Universitas Indonesia
YANITA ASTUTI
1006823614
Universitas Indonesia
ii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai mata ajar
Tugas Akhir. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan smpai sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada:
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
Universitas Indonesia
v
Kanker payudara merupakan penyebab kematian sebanyak 7,4 juta kasus didunia berdasarkan data
dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada tahun 2004 yaitu mencakupi kira-kira 13% dari
semua jenis kematian global. Luka kanker payudara merupakan infiltrasi sel tumor yang merusak
lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan
bentuk menonjol atau tidak beraturan. Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang
sukar sembuh. Penulisan ini bertujuan untuk untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien
kanker payudara khususnya yang memiliki luka kanker pada Ny. C (45 th) yang dirawat di lantai 5
bedah RSPAD Gatot Soebroto. Evaluasi asuhan keperawatan menunjukkan bahwa klien yang
memiliki luka kanker payudara memiliki resiko terjadi infeksi. Oleh karena itu penulis
memaparkan karya ilmiah akhir ners ini yang bertujuan dapat memberikan gambaran kepada
perawat agar memperhatikan tanda-tanda infeksi pada luka kanker dan melakukan perawatan luka
dengan menggunakan terapi terapi antibiotic topical.
ABSTRACT
Breast cancer is a cause of death of as many as 7.4 million cases in the world based on data from
the World Health Organization (WHO) in 2004, which covers approximately 13% of all global
deaths. Cuts breast cancer is infiltrating tumor cells that destroy the epidermis and dermis caused
by deposition and or proliferation of malignant cells with prominent or irregular in shape.
Injuries, including the type of breast cancer that is difficult to heal chronic wounds. This research
aims to analyze the nursing care for breast cancer patients, particularly those with cancer sores
on Ny. C (45 years old) who were admitted to the on surgical ward 5 th floor 5 RSPAD Gatot
Subroto. Evaluation of nursing care showed that clients who have breast cancer have a risk of
wound infection. Therefore, the author describes the scientific work which aims to end the nurses
can give an idea to the nurse to watch for signs of wound infection, cancer and wound care
therapy using topical antibiotic therapy.
Universitas Indonesia
vii
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..........................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................4
Universitas Indonesia
viii
3.1 Pengkajian....................................................................................26
3.2 Analisa Data.............................................................................27
3.3 Masalah Keperawatan..24
3.4 Rencana Keperawatan..24
3.5 Evaluasi Keperawatan..26
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
ix
1 Universitas Indonesia
Infiltrasi sel kanker juga akan merusak pembuluh darah dan pembuluh
lymph yang terdapat dikulit (Grocott, 2003). Ciri ciri luka kanker yaitu
ditemukan nodul non-tender pada kulit. Ketika sel tumor tumbuh dan
menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak kapiler dan
kelenjar getah bening. Bakteri yang menyebabkan malador pada luka
merupakan bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob yang
berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp,
Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci
(Draper, 2005). Metronidazol telah digunakan secara luas sebagai agen
topical untuk perawatan luka kanker. Metronodazol topical bekerja dengan
cara beikatan dengan DNA bakteri dan menghambat replikasi bakteri yang
kemudian dapat mencegah dan mengatasi gejala malodor dan eksudat pada
luka kanker (Naylor, 2002).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.2 Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel payudara.
Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan
yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan dan
mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel
lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa
berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Menurut Smettzer &
Bare,(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang dapat
menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
5 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
benjolan semakin membesar, benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi)
dan pada awalnya tidak terasa sakit. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
terjadi karena pembengkakan menyebabkan rasa panas, nyeri atau sangat gatal di
daerah sekitar puting. Gejala pada puting meliputi perubahan bentuk puting
(masuk kedalam atau nipple retraction) dan mengeluarkan cairan atau darah.
Selain adanya benjolan dan perubahan puting, perubahan juga terjadi pada bagian
kulit payudara. Perubahan pada kulit payudara diantaranya perubahan warna kulit,
berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk (peau dorange). Hal ini dapat terjadi jika
benjolan pada awal stadium tidak diindahkan oleh penderita.
