka ruang lingkup dibatasi pada proses:

1. Proses perhitungan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy


Process), penilaian dari kriteria dan subkriteria.
2. Menampilkan ranking daftar peserta di mulai dari nilai total tertinggi.

Dari identifikasi masalah tersebut, tujuan yang diharapkan dapat tercapai oleh penyusun
dari sistem adalah sebagai berikut:

1. Dengan dibuatnya system secara terkomputerisasi untuk penyimpanan penilaian


peserta lomba MHQ, maka data penilaian peserta lomba akan tersimpan dengan
aman dalam database.
2. Dengan adanya system maka pembuatan laporan akan muncul secara otomatis.

2. LANDASAN TEORI
1.1. Sistem Pendukung Keputusan
DSS (Decision Support System) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk
mendukung keputusan semiterstruktur. DSS dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para
pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk
menggantikan penilaian mereka. DSS ditunjukan untuk keputusan-keputusan yang
memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada
keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.
Tujuan dari DSS adalah (Riyani, Awang Harsa Kiradalaksana dan Ahmad Rofiq
Hakim,2010).

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semistruktur.


2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk
mengganti fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil lebih daripada perbaikan
efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi, komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk
melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah
5. Peningkatan produktivitas.
6. Dukungan kualitas.
7. Berdaya saing.
8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpangan.

1.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)


Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty,
hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks
dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan
hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya
yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis. Sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding
dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut.
1. Struktur yang berhirarki,sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Memperhitungkan daya
tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
.

3 METODE PENELITIAN
3. 1 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam
situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau
variabel ini menjadi suatu bentuk sususan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik
untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari stiap variabel dan mensintesis
penilaian untuk variabel mana yang dimiliki prioritas tertinggi yang akan mempengaruhi
penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi
dengan cara yang logis dan dipengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk
menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga pengalaman
untuk memberikan pertimbangan. AHP merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengerti
dan memberikan perkiraan interaksi sistem secara keseluruhan.

1. Langkah-langkah Metode AHP


Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami antara lain :
1. Dekomposisi. Setelah mendefinisikan permasalahan/persoalan, maka perlu
dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-
unsurna. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap
unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak memungkinkan dilakukan pemehan lebih
lanjut. Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu
persoalan. Oleh karena itu, proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy).
Struktur AHP dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Struktur Hierarki AHP


Sumber : Decision Support System and Intelligent System (Turban, 2005)

2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgement). Prinsip ini berarti membuat


penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini
lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan (Pairwise
Comparison).
3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority). Dari setiap matriks pairwise comparison
akan didapatkan prioritas local. Karena matriks pairwise comparison terhadap pada
setiap tingkat, maka untuk menentukan prioritas global harus dilakukan sintesis di
antara prioritas local. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki.
4. Konsistensi Logis (Logical Consistency). Konsistensi memiliki dua makna. Pertama
adalah bahwa objek-objek yang serupa dikelompokkan sesuai keseragaman dan
elevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan
pada kriteria tertentu.
Metode AHP dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dengan cara
sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan, kriteria, dan alternative keputusan
2) Membuat pohon hierarki (hierarchical tree) untuk berbagai kriteria dan alternatif
keputusan.
3) Membentuk sebuah matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison),
misalnya diberi nama matriks A. Angka di dalam baris ke-i dan dalam kolom ke-j
(Ai,j) merupakan relatif importance Ai dibandingankan dengan Aj. Untuk berbagai
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan yang dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan

Intensitasi Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Elemen yang satu sedikit lebih penting


3
daripada elemen yang lainnya

Elemen yang satu lebih penting daripada


5
yang lainnya

Satu elemen jelas lebih mutlak penting


7
daripada elemen lainnya

Satu elemen mutlak penting daripada


9
elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai
2,4,6,8 pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan
Sumber : Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (Kusrini, 2007)

