Anda di halaman 1dari 9

Pembengkakan pada Kaki dengan Kajian Muskuloskeletal

Calvin Augurius

102016074/C5

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: calvin.2016fk074@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pembengkakan pada kaki merupakan gangguan yang dapat terjadi karena aktivitas sehari-hari yang
membuat kaki terkilir, terjatuh, penumpukan cairan tubuh atau dapat berupa gejala terhadap penyakit
atau gangguan lainnya. Pembengkakan pada kaki selain dapat dikaji secara patologis, masalah ini
dapat dikaji dengan ilmu muskuloskeletal. Dengan ilmu ini, pembengkakan pada kaki dapat dikaji
dari segi makroskopis melalui anatomi yang meliputi extremitas inferior, struktur tulang dan otot dan
fisiologi sebagai ilmu yang mengkaji mengapa gangguan tersebut dapat terjadi dengan mempelajari
mekanismenya serta ilmu penunjang lainnya. Dengan mengetahui mekanisme dasar otot dan tulang
yang ada, maka masyarakat atau orang awam akan dapat memahami lebih mudah untuk
mengetahuinya secara patologis.

Kata kunci: tulang dan otot, muskuloskeletal, mekanisme

Abstract

Swelling of the feet is a disorder that can occur due to everyday activities that make the ankle, falling,
or body fluid accumulation can be either a symptom of a disease or other disorders. Swelling of the
feet apart can be examined pathologically, this problem can be studied with musculoskeletal science.
With this knowledge, swelling of the legs can be assessed in terms of macroscopic through anatomy
covering the inferior extremities, muscle and bone structure and physiology as a science that
examines why these disorders can occur by studying the mechanism as well as other supporting
science. By knowing the basic mechanisms of muscle and bone that exists, then the public or layman
can understand it easier to know pathologically.

Keywords: bone and muscle, musculoskeletal, mechanism


Pendahuluan

Pembengkakan pada kaki merupakan gangguan yang terjadi karena aktivitas sehari-hari
seperti kuli bangunan yang mengangkut beban berat, duduk di kursi dengan membebankan
kaki yang satu ke kaki yang lainnya saat mengerjakan tugas kantor dalam waktu yang lama,
cedera karena kontraksi terus menerus, terjatuh dari tangga, bahkan dapat merupakan gejala
atau tanda-tanda dari gangguan lainnya. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah
edema, yaitu penumpukan cairan pada bagian kaki bawah, atau dapat juga karena terjatuh
atau ada otot yang terluka. Pada pembuatan makalah ini, masalah pembengkakan kaki akan
saya bahas dengan kajian muskuloskeletal. Kajian utama muskuloskeletal yang akan saya
bahas adalah kajian dari segi secara anatomis yang meliputi struktur tulang dan otot, terutama
pada extremitas inferior; kajian dari segi fisiologis yang meliputi bagaimana mekanisme kerja
otot dan tulang; kajian yang terakhir adalah mengenai faktor penyebab. Jadi, dalam penulisan
makalah ilmiah ini saya tidak membahas masalah pembengkakan kaki dengan kajian secara
patologis dan bagaimana cara mencegah serta menyembuhkannya. Tujuan daripada penulisan
makalah ini adalah agar dapat mengedukasi dan memberi wawasan bagi para pembaca yang
ingin mengetahui hal-hal dasar terkait gangguan pembengkakan kaki yang tidak lagi asing
dialami semua orang dalam kehidupan sehari-hari, adapun tujuan lain agar para pembaca
dapat memahami mekanisme kerja otot dan tulang.

Struktur Tulang dan Otot

Tulang merupakan alat gerak yang pasif, dengan kata lain tulang harus menempel pada otot
agar dapat bergerak. Sementara otot merupakan alat gerak yang aktif. Tulang terbagi menjadi
dua, yaitu tulang rawan dan tulang. Tulang rawan merupakan jaringan ikat khusus yang
tersusun atas sel kondrosit, memiliki sifat basofil (menyukai basah) dan avaskular (tidak
dilalui pembuluh darah), mengandung proteoglikans, suplai nutrisi tulang rawan diperoleh
dari pembungkus tulang rawan yang disebut perikondrium. Tulang rawan sendiri berasal dari
sel mesenkim yang banyak terdapat pada masa embrional. Tulang rawan dibedakan menjadi
tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang rawan fibrokartilago/fibrosa.