2.1.5 Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mulamula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel
atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu tujuh tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira seperempat dari kanker payudara
telah bermetastasis. Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk
dikendalikan. Kanker payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, 2005).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas
kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit.
Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan
merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit.
Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka
kanker. Infiltrasi sel kanker dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Indonesia
Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik
yang bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka
kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan
proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat
menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak
dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon
tubuh secara fisiologis akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu
sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah perdarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah/tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang
akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker.
Universitas Indonesia
1) Karsinoma intraduktal
2) Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler insitu.
b. Invasif (Infiltratif)
1) Karsinoma intraduktal invasif
2) Karsinoma duktal invasif dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler invasif
4) Karsinoma meduler
5) Karsinoma koloid
6) Karsinoma tubular
7) Karsinoma kista adenoid
8) Karsinoma apokrin
9) Karsinoma papiler skuamosa.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan TNM menurut Smeltzer & Bare (2002).
Tumor primer (T) :
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor kurang dari 2 cm
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
T3 Tumor lebih dari 5 cm
T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi
Kelenjar getah bening regional (N) :
N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional.
N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah
N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap
N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral
Metastasis jauh (M) :
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular
ipsilateral)
Universitas Indonesia
2.1.8 Pengobatan
Menurut Ramli, (1995) dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :
a. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik.
b. Jenis-jenis pengobatan:
Pada stadium I, II dan III awal (stadium operable), sifat pengobatan adalah
kuratif. Pengobatan pada stadium I,II dan IIIa adalah operasi yang primer,
terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I,II pengobatan
adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau
tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila
mengandung metastase maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan
sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung
metastase, maka terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan.
Stadium IIIa adalah simpel mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika
ajuvant. Untuk stadiun lanjut, yaitu stadium IIIb dan IV sifat
pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi
penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb
atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi
Universitas Indonesia
dan dapat diikuti modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika.
Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu
hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi.
c. Kemoterapi Cyclofosfamid Adriamycin Fluorasil (CAF) dan
Cyclofosfamid Epirubisin Fluorasil (CEF)
Kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat
multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang
paling sering dianjurkan disebut CAF dan meliputi siklofosfamid
(Cytoxan), Adriamycin , fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
Terapi ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Adriamycin memiliki efek
samping mengganggu perfusi jantung oleh karena itu pasien yang
memiliki penyakit jantung dapat digantikan dengan Epirubicin sehingga
kombinasi ini disebut CEF (Wim, 1997).
Universitas Indonesia
Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka
dapat diklasifikasikan atas dasar :
1.Usia luka ( Wound Age ) :
a. Luka akut
b. Luka kronik
2. Kedalaman luka ( Wound Depth ):
a. Superficial
b. Partial Thickness
c. Full Thicknes
3. Waktu terjadinya luka
a. Luka kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi
atau golden periode (kurang dari 6 jam)
b. Luka infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau
golden periode (lebih dari 6 jam).
Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus ditentukan apakah
luka tersebut akut atau kronik. Penentuan dapat menjadi sulit bila hanya
berpatokan pada kurun waktu. Selain pertimbangan waktu maka perlu diingat
bahwa luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan
penyembuhan luka sesuai yang diharapkan. Sementara luka kronik adalah luka
yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal ini yang penting adalah
pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak
bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak
merah, lembab dan sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak
mengalami kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.
Universitas Indonesia
Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk
merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu
dinilai pada luka kanker meliputi lokasi, ukuran/kedalaman/bentuk, jumlah
eksudat, jenis jaringan yang ditemukan (nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi),
tanda-tanda infeksi, nyeri (termasuk nyeri saat pencucian luka dan penggantian
balutan), kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan (Naylor, 2002). Jumlah
eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari
Bates-Jensen wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998). Hasil
pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat.
Jumlah eksudat diukur dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi
area menjadi 4 bagian (25%) second dressing. Kategori pengukuran digambarkan
sebagai berikut:
Tidak ada = jaringan luka tampak kering
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur
pada balutan
Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan 25%
Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada
luka, drainase pada balutan >25% s.d. 75%.
Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan 75%
Universitas Indonesia
Selain itu pengkajian luka kanker payudara dapat dilakukan dengan cara
mengkaji:
a. Letak dan luas luka
Pengkajian luka kanker terutama untuk menilai lokasi luka dan
kemungkinan letak penyebaran. Kemudian ukur besarnya luka meliputi
panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya luka kanker menonjol
/keatas.
b. Warna dasar luka.
Luka kanker memiliki bentuk menonjol sehingga cukup sulit membaginya
ke dalam stadium luka. Kemudahan untuk menilai derajat keseriusan luka
kanker adalah menilai warna dasar luka. System ini bersifat konsisten,
mudah dimengerti dan sangat tepat guna dalam membantu memilih
tindakan dan terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.
Menurut Netherland Woundcare Consultant Society, (1984) dikutip dari
Gitaraja, (2004) penggolongan berdasarkan warna dasar luka meliputi:
Red / Merah
Luka dengan dasar warna luka merah tua atau merah terang dan
selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih dengan banyak
vaskularisasi, karenanya mudah berdarah.Tujuan perawatan luka
adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab
dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan.
Yellow/Kuning
Luka dengan dasar warna luka kuning/kuning kecoklatan/kuning
kehijauan / kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan
kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskularisasi.
Luka pada kanker payudara stadium lanjut berwarna kuning yang
menunjukkan adanya jaringan nekrosis dan buruknya vaskularisasi.
Tujuan perawatannya adalah meningkatkan sistem autolysis
debridemen agar luka berwarna merah, absorb eksudat,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.
Universitas Indonesia
Black/Hitam
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,
merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama
dengan dasar warna luka kuning.
Universitas Indonesia
4) Nyeri
Nyeri pada kanker terbagi menjadi dua katagori yaitu nyeri timbul oleh
karena sel tumor yang bermetastase atau nyeri timbul sebagai akibat dari
pemberian pengobatan kanker. Hampir sebagian klien mengeluh nyeri
yang timbul berhubungan dengan saat mengganti balutan. Balutan yang
menempel kuat pada luka tentulah sulit untuk dibuang sehingga pada saat
dicabut menimbulkan perdarahan dan nyeri.
5) Maserasi pada kulit sekitar luka
Ketidakmampuan balutan luka menyerap cairan luka menyebabkan cairan
luka menggenang dan mengenai kulit sehat sekitar luka, jika balutan tidak
segera diganti dapat menyebabkan lecet/maserasi seringkali menimbulkan
rasa tidak nyaman terutama gatal dan nyeri.
6) Infeksi
Kejadian infeksi pada luka kanker dapat diidentifikasikan dengan adanya
eritema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulen, nyeri yang
lebih sensitif, peningkatan temperatur tubuh, peningkatan jumlah sel darah
putih dan timbul bau yang khas. Pseudomonas aeruginase dan
staphylococcus aureus merupakan organisme patogenik yang sering
muncul, namun selama komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal
ini dan kolonisasi bakteri tidak melebihi jumlah normal, teknik pencucian
dan perawatan yang tepat cukup mampu mengatasi hal tersebut.
Universitas Indonesia
mati. Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti
metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan
bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur
kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan
membuang jaringan mati pada luka kanker (Keast, 2007). Nistatin yang
dikombinasikan dengan metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk
mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan dan mengurangi bau yang tidak sedap
pada luka kanker payudara.
Sedangkan prinsip perawatan luka kanker yang lain adalah tidak boleh membuat
luka menjadi sebuah luka baru (berdarah lagi), dan juga harus bias mengontrol
bau yang tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mencegah infeksi,
mengurangi nyeri, dan merawat kulit di sekitar luka (Anonim, 2008). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Kalinski, (2005) penggunaan metronidazol topikal
sangat efektif mengatasi bau pada luka kanker, dari 16 pasien yang dilakukan
perawatan luka dengan metronidazole gel 0,75% dilaporkan 10 pasien bau busuk
pada luka hilang dan 6 pasien bau menjadi berkurang.