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1, Jika
elemen i (Ai) dibandingkan dengan elemen j (Aj) mendapat nilai tertentu, maka Aj
dibandingkan dengan Ai yang merupakan elemen kebalikannya.
4) Membuat peringkat prioritas dari matriks pairwaise dengan menentukan
eigenvector. Caranya sebagai berikut :
a) Menguadrakan matriks pairwais comparison
Prinsip umum perkalian matriks adalah perkalian antara barus dari matriks
pertama dengan kolom dari matriks kedua.
b) Menjumlahkan setiap baris dari matriks hasil penguadratan cara (a), kemudian
dinormalisasikan, caranya yaitu membagi jumlah barus dengan total baris
hingga diperoleh nilai eigenvector (1)
c) Untuk mengecek ulan nilai eigenvector, matriks hasil penguadratan cara (a)
dikuadratkan kembali dan lakukan kembali cara (b), hingga diperoleh
eigenvector yang baru. Kemudian, bandingkan eigenvector pertama dan kedua.
Jika diantara keduanya, tidak ada perubahan nilai atau hanya sedikit mengalami
perubahan maka nilai eigenvector pertama sudah benar. Akan tetapi, jika
sebaliknya, maka nilai eigenvector pertama masih salah dan lakukan kembali
cara (a) sampai (c), hingga nilai eigenvector tidak berubah atau hanya sedikit
berubah
5) Membuat peringkat alternative dari matriks pairwise masing-masing alternative
dengan menentukan eigenvector setiap alternatif. Cara yang digunakan sama ketika
membuat peringkat prioritas di atas.
a) Menentukan matriks pairwise comparisons masing-masing alternative.
b) Menentukan nilai eigenvector masing-masing alternative
c) Menentukan peringkat alternatif.
Peringkat alternatif dapat ditentukan dengan mengalikan nilai eigenvector
alternatif dengan nilai eigenvector kriteria
6) Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil
perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan cardinal dan
ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Hubungan cardinal : aij . ajk = aik
Hubungan ordinal : Ai > Aj > Ak maka Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :
a) Dengan melihat prefensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak
empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka
anggur lebih enak delapan kali dari pisang.
b) Dengan melihat prefensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga
dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan
tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidak
konsistenan dalam preferensi seseorang. Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat
konsisten, maka ada beberapa langkah untuk menghitung rasio inkonsistensi untuk menguji
konsistensi penilaian atau konsistensi logis.

Perhitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langak sebagai


berikut :

a. Menentukan Vektor Jumlah Tertimbang (VJT).


Hal ini dilakukan dengan mengalikan baris pertama matriks prioritas dengan
kolom pertama matriks perbandingan, kemudian baris kedua matriks prioritas
dikalikan dengan kolom kedua matriks perbandingan, selanjutnya mengalikan
baris ketiga matriks prioritas dengan kolom katiga matriks perbandingan, dan
seterusnya. Kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk setiap baris atau
secara mendatar.
b. Menghitung Vektor Konsistensi (VK)
Langkah berikutnya adalah membagi masing-masing elemen VJT dengan
masing-masing elemen matriks PRIORITAS.
c. Menghitung Lamda dan Indeks Konsistensi
Lamda () adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi.
d. Formula untuk menghitung indeks konsistensi pada formula [3.1] dibawah ini :
n
IK= ..[3.1]
n
Dimana n adalah jumlah factor yang sedah dibandingkan.
e. Perhitungan rasio konsistensi.
Rasio Konsistensi merupakan Indeks Konsistensi dibagi dengan Indeks
Random/acak (IR). Untuk lebih jelasnya, lihat formula [3.2] berikut ini:
CI
CR= ..[3.2]
RI
Indeks Random adalah funsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang
sedang diperbandingkan. Indeks Random disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Nilai Indeks Random


Ukuran Matriks Nilai RI
1,2 0,00
3 5,8
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber : Konsep dan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (Kusrini, 2007)
Untuk metode AHP, tingkat inkonsistensi yang masih dapat diterima adalah sebesar
10% kebawah. Jadi jika nilai RK <= 01 (10%), maka hasil perbandingan preferensi konsisten
dan sebaliknya jika RK > 0,1 (10%), maka hasil perbandingan preferensi tidak konsisten.
Apabila tidak konsisten, maka terdapat 2 pilihan, yaitu mengulang perbandingan preferensi
atau melakukan proses autokoreksi.
Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L, Saat dapat memecahkan masalah
yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak.