1. Tulang rawan hialin


Tulang rawan hialin segar berwarna putih bening kebiruan. Tulang rawan hialin
memiliki kandungan serat kolagen yang lebih banyak dibanding dengan serat elastin.
Dalam tubuh manusia terdapat 20 jenis kolagen dimana kolagen tipe 1 dan 3 yang
paling banyak dijumpai. Tulang rawan hialin dapat ditemukan pada dinding trakea,
tulang rawan costae, permukaan sendi, hidung dan laring dan lain-lain.
2. Tulang rawan elastin
Tulang rawan elastin dalam keadaan segar berwarna kuning dan lebih keruh. Pada
tulang rawan elastin terdapat serat elastin yang lebih banyak dibandingkan dengan
serat kolagen. Tulang rawan elastin dapat dijumpai pada telinga luar, epiglotis, tulang
laring dan lain-lain.
3. Tulang rawan fibrokartilago/fibrosa
Tulang rawan fibrosa tidak mempunyai perikondrium. Tulang rawan fibrosa
berbatasan langsung dengan tulang rawan hialin atau dengan jaringan ikat padat
fibrosa. Tulang rawan fibrosa ini memiliki bentuk seperti elips dan dapat dijumpai
pada diskus invertebralis dan simfisis pubis.1

Berbeda dengan tulang rawan, tulang memiliki matriks yang lebih keras. Tulang memiliki
sifat asidofilik dan vaskular. Terdiri dari hampir 50 persen air. Bagian padat selebihnya terdiri
atas bahan mineral, terutama garam kalsium 67 persen dan bahan seluler 33 persen. 1 Tulang
merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur
berdaging, melindungi organ-organ vital, dan menampung sumsum tulang sebagai tempat sel
darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang
dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi
ion tersebut dalam tubuh. Tulang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tulang kompak dan
tulang spons.2-4

1. Tulang kompak
Tulang kompak tersusun dari osteon dan tampak padat. Pada tulang kompak ini
terdapat sistem havers. Lamellae terdapat disekitar tepi dan mengitari osteon. Tiap-
tiap saluran havers saling berhubungan satu dengan lainnya melalui sebuah saluran
yang disebut saluran volkmann.
2. Tulang spons
Tulang spons tersusun atas trabekula/balok tulang. Pada tulang spons ini terdak
terdapat osteon dan memiliki struktur/bentuk yang tidak teratur. Struktur tulang spons
bercabang dan membentuk anyaman. Celah antar anyaman tersebut diisi oleh sumsum
tulang.

Sementara otot merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk mengubah energi kimia
menjadi energi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot
memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pergerakan, penopang tubuh, dan yang
memproduksi panas. Otot terbagi atas tiga macam, yaitu: otot polos, otot skelet, dan otot
jantung.5

1. Otot polos
Otot polos memiliki ciri tidak bergaris/bercorak (non striated), nukleus/inti berada di
tengah serat otot, bentuk serabut memanjang dengan ujung-ujungnya lancip, kontraksi
kerja yang lambat, bersifat involuntery (tidak bekerja di bawah kesadaran) serta tidak
mudah lelah. Otot polos ini terdapat pada usus, lambung, saluran pernafasan,
pembuluh darah, saluran urine, dan lain-lain.
2. Otot skelet
Otot skelet merupakan otot yang terdapat pada rangka tubuh, otot ini bekerja secara
kemauan kita (voluntery), memiliki bentuk serat silindris panjang dengan ujung yang
tumpul, kecepatan kontraksinya cepat, mudah lelah, memiliki corak bergaris terang
dan gelap karena aktin dan miosin yang tersusun rapi (striated) serta inti yang banyak
terletak di pinggir.
3. Otot jantung
Otot jantung memiliki ciri yang sama seperti otot skelet yaitu bercorak garis terang
dan gelap. Otot ini bekerja diluar kesadaran kita (involuntery), tidak mudah lelah,
kecepatan kontraksinya lambat, berbentuk silindris bercabang dengan inti terletak di
tengah serat di dalam ruang perinuklear. Ciri khusus dari otot jantung adalah otot ini
memiliki sekat atau batas antara satu serat dengan yang lainnya yang disebut diskus
interkalaris.