Universitas Indonesia
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang
disebut fagositosis.
b. Fase proliferasi
Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan.
Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring
perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase maturasi
Dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast
terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan srtuktur
yang lebih kuat. Bekas luka menjadi lebih kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih.
Universitas Indonesia
Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan
dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik yang
spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan
penyakit ini, secara fisiologis, berat badan lebih didefenisikan sebagai suatu
keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau belebihan dijaringan
adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan estimasi WHO,
faktor berat badan lebih dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% risiko
terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker
dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.Jenis
penyakit kanker yang timbul akibat faktor risiko ini adalah kanker kerongkongan
(oesophagus), ginjal, rahim (endometrium), pankreas, payudara, dan usus besar.
(Mujur, 2011)
Lain dari pada hal itu, para pekerja di sektor industri, pertanian, dan tenaga
kesehatan di rumah sakit sering memakai bahan-bahan yang dapat menyebabkan
penyakit kanker, banyak di antara mereka yang tidak memakai alat pelindung diri
Universitas Indonesia
sehingga tubuh kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut. Bila hal ini
berlangsung lama tanpa mempedulikan kesehatan, dapat berakibat timbulnya
kanker. Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk (2008) dalam Jurnal Kesehatan RS
Kanker Dharmais, kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai
dalam masyarakat Indonesia dan menempati tempat ke dua terbanyak setelah
kanker leher rahim. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan. Pada
tahun 1989 terdapat 7 juta penderita baru setiap tahun dan 5 juta orang meninggal
akibat kanker payudara.
Wanita yang berada di kota besar berisiko lebih besar mengidap kanker payudara.
Hal itu lantaran kota besar mengandung polusi transportasi atau nitrogen dioksida
(NO2) yang tinggi ketimbang di pedesaan. Selain padatnya transportasi, NO2 juga
didapat dari generator pembangkit listrik dan pembuangan sampah. (Mark
Goldberg dalam Hidayatullah 2010). Meski demikian, Goldberg menekankan
NO2 bukanlah penyebab utama kanker. Tidak diketahui apa penyebabnya dan
hanya sepertiga kasus diketahui disebabkan faktor-faktor risiko yang umum.
Goldberg mengakui timnya menemukan kaitan antara kanker payudara
pascamenopause dengan paparan NO2. Di Montreal, kota terbesar kedua di
Kanada, level NO2 nya bervariasi. Goldberg menemukan risiko itu meningkat
hingga 25 persen setiap kenaikannya sebesar 5 per 1 miliar. Dengan kata lain,
perempuan yang tinggal di area yang level polusinya tinggi berisiko dua kali lipat
mengidap kanker payudara daripada area yang bersih dari polusi.
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
Data Diri Klien
Nama : Ny.C
Usia : 45 Tahun
No RM : 408782
Tanggal Masuk : 23 April 2013
Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2013
Sumber informasi : Klien dan Rekam Medis
Diagnosa Medis : Kanker Payudara Kanan Stadium IV
Kebutuhan dasar
a. Makan dan minum
Selama dirawat di Rumah Sakit klien makan tiga kali sehari dengan
porsi dan menu yang disediakan oleh Rumah Sakit. Makannya selalu
habis. Sebelum klien dirawat pola makan dua kali sehari. Klien minum
8 gelas perhari, tidak ada penurunan terhadap pola makan.
b. Aktivitas dan istirahat
21 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 14
Kepala : Penyebaran ranbut merata, berwarna hitam dan putih,
bersih dan tidak ada lesi.
Mata : Konjungtiva tampak anemis, pupil ishokor
Hidung : Simetris, napas spontan, tidak ada secret
Mulut :Membran mukosa kering, tampak ada caries dan gigi
berlubang
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
peningkatan JVP
Dada : Pengembangan dada simetris, tidak ada ronchi, tidak ada
wheezing, bunyi jantung normal
Abdomen : Tidak teraba adanya masa, bising usus 6x/menit
Ekstremitas : kekuatan otot 4444 5555
5555 5555
Kulit : Kulit kering, turgor 3 detik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. DS: Nyeri
- Klien mengatakan nyeri
disekitar payudara
- Klien mengatakan nyeri
menjalar hingga
kepunggung bagian
belakang
DO:
- P : Luka kanker
- Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R : Payudara sebelah kanan
- S : Nyeri dengan skala 6
- T : Pada saat diganti balutan
- Ekspresi wajah tampak
kesakitan
- Klien bergerak secara
berhati-hati
- Klien tampak mencari
posisi yang nyaman.