5. PEMBAHASAN
Tabel kriteria Penilaian
No. Kriteria subkriteria keterangan
1 Jumlah hafalan Jumlah hafalan
2 Jumlah Kesalahan dalam pengucapat huruf.
kesalahan
makhrijul huruf
Nun mati Hukum Tajwid apabila Nun mati atau Tanwin
bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah.
Mim matii Hukum tajwid apabila mim mati bertemu dengan
3 Tajwid huruf-huruf hijaiyah
Waqaf Berhenti
qalqalah Ketentuan hukum tajwidnya adalah qalqalah
sugro dan qalqalah kubro
4. Jumlah Pengulangan dalam pelafasan hafalan
pengulangan
5. irama Menggunakan tartil atau tidak

Menentukan Prioritas krikteria


A. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Kriteria jumlah jumlah Tajwid jumlah nada
hafalan kesalahan pengulang tartil
makhrijul
huruf an bacaan
jumlah hafalan 1,00 3,00 4,00 2,00 5,00
jumlah kesalahan
makhrijul huruf 0,33 1,00 5,00 3,00 3,00
Tajwid 0,25 0,20 1,00 7,00 5,00
jumlah
pengulangan
bacaan 0,50 0,33 0,14 1,00 2,00
nada tartil 0,20 0,33 0,20 0,50 1,00
total 2,28 4,87 10,34 13,50 16,00

B. Membuat matriks nilai krikteria


jumlah jumlah
kesalahan pengulan
jumlah makhrijul Tajwi gan nada tot Priorit
Kriteria hafalan huruf d bacaan tartilal as
jumlah 1,9
hafalan 0,44 0,62 0,39 0,15 0,31 0 0,38
jumlah
kesalahan
makhrijul 1,2
huruf 0,15 0,21 0,48 0,22 0,19 4 0,25
1,0
Tajwid 0,11 0,04 0,10 0,52 0,31 8 0,22
jumlah
pengulanga 0,5
n bacaan 0,22 0,07 0,01 0,07 0,13 0 0,10
0,2
nada tartil 0,09 0,07 0,02 0,04 0,06 7 0,05
5,0
total 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0 1,00

Nilai prioritas didapatkan dari = jumlah / n


C. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria
jumlah
kesalaha jumlah
n pengulan
jumlah makhrijul Tajwi gan nada Priorit HAS
Kriteria hafalan huruf d bacaan tartil total as IL
jumlah
hafalan 0,38 0,75 0,86 0,20 0,27 2,46 0,38 2,84
jumlah
kesalahan
makhrijul
huruf 0,13 0,25 1,08 0,30 0,16 1,92 0,24 2,16
Tajwid 0,10 0,05 0,22 0,70 0,27 1,34 0,22 1,56
jumlah
pengulanga
n bacaan 0,19 0,08 0,03 0,10 0,11 0,51 0,10 0,61
nada tartil 0,08 0,08 0,04 0,05 0,05 0,31 0,05 0,36
total 7,53

D. Menentukan Rasio Konsisten Kriteria


Dari tabel diatas, diperoleh nilai nilai sebagai berikut :
Total hasil = 7.53
n (jumlah kriteria ) =5
maks = 7.53 / 5
= 1.51

Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :


CI = ( maks-n)/(n-1)

Di mana n = banyaknya elemen


Jadi :
CI = ( maks-n) / (n-1)

= (1.51-5) / (5-1)

= -3.49 / 4

= -0.87

Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus :

Di mana CR = Consistency Ratio


CI = Consistency Index ,
IR = Indeks Random Consistency

Jadi : CR=CI / IR
= -0.87 / 1.12 = -0.78

Oleh karena hasil dari perhitungan diatas didapatkan nilai CR < 0.1, maka rasio
konsistensi dapat diterima.

Menentukan Prioritas Subkrikteria dari Krikteria Tajwid


A. Membuat matriks perbandingan berpasangan
KRITE qalqal
RIA nun mati mim mati Waqaf ah
nun
mati 1,00 5,00 3,00 2,00
mim
mati 0,20 1,00 5,00 3,00
Waqaf 0,33 0,20 1,00 2,00
qalqala
h 0,50 0,33 0,50 1,00
JUMLA
H 2,03 6,53 9,50 8,00