Extremitas Inferior

Tubuh manusia dibagi atas beberapa bagian yaitu batang tubuh, tubuh bagian atas dan tubuh
bagian bawah. Masing-masing bagian tersebut dilengkapi oleh tulang, sendi dan otot agar
dapat bergerak. Ekstremitas inferior atau anggota tubuh bagian bawah sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu: cingulum extremitas inferioris dan ossa extremitas inferioris liberi.

1. Cingulum extremitas inferioris (gelang panggul)


Cingulum extremitas inferioris terdiri atas empat tulang yaitu sepasang os coxae, os
sacrum dan os coccygis. Kedua os coxae bersendi satu dengan yang lainnya pada
bagian anterior di symphisis pubis dan bagian posterior dengan os sacrum pada
articulatio sacroilliaca. Gelang panggul bersama dengan sendi-sendinya membentuk
struktur berbentuk mangkuk yang kuat yang disebut pelvis.6
Os coxae terdiri atas os ilium (superior), os ischium (posterior dan inferior)
dan os pubis (anterior dan inferior).
Os sacrum
Os coccygis
2. Ossa extremitas inferioris liberi
Ossa extremitas inferioris liberi merupakan tulang anggota gerak tubuh bagian
bawah. Dihubungkan oleh cingulum extremitas inferioris pada columna
vertebralis.berikut merupakan gambar extremitas inferior beserta keterangannya:
Os fermoris
Os patella
Os tibia
Os fibula
Ossa tarsalia
Os talus
Os calcaneus
Os naviculare pedis
Os cuneiforme mediale
Os cuneiforme
intermedium
Os cuneiforme laterale
Os cuboideum
Ossa metatarsi
Phalanges digitorum pedis
gambar 1. Anatomi extremitas
inferior.6
Phalanx proximalis
Phalanx media
Phalanx distalis

Selain tulang, otot-otot yang terdapat pada extremitas bawah dibagi atas otot-otot pangkal
paha, otot-otot tungkai atas, otot-otot tungkai bawah dan otot-otot kaki.6

1. Otot-otot pangkal paha


Dibagi menjadi 2:
Otot-otot pangkal paha bagian dalam
M.psoas major
M.psoas minor
M.iliacus
Otot-otot pangkal paha bagian luar
M.gluteus maximus
M.gluteus medius
M.gluteus minimus
M.pisiformis
M.obturator internus
M.gemellus sup et inf
M.quadratus femoris
M.obturator externus
M.tensor fasciae latae
2. Otot-otot tungkai atas
Dibagi atas:
Mm.extensor sendi lutut/paha ventral
M.sartorius
M.quadriceps femoris
M.articularis genus
Mm.adductor femoris/paha medial
M.pectineus
M.adductor longus
M.gracilis
M.adductor brevis
M.adductor magnus
M.adductor minimus
Mm.flexor sendi lutut/paha dorsal
M.biceps femoris
M.semitendinosus
M.semimembranosus
3. Otot-otot tungkai bawah
Dibagi atas :
Otot-otot fleksor lapisan dangkal
M.gastrocnemius
M.soleus
M.plantaris
Otot-otot fleksor lapisan dalam
M.popliteus
M.flexor digitorum longus
M.tibialis posterior
M.flexor hallucis longus
Otot-otot ekstensor tungkai bawah
M.tibialis anterior
M.extensor digitorum longus
M.extensor hallucis longus
M.peroneus tertius
Otot-otot peronaei
M.peroneus longus
M.peroneus brevis
4. Otot-otot kaki
Dibagi atas :
Otot-otot dorsum pedis
M.extensor digitorum brevis
M.extensor hallucis brevis
Otot-otot planta pedis
Otot-otot jari kaki I
M.abductor hallucis
M.flexor hallucis brevis
M.adductor hallucis
Otot-otot jari kaki V
M.abductor digiti quinti
M.flexor digiti quinti brevis
M.opponens digiti quinti
Otot-otot ruang tengah kaki
M.flexor digitorum brevis
M.quadratus plantae
M.lumbricales
M.interossei plantares
M.interossei dorsales