Universitas Indonesia
3. Nyeri
Universitas Indonesia
Diagnosis 3 : Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tingkat
kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol.
Kriteria hasil : klien melaporkan skala nyeri berkurang 2-3, ekspresi wajah
tenang dan dapat istirahat, tanda-tanda vital dalam batas normal ( TD :
120/80 mmHg, Nadi : 60-100 x/menit, Pernafasan 16-20 x/menit).
Intervensi Keperawatan :
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri sebelumnya
Berikan lingkungan yang tenang
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi) untuk
mengatasi nyeri
Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
29
Klien mengatakan balutan luka mendapat terapi luka pada payudara kanan
diganti dua hari sekali metronidazole dan (diameter 15cm,
0
O: Suhu 38,6 C, terdapat luka nebacetine, mendapat berwarna kuning
pada payudara kanan (diameter terapi antibiotik oral kemerahan), mendapat
15cm, berwarna kuning Cefixime 2x100gr terapi metronidazole dan
kemerahan), tertutup dengan A: Tanda tanda infeksi nebacetine, mendapat
kassa, berbau mendapat terapi terjadi masalah belum terapi antibiotik oral
metronidazole dan teratasi Cefixime 2x100gr
nebacetine,mendapat terapi P: Melakukan kompres hangat A: Tanda tanda infeksi
antibiotik oral Cefixime bila suhu >37,5 0C terjadi masalah belum
2x100gr Kolaborasi dengan dokter teratasi
A:Tanda tanda infeksi terjadi dalam pemberian antibiotik P: Melakukan kompres
masalah belum teratasi dan antipiretik. hangat bila suhu >37,5
0
P: Melakukan kompres hangat Lakukan perawatan luka C
0
bila suhu >37,5 C sesuai dengan program Kolaborasi dengan
Kolaborasi dengan dokter dengan teknik aseptik. dokter dalam pemberian
dalam pemberian antibiotik antibiotik dan
dan antipiretik antipiretik.
Lakukan perawatan luka sesuai
dengan program dengan teknik
aseptik.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
31
O: Hb 5,4 g/dl, Hematokrit 18%, masih terjadi, masalah belum berwarna merah
konjungtiva anemis, tampak teratasi campur dengan cairan.
adanya perdarahan pada luka P: Menganjurkan klien untuk A: Tanda-tanda
payudara 1 cc berwarna observasi tanda-tanda perdarahan masih
merah segar. perdarahan terjadi, masalah belum
A: Tanda-tanda perdarahan masih Menganjurkan klien untuk teratasi
terjadi, masalah belum teratasi mendep luka P: Menganjurkan klien
P: Menganjurkan klien untuk Memberikan penjelasan untuk observasi tanda-
observasi tanda-tanda kepada pasien dan keluarga tanda perdarahan
perdarahan untuk melaporkan jika ada Menganjurkan klien
Menganjurkan klien untuk tanda perdarahan untuk mendep luka
mendep luka
Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi PRC 2x250cc
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan luka
kanker payudara pada Ny. C yang memiliki luka kanker pada payudara kanan di
RSPAD Gatot Soebroto. Analisis yang dilakukan meliputi profil lahan praktek,
analisis masalah keperawatan, analisis intervensi, dan analisis terkait alternatif
pemecahan masalah.