B. Membuat matriks nilai subkrikteria


KRITE qalqal JUMLA PRIORIT
RIA nun mati mim mati Waqaf ah H AS
nun
mati 0,49 0,77 0,32 0,25 1,82 0,46
mim
mati 0,10 0,15 0,53 0,38 1,15 0,29
Waqaf 0,16 0,03 0,11 0,25 0,55 0,14
qalqala
h 0,25 0,05 0,05 0,13 0,47 0,12
JUMLA
H 1,00 1,00 1,00 1,00 4,00 1,00

C. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris SubKriteria


KRITE qalqal JUMLA PRIORIT
RIA nun mati mim mati Waqaf ah H AS HASIL
nun
mati 0,46 1,44 0,41 0,24 2,55 0,48 3,03
mim
mati 0,09 0,29 0,69 0,36 1,42 0,23 1,65
Waqaf 0,15 0,06 0,14 0,24 0,58 0,19 0,77
qalqala
h 0,23 0,10 0,07 0,12 0,51 0,11 0,62
JUMLA
H 6,07

D. Menentukan Rasio Konsisten Kriteria


Dari tabel diatas, diperoleh nilai nilai sebagai berikut :
Total hasil = 6,07
n (jumlah kriteria ) =4
maks = 6,07 / 4
= 1,52

Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :


CI = ( maks-n)/(n-1)

Di mana n = banyaknya elemen


Jadi :
CI = ( maks-n) / (n-1)
= (1,52-4) / (4-1)

= - 0,83

Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus :

Di mana CR = Consistency Ratio


CI = Consistency Index ,
IR = Indeks Random Consistency
Jadi :
CR=CI / IR

= -0.83 / 0.9

= -0,92

Oleh karena hasil dari perhitungan diatas didapatkan nilai CR < 0.1, maka rasio
konsistensi dapat diterima.

Menghitung Nilai Akhir


Tabel Daftar Peserta lomba tahfidz AL-Qur'an
no_peser
ta Nama fakultas
H01 Hisyam sanusi ilmu komputer
H02 zammy lunni ilmu komputer
H03 sri sumaryati putri ilmu komputer
H04 Umi Fauziyyah ilmu komputer
H05 Muhammad Abdillah Ridlo ekonomi
H06 Abdul Hakim ekonomi
H07 Achmad Arriya Faliansya ekonomi
H08 Hurum Maqsurah ekonomi
H09 Mafazan Maqdiah ekonomi
H10 Robiatul Adawiyah ilmu sosial dan ilmu politik

KRIKTERIA
Kelancara intona
Kefasihan tajwid ketepatan
n si
H01 0,23 0,25 0,24 0,22 0,15
H02 0,09 0,04 0,04 0,05 0,13
H03 0,02 0,02 0,03 0,03 0,05
H04 0,09 0,17 0,22 0,16 0,15
H05 0,09 0,07 0,04 0,12 0,15
H06 0,16 0,25 0,24 0,30 0,15
H07 0,05 0,02 0,02 0,02 0,02
H08 0,09 0,02 0,10 0,03 0,02
H09 0,05 0,04 0,03 0,03 0,15
H10 0,09 0,11 0,04 0,05 0,02

KRIKTERIA
intona JUMLA
Kelancaran Kefasihan tajwid ketepatan
si H
0,38 0,25 0,22 0,10 0,05 1,00
juara
H01 0,087 0,063 0,052 0,022 0,008 0,23 1
H02 0,036 0,009 0,009 0,005 0,007 0,07
H03 0,008 0,006 0,007 0,003 0,003 0,03
juara
H04 0,036 0,042 0,047 0,016 0,008 0,15 3
H05 0,036 0,017 0,008 0,012 0,008 0,08
juara
H06 0,061 0,063 0,052 0,030 0,008 0,21 2
H07 0,020 0,006 0,005 0,002 0,001 0,03
H08 0,033 0,006 0,021 0,003 0,001 0,06
H09 0,020 0,009 0,006 0,003 0,008 0,05
H10 0,036 0,027 0,008 0,005 0,001 0,08

Maka di dapatkan :
juara 1 : H01 atas nama Hisyam Sanusi dari fakultas Ilmu komputer
juara 2 : H06 atas nama Abdul Hakim dari fakultas Ekonomi
juara 3 : H04 atas nama Umi fauziyyah dari fakultas ilmu komputer

Note :
Lampiran perhitungan ada di file excel

Anda mungkin juga menyukai