Berikut merupakan persendian yang dapat dilakukan oleh keseluruhan extremitas inferior:6

Fleksi (0-120)
Ekstensi (0-20)
Adduksi (0-30)
Abduksi (0-45)
Rotasi lateral (0-45)
Rotasi medial (0-45)
Sirkumduksi

Mekanisme Otot dan Tulang

Tulang tidak dapat bergerak jika tidak terdapat otot sebagai penopang. Karena itu, otot
sebagai alat gerak aktif yang menggerakan tulang yang memiliki mekanisme kerjanya. Di
dalam jaringan otot, ada sarkoplasma sebagai media aktivitas otot, di dalam sarkoplasma
terdapat miofibril dan adanya sarkomer. Satu sarkomer terdiri dari setengah isotrop, satu
anisotrop, dan setengah isotrop. Di dalam otot terdapat komponen-komponen penting pada
proses berlangsungnya mekanisme otot, yaitu kontraksi dan relaksasi. Komponen tersebut
adalah protein otot, yaitu aktin, miosin, troponin, tropomiosin, serta terdapat ion penting yaitu
Ca2+ (kalsium) dan senyawa Ach (asetilkolin). Aktin berupa filamen tipis yang terdapat pada
satu sarkomer, sementara miosin berupa filamen tebal yang terdapat pada satu sarkomer.7

Mekanisme terjadinya kontraksi diawali dengan adanya rangsangan yang diterima oleh saraf,
senyawa asetilkolin akan keluar karena terangsangnya saraf dan senyawa ini akan
merangsang ion kalsium untuk keluar dari retikulum sarkoplasmik. Kalsium akan berikatan
dengan troponin dan tropomiosin yang akan membuat pengikatan antara aktin dan miosin
menjadi kuat. Ketika troponin dan tropomiosin sudah berikatan dengan aktin, barulah aktin
mudah berikatan dengan miosin. Pertemuan aktin dengan kepala miosin inilah yang membuat
terjadinya kontraksi.

Mekanisme terjadinya relaksasi dapat terjadi pada saat ion kalsium terlepas dari troponin dan
tropomiosin sehingga aktin tidak dapat berikatan dengan miosin. Berikut merupakan gambar
dari mekanisme kontraksi dan relaksasi.

Gambar 2. Mekanisme kontraksi dan relaksasi.7

Faktor Penyebab

Faktor penyebab daripada pembengkakan kaki dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu
karena cairan yang menumpuk pada daerah kaki tersebut atau lebih dikenal dengan edema,
dapat juga karena otot yang salah berkontraksi atau terkilir, atau dapat juga merupakan gejala
dari penyakit-penyakit lainnya seperti jantung dan ginjal.

Kesimpulan

Pembengkakan pada kaki dapat dikaji dengan ilmu muskuloskeletal sebagai dasar agar lebih
mudah untul mempelajarinya dari segi patologis.

Daftar Pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia. 2009: h. 20-1.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004: h. 105-27.
3. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002: h. 163-256.
4. Luiz CJ. Histologi dasar: teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007: h. 128-63.
5. Sumadikarya IK, Setiabudi MI, Kindangen K, Gunardi S, Salim D, Winata H, et al.
Muskuloskeletal 1. Jakarta: 2017: h. 111-3, h. 115.
6. Snell RS. Anatomi klinis. Jakarta: EGC; 2008: h. 328-39.
7. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012: h. 4, h. 105-7, h. 119-23.

Anda mungkin juga menyukai