Ruang rawat bedah lantai lima merupakan salah satu ruang perawatan medikal
bedah di RSPAD Gatot Soebroto. Kapasitas total tempat tidur diruangan ini
berjumlah 32 tempat tidur dengan kapasitas perawatan kelas II sebanyak 4 tempat
tidur, dan 28 tempat tidur untuk perawatan kelas III. Ruangan ini merawat pasien
laki-laki dan perempuan dengan masalah bedah digestive, bedah syaraf, bedah
tumor, bedah urologi, bedah orthopedic dan bedah THT. Ruangan ini dikepalai
oleh seorang kepala ruangan yaitu ibu Ns. Merry Silaban, S.Kep dibantu dua
orang CI yaitu ibu Khusmanah, Amd.kep dan ibu Nina, Amd.kep serta ketua tim
yaitu Sr. Rouli, Amd.kep, Sr. Riyanti dan Sr. Eka, Amd.kep, serta dilengkapi
dengan 23 orang perawat pelaksana.
31 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
32
cm dan tercium bau yang tidak sedap serta kasa terlihat adanya pus. Sementara
masalah yang kedua yaitu risiko perdarahan diangkat berhubungan dengan adanya
perdarahan saat melakukan ganti balutan pada luka kanker payudara Ny. C, serta
masalah yang ketiga yaitu nyeri diangkat berhubungan dengan proses inflamasi
pada luka kanker payudara nya. Masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh Ny.
C sesuai dengan Doenges, (2000) yang menyebutkan bahwa seseorang yang
menderita kanker payudara akan menunjukkan masalah keperawatan seperti risiko
infeksi, nyeri. Evaluasi manajemen luka kanker dilakukan untuk memantau nyeri,
infeksi, malodor, jumlah eksudat, perdarahan, dan maserasi sekitar luka (Kozier et
al, 2000; Naylor 2002b). Evaluasi juga dilakukan untuk menilai efektifitas strategi
yang digunakan untuk membantu klien melakukan koping terhadap distres
psikososial yang timbul akibat luka kanker.
Intervensi yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah risiko infeksi pada
Ny. C yang berfokus untuk menghindari infeksi. Hal ini dikarenakan masalah
risiko infeksi yang dialami klien lebih disebabkan karena kondisi luka yang
memiliki pus. Diharapkan dengan melakukan teknik aseptik pada perawatan luka
maka tidak akan terjadi infeksi.
Universitas Indonesia
Tujuan dari perawatan luka ini adalah agar tidak terjadi infeksi yang lebih luas
dan klien merasa nyaman dengan adanya luka kanker yang diderita, dan hasil
akhirnya adalah menciptakan kepuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan.
Selama melakukan asuhan keperawatan penulis juga melakukan
pendokumentasian yang menggunakan format askep institusi. Pendokumetasian
dilakukan terhadap askep perawatan luka kanker khususnya Ny.C secara
berkesinambungan dari shift ke shift guna melihat perkembangan luka yang di
alami oleh Ny.C. Kozier (2004) menyebutkan bahwa pendokumentasian
merupakan kegiatan mencatat atau merekam peristiwa atau objek maupun
aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting,
dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan dilakukan dan
disesuaikan dengan urutan waktu. Keterampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
Universitas Indonesia
Selain itu juga khusus untuk klien yang menderita penyakit kronis perlu di beri
tindakan oerawatan paliatif. Dimana perawatan paliatif ini didefinisikan sebagai
perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya,
juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Mesti pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis
dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan
utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Penyakit kanker payudara merupakan neoplasma ganas, suatu pertumbuhan
jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrative, destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh
progresif dan relatif cepat membesar. Penyakit ini dapat menyerang berbagai
lapisan usia mulai dari remaja, dewasa, hingga lansia. Saat ini penderita kanker
payudara cukup tinggi. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus bagi klien yang
memiliki luka kanker untuk dilakukan perawatan luka. Adapun tujuan perawatan
luka kanker payudara dengan bau adalah membuang jaringan mati dan
mengeliminasi kontaminasi bakteri. Autolitik atau enzymatic debridement
merupakan metode yang cukup dianjurkan untuk membuang jaringan mati.
Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti
metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan
bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur
kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan
membuang jaringan mati pada luka kanker ( Keast, 2007). Diharapkan perawat
memiliki kemampuan khusus dalam merawat luka kanker paudara
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi keilmuan
38 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
39
Universitas indonesia
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